Kamis, 09 Agustus 2007

TAK ADA KEBAJIKAN TANPA KEBIJAKSANAAN


Tak ada kebajikan tanpa kebijaksanaan.
Membuat orang senang bukanlah kebajikan, Kalau itu membuatnya lupa-diri.
Menyenangkan hati orang bukanlah kebajikan, Kalau itu membuatnya mabuk.
Membuat orang senang bukanlah kebajikan, Kalau menjadikannya mau bersenang-senang saja.
Menyenangkan hati orang bukanlah kebajikan, Kalau dimaksudkan agar disenanginya.

Tak ada kebajikan tanpa kebijaksanaan.
Memberi bukanlah kebajikan, Kalau itu membuat yang diberi jadi pengemis.
Membantu bukanlah kebajikan, Kalau bantuan itu membuat yang dibantu jadi manja.
Menolong bukanlah kebajikan, Kalau menjadikan yang ditolong malas.
Memberi, membantu dan menolong bukanlah kebajikan, Kalau dimaksudkan agar nanti menerima pemberian,bantuan dan pertolongan.

Tak ada kebajikan tanpa kebijaksanaan.
Melayani bukanlah kebajikan, Kalau membuat yang dilayani jadi pemalas.
Memuji bukanlah kebajikan, Kalau membuat yang dipuji jadi "belog ajum".
Menghormati bukanlah kebajikan, Kalau membuat yang dihormati jadi orang yanggila-hormat.
Melayani, memuji dan menghormati bukanlah kebajikan, Kalau dimaksudkan agar nanti menerima pelayanan, pujian dan penghormatan.

Tak ada kebajikan tanpa kebijaksanaan.
Dalam kebijaksanaan selalu ada kebajikan.
Apapun yang diperbuat oleh sang bijak, Selalu mengandung kebajikan.
Apapun yang dikatakan oleh sang bijak, Selalu tersimpan kebajikan.
Pemikiran-pemikiran sang bijak, Mengekspresikan timbunan kebajikan.
Dalam kebijaksanaan selalu ada kebajikan.

~anonimous.

Syair anonim ini menyadarkan saya akan betapa esensialnya arti kebijaksanaan dan ketulusan-hati, ketanpa-pamerihan, di dalam setiap tindakan kita.Apakah sesuatu kita lakukan dengan tulus ataukahtidak, dengan pamerih ataukah tidak, merupakanmotif-utama dari perbuatan kita.

Dan itu, hanyakitalah yang tahu.Sementara itu, perbuatan bukan dinilai dari jenis dan seberapa sering kita kelihatannya melakukannya.Perbuatan dinilai dari motif-utama yang melatarinya.Dan, sekali lagi, itu hanya kita sendirilah yang tahu.Mempelajari kitab-kitab suci memang memberi kitapengetahuan tentang kesucian, namun bukan kesucian itu sendiri.

Kebijaksanaan tidak diperoleh dari mengutipdan menghafal ucapan-ucapan bijak para arif-bijaksana, melainkan dari menggalinya dalam-dalam ke kedalaman Sang Diri-Jati, yang senatiasa suci-murni, nirmalam. Kesucian dan kebijaksanaan adalah sebagian sifat dari Sang Diri-Jati.

Denpasar, 24 Mei 2005.
From: NGestOE RAHardjo anattagotama@yahoo.com