Selasa, 14 Agustus 2007

Bravo Mr. Frans Magnis Suseno!!!!

Tangis penguasa hanya untuk rakyat,
Tangis penguasa hanya untuk kekuasaan.

Keberpihakan penguasa hanya untuk pengusaha
Keberpihakan Pengusaha hanya untuk penguasa

Bencana lumpur panas lapindo adalah kejahatan kekuasaan oleh, karena dan untuk kekuasaan..

For the sake of year 2009...

Sinetron berikutnya dalam episode:

Pemilu Sudah Dekat!!!!
-------------------------------------<<<<

From: Agus Hamonangan
Achmad Bakrie Award 2007 Tak Terkait Lumpur Panas

http://www.kompas. co.id/kompas- cetak/0708/ 14/humaniora/ 3762031.htm

============ ========= =


Jakarta, Kompas - Direktur Eksekutif Freedom Institute Rizal Mallarangeng, Senin (13/8), memastikan Franz Magnis-Suseno menolak penghargaan Achmad Bakrie 2007 untuk bidang pemikiran sosial. Namun, penghargaan tetap akan disampaikan Selasa malam ini di Jakarta.


Selain Franz Magnis, beberapa tokoh lain yang akan mendapatkan penghargaan Achmad Bakrie 2007, yakni Putu Wijaya (bidang kesusastraan) ; Jorga Ibrahim, dosen ITB Bandung (bidang sains); Sangkot Marzuki, ilmuwan dan Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Jakarta (bidang kedokteran); dan lembaga Balai Besar Padi
Sukamandi (bidang teknologi).


Beberapa tokoh lintas agama dan intelektual, kemarin, juga menggelar konferensi pers terpisah. Mereka mendukung langkah yang ditempuh Franz Magnis sebagai sikap moral yang obyektif.


Ini mengingat, pemberi penghargaan Achmad Bakrie 2007 terkait korporasi Lapindo Brantas Inc yang dinilai menimbulkan musibah lumpur panas di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, sejak beberapa tahun lalu. Hingga kini masalah lumpur panas tersebut dianggap tidak ada penyelesaian secara bermartabat.


"Sikap moral paling obyektif ditempuh Romo Magnis-Suseno," kata Moeslim Abdurrahman sebagai tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dalam konferensi pers di Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Senin (13/8) kemarin.


Tokoh lain yang angkat bicara untuk mendukung penolakan Magnis, antara lain Natan Setiabudi, Chalid Muhammad, Rieke Dyah Pitaloka, Tjuk Kasturi Sukiadi, Bondan Gunawan, Fajroel Rachman, dan Benny Susetyo.


Benny mengatakan, dukungan atas penolakan Franz Magnis juga didasarkan pada lima hal yang dirumuskan pada pertemuan itu. Kelima hal itu meliputi,


pertama, bencana lumpur panas di Porong merupakan kejahatan kemanusiaan.


Kedua, masyarakat intelektual harus memihak rakyat, bukan kaum pemodal yang menginjak harkat dan martabat kemanusiaan.


Ketiga, masalah lumpur panas adalah masalah negara yang absen atau membiarkan masyarakat tertindas.


Keempat, untuk penyelesaian masalah lumpur panas ada pelanggaran konstitusional.


Kelima, kaum intelektual bersama rakyat harus melawan pelanggaran ini dengan menyampaikan mosi tidak percaya terhadap pemerintah.


Chalid Muhammad, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), mengungkapkan, saat ini sedang terjadi transaksi melalui akta jual-beli tanah dan bangunan korban lumpur panas. Namun, ia melihat ada ketidakpastian hukum ketika dalam nota transaksi disebutkan, pihak yang membayar bukan PT Lapindo Brantas.


Secara terpisah, Rizal Mallarangeng dalam konferensi pers kemarin menyatakan, penolakan Franz Magnis tetap dihormati. Namun, penghargaan terhadap Franz Magnis-Suseno di bidang pemikiran sosial tahun 2007 tetap tak dapat digugurkan. "Penghargaan Achmad Bakrie 2007 yang disampaikan Freedom Institute tidak terkait dengan masalah lumpur panas di Sidoarjo," kata Rizal.


Achmad Bakrie Award

Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Sangkot Marzuki menyatakan akan menerima Penghargaan Achmad Bakrie 2007 untuk bidang kedokteran dari Freedom Institute.


Menurut Sangkot, tidak banyak lembaga yang memberi penghargaan untuk bidang kedokteran. Di Indonesia baru Ikatan Dokter Indonesia (IDI) serta Yayasan Sumber Daya Manusia, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Habibie Center, kemudian Freedom Institute yang memikirkannya "Penghargaan itu bertujuan baik dan perlu dilihat secara terpisah dari persoalan yang belakangan ini terkait dengan perusahaan keluarga Bakrie."

Tahun 2003, penghargaan diterima Ignas Kleden (pemikiran sosial) dan Sapardi Djoko Damono (sastra). Tahun 2004 penerimanya Nurcholis Madjid (pemikiran sosial) dan Goenawan Mohamad (sastra). Penerima penghargaan tahun 2005 Sartono Kartodirdjo (pemikiran sosial), Budi Darma (sastra) dan Sri Oemijati (kedokteran) . Tahun 2006 penerimanya Arief Budiman (pemikiran sosial), Rendra (sastra), dan Iskandar Wahidiyat
(kedokteran) . (ATK/NAW)

0 KOMENTAR ANDA:

Posting Komentar