Kisah ini terjadi di Rusia. Seorang ayah, yang memiliki putra yang berusia kurang lebih 5 tahun, memasukkan putranya tersebut ke sekolah musik untuk belajar piano. Ia rindu melihat anaknya kelak menjadi seorang pianis yang terkenal.
Selang beberapa waktu kemudian, di kota tersebut datang seorang pianis yang sangat terkenal. Karena ketenarannya, dalam waktu singkat tiket konser telah terjual habis. Sang ayah membeli 2 buah tiket pertunjukan, untuk dirinya dan anaknya.
Pada hari pertunjukan, satu jam sebelum konser dimulai, kursi telah terisi penuh, sang ayah duduk dan putranya tepat berada di sampingnya. Seperti layaknya seorang anak kecil, anak ini pun tidak betah duduk diam terlalu lama, tanpa sepengetahuan anaknya, ia menyelinap pergi.
Ketika lampu gedung mulai diredupkan, sang ayah terkejut menyadari bahwa putranya tidak ada di sampingnya. Ia lebih terkejut lagi ketika melihat anaknya berada dekat panggung pertunjukan, dan sedang berjalan menghampiri piano yang akan dimainkan pianis tersebut.
Didorong oleh rasa ingin tahu, tanpa takut anak tersebut duduk di depan piano dan mulai memainkan sebuah lagu, lagu yang sederhana, twinkle2 little star.
Operator lampu sorot, yang terkejut mendengar adanya suara piano mengira bahwa konser telah dimulai tanpa aba-aba terlebih dahulu, dan ia langsung menyorotkan lampunya ke tengah panggung. Seluruh penonton terkejut, melihat yang berada di panggung bukan sang pianis, tapi hanyalah seorang anak kecil. Sang pianis pun terkejut, dan bergegas naik ke atas panggung. Melihat anak tersebut, sang pianis tidak menjadi marah, ia tersenyum dan berkata,
"Teruslah bermain" dan sang anak yang mendapat ijin, meneruskan permainannya.
Sang pianis lalu duduk, di samping anak itu, dan mulai bermain mengimbangi permainan anak itu, ia mengisi semua kelemahan permainan anak itu, dan akhirnya tercipta suatu komposisi permainan yang sangat indah. Bahkan mereka seakan menyatu dalam permainan piano tersebut.
Ketika mereka berdua selesai, seluruh penonton menyambut dengan meriah, karangan bunga dilemparkan ke tengah panggung. Sang anak jadi besar kepala, pikirnya, "Gila, baru belajar piano sebulan saja sudah hebat!" Ia lupa bahwa yang disoraki oleh penonton adalah sang pianis yang duduk di sebelahnya, mengisi semua kekurangannya dan menjadikan permainannya sempurna.
Demikian juga di dalam kehidupan kita, kita sering merasa bahwa keberhasilan yang kita raih , semua itu hanya karena usaha dan kerja keras kita. Kita lupa bahwa semua itu terjadi karena Tuhan yang menolong kita dan tanpa Dia apapun yang kita kerjakan tidak akan berhasil. Tapi bila Tuhan ada disamping kita, kita akan mampu melakukan hal ? hal yang sederhana menjadi luar biasa.
http://groups.yahoo.com/group/BeCeKa/message/2705
Oleh: chen lina
Sunday, September 2, 2007 2:20:25 AM:
BalasHapusseperti menemukan oase di tengah "gurun ang membara "
thx for that
Chen lina wrote dan Eka yang posting:
BalasHapusKita lupa bahwa semua itu terjadi karena Tuhan yang menolong kita dan tanpa Dia
apapun yang kita kerjakan tidak akan berhasil. Tapi bila Tuhan ada disamping
kita, kita akan mampu melakukan hal ? hal yang sederhana menjadi luar biasa.
Rendy:
Kalo agama lain seperti katholik islam dll. Sangat cocok sekali dengan statement
itu. Kalo agama Buddha???? Tolong pencerahan dari bung eka, apakah artikel ini
mungkin punya arti dan maksud lain???
Saya hanya melihat esensi dari cerita ini adalah jangan sombong akan
BalasHapuskeberhasilan yang di raih, sebab ada orang belakangnya yang setia
mendukung.
'lah wong cerita ini dalam katagori penyejuk batin/ motivasi/
pengendalian diri dst. Jadi mau pakai kata apa, dari mana, menurut saya
sah-sah saja bahkan itu akan memperkaya khasana kata (tidak kaku seperti
angin yang dapat masuk & keluar di lubang yang sempit).
Saran buat Bro. Wira....
Kirim terus cerita indahnya sebagai santapan batin di pagi hari atau
saat selesai istirahat siang.
^_^
Bud I
Dari cerita itu
BalasHapus" Kita lupa bahwa semua itu terjadi karena Tuhan yang menolong kita dan tanpa
Dia apapun yang kita kerjakan tidak akan berhasil. "
Kalau dari yang anda katakan saya setuju jika dilihat dari cara pandang anda.
Nah mungkin saya perjelas lagi yah. Saya kurang setujunya karna ada kata-kata
"Tanpa dia APAPUN yang kita kerjakan tidak akan berhasil". Nah ada kata apapun
berarti bukan hanya kejadian itu (anak kecil berkaloborasi dengan tuhan yang
main piano) tetapi semua kejadian diluar kejadian main piano. Jadi semua hal
yang kita kerjakan mesti ada campur tangan tuhan donk biar berhasil. Gimana
orang yang ga berhasil. Tuhan kaga bantu donk?? Pilih kasih ah kalo begitu.
Tidak adil tuhan.
Salam metta,
Rendy
Seperti apa yg Sang Buddha katakan, semua adalah hasil dari buah karma kita baik
BalasHapuskusala atau akusala karma, tidak ada hal lain yg mempengaruhi selain itu.
Jadi cerita di bawah ini saya kurang sependapat atau kurang cocok dgn paham
budhisme.
Terima kasih,
Darmawan
Sdr Darmawan yg baik...
BalasHapusKamma-vipaka hanya satu dari 24 Paccaya, yg sesungguhnya mempengaruhi
keseluruhan hiduo & kehidupan tiap makhluk hidup... Artinya: kamma bukankah
satu²nya penyebab tunggal (walopun memang dominan).
Yang pasti juga, kosep ketuhanan causa-prima jg tdk termasuk salah satu di dlm
faktor 24 Paccaya sih...
+++++++++
Darmawan wrote:
baik kusala atau akusala karma, tidak ada hal lain yg mempengaruhi selain itu.
°
•
Sukhi Hotu,
Gun@saro
Terima kasih Pak Gun...
BalasHapusDarmawan
Mas rendy,
BalasHapusCerita piano tersebut mengisyaratkan bahwa keingin tahuanlah awal kita untuk
melangkah, untuk kepercayaan diri dalam meneruskannya akan ada jalan untuk
bertahan dan menyelesaikannya. Setelah berhasil menyelesaikannya, patutlah kita
sadari bahwa kita tidak pernah sendirian menyelesaikannya..selalu ada bantuan
disaat yang diperlukan..
(untuk krislam...setiap mendapatkan pertolongan/bantuan dan jalan keluar maka
yang mendapatkan kredit pujian apresiasi adalah tuhan)
Jadi, Siapa bilang untuk agama non buddhis tidak cocok..
Buddhis juga mengakui Tuhan, namun tidak seperti krislam.
Menurut saya yang disampaikan Sang Buddha adalah panduan agar keluar dari
lingkaran tumimballahir diawali dengan ketertarikannya dan melakukannya dengan
gigih penuh kesadaran.
Sehingga sangat tidak tepat dikatakan pencerahan dilakukan dengan usaha sendiri,
yang lebih tepat adalah dilakukan dengan percaya diri dan berjuang dengan penuh
kesadaran!
Bukankah Sidarta Gautama dalam perjuangannya mencapai Buddha juga mendapatkan
bantuan?
Selama enam tahun di hutan uruwela bersemedi menyiksa diri tanpa hasil hingga
kulit pembungkus tulang dan suatu ketika dalam pertapaannya mendengar seorang
tua sedang menasehati anaknya di atas perahu yang melintasi sungai Nairanjana
dengan mengatakan,
" Bila senar kecapi ini dikencangkan, suaranya akan
semakin tinggi. Kalau terlalu dikencangkan, putuslah senar kecapi ini, dan
lenyaplah suara kecapi itu. Bila senar kecapi ini dikendorkan, suaranya akan
semakin merendah. Kalau terlalu dikendorkan, maka lenyaplah suara kecapi itu."
Nasehat tersebut
sangat berarti bagi pertapa Gautama yang akhirnya memutuskan untuk menghentikan
tapanya lalu pergi ke sungai untuk mandi. Badannya yang telah tinggal tulang
hampir tidak sanggup untuk menopang tubuh pertapa Gautama. Seorang wanita
bernama Sujata memberi pertapa Gautama semangkuk susu.
Bantuan itu datang kapan saja kita butuhkan, masalahnya kita mengenali itu atau
tidak? berikut contoh cerita yang menarik:
Seorang lelaki berdoa: “Oh Tuhan ... ijinkanlah aku untuk mendengar-Mu”
Tiba-tiba guntur mengggelegar namun ia tak mendengarnya dan terus khusuk berdoa.
“Oh Tuhan ... ijinkanlah aku untuk melihat-Mu” demikian ia berdoa kembali.
Sekuntum mawarpun mekar tepat di hadapannya, saking khusuknya ia berdoa sampai
tertunduk dan iapun tidak melihatnya.
“Oh Tuhan ... ijinkanlah aku untuk menyentuh-Mu”; doanya kian memelas sembari
mengibas seekor kupu-kupu cantik yang hinggap di lengannya.
Diterjemahkan oleh Gung Dé dari Spiritual Jokes (Buddhist and Theosophist)
*********************************************
Kalau Anda bisa mengerti, Anda bisa memaklumi.
Kalau Anda bisa memaklumi, Anda bisa bersabar.
~anonymous 211106 -05.
*********************************************
http://groups.yahoo.com/group/BeCeKa/message/2899
from: NGestOE RAHardjo
Sunting: Wirajhana
http://wirajhana-eka.blogspot.com/2007/08/tuhan-selalu-mengabulkan-permintaan.ht\
ml
Sori jika menyela diskusi Sdr Wirajhana & Sdr Rendy...
BalasHapusAlinea pertama di bawah bermuatan latar pemahaman non-Buddhisme yg kental.
Buddhisme menitikberatkan secara optimum bhw segala essensi hidup ini: 4
Kebenaran Hakiki: ttg adanya dukkha, asal dukkha, padamnya dukkha, serta jalan
perealisasiannya... Ada pada & di dalam nama & rupa itu sendiri (perpaduan dr
pancakkhandha). Segala fenomena yg ada & dr luar semata² persepsi utuh dari
dalam...
Pemahaman ttg dukkha, munculnya dukkha, padamnya dukkha, & perealisasian
jalan... Kesemuanya ada di dalam perpaduan pancakkhanda itu sendiri... "Bantuan"
dengan konteks apapun merupakan pengkondisian oleh pancakkhanda itu sendiri...
Pihak non-Buddhisme, tidak melihat fenomena ini semua sebagaimana apa adanya,
sehingga melibatkannya sebagai campur-tangan pihak luar...
Pertapa Gotama memilih ekstrim menyiksa diri selama ± 6 thn, ada penyebab
terdekat: karena mentok dgn ekstrim serta praktik yg diajarkan guru² sebelumnya
(bantuan juga kah? Tdk berhasil, maka gak dibilang bantuna yah?). Apakah
penyebab terjauh? Krn dahulu pernah menceloteh Sammasambuddha Kassapa, hal ini
yg mengkondisikan bathin Beliau mengarah kepada praktik ekstrim siksa diri...
It's no given... It's been conditioned...
Sujata hari itu kembali & berapresiasi kepada (yg dia anggap sebagai dewa
pohon), pun karena memiliki keturunan sesuai harapannya. Ada penyebab terdekat
yg mendahului, bukan kebetulan semata²... Kondisinya pas dgn keputusan Pertapa
Gotama utk tdk praktik ekstrim. Sekali lagi, karena sungguh "misterius", banyak
pihak menilai itu 'kebetulan' atau sdh 'direncanakan'... Padahal semua berlaku
secara mandiri & terkondisi dari akumulasi terangkai...
Yang pernah sy baca dr tulisan Bhante Narada Mahathera... Pertapa Gotama tdk
terinspirasi oleh kejadian permainan sitar (ada versi bapak-anak, ada pula versi
guru-murid)...
Pertapa Gotama teringat kembali akan saat kecilnya ketika bermeditasi di bawah
pohon kala upacara panen raya, saat itu Beliau mencapai ketenangan Jhana.
Ayahanda Beliau bahkan terkagum² ber-namakara di hadapan-Nya... Saat itu Beliau
terinspirasi bahwa rupa & nama merupakan komposisi yg perlu berimbang utk saling
mendukung, bukan sebaliknya. Semua ini merupakan proses perpaduan, maka dari itu
perlu dijaga proporsional... Kemudian barulah diujarkan perumpamaan tentang alat
petik sitar itu... Menurut Bhante Narada banyak kutipan komentari yg menulis bhw
kejadian sitar itu terjadi, padahal tdk demikian...
Tapi menurut saya, itu tidak essensiil... Entar ada juga bisa bilang bhw, event
"mengingat meditasi saat muda" itu juga merupakan "bantuan Illahi"... Kembali
lagi kepada konsep causa-prima jadinya...
Ada yg tahu grup musik cadas, Skid Row? Mereka dikomentari oleh kritikus musik
saat itu bhw keberhasilan mereka di belantika musik rock krn digusung oleh nama
besar Bon Jovi. Dave 'The Sanke' Sabo sang gitaris berkomentar: tidak sedikit
grup amatir yg juga dibantu oleh tangan² besar, namun mereka gagal total. Kami
merupakan sebagian kecil sekali dr grup yg berusaha diusung oleh pentolan
seperti Bon Jovi...
Apakah semata² Jon Bon Jovi? Meskipun dia sangat dikagumi krn sering bantu grup
lain seperti Firehouse juga? Ini semua terjadi dgn pengkondisian 2 dua arah yg
pas... Tidak ada dominasi satu arah...
100 orang dgn masalah yg sama berjejer di depan altar Kwan-Im, mantra/do'a sama,
dibaca dengan postur sama, seriusnya sama... Apakah hasilnya sama berlaku utk
100 org tsb? Retreat jalan salib atau doa Novena bisa ribuan orang, coba
seragamkan jadi ratusan org yg dgn problematik yg sama. Do'a Salam Maria &
rosario yg sama, apa semua dapat hasil yg sama?
Faktanya, yg justru jeblok pun banyak... Migrasi agama pun banyak...
Org atheis yg sukses nan bahagia yg tidak pernah praktik do'a seperti di atas
juga banyak... Mengapa? Karena semua akan berlaku sesuai dgn hukum/tertib
keselaran kosmis yg berlaku universal, Panca Niyama...
Cerita yg Sdr Wirajhan share ini ada filmnya, saya lupa judulnya... Bercerita
latar di belahan dunia Eropa...
Plokk 8 x……
BalasHapusTepat sekaleee…..
Meluruskan satu pandangan yang menyatakan “seolah-olah” ada bantuan.
Banyak umat Buddha terjebak dalam ‘konsep’ sprt itu.
Cukup memprihatinkan shg banyak umat yang jadi ‘pengemis’.
Xie-xie
Mira
Chen lina wrote dan Eka yang posting:
BalasHapusKita lupa bahwa semua itu terjadi karena Tuhan yang menolong kita dan
tanpa Dia apapun yang kita kerjakan tidak akan berhasil. Tapi bila Tuhan
ada
disamping kita, kita akan mampu melakukan hal ? hal yang sederhana menjadi
luar biasa.
Abin:
Sungguh pernyataan yang luar biasaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa......
Luar biasa bego maksudku.
Trus kalau udah pakai tuhan, tetap gagal.... maka
bilangnya..........."cobaan", "ujian", "hukuman".
Geblek koq ya gak habis-habis!
Asal tahu aja nich.... tuhan bisa nolong itu juga minta ijin aku dulu!
Kalau aku gak ngijinkan ya bisa apa tuhan?
Waduh Tuhan ada disamping kita ya?? wah berarti kita
BalasHapusmesti hati2 kalo buang gas atau BAB.. malu dilihat
Tuhan (^_^)
Tuhan masih di personalisasi tapi jika di gali lebih
dalam tidak pernah mengakui tuhan itu di
personalisasi.. agak bingung.. sungguh bingung
--- Abin_Abin@... wrote:
> Chen lina wrote dan Eka yang posting:
Saudara Abin se-dharma,
BalasHapusSaya agak kurang setuju dengan pernyataan ketidak sepahaman anda di bawah. Coba
mulailah memilih kata kata yang bijaksana (seperti apa yg Sang Budha anjurkan)
agar tidak ada orang lain yg tersinggung.
maaf atas email saya ini, karena saya ingin orang lain yg baru bergabung
(seperti saya) memiliki kesan baik atas milis ini.
Sabbhe sattha bhavantu sukhitata,
Darmawan
No problem,Bro.
BalasHapusItu ciri khas dari bung abin.( Gak ada Loe ... Gak Rame ... )
Hahaha ...
Milis ini tempat kita belajar juga,jadi kalau ada kata2 yang kurang
berkenaan ,harap di maklumi.
Semoga semua mahluk Berbahagia
memaklumi bro abin sih boleh saja, tetapi diharapkan bro abin ingat
BalasHapustujuan awal milis ini adalah Milis Samaggi Phala merupakan sarana
menjalin persahabatan para umat dan simpatisan Buddhis di seluruh
penjuru dunia. Persahabatan hendaknya juga diwarnai dengan diskusi
Dhamma maupun hal-hal lainnya yang tidak harus terlalu serius.
Hampir semua peserta milis dapat mengirimkan email tanpa di moderator-
i. Oleh karena itu, gunakanlah milis ini dengan bijaksana sehingga
banyak fihak dapat memetik manfaatnya.
Perlu disadari bahwa semua email yang telah dikirimkan ke Milis
Samaggi Phala akan dapat dibaca oleh berbagai fihak di berbagai
penjuru dunia serta dapat bertahan untuk waktu yang lama. Jadi,
marilah kita jaga bersama keluhuran Ajaran Sang Buddha dengan menjaga
serta menghindari tulisan yang dapat menimbulkan kesan buruk untuk
Agama Buddha maupun memancing permusuhan dengan agama dan kepercayaan
lain.
Semoga kebaikan dan kedamaian bersama dapat kita wujudkan.
Semoga Anda berbahagia dalam Buddha Dhamma.
Semoga semua mahluk berbahagia. ok mudah-mudahan dapat dimengerti dan
dipahami oleh semua rekan-rekan istirahat (untuk bro abin jika masih
belum bisa berubah istirahat saja dulu deh. ini hanya anjuran loh)
sis mira yang baik, gak baik loh menulis seperti itu. secara tidak langsung anda
BalasHapussedang menjelek-jelekan agama lain (walaupun mungkin tanpa disengaja). pada
intinya tuhan tidak pernah menampakkan wujudnya kepada siapapun. jadi manusia
yang membuat tafsirannya menurut keyakinannya masing-masing. satu hal lagi tuhan
tidak pernah minta dipuji,promosi,dsbnya. adapun maksud dari semua itu (seperti
kristen ke gereja setiap minggu, islam sholat 5 waktu, dsb nya) adalah untuk
melatih manusia agar tidak terlalu melekat kepada kehidupan keduniawian
(uang,jabatan,dsb-nya). dan jika saya mau jujur (ini menurut saya loh) kita
semua masih seperti seorang anak-anak yang jika melakukan sesuatu masih
mengharapkan suatu hadiah. contohnya: ada sebagian umat kristiani mengikuti
kebaktian setiap minggu hanya agar dosanya diampuni oleh tuhan, memuji tuhan
melalui lagu-lagu supaya tuhan senang/ supaya disayang dan dicintai tuhan, dan
berbagai alasan yang lain. contoh lain lagi ada aturan di
ajaran islam (kalo gak salah yah) jika seorang muslim tidak menjalankan sholat
5 waktu .maka segala sesuatu yang dia lakukan (kegiatan keagamaan) tidak sah.
dan banyak juga umat buddha yang ke vihara/ klenteng mempunyai motivasi meminta
rejeki (yang paling sering), minta jodoh, dan berbagai motivasi yang lain.. jadi
intinya kita seperti seorang anak kecil/ seorang pedagang yang melakukan sesuatu
jika ada hadiah atau jika ada untungnya (bagi pedagang) jika gak ada hadiah
ataupun untungnya ogah amet (betul tidak? saatnya kita jujur pada diri kita
sendiri) . padahal maksud yang terkandung di dalamnya sangat bagus untuk semua
umat beragama yaitu jangan terlalu melekat dengan kehidupan keduniawian sebab
dari situlah semua masalah/ bencana bermula. jika tidak percaya silakan
rekan-rekan milis telusuri sendiri dan buktikan sendiri tulisan saya ini. semoga
hasil buah pikir saya ini dapat menjadi bahan renungan bagi kita semua dan tak
lupa saya mengucapkan semoga semua makhluk
berbahagia. terima kasih jika ada tulisan saya yang salah/ kurang berkenan bagi
rekan-rekan sekalian mohon dikoreksi
Sy sependapat dengan penjelasan Bung Rudy.
BalasHapusMenjelek2kan agama lain dan juga Tuhan mereka sebenarnya sudah
termaksud perbuatan buruk lho ...
Hormatilah orang2 yang percaya pada Tuhan,dan doakan semoga mereka
semua Berbahagia.
Sy ada pertanyaan kepada Sis Mira, Mengapa anda begitu yakin bahwa
Tuhan di agama lain adalah fiktif ? Apakah anda mempunyai indera ke
6 atau 7 bahkan 8 .... ?
Kita tidak tahu apakah Tuhan ada atau tidak, tapi sebaiknyalah kita
sebagai umat Buddha yang baik menghormati Tuhan agama lain.
Cukup menghormati saja,tak perlu sampai menyembahyangi Tuhan
mereka.Itu sudah bisa di sebut Umat Buddha yang baik hati.:)
Salam metta
Felix
abin,abin masih tidak berubah saja gaya bahasamu. maksud anda baik tetapi jika
BalasHapuscara penyampaiannya kurang simpatik, maka maksud dan tujuan yang ingin anda
sampaikan kepada para pembaca/ rekan-rekan sekalian tidak akan tercapai. jadi
tolong dirubah yah. semoaga semua makhluk berbahagia
Abin:
Sungguh pernyataan yang luar biasaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaa... ...
Bung Rudy,Gaya bahasa bung Abin memang khas.
BalasHapusItulah yang menarik dari Bung Abin.
Sy menanggapi sedikit pernyataan Bung Abin,
Oh..ya Bung , mengapa anda begitu yakin bahwa Tuhan agama lain
adalah fiktif ?
Bayangkan 1 Milyard manusia di dunia menganut agama K,dan mereka
percaya akan keberadaan Tuhan.
Bisakah sy mewakili bung Abin mengatakan bahwa 1 Milyard manusia
itu " Bego " ?
Bagaimana pendapat anda ?
Semoga semua mahluk Berbahagia
Salam metta ,
Felix
Felix:
BalasHapusOh..ya Bung , mengapa anda begitu yakin bahwa Tuhan agama lain
adalah fiktif ?
Bayangkan 1 Milyard manusia di dunia menganut agama K,dan mereka
percaya akan keberadaan Tuhan.
Bisakah sy mewakili bung Abin mengatakan bahwa 1 Milyard manusia
itu " Bego " ?
Bagaimana pendapat anda ?
Abin:
Bung Felix, coba anda baca artikel yang sangat bagus ini.
Ini dulu saya ketik ulang dari buku
Tak Kenal Maka Tak Sayang
karya Handaka Vijjananda.
*MENGAPA ORANG PINTAR MENGANUT KEPERCAYAAN YANG TAK MASUK AKAL?*
Mengapa manusia mempercayai agama secara membabi-buta, meskipun pada
kenyataannya mereka tidak mampu memberikan bukti atas apa yang mereka
percayai? Ini adalah hal yang sangat menakjubkan. Apakah kepercayaan
agama adalah sifat-sifat genetis yang diturunkan? Beberapa orang percaya
akan adanya sentra bahasa dalam otak manusia yang memungkinkan seorang
anak dengan mudah mempelajari sebuah bahasa, ada pula sentra agama dalam
otak yang membuat manusia cenderung selalu menjadi seorang penganut
agama. Pendapat ini sangat populer di antara para pakar neurobiologis
seperti yang dimuat dalam artikel utama di halaman depan majalah
Newsweek (Tuhan dan Otak, 7 Mei 2001).
Apakah agama itu? Jika didefinisikan agama sebagai suatu keimanan
(dengan mengesampingkan aspek-aspek sosio-poiltis-nya) maka dapat kita
katakan bahwa agama adalah suatu kepercayaan yang tidak dilandasi oleh
bukti-bukti. Kita tidak pernah mempercayai atau meyakini sesuatu yang
tidak dilandasi oleh bukti. Segala sesuatu yang dilandasi oleh
bukti-bukti nyata adalah seusatu yang kita ketahui saat ini. Sebagai
contoh, kita ambil bigfoot (yeti). Beberapa orang mempercayai bahwa ada
suatu makhluk yang menyerupai manusia dalam hutan-hutan tertentu yang
selama ini mampu menghindari persinggungan dengan peradaban manusia.
Tiada yang mustahil akan kepercayaan ini. Neanderthal adalah suatu
spesies unik yang berbeda dengan manusia, dan mereka dianggap telah
punah 30.000 tahun yang lalu. Apakah mungkin beberapa diantaranya dapat
bertahan hingga sekarang? Semuanya mungkin saja. Sebagai spesies yang
mirip dengan manusia, jika makhluk-makhluk ini benar-benar ada, mereka
mungkin memiliki otak yang cukup besar untuk memiliki kemampuan untuk
mempertahankan hidup. Mereka mengetahui bahwa manusia memiliki peralatan
dan (pada kenyataannya) sangat berbahaya. Sehingga sangat logis untuk
diyakini jika mereka selalu menghindari persinggungan dengan manusia,
dan hal inilah yang menerangkan mengapa hingga sekarang kita tidak
pernah mampu menangkap mereka. Bagaimanapun juga, bukti-bukti keberadaan
bigfoot itu ada, meskipun sangat terbatas. Anda bebas untuk mempercayai
atau tidak mempercayai keberadaan makhluk ini, namun bagaimana jika
suatu hari ada yang berhasil menangkap seekor bigfoot? Pada saat
tersebut kita tidak lagi “percaya†tapi “tahu†bahwa bigfoot itu
benar-benar ada. Inilah perbedaan antara “mengetahui†dan “mempercayaiâ€.
*Hal-hal yang dapat dibuktikan keberadaannya dengan dukungan fakta-fakta
disebut pengetahuan. Hal yang tidak atau memiliki sedikit bukti
didefinisikan sebagai kepercayaan.*
Iman adalah kepercayaan yang mendalam, suatu keadaan di mana beberapa
hal dipercayai meskipun tidak ada bukti-bukti yang mendukung. Apakah hal
ini tertanam dalam benak kita? Apakah kita secara genetis terprogram
untuk bisa mempercayai tanpa adanya bukti? Adalah hal yang sulit
dipercaya bahwa iman atau pemikiran yang irasional telah terprogram
dalam benak kita. *Kemudian pertanyaan yang timbul adalah: mengapa ada
banyak orang yang mempercayai sesuatu meskipun tidak dilandasi olah
bukti-bukti?*
Jawabannya dapat kita amati dari proses seorang individu
bertumbuh-kembang. Pada awal pertumbuhannya, seorang anak tidak memiliki
cara berpikir yang rasional. Anak-anak bukanlah pemikir yang rasional,
mereka adalah pengkhayal. Bagi seorang anak, logika tidaklah penting dan
mereka tidak merasa memerlukannya. Anak-anak mempercayai bahwa orang tua
mereka adalah “yang mahakuasa†dan mereka percaya bahwa mereka selalu
dicintai dan diperhatikan. Kepercayaan akan kekuasaan absolut orang tua
mereka sangatlah penting bagi seorang anak untuk mendapatkan rasa aman.
Dengan kepercayaan tersebut seorang anak akan merasa terlindungi dan
aman. Mereka dapat mengandalkan pelindungnya yang sangat bekuasa untuk
menopang, mengawasi, melindungi, dan menyelamatkan mereka pada saat
dibutuhkan. Pada tahap evolusi ini, pemikiran logis tidak diperlukan.
Logika justru kadang bisa menjadi kontra-produktif bagi seorang anak.
Kepercayaan lebih penting daripada logika bagi kelangsungan seorang
anak. Seorang anak harus memiliki kepastian bahwa mereka tidak akan
ditelantarkan dan tidak akan harus mempertahankan dirinya sendiri.
*Hanya dengan kepercayaan membuta akan orang tuanya, seorang anak akan
merasa aman.*
Seorang anak juga butuh untuk mengembangkan khayalan dan impiannya.
Anak-anak membutuhkan cerita-cerita dongeng, mitos dan legenda.
Anak-anak adalah pengkhayal. Khayalan sangat penting bagi pertumbuhan
emosional seorang anak. Seorang anak tidak mengalami kesulitan untuk
mempersonifikasikan hewan-hewan dalam khayalannya dan bahkan
menganimasikan benda-benda seperti mainannya sebagai makhluk hidup.
Mereka bercakap-cakap dengan teman “khayalan†mereka dan mereka merasa
takut terhadap monster-monster, perwujudan fantasi mereka sendiri, yang
seoleh bersembunyi di bawah ranjang mereka. Pada saat mereka merasa
lemah, tidak berdaya dan terkalahkan, pada saat mereka kesepian,
ketakutan dan merasa dalam bahaya, mereka bisa mengkhayalkan diri mereka
sebagai seorang manusia super dengan kekuatan yang tak terhingga. Dalam
khayalan, mereka dapat mengalahkan musuh-musuhnya, membalasnya,
menghajar mereka, dan selalu menang. Mereka dapat menjadi seorang
pahlawan, terbang, dan melakukan keajaiban-keajaiban lain dalam
khayalannya. Khayalan adalah kompensasi dari keterbatasan fisik mereka
dan khayalan merupakan sumber kekuatan supranatural imaginer mereka.
*Hal inilah yang menjelaskan mengapa khayalan sangat penting untuk
kelangsungan seorang anak yang masih merasa lemah dan tak berdaya.*
*Anak-anak sebetulnya sangat “jatah†terhadap sesamanya, sama seperti
yang dilakukan oleh nenek moyang kita.* Seorang anak yang tertindas oleh
anak-anak lain yang lebih besar akan membayangkan bahwa suatu hari
seorang penolong yang sangat hebat akan datang untuk menghukum anak-anak
yang menindasnya. Dalam khayalannya mereka membayangkan musuh-musuh
mereka dihancurkan. Nenek moyang kita juga mempunyai cara berpikir yang
sama. Ketika musuh menindas mereka dengan kejam dan ketika tiada seorang
pun yang datang menolong mereka, ketika mereka mendapat perlakuan yang
tidak adil dan tertekan, mereka akan memohon bantuan Tuhan. Mereka
membayangkan seorang juru selamat akan datang untuk menolong mereka,
membalas musuh-musuh mereka dan menegakkan keadilan. Sebagai contoh,
kita dapat melihatnya dalam kitab Mazmur 35, yang merupakan doa untuk
memohon bantuan dari Tuhan.
/1. Dari Daud. Berbantahlah, Tuhan, melawan orang berbantah dengan aku,
berperanglah melawanorang yang berperang melawan aku! 2. Peganglah
periasi dan utar-utar, bangunlah menolong aku. 3. Cabutlah tombak dan
kapak menghadapi oragn-orang yang mengejar aku; katakanlah kepada
jiwaku: “Akulah keselamatanmu!†4. Biarlah mendapat malu dan kena noda,
orang-orang yang ingin mencabut nyawaku; biarlah mundur dan tersipu-sipu
orang-orang yang merancang kecelakaanku! 5. Biarlah mereka seperti sekam
dibawa angin didorong Malaikat Tuhan; 6. Biarlah jalan mereka gelap dan
licin, dan Malaikat Tuhan mengejar mereka! 7. Karena tanpa alasan mereka
memasang jaring terhadap aku, tanpa alasan mereka menggali pelubang
untuk nyawaku. 8. Biarlah kebinasaan mendatangi dia dengan tidak
disangka-sangka, jerat yang dipasangnya, biarlah menangkap dia sendiri,
biarlah dia jatuh dan musnah! 9. Tetapi aku bersorak-sorak karena Tuhan,
aku girang karena keselamat dari pada-Nya; 10. Segala tulangku berkata:
“Ya, Tuhan, siapakah yang seperti Engkau yang melepaskan orang sengsara
dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya, orang sengsara dan
miskin dari tangan orang yang merampasi dia?â€/
Sebagai manusia, kita akan melewati beberapa tahap pertumbuhan. Dalam
tahap awal evolusi kita, kita akan berpikir secara magis. Kita
membutuhkan dongeng-dongeng. Kita meyakini adanya Tuhan yang sangat
berkuasa yang akan melindungi, menyantuni, mencintai, dan kadang-kadang
menghukum kita apabila kita tidak berkelakuan baik. Kita mempercayai
kekuatan doa-doa. Pada saat kita kesepian, putus asa, dan menghadapi
masalah, kita meyakinkan diri kita sendiri bahwa kita tidak sendiri; ada
Bapa di surga yang mencintai dan melindungi kita. Kita meyakini bahwa
Dia tidak akan meninggalkan kita. Apabila kita tidak dapat mandiri
dengan kemampuan diri kita sendiri, kita masih bisa bergantung pada
Tuhan. Apabila kita tertindas dan tidak dapat membalas, kita akan
mempercayai bahwa pada suatu saat akan ada Hari Pembalasan, di mana yang
tertindas akan mendapat pahala dan yang menindas akan dihukum. *Terlepas
dari sebenarnya Tuhan itu ada atau tidak ada, efek yang diakibatkannya
terhadap psikologi dan emosi manusia sangat nyata dan penting.*
Ketika kita memakan buah pengetahuan yang terlarang, ketika kita dibuang
dari surga di mana binatang-binatang lain hidup, ketika kita mulai sadar
akan ketelanjangan, ketidakberdayaan, dan kesepian kita, kita mulai
mencari Tuhan (ibu) yang mampu mencintai kita tanpa batas dan kemuidan
Tuhan (Bapa) untuk melindungi kita, dan kepada-Nya kita memohon.
Tidak seluruh kebudayaan yang ada mempercayai akan adanya Tuhan, namun
mereka mempercayai akan adanya makhluk-makhluk lain yang mempunyai
kemampuan super, roh-roh, atau dewa-dewa yang akan datang untuk
menyelamatkan umatnya pada saat-saat yang dibutuhkan.
Kepercayaan bersifat primitif, namun mereka sangat vital bagi
pertumbuhan psikologis dan emosional manusia. Ketika manusia melewati
masa kanak-kanaknya, kepercayaan akan membantu mereka untuk mengatasi
kesulitan dan masalah yang dialaminya. Namun setelah kita melewati masa
kanak-kanak, kebutuhan akan kepercayaan terhadap adanya
kekuatan-kekuatan eksternal akan hilang, Kita tidak memerlukan konsep
Tuhan lagi untuk menyantuni kita karena kita telah mampu untuk mandiri.
Kita tidak merasa perlu lagi untuk berlindung kepada Tuhan untuk
menyelamatkan kita dari penyakit dan bencana karena kita telah mampu
untuk melindungi diri kita dengan segala pengetahuan yang telah kita
miliki. Kita akan mengandalkan kemampuan kita sendiri, bukan pada
doa-doa dan persembahan kepada Tuhan,
Sejalan dengan kedewasaan kita, kepercayaan akan adanya
kekuatan-kekuatan eksternal akan berkurang, namun kebutuhan kita akan
kepercayaan terhadap sesuatu tidak akan hilang begitu saja.* Kita masih
harus mempercayai potensi diri kita sendiri, mempercayai bahwa kita
dapat melakukannya secara mendiri. Kepercayaan tersebut masih ada,
meskipun objeknya telah berubah. *Pada suatu waktu kita mempercayai
adanya Tuhan yang mahakuasa, yang akan datang untuk menyelamatkan kita
jika kita memohonnya, namun kita kita meyakini bahwa ilmu pengetahuan
dan logika mampu menjawab masalah-masalah kita.
Proses pematangan ini belum berakhir. Kita masih harus terus berkembang
dan mencapai kematanga. Sejumlah kecil manusia mampu mencapai kematangan
ini. Mereka inilah yang menciptakan standar. Mereka adalah orang-orang
yang mampu membuka jalan dan menentukan tujuan. Namun mayoritas dari
kita masih belum mampu mencapai tahap ini. Mayoritas dari kita masih
secara emosional dalam tahap kanak-kanak. Kita masih memerlukan iman.
Hanya beberapa orang dari kita yang mampu membebaskan diri dari iman
akan adanya sesuatu yang supranatural, dewa-dewa, malaikat-malaikat, dan
dongeng lainnya, namun kebanyakan dari kita masih terikat pada belenggu
kepercayaan.
Kebanyakan manusia lebih bersifat emosional daripada intelektual. Oleh
karena itu, kita masih dapat menemukan orang-orang terpelajar, para
cendekiawan, dengan banyak gelar dan kualifikasi akademis, yang masih
bersifat kekanak-kanakan dan emosional. Masih banyak akademisi, ilmuwan,
baik pria maupun wanita, dengan tingkat kecerdasan yang tinggi tidak
mampu melepaskan diri dari belenggu kepercayaan terhadap Tuhan dan
agama. Sebagai cendekiawan, orang-orang ini tidak akan menerima segala
sesuatu yang tidak didasari oleh adanya bukti-bukti nyata, namun mereka
bersedia untuk mengesampingkan intelektualitas mereka dan menerima
kepercayaan-kepercayaan religius dengan hanya didasarkan pada iman saja.
Hal ini terlihat seperti bertolak belakang (paradoks), namun pada
kenyataannya tidak.
Kematangan intelektual dan kematangan emosional adalah dua hal yang
berbeda. Seseorang mungkin mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi,
namun masih belum matang secara emosional. Dan kebutuhan emosional
selalu mendahului kebutuhan intelektual. Apabila terjadi konflik di
antara keduanya, manusia akan selalu mendahulukan emosinya daripada
integritas intelektualnya.
Rasa aman kita akan timbul jika kita dapat memenuhi kebutuhan emosional
kita. Iman akan Tuhan adalah suatu kepercayaan yang tidak masuk akal,
namun kepercayaan ini tidaklah lebih mengenaskan daripada perasaan
kesepian tanpa adanya sesuatu yang mahatahu, maha pengasih, dan maha
penyayang tempat kita berlindung pada saat-saat dibutuhkan. Perasaan
bahwa kita hidup sendiri tanpa ada siapa pun untuk dijadikan
perlindungan adalah hal yang mengerikan. Kita mungkin adalah orang-orang
yang telah dewasa atau mungkin berusia lanjut, namun secara emosional
kita masih kekanak-kanakan, kita membutuhkan perlindungan dan kasih
sayang dari orang tua kita, kita membutuhkan kepercayaan akan adanya
tempat berlindung yang disebut sebagai Tuhan.
Ada satu hal yang patut kita bahas di sini. Pada suatu saat kiat
bertindak sebagai seorang penganut namun pada saat yang lain kita
berperilaku sebagai seorang yang berpikiran bebas. Seperti yang telah
saya katakan, ada para cendekiawan yang berpikir secara bebas untuk
seluruh aspek kehidupan mereka kecuali agama, ada pula orang-orang yang
tidak dapat memahami keberadaan Tuhan karena mereka tidak mendapatkan
cukup bukti untuk meyakini keberadaannya, namun dengan mudahnya
mempercayai astrologi (atau hal-hal aneh lainnya) sebagai suatu ilmu
pengetahuan. Di lain pihak ada pula mereka yang sangat religius dan
tidak pernah mempermasalahkan tentang keberadaan Tuhan sekalipun tidak
ditunjang dengan adanya bukti-bukti nyata tentang keberadaannya, namun
mampu menolak astrologi dan mencapnya sebagai sesuatu yang tidak masuk
akal. Ada pula yang berpandangan bebas dalam segala aspek kehidupan,
namun juga mampu mempercayai keberadaan Tuhan dan astrologi, dan ada
pula orang yang menolak mempercayai semuanya. Kadagn-kadang kita
bertindak secara tidak rasional karena pada suatu saat kita skeptis
terhadap suatu hal, namun pada saat lain kita dapat mempercayai hal-hal
lain yang tidak masuk akal dengan mudah.
Materialisme juga merupakan suatu bentuk kepercayaan. Banyak orang telah
mengalami fenomena-fenomena seperti mati suri, telepati, kemampuan
penglihatan psikis, atau mukjizat lainnya. Pengalaman-pengalaman ini
tidak dapat kita buktikan. Seorang yang rasional tidak akan dengan mudah
memepercayai hal ini apabila tidak dilandasi oleh bukti-buktin yata.
Namun ada pula yang menolak meyakini adanya fenomena-fenomena ini secara
tegas dan berusaha untuk meniadakannya dengan argumentasi-argumentasi
yang dilandasi oleh kepercayaan seseorang yang beragama. *Kepercayaan
yang membuta bahwa segala fenomena yang ada harus dapat dijelaskan
berdasarkan ilmu pengetahuan manusia yang masih terbatas adalah juga
suatu bentuk kepercayaan dalam banyak komunitas yang dinamakan ilmuwan
semu.*
Hal yang menggembirakan adalah kenyataan bahwa iman yang membuta dapat
pula diluruskan. *Selalu ada sesuatu hal dalam setiap kepercayaan
sehingga bahwa mereka yang paling fanatik pun tidak akan dapat
mempercayai dengan mudah.* Hal ini dapat kita definisikan sebagai “titik
kritis kepercayaan†seorang penganut. Seluruh iman didasarkan atas
kepercayaan kepada sesuatu meskipun tidak dilandasi oleh adanya
bukti-bukti, namun setiap penganut selalu dapat menemukan sesuatu yang
tidak masuk akal menurutnya. Titik kritis ini berbeda-beda pada setiap
individu tergantung pada pemahaman dan kebijaksanaan masing-masing
individu. Hal ini dapat bersifat sementara, namun ini adalah setitik
nila yang dapat merusak sebelanga susu, dan hal ini akan mengaktifkan
“efek domino†yang akan mengakibatkan runtuhnya iman mereka. Apabila
seorang penganut mampu menemukan keanehan yang tidak akan pernah dapat
mereka mengerti dalam doktrin kepercayaannya, maka mereka akan segera
menemukan hal-hal lain yang menurut mereka juga tidak masuk akal. Mereka
akan mulai meragukan segala sesuatu yang telah dapat dengan mudah mereka
percayai sebelumnya dan istana pasir imannya akan runtuh. Namun tidak
banyak orang yang dapat mencapai tahap pertama keadaan ini.
Ketakutan atas sesuatu yang baru, ketakutan akan perpisahan, ketakutan
akan kehilangan sosok imaginatif yang selalu dapat diandalkan, ketakutan
akan kesendirian tanpa tempat berlindung adalah risiko yang terlalu
besar untuk dihadapi. Setiap orang memiliki sesuatu yang dapat
memberikan rasa nyaman. *Perubahan berarti meninggalkan zona kenyamanan
(comfort zone). Hal ini tidak mudah untuk dilakukan.* Sama seperti kita
meninggalkan rumah kita dan bertualang seorang diri tanpa seorang pun
yang dapat mengayomi kita. Di rumah kita selalu akan diayomi. Di rumah
semua kebutuhan emosional kita akan terpenuhi. Kita memiliki sebuah
figur yang dapat kita andalkan, dalam hal keagamaan figur tersebut
adalah imaginatif. Namun kepada siapa kita kan berlindung jika kita
bertualang? Siapa yang akan menemani kita apabila kita merasa kesepian?
Risiko perpisahan adalah sangat besar. Orang-orang yang dipenjara akan
mengalami hal ini ketika mereka telah dibebaskan dari penjaria. Mereka
akan mengalami hal ini ketika mereka telah dibebaskan dari penjara.
Mereka akan mengalami depresi berat. Penjara adalah penjara, namun
penjara telah jadi rumah mereka. Setelah mereka dibebaskan, apa yang
dapat mereka lakukan? Bagaimana mereka menghadapi tantangan dunia luar
sendiri?
Perpisahan akan menyebabkan penderitaan yang sangat dalam sehingga
mereka akan terjebak dalam nostalgia yang mengharukan. Mereka akan
mengalami depresi. Penderitaan seperti inilah yang akan kita rasakan
apabila kita memutuskan untuk memutuskan tali ikatan dengan sosok
imaginatif kita. Kita meras jika kita meninggalkan naungannya kita tidak
akan dapat kembali lagi. Kita telah termanjakan dalam lindungannya. Dia
adalah teman terbaik kita dalam saat-saat susah.* Meskipun kita
mengetahui bahwa tidak pernah sekali pun dia secara nyata-nyata membantu
kita, namun setidaknya ida selalu ada untuk mendengarkan keluh-kesah
kita, dia mendengarkan tangan kita, dan ini cukup untuk melegakan kita.*
Keraguan yang memicu benask seorang penganut selalu berawal dari suatu
kejadian kecil. Namun sekali keraguan ini tersemai, keraguan tersebut
akan tumbuh, bahkan kadang-kadang tidak disadari oleh penganut tersebut.
*Pencarian kebenaran ini, adalah suatu proses yang tidak mudah dan
menyakitkan. Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mampu memahaminya,
tergantung pada kematangan emosional dan spiritual kita serta keberanian
kita untuk mengambil risiko.* Pada dasarnya kita bisa matang secara
emosional; pada suatu titik kita akan menyadari hal ini dan mulai
meninggalkan kepercayaan membuta kita, namun proses ini bisa berjalan
sangat lama, atau bisa tidak terjadi sama sekali sampai akhir hayat.
*Seperti benin pada umumnya, benih-benih pencerahan membutuhkan
lingkungan yang memadai untuk dapat mulai tumbuh. *Apabila kebebasan
berpikir dan kebebasan berbicara dikebiri, pemikiran rasional tidak akan
berkembang, dan iman membuta akan menjadi bayang-bayang kegelapan batin
bagi orang-orang yang mengandalkan rasa percaya. Secara global beberapa
kondisi di bawah ini bisa menciptakan kondisi yang menunjang tumbuhnya
semangat pencarian kebenaran, yang merupakan langkah awal menuju gerbang
pencerahan.
1) Kejayaan sistem demokrasi liberal atas sistem politik otokrat atau
diktator. *Di bawah bendera demokrasi, seharusnya kita tidak hanya
membicarakan demokrasi dalam hal politik, namun juga demokrasi kebebasan
berpikir dan berpendapat.* Ini adalah gerbang keterbukaan pada jalan
pikiran yang baru dan toleransi sejati terhadap perbedaan sudut pandang.
Keterbukaan ini telah dicontohkan dengan perubahan sikap Gereja Katholik
terhadap keyakinan agama lain, yang ditetapkan dalam Konsili Vatikan II
(1963-1965). Hal ini menumbuhkan rasa hormat dan toleransi kepada
agama-agama non-Kristiani.
*2) *Membaiknya taraf ekonomi, yang di satu sisi bisa mengurangi
kecematan akan kemelaratan dan mengkondisikan masyarakat untuk bisa
lebih mencari-cari pandangan hidup baru. Ini pula yang terjadi di dunia
barat. *Pada suatu titik kulminasi, meningkatnya konsumerisme “membantuâ€
masyarakat Barat menyadari bahwa pengejaran materi sama sekali tidak
menjamin kebahagiaan sejati.*
*3) *Tingginya standar pendidikan. Hal ini meningkatkan kemampuan
berpikir rasional dan memaparkan masyarakat terpelajar dengan
kemajemukan sudut pandang yang berangkat dari berbagai pengetahuan
manusia. *Pendidikan juga melatih masyarakat untuk berpikir kritis dan
analisis mengenai gagasan-gagasan baru.*
4) Kemajuan teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi yang mempu
menyatukan seluruh umat manusia di dunia. *Teknologi informasi akan
menyulitkan kekuatan kegelapan yang telah selama ini menutupi kebenaran
dan mengebiri kebebasan berpikir dan kebebasan berpendapat.* Sepanjang
sejarah, manusia selalu mempertanyakan dogma-dogma yang mereka hormati
dan hargai, ketika mereka tidak menemukan jawaban yang memuaskan maka
benih keraguan mulai tersemai dan proses mencapai pencerahan telah di
mulai
~ooOoo~
artikel bagus,
BalasHapusitu mungkin sebabnya di eropa katanya gereja2 mulai kosong (tidak sepenuh
waktu dulu).....
karena tingkat pendidikan yang tinggi, sehingga mereka mulai mempertanyakan
dogma2 yang dahulu dipercayai...
Bro Abin, pernah baca buku SEJARAH TUHAN karya Karen Amstrong, katanya
bagus.
itu membahas sejarah Tuhan versi Islam,Kristen dari awal, dan diakhiri
dengan kesimpulan bahwa ada kemungkinan bahwa manusia sedang bergerak dari
Tuhan Personal menuju Tuhan Impersonal (nah Tuhan impersonal ini mirip
dengan Tuhan versi Buddhist)... (katanya sih saya juga belum baca, kalau
sudah baca mungkin bisa kasih review nya)
......................
Wah, saya belum baca tuh.
BalasHapusBelum sempat cari-cari buku lagi.....
Tapi thanks atas masukannya.