Kamis, 09 Agustus 2007

Eisenhower: Emas di Dalam Jiwa


Di dalam kehidupan ada banyak orang yang lugu dan baik hati. Namun pada umumnya seiring dengan standard moralitas umat manusia yang melorot, manusia kadang kala bisa beranggapan bahwa orang yang baik hati itu sangat tolol dan bodoh. Sesungguhnya baik hati adalah etika moralitas yang paling tinggi diantara karakter manusia, orang yang berbuat banyak kebajikan, patut dikagumi. Jikalau seseorang memiliki hati yang baik, barulah bisa menyempurnakan kehidupannya sendiri. Seseorang tidak serta-merta rugi sesuatu hanya dikarenakan kebaikan hati dan perbuatan baiknya sendiri, malah sebaliknya ia akan memperoleh imbalan rejeki berkat akumulasi berkahnya. Meskipun pada hal-hal sepele di dalam kehidupan sehari-hari, orang yang baik hati juga bisa merasa gembira atas suka cita orang lain, merasa bahagia atas kebahagiaan orang lain, pada setiap saat tidak akan bergendang paha dan merugikan orang lain demi keuntungan diri sendiri. Insan yang bermoral jiwanya bertalian dengan Tuhan, di kala marabahaya senantiasa hanya keterkejutan yang dialami tapi tidak sampai membahayakan, memperoleh kemujuran dikala bencana, menjumpai kesulitan akan beralih menjadi suka-cita.. Di tengah kehendak takdir, Tuhan melindungi orang yang baik hati. Semua orang yang berkhianat dan licik di dalam masyarakat, seperti Hitler, Qin Hui dan sebangsanya, walau merasa diri sendiri pandai, toh akhirnya tak mampu mengandalkan pengkianatan dan kelicikannya untuk merubah nasib mereka yang berkesudahan dengan memalukan.
Suatu hari dalam perang dunia ke II, panglima tertinggi pasukan sekutu di Eropa, Eisenhower di suatu tempat di Perancis berkendaraan pulang menuju pusat komando untuk mengikuti rapat dadakan kemiliteran. Pada hari tersebut turun hujan salju dengan deras, udara terasa sangat dingin, mobil melaju seperti barisan tamu sepanjang jalan. Tiba-tiba ia melihat sepasang suami isteri Perancis duduk di pinggir jalan dan menggigil kedinginan. Ia segera memerintahkan penterjemah disebelahnya untuk turun menanyakan keadaan mereka. Seorang penasehat dengan sigap mengingatkannya:
“Kita harus tiba di rapat pusat komando dengan tepat waktu, persoalan semacam ini sebaiknya diserahkan kepada pihak kepolisian setempat.”
Akan tetapi Eisenhower bersikukuh:
“Apabila menunggu pihak polisi datang, sepasang suami isteri tua ini barangkali sudah mati kedinginan!”
Melalui tanya jawab baru diketahui bahwa sepasang orangtua tersebut sedang dalam perjalanan mengungsi ke Paris ke rumah anaknya, tetapi mobilnya malah mogok di tengah jalan. Di tempat itu selain jauh dari desa juga tak nampak adanya pertokoan, maka tak tahu bagaimana baiknya. Sesudah mendengar penuturan mereka Eisenhower segera meminta mereka menaiki kendaraan, malahan dengan khusus mengantar si pasangan tua tersebut ke Paris . Setelah itu barulah mereka menuju ke pusat komando.
Tidak pernah terpikir di benak Eisenhower melakukan kebajikan tersebut dengan pamrih. Akan tetapi, kebaikannya ternyata telah memperoleh imbalan yang tak terbayangkan. Ternyata pada hari itu tentara penyergap Nazi-Jerman sudah sejak pagi mendekam di dekat jalan yang harus dilalui oleh mereka, tinggal menunggu momentum dimana mobilnya melintas maka dengan segera akan dilakukan pembunuhan rahasia. Andaikata bukan demi membantu si pasangan sepuh lalu merubah perjalanan berkendara mereka, ia kemungkinan besar akan sangat sulit terhindar dari malapetaka tersebut. Jikalau Eisenhower mengalami penyergapan dan gugur, maka sejarah perang dunia ke II sangat mungkin akan ditulis ulang.
Apakah yang paling berharga di dalam kehidupan manusia? Yu Guo menjawab dengan bagus: Baik hati.
“Baik hati adalah mutiara langka di dalam sejarah, orang yang baik hati hampir boleh dikatakan lebih unggul daripada tokoh besar.”
Penulis Amerika Mark Twain menyebutkan baik hati adalah semacam bahasa lintas global, ia bisa membuat orang buta “melek” dan orang tuli “mendengar”. Hati yang bajik berkilauan bagaikan emas murni, bersih dan kemilau bagaikan sari embun. Hati yang bajik pasti luas dan lapang, mampu mewadahi seluruh mahluk alam semesta, dan menciptakan kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia. Orang yang berbuat kebaikan tanpa pamrih acap kali bisa memperoleh imbalan tak terduga, ini merupakan kodrat alami dari sebab-akibat yang gilir berputar. Manusia yang baik hati seringkali membahagiakan orang lain, yang sesungguhnya juga membawa rezeki bagi dirinya sendiri.
“Membantu orang lain, sama dengan membantu diri sendiri.”
Perkataan ini mutlak bukan hanya berupa imbalan sebab akibat yang sederhana, melainkan adalah hal pokok menjadi seorang manusia. Biarkanlah kebajikan eksis bersamaan dengan jiwa, ini merupakan berkah besar bagi manusia. Asalkan terdapat kebajikan di dalam jiwa, tentu keceriaan akan sering hadir dalam kehidupan; asalkan terdapat kebajikan di dalam jiwa, kebahagiaan akan senantiasa mendampingi kehidupan seseorang; dengan adanya kebajikan di dalam kehidupan, barulah jiwa bisa membubung dengan tiada henti. Baik hati adalah emas di dalam kehidupan, baik hati adalah sinar kehidupan yang paling mulia di dalam karakter manusia.
Sumber :Dajiyuan, penulis: Guan Ming
Erabaru News rabu 8 Agustus 2007, kiriman dari :jesse.rotinsulu@bp.pratamagroup.com

0 KOMENTAR ANDA:

Posting Komentar