Kamis, 11 Oktober 2007

Tanpa Kekerasan Bukanlah Tanpa Perlawanan..


Ada seekor ular yang amat besar dan sadis. Ular itu tinggal di suatu lobang pohon, dan dia suka sekali memakan ayam dan menggigit orang sehingga orang-orang di desa tersebut merasa takut pada ular itu. Suatu hari, seorang yogi agung melewati tempat tersebut, kemudian duduk di dekat pohon itu dan bermeditasi. Ular itu merasakan perubahan dalam dirinya dan kedamaian yang luar biasa. Kemudian ular itu bertanya pada sang yogi, bagaimana dapat meredam sifat sadisnya, sifat-sifat jahatnya, dan bagaimana agar bisa menjadi seekor ular yang baik hati. Sang yogi mengajarkannya lima sila: jangan menyakiti orang, harus makan vegetarian, jangan berbohong, jangan melakukan ini dan itu, jangan berjudi....., yah bagaimanapun ular itu tidak tahu sama sekali tentang judi. Jadi, hal yang paling penting untuk diketahuinya adalah jangan menyakiti orang lain.

Ular itu berkata, "Mulai hari ini, aku akan berlatih meditasi, makan vegetarian, aku tidak akan memakan ayam lagi, dan juga aku tidak akan menggigit orang lagi!"


Hingga suatu hari, sang yogi harus pergi beberapa hari. Dia berpesan pada ular itu, untuk tetap tinggal di rumah, berlatih meditasi, dan tunggu dia pulang. Kebetulan, anak-anak desa lewat dan melihat ular tersebut sekarang duduk dengan amat tenang dalam meditasi dan samadhi, sehingga mereka merasa tidak takut lagi padanya. Mereka ingin membalas dendam karena sebelumnya mereka amat takut padanya. Lalu, mereka mengambil batu dan melemparkannya. Ular itu tidak melakukan apapun. Gurunya tidak mengatakan padanya bahwa dia tidak boleh marah, tapi jangan menyakiti orang lain. Maksudnya jangan menunjukkan sifat kekejaman sama sekali. Ahimsa berarti tanpa kekerasan. Sehingga ular itu tetap diam dan coba untuk bermeditasi lagi, namun anak-anak itu menendangnya, menarik ekornya, dan menggulungnya dalam bentuk lingkaran. Ular itu menjadi pusing. Kemudian mereka melemparkannya ke dahan pohon serta memukulnya, dan melakukan segala kekerasan kepadanya. Seluruh badannya biru legam, hitam dan biru; dan ular itu berbaring dalam keadaan sekarat.

Sang yogi pulang dan bertanya, "Apa yang terjadi padamu?"
Ular itu menjawab, "Ini gara-gara lima sila tersebut - tanpa kekejaman."
Sang yogi amat kaget, "Apa??!!...tanpa kekejaman?"
Ular itu kemudian menjelaskan lebih lanjut, "Guru mengajariku untuk tidak boleh kejam, jadi kemarin anak-anak ke sini, menarik ekorku, dan menyambit batu padaku. Aku tidak bereaksi sama sekali, jadi mereka meneruskan permainannya. Sekarang aku sekarat!"
Gurunya berkata, "Ah..Kamu benar-benar bodoh. Aku tidak mengatakan bahwa kamu tidak boleh mendesis. Kamu boleh mendesis untuk menghalau orang."


Itulah bedanya antara memiliki Kebijaksanaan dengan tidak memiliki Kebijaksanaan. Bila kita tidak memiliki Kebijaksanaan, kita akan dikendalikan oleh emosi. Bila kita memiliki Kebijaksanaan tidaklah berarti harus menghilangkan sama sekali emosi, tapi hanya perlu mengenali dan menggunakannya pada situasi, kondisi dan cara yang tepat.

Digubah dari cerita asli dengan judul: Cara menggunakan Kemarahan
Diceritakan oleh Maha Guru Ching Hai
Harvard University, Boston, USA
27 Oktober 1989
http://www.kontaktuhan.org/cerita/kemarahan.htm

0 KOMENTAR ANDA:

Posting Komentar