Kamis, 11 Oktober 2007

Seorang Miskin, Pohon Mangga dan Seorang Raja


Sila pertama yang harus kita taati dalam berlatih spiritual adalah "ahimsa", yang berarti "tanpa kekerasan." Kisah ini membicarakan ahimsa yang ideal.

Pada suatu hari, seorang miskin sedang berjalan melewati hutan mangga, dimana dia melihat banyak mangga pada pepohonan yang kelihatannya sangat lezat dan menggoda. Dia amat lapar karena dia belum makan selama tiga hari. Maka dia segera memungut batu dan melemparkannya pada salah satu pohon mangga. Beberapa mangga yang besar berjatuhan di tanah dan orang itu merasa sangat gembira. Lalu dia memungut mangga-mangga itu dan memakannya dengan penuh nafsu.

Kebetulan sekali pada waktu itu raja sedang bermain catur dengan permaisurinya yang cantik di hutan mangga itu, dan batu yang telah menjatuhkan buah-buahan dari pohon mangga itu kemudian mendarat di kepala raja. Untung saja, topi raja melindungi kepalanya, tetapi batu itu membuat topi itu terjatuh, dan demikianlah orang yang paling miskin bertemu dengan orang yang paling kaya di kerajaan itu. Raja yang merasa amat beruntung karena nyaris terkena batu itu, tidak bermaksud untuk menyelidiki hal itu. Namun, permaisuri dan menteri-menteri yang ada disampingnya sangat marah, dan mereka mencari penyerang yang telah melempar batu itu. Mereka tidak dapat memahami mengapa orang itu begitu berani untuk melemparkan batu kepada raja. Dibalik itu, mereka ingin memperoleh penghargaan atas pekerjaan mereka. Mereka segera menahan orang miskin itu, dengan serta merta mengadakan sidang ditempat, dan menjatuhkan hukuman mati kepada dia karena menyerang raja.

Kemudian raja bangkit dari kursinya dan menanyakan kepada menteri-menteri mengapa mereka menjatuhkan hukuman mati kepada orang itu. Dia lalu menyuruh pelempar batu itu dibawa kehadapannya dan bertanya, "Mengapa kamu melempar batu?" "Untuk mendapat mangga dari pohon," jawab orang itu. "Apakah kamu mendapatkan mangga?" "Ya, tuanku." "Sudahkah kamu memakan mangga itu?" "Ya,Tuanku."

Raja lalu berbalik kepada menteri-menterinya dan berkata, "Orang miskin itu lapar, dan dia menimpuk pohon dengan batu ini. Dia mendapat beberapa mangga dan memakannya. Sekarang beritahukan saya, berapa lama dia akan menjadi kenyang setelah memakan mangga-mangga itu?" "Kira-kira dua puluh empat jam, tuanku. Dia tidak akan lapar selama sehari penuh." "Benar. Sekarang saya ingin umumkan keputusan saya." Semua orang menunggu dengan cemas, berpikir, "Adakah yang lebih buruk daripada hukuman mati? Kami sudah menjatuhkan hukuman mati kepada orang itu. Bagaimana lagi raja ingin menghukum dia?"

Kemudian raja mengumumkan, "Saya memerintahkan bahwa mulai hari ini sampai akhir hidupnya di bumi, orang miskin ini akan menerima makanan yang cukup dari kita untuk dimakan olehnya. Sampaikan perintah saya sekarang juga kepada menteri ekonomi." Semua orang tercengang dan bingung. Hukuman macam apa ini? Mereka belum pernah dengar hukuman yang seperti itu. Ratu mengira bahwa itu dikarenakan dia telah melayani raja dengan baik, dengan demikian dia membuatnya gembira. Ratu tersenyum, mengira bahwa itu adalah jasanya.

"Sayangku!" kata raja kepada ratu, "Beritahu saya, apakah pohon mangga itu adalah suatu obyek yang hidup atau bukan?" "Bukan suatu obyek yang hidup, tuanku," jawab ratu. "Dan bagaimana dengan saya?" raja bertanya. Dan ratu menjawab, "Mengapa bertanya demikian, yang mulia. Manusia, ciptaan tertinggi, adalah makhluk-makhluk hidup dan baginda adalah permata diantara manusia, orang yang saleh, agung, berbudi dan bijaksana."

Raja melanjutkan, "Sayangku, karena saya adalah seorang makhluk hidup, bagaimana saya pantas sebagai manusia jika saya gagal membuktikan bahwa saya lebih berharga daripada pohon itu? Apa gunanya Tuhan memberikan saya status kemanusiaan ini?" Ratu berkata, "Baginda lebih berharga daripada semua orang lain untuk status kemanusiaan yang telah diberikan Tuhan kepada baginda. Tapi mengapa baginda mengatakan ini? Apakah maksudnya?"

"Lihat! Orang miskin itu menimpuk pohon dengan sebuah batu, dan pohon itu memberikan buahnya yang lezat untuk dimakan, buah itu memenuhi rasa laparnya selama sehari. Batu itu juga mengenai saya. Karena saya adalah raja dari segala makhluk hidup dan permata diantara manusia, bukankah seharusnya saya membuktikan bahwa diri saya lebih berharga daripada pohon? (Guru dan semua orang tertawa; tepuk tangan.) Itulah sebabnya saya telah memerintahkan untuk memberikan makanan kepada orang ini sepanjang hidupnya."

Dengan segera, ratu, menteri-menteri, bawahan-bawahan dan pelayan-pelayan semuanya menjatuhkan diri di kaki raja, bersujud kepada dia. Mereka memujanya, menyatakan, "Oh! Tuanku! Baginda adalah seorang raja yang benar-benar jarang dan amat saleh. Siapakah, selain Tuhan, yang dapat mewujudkan kasih sayang dan kemurahan hati yang seperti itu? Tuhan ada didalam diri baginda. Pahala, berkah dan cinta-kasih baginda adalah sebanding dengan Sang Budha, Yesus Kristus, dan orang-orang suci dan para bijaksana yang agung di segala jaman. Hanya penguasa seperti baginda yang dapat memberikan inspirasi kepada orang-orang untuk mengembangkan kasih sayang dan cinta-kasih didalam diri mereka. Terinspirasi oleh teladanmu yang agung, orang-orang akan mengasihi dan melayani satu dengan lainnya. Mereka akan menyucikan tubuh, ucapan dan pikiran mereka, dan mengubah tubuh dan jiwa mereka menjadi orang-orang yang terlatih. Berkatilah kami, agar kami dapat menjadi pelayan-pelayan dan pengikut-pengikutmu yang setia selamanya."

Ini adalah sebuah kisah yang sangat bagus. Beginilah cara kita harus bersikap. Kadang-kadang, kita tidak lebih baik daripada pohon. Ketika kalian memukul sebuah pohon atau menggoyangnya, ia akan menjatuhkan buah untuk memberi kalian makan. Tetapi saat kalian menggoyang dan memukul seseorang, dia mungkin akan membunuh kalian karenanya. (Tertawa) Beberapa orang benar-benar tidak lebih baik daripada pohon!

Judul asli: Perangai Seorang Raja yang Saleh
Diceritakan oleh Maha Guru Ching Hai
Jepang, 1 oktober 1991
http://www.kontaktuhan.org/cerita/raja_saleh.htm

0 KOMENTAR ANDA:

Posting Komentar