Sabtu, 20 Oktober 2007
Nyanyian Manusia
Aku ada disini sejak awal,
Dan aku masih ada di sini. Dan
Aku akan tetap di sini sampai kiamat, karena
Tak ada kata akhir bagi duka citaku yang getir
Aku berkelana ke angkasa raya yang tak terbatas, dan
Membumbung tinggi dalam dunia khayal,
Mengapung melewati cakrawala. Tapi
Inilah aku, tawanan ukuran.
Aku mendengar ajaran Confusius;
Aku mendengar kebijaksanaan;
Aku duduk disamping Buddha di bawah pohon pengetahuan.
Tapi aku masih disini bersama kebebalan
Dan kekafiran.
Aku ada di Sinai ketika Jehovah bertemu Musa;
Aku menyaksikan keajaiban Nazareth di Yordania;
Aku di Madinah ketika Muhammad hijrah.
Dan aku masih di sini, tawanan kebingungan.
Aku juga menyaksikan kebesaran Babilonia;
Aku mempelajari kejayaan Mesir;
Aku melihat perang besar di Roma.
Pelajaranku yang awal dulu masih memperlihatkan
Kelemahan dan prestasi yang memalukan
Aku berbincang dengan tukang-tukang sihir Ain Dour;
Aku berdebat dengan pendeta-pendeta Assyiria;
Aku belajar banyak dari nabi-nabi Palestina.
Tapi aku masih mencari kebenaran.
Aku mengumpulkan hikmat dari ketenangan India;
Aku menggali kekayaan zaman kuno dari Arabia;
Aku mendengar semua yang dapat didengar.
Tapi hatiku masih tuli dan buta.
Aku menderita karena penguasa-penguasa lalim
Aku diperbudak oleh para penakluk;
Aku menderita lapar karena tiran;
Tapi aku masih punya kekuatan dalam jiwa
Yang kuperjuangkan untuk menyambut hari-hariku
Pikiranku penuh, tapi hatiku kosong;
Tubuhku tua, tapi hatiku masih bayi.
Mungkin di masa muda hatiku akan tumbuh, tapi
Aku berdoa agar menjadi tua
Mencapai saat kembaliku pada Tuhan.
Aku telah ada disini sejak permulaan,
Dan aku masih ada di sini. Dan
Aku akan tetap disini sampai kiamat,
Karena tiada kata akhir bagi duka citaku yang getir.
'Kahlil Gibran,
"Cinta, Keindahan, Kesunyian",
Cetakan ke-7, Oktober 1999,
Penerbit Yayasan Bentang Budaya.
Diposting Pojokan Wirajhana di http://wirajhana-eka.blogspot.com, 23.48|PERMALINK
Label: Puisi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 KOMENTAR ANDA:
Posting Komentar