Sabtu, 08 November 2008

BhagawadGita, Bab 12 s/d 16


GitaDhyanam

  1. Arjuna Wisada Yoga, menguraikan keragu-raguan dalam diri Arjuna
  2. Samkhya Yoga, menguraikan ajaran yoga dan samkhya
  3. Karma Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena karma, usaha, perbuatan
  4. Jnana Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena ilmu pengetahuan suci
  5. Karma Samnyasa Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena prihatin
  6. Dhyana Yoga, menguraikan tentang makna dhyana sebaga satu sistem dalam yoga
  7. Jnana Widnyana Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena budi
  8. Aksara Brahma Yoga, menguraikan hakikat akan kekekalan Tuhan
  9. Raja Widya Rajaguhya Yoga, hakikat Ketuhanan sebagai raja dari segala ilmu pengetahuan (widya)
  10. Wibhuti Yoga, menguraikan akan sifat hakikat Tuhan yang absolut, tanpa awal, pertengahan dan akhir
  11. Wiswarupa Darsana Yoga, kelanjutan dari Wibhuti Yoga, dijelaskan dengan manifestasi secara nyata
  12. Bhakti Yoga, menguraikan tentang cara yoga dengan bhakti
  13. Ksetra Ksetradnya Yoga, menguraikan hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa dalam hubungan dengan purusa dan prakrti
  14. Guna Traya Wibhaga Yoga, membahas Triguna - Sattwam, Rajas dan Tamas
  15. Purusottama Yoga, menguraikan beryoga pada purusa yang Maha Tinggi, Hakikat Ketuhanan
  16. Daiwasura Sampad Wibhaga Yoga, membahas akan hakikat tingkah-laku manusia, baik dan buruk
  17. Sraddha Traya Wibhaga Yoga, menguraikan kepercayaan dan berkeyakinan pada Triguna
  18. Moksa Samnyasa Yoga, merupakan kesimpulan dari semua ajaran yang menjadi inti tujuan agama yang tertinggi.


Bhagavad Gita - Bab XII

Dvadaso’dhyayah
Bab XII

Bhakti Yoga

12-1

arjuna uvaca
evam satata-yukta ye
bhaktas tvam paryupasate
ye capy aksharam avyaktam
tesham ke yoga-vittamah

“Arjuna inquired: Which are considered to be more perfect, those who are always properly engaged in Your devotional service or those who worship the impersonal Brahman, the unmanifested?”

Arjuna berkata:
Para bhakta yang senantiasa bersungguh-sungguh memuja-Mu dan mereka yang memuja Yang Abadi dan Yang Tak Berwujud, yang manakah dari keduanya ini yang memiliki pengetahuan yoga yang lebih besar.

12-2

sri-bhagavan uvaca
mayy avesya mano ye mam
nitya-yukta upasate
shraddhaya parayopetas
te me yuktatama matah

“The Supreme Personality of Godhead said: Those who fix their minds on My personal form and are always engaged in worshiping Me with great and transcendental faith are considered by Me to be most perfect.”

Sri Bhagavan bersabda:
Mereka yang memusatkan pikirannya pada-Ku dengan menyembah-Ku dan senantiasa bersungguh-sungguh serta memiliki keyakinan yang sempurna, merekalah yang Aku anggap paling sempurna dalam yoga.


12-3 & 12-4

ye tv aksharam anirdesyam
avyaktam paryupasate
sarvatra-gam acintyam ca
kuta-stham acalam dhruvam

sanniyamyendriya-gramam
sarvatra sama-buddhayah
te prapnuvanti mam eva
sarva-bhuta-hite ratah

“But those who fully worship the unmanifested, that which lies beyond the perception of the senses, the all-pervading, inconceivable, unchanging, fixed and immovable—the impersonal conception of the Absolute Truth—by controlling the various senses and being equally disposed to everyone, such persons, engaged in the welfare of all, at last achieve Me.”

Tetapi mereka yang memuja Yang Abadi, Yang Tak Terdefinisikan, Yang Takberwujud, Yang Mahaada, Yang Takterpikirkan, Yang Takberubah dan Yang Tak Tergerakkan, Yang Konstan. Dengan menahan semua indra, senantiasa mantap dalam segala kondisi, senang dalam mensehjaterakan segala mahluk, mereka sesungguhnya datang kepada-Ku

12-5

kleso ’dhikataras tesam
avyaktasakta-cetasam
avyakta hi gatir duhkham
dehavadbhir avapyate

“For those whose minds are attached to the unmanifested, impersonal feature of the Supreme, advancement is very troublesome. To make progress in that discipline is always difficult for those who are embodied.”

Kesulitan dari mereka yang pikirannya terpusat pada Yang Takberwujud lebih besar, karena tujuan dari Yang Tak Berwujud itu sulit dicapai oleh mahluk-mahluk yang berwujud.

12-6 & 12-7

ye tu sarvani karmani
mayi sannyasya mat-parah
ananyenaiva yogena
mam dhyayanta upasate

tesam aham samuddharta
mrityu-samsara-sagarat
bhavami na cirat partha
mayy avesita-cetasam

“But those who worship Me, giving up all their activities unto Me and being devoted to Me without deviation, engaged in devotional service and always meditating upon Me, having fixed their minds upon Me, O son of Pritha—for them I am the swift deliverer from the ocean of birth and death.”

Tetapi mereka yang menyerahkan segala kegiatannya pada-Ku, bersungguh-sungguh kepada-Ku, memuja dan bermeditasi kepada-Ku, dengan pengabdian yang tak tergoyahkan. Yang pikirannya tertuju pada-Ku, dengan langsung dan segera Aku entaskan mereka dari lautan samsara (belenggu kelahiran dan kematian), wahai Partha (Arjuna).

12-8

mayy eva mana adhatsva
mayi buddhim nivesaya
nivasisyasi mayy eva
ata urdhvam na samsayah

“Just fix your mind upon Me, the Supreme Personality of Godhead, and engage all your intelligence in Me. Thus you will live in Me always, without a doubt.”

Kepada-Ku sajalah, pusatkan pikiranmu dan biarkanlah pemahamanmu berada di dalam-Ku. Hanya di dalam-Ku sajalah nantinya kamu akan hidup. Tentang hal ini tak perlu diragukan lagi.

12-9

atha cittam samadhatum
na saknosi mayi sthiram
abhyasa-yogena tato
mam icchaptum dhananjaya

“My dear Arjuna, O winner of wealth, if you cannot fix your mind upon Me without deviation, then follow the regulative principles of bhakti-yoga. In this way develop a desire to attain Me.”

Namun, apabila engkau tak mampu untuk memusatkan pikiranmu secara mantap pada-Ku, maka usahakanlah untuk mencapai-Ku dengan melaksanakan konsentrasi, wahai Dhananjaya

12-10

abhyase ’py asamartho ’si
mat-karma-paramo bhava
mad-artham api karmani
kurvan siddhim avapsyasi

“If you cannot practice the regulations of bhakti-yoga, then just try to work for Me, because by working for Me you will come to the perfect stage.”

Bila engkau juga tak mampu melakukan ini, maka jadikanlah dirimu sebagai orang yang melayani diri-Ku; bahkan dengan melakukan kegiatan demi untuk-Ku saja, engkau akan mencapai kesempurnaan.

12-11

athaitad apy asakto ’si
kartum mad-yogam asritah
sarva-karma-phala-tyagam
tatah kuru yatatmavan

“If, however, you are unable to work in this consciousness of Me, then try to act giving up all results of your work and try to be self-situated.”

Bila yang inipun tak dapat kamu lakukan, maka berlindunglah dalam kegiatanKu yang terdisiplinkan, lepaskan hasil dari segala kegiatan kerja dengan memasrahkan dirimu.

12-12

sreyo hi jnanam abhyasaj
jnanad dhyanam visisyate
dhyanat karma-phala-tyagas
tyagac chantir anantaram

“If you cannot take to this practice, then engage yourself in the cultivation of knowledge. Better than knowledge, however, is meditation, and better than meditation is renunciation of the fruits of action, for by such renunciation one can attain peace of mind.”

Sungguh lebih baik pengetahuan dari pada pelaksanaan konsentrasi; yang lebih baik dari pengetahuan adalah meditasi; lebih baik dari meditasi adalah pelepasan terhadap hasil dari kegiatan; karena dengan penyangkalan akan segera diikuti oleh kedamaian.

12-13 & 12-14

advesta sarva-bhutanam
maitrah karuna eva ca
nirmamo nirahankarah
sama-duhkha-sukhah ksami

santustah satatam yogi
yatatma drdha-niscayah
mayy arpita-mano-buddhir
yo mad-bhaktah sa me priyah

“One who is not envious but is a kind friend to all living entities, who does not think himself a proprietor and is free from false ego, who is equal in both happiness and distress, who is tolerant, always satisfied, self-controlled, and engaged in devotional service with determination, his mind and intelligence fixed on Me—such a devotee of Mine is very dear to Me.”

Dia yang tidak membenci semua mahluk, yang senantiasa bersikap ramah dan bersahabat, bebas dari rasa keakuan dan kemilikan serta pemaaf, berkeadaan sama dalam kesedihan maupun kesenangan. Yogi yang senantiasa puas, dengan sang diri yang terkendalikan, tak goyah oleh masalah apapun, dengan pikiran dan pemahaman yang diserahkan kepada-Ku, ia adalah bhakta-Ku yang Ku-kasihi.

12-15

yasman nodvijate loko
lokan nodvijate ca yah
harsamarsa-bhayodvegair
mukto yah sa ca me priyah

“He for whom no one is put into difficulty and who is not disturbed by anyone, who is equipoised in happiness and distress, fear and anxiety, is very dear to Me.”

Ia yang tidak mengganggu dunia dan tak terganggu oleh dunia, yang bebas dari kesenangan dan kemarahan, ketakutan dan kecemasan, ia juga Aku kasihi.

12-16

anapeksah sucir daksha
udasino gata-vyathah
sarvarambha-parityagi
yo mad-bhaktah sa me priyah

“My devotee who is not dependent on the ordinary course of activities, who is pure, expert, without cares, free from all pains, and not striving for some result, is very dear to Me.”

Dia yang tidak memiliki pengharapan, mahir dalam kegiatan kerja, tak perduli dan tak terusik, yang telah melepaskan segala inisiatif dalam kegiatan kerja, ia juga merupakan bhakta-Ku yang Aku kasihi.

12-17

yo na hrsyati na dvesti
na socati na kanksati
subhasubha-parityagi
bhaktiman yah sa me priyah

“One who neither rejoices nor grieves, who neither laments nor desires, and who renounces both auspicious and inauspicious things—such a devotee is very dear to Me.”

Dia yang tidak bersenang hati ataupun membenci, tidak bersedih ataupun berkeinginan dan yang telah melepaskan diri dari yang baik dan yang jahat, ia yang mengabdi seperti itu merupakan bhakta yang Aku kasihi.

12-18 & 12-19

samah satrau ca mitre ca
tatha manapamanayoh
sitosna-sukha-duhkhesu
samah sanga-vivarjitah

tulya-ninda-stutir mauni
santusto yena kenacit
aniketah sthira-matir
bhaktiman me priyo narah

“One who is equal to friends and enemies, who is equipoised in honor and dishonor, heat and cold, happiness and distress, fame and infamy, who is always free from contaminating association, always silent and satisfied with anything, who doesn’t care for any residence, who is fixed in knowledge and who is engaged in devotional service—such a person is very dear to Me.”

Ia yang bersikap sama terhadap kawan maupun lawan, juga terhadap kehormatan dan kehinaan dan yang bersikap sama pada panas dan dingin, kesedihan maupun kesenangan, bebas dari keterikatan. Ia yang memandang sama terhadap pujian dan makian, yang puasa bicara (mauna), yang tetap puas dengan apapun yang ada, yang tempat tinggalnya tidak tetap dan mantap dalam pikiran, orang yang berbhakti seperti ini sangat Aku kasihi.

12-20

ye tu dharmamritam idam
yathoktam paryupasate
sraddadhana mat-parama
bhaktas te ’tiva me priyah

“Those who follow this imperishable path of devotional service and who completely engage themselves with faith, making Me the supreme goal, are very, very dear to Me.”

Tetapi, mereka yang penuh keyakinan memandang-Ku sebagai tujuannya yang tertinggi, mengikuti kebijaksanaan abadi ini, bhakta yang demikian itulah yang paling Aku sayangi.

Disini berakhir Bab XII, percakapan yang berjudul: Bhakti Yoga

[Kembali]


Bhagavad Gita - Bab XIII

Trayodaso’dhyayah
Bab XIII

Ksetra Ksetrajna Wibhaga Yoga

13-1 & 13-2

arjuna uvaca
prakritim purusham caiva
kshetram kshetra-jnam eva ca
etad veditum icchami
jnanam jneyam ca keshava

sri-bhagavan uvaca
idam sariram kaunteya
kshetram ity abhidhiyate
etad yo vetti tam prahuh
kshetra-jna iti tad-vidah

“Arjuna said: O my dear Krishna, I wish to know about prakriti [nature], purusha [the enjoyer], and the field and the knower of the field, and of knowledge and the object of knowledge.

The Supreme Personality of Godhead said: This body, O son of Kunti, is called the field, and one who knows this body is called the knower of the field.”

Arjuna berkata:
Prakrti dan Purusa, ksetra dan ksetrajna, jnana dan jneya ini Aku ingin mengetahuinya, wahai Kesava (Krsna).

Sri Bhagavan bersabda:
Badan ini disebut sebagai Ksetra, wahai putra Kunti (Arjuna) dan yang mengetahuinya disebut Ksetrajna oleh mereka yang mengetahui hal ini.


13-3

kshetra-jnam capi mam viddhi
sarva-kshetresu bharata
kshetra-kshetrajnayor jnanam
yat taj jnanam matam mama

“O scion of Bharata, you should understand that I am also the knower in all bodies, and to understand this body and its knower is called knowledge. That is My opinion.”

Ketahuilah bahwa Aku adalah Yang Mengetahui (Ksetrajna) lapangan (ksetra) pada segala lapangan, wahai Bharata (Arjuna). Pengetahuan tentang lapangan (Ksetra) dan yang mengetahuinya (Ksetrajna). Aku anggap sebagai pengetahuan sejati

13-4

tat kshetram yac ca yadrk ca
yad-vikari yatas ca yat
sa ca yo yat-prabhavas ca
tat samasena me shrinu

“Now please hear My brief description of this field of activity and how it is constituted, what its changes are, whence it is produced, who that knower of the field of activities is, and what his influences are.”

Dengarkanlah secara singkat dari-Ku apa yang disebut lapangan (Ksetra), bagaimana sifat dan perubahan-perubahannya, dari mana asalnya; dan apa Ksetrajna itu serta apa kekuatannya.

13-5

rsibhir bahudha gitam
chandobhir vividhaih prithak
brahma-sutra-padais caiva
hetumadbhir viniscitaih

“That knowledge of the field of activities and of the knower of activities is described by various sages in various Vedic writings. It is especially presented in Vedanta-sutra with all reasoning as to cause and effect.”

Ini telah dikidungkan oleh para rsi dalam banyak cara dan saling berbeda, dalam berbagai macam irama dan juga dalam penalaran yang baik serta dalam pengungkapan konklusif dari aporisma tentang Yang Mutlak (brahmasutra).

13-6 & 13-7

maha-bhutany ahankaro
buddhir avyaktam eva ca
indriyani dasaikam ca
panca cendriya-gocarah

iccha dvesah sukham duhkham
sanghatas cetana dhrtih
etat kshetram samasena
sa-vikaram udahrtam

“The five great elements, false ego, intelligence, the unmanifested, the ten senses and the mind, the five sense objects, desire, hatred, happiness, distress, the aggregate, the life symptoms, and convictions—all these are considered, in summary, to be the field of activities and its interactions.”

Unsur-unsur dasar utama, keakuan, kecerdasan dan juga yang tak termanifestasikan, sepuluh indra dan pikiran serta lima obyek indra. Keinginan dan kebencian, kesenangan dan kesedihan, kumpulannya, kecerdasan dan kemantapan, sebagai Ksetra telah diuraikan secara singkat bersama-sama dengan modifikasinya.

13-8

amanitvam adambhitvam
ahimsa ksantir arjavam
acaryopasanam shaucam
sthairyam atma-vinigrahah

(9)

indriyarthesu vairagyam
anahankara eva ca
janma-mrityu-jara-vyadhi-
duhkha-dosanudarshanam

(10)

ashaktir anabhisvangah
putra-dara-grhadisu
nityam ca sama-cittatvam
istanistopapattisu

(11)

mayi cananya-yogena
bhaktir avyabhicarini
vivikta-desa-sevitvam
aratir jana-samsadi

(12)

adhyatma-jnana-nityatvam
tattva-jnanartha-darshanam
etaj jnanam iti proktam
ajnanam yad ato ’nyatha

“Humility; pridelessness; nonviolence; tolerance; simplicity; approaching a bona fide spiritual master; cleanliness; steadiness; self-control; renunciation of the objects of sense gratification; absence of false ego; the perception of the evil of birth, death, old age and disease; detachment; freedom from entanglement with children, wife, home and the rest; even-mindedness amid pleasant and unpleasant events; constant and unalloyed devotion to Me; aspiring to live in a solitary place; detachment from the general mass of people; accepting the importance of self-realization; and philosophical search for the Absolute Truth—all these I declare to be knowledge, and besides this whatever there may be is ignorance.”

Kerendahan hati, kejujuran, tanpa kekerasan, sabar, keadilan, pelayanan kepada guru, kemurnian badan dan pikiran, keteguhan hati dan pengendalian diri. Tak perduli pada obyek-obyek indriawi, menjauhkan diri dari bayangan jahatnya kematian, usia tua, kesakitan dan penderitaan. Tanpa keterikatan, bebas dari ketergantungan pada anak, istri, rumah dan sejenisnya, dan tetap berpikir seimbang terhadap peristiwa yang disenangi maupun yang tak disenangi. Pengabdian yang tak tergoyahkan kepada-Ku dengan pendisiplinan sepenuh hati, berlindung pada tempat yang terpencil, tidak menyukai kerumunan banyak orang. Secara terus menerus dalam pengetahuan tentang sang Diri, penglihatan batin tentang akhir dari pengetahuan Kebenaran - semuanya ini dinyatakan sebagai pengetahuan sejati dan semua yang lainnya sebagai bukan pengetahuan.

13-13

jneyam yat tat pravaksyami
yaj jnatvamritam asnute
anadi mat-param brahma
na sat tan nasad ucyate

“I shall now explain the knowable, knowing which you will taste the eternal. Brahman, the spirit, beginningless and subordinate to Me, lies beyond the cause and effect of this material world.”

Aku akan menguraikan tentang apa yang harus diketahui dan dengan mengetahuinya, kehidupan abadi dapat diperoleh. Itulah Brahman Tertinggi yang tanpa awal dan yang dikatakan bukan keberadaan maupun keberadaan (sat asat)

13-14

sarvatah pani-padam tat
sarvato ’ksi-siro-mukham
sarvatah shrutimal loke
sarvam avrtya tishthati

“Everywhere are His hands and legs, His eyes, heads and faces, and He has ears everywhere. In this way the Supersoul exists, pervading everything.”

Dengan tangan dan kaki dimana-mana, dengan mata, kepala dan muka pada semua sisi, dengan telinga pada segala sisi. Dia bersemayam di alam semesta ini, meliputi segalanya.

13-15

sarvendriya-gunabhasam
sarvendriya-vivarjitam
asaktam sarva-bhrc caiva
nirgunam guna-bhoktr ca

“The Supersoul is the original source of all senses, yet He is without senses. He is unattached, although He is the maintainer of all living beings. He transcends the modes of nature, and at the same time He is the master of all the modes of material nature.”

Dia tampaknya memiliki sifat-sifat seluruh indra namun tanpa indra sama sekali, tak terikat namun mendukung semuanya, bebas dari guna (sifat dari prakrti) namun menikmatinya.

13-16

bahir antas ca bhutanam
acaram caram eva ca
suksmatvat tad avijneyam
dura-stham cantike ca tat

“The Supreme Truth exists outside and inside of all living beings, the moving and the nonmoving. Because He is subtle, He is beyond the power of the material senses to see or to know. Although far, far away, He is also near to all.”

Ia ada di dalam dan di luar segala mahluk. Ia tak bergerak dan juga bergerak. Ia terlalu halus untuk dapat diketahui. Ia sangat jauh namun juga sangat dekat.

13-17

avibhaktam ca bhutesu
vibhaktam iva ca sthitam
bhuta-bhartr ca taj jneyam
grasisnu prabhavishnu ca

“Although the Supersoul appears to be divided among all beings, He is never divided. He is situated as one. Although He is the maintainer of every living entity, it is to be understood that He devours and develops all.”

Ia tak dapat dibagi-bagi namun juga tampaknya terbagi diantara mahluk-mahluk. Ia harus diketahui sebagai penopang mahluk hidup, memusnahkannya dan menciptakannya kembali.

13-18

jyotisam api taj jyotis
tamasah param ucyate
jnanam jneyam jnana-gamyam
hridi sarvasya visthitam

“He is the source of light in all luminous objects. He is beyond the darkness of matter and is unmanifested. He is knowledge, He is the object of knowledge, and He is the goal of knowledge. He is situated in everyone’s heart.”

Dia adalah Sinar dari segala sinar, yang dikatakan mengatasi kegelapan; obyek pengetahuan dan tujuan dari pengetahuan; Dia bersemayam dalam hati semua mahluk.

13-19

iti kshetram tatha jnanam
jneyam coktam samasatah
mad-bhakta etad vijnaya
mad-bhavayopapadyate

“Thus the field of activities [the body], knowledge and the knowable have been summarily described by Me. Only My devotees can understand this thoroughly and thus attain to My nature.”

Dengan demikian, ksetra, pengetahuan (jnana) dan obyek pengetahuan (jneya) telah diuraikan secara singkat. Para bhakta yang memahaminya layak untuk sampai ke tempat-Ku

13-20

prakritim purusham caiva
viddhy anadi ubhav api
vikarams ca gunams caiva
viddhi prakriti-sambhavan

“Material nature and the living entities should be understood to be beginningless. Their transformations and the modes of matter are products of material nature.”

Ketahuilah bahwa prakrti (alam) dan purusa (roh) keduanya tanpa awal; dan ketahui pulalah bahwa wujud dan sifat berasal dari prakrti (alam) tersebut.

13-21

karya-karana-kartrtve
hetuh prakritir ucyate
purushah sukha-duhkhanam
bhoktrtve hetur ucyate

“Nature is said to be the cause of all material causes and effects, whereas the living entity is the cause of the various sufferings and enjoyments in this world.”

Alam dikatakan sebagai penyebab dari akibat, alat dan pelaku dan roh dikatakan sebagai penyebab, dalam kaitannya dengan pengalaman kesenangan dan kesedihan.

13-22

purushah prakriti-stho hi
bhunkte prakriti-jan gunan
karanam guna-sango ’sya
sad-asad-yoni-janmasu

“The living entity in material nature thus follows the ways of life, enjoying the three modes of nature. This is due to his association with that material nature. Thus he meets with good and evil among various species.”

Roh di alam ini menyukai sifat-sifat yang berasal dari alam. Keterikatan terhadap sifat alam (prakrti) itu menyebabkan kelahirannya dalam kandungan yang baik maupun yang jahat.

13-23

upadrastanumanta ca
bharta bhokta maheshvarah
paramatmeti capy ukto
dehe ’smin purushah parah

“Yet in this body there is another, a transcendental enjoyer, who is the Lord, the supreme proprietor, who exists as the overseer and permitter, and who is known as the Supersoul.”

Roh Tertinggi dalam badan dikatakan sebagai Saksi, Pengawas, Penopang, Yang Mengalami, Penguasa Tertinggi dan sang Diri Tertinggi.

13-24

ya evam vetti purusham
prakritim ca gunaih saha
sarvatha vartamano ’pi
na sa bhuyo ’bhijayate

“One who understands this philosophy concerning material nature, the living entity and the interaction of the modes of nature is sure to attain liberation. He will not take birth here again, regardless of his present position.”

Ia yang mengetahui purusa (sang roh) dan prakrti (alam), bersama-sama dengan sifat (guna), walaupun ia berbuat dengan cara apapun, ia tak akan lahir kembali.

13-25

dhyanenatmani pasyanti
kecid atmanam atmana
anye sankhyena yogena
karma-yogena capare

“Some perceive the Supersoul within themselves through meditation, others through the cultivation of knowledge, and still others through working without fruitive desires.”

Dengan melakukan meditasi beberapa orang dapat mengetahui sang Diri dalam diri oleh diri-nya; yang lainnya dengan jalan pengetahuan namun yang lainnya lagi melalui jalan kegiatan kerja.

13-26

anye tv evam ajanantah
srutvanyebhya upasate
te ’pi catitaranty eva
mrityum shruti-parayanah

“Again there are those who, although not conversant in spiritual knowledge, begin to worship the Supreme Person upon hearing about Him from others. Because of their tendency to hear from authorities, they also transcend the path of birth and death.”

Namun yang lainnya, karena ketidaktahuannya (tentang yoga ini), mendengar dari orang lain dan memuja; dan mereka juga dapat melewati kematian dengan pengabdian mereka terhadap apa yang mereka dengar.

13-27

yavat sanjayate kincit
sattvam sthavara-jangamam
kshetra-kshetrajna-samyogat
tad viddhi bharatarsabha

“O chief of the Bharatas, know that whatever you see in existence, both the moving and the nonmoving, is only a combination of the field of activities and the knower of the field.”

Mahluk apapun yang lahir, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, wahai Bharatarsabha (Arjuna), ketahuilah bahwa itu berasal dari gabungan ksetra dan ksetrajna.

13-28

samam sarveshu bhutesu
tisthantam paramesvaram
vinasyatsv avinasyantam
yah pasyati sa pasyati

“One who sees the Supersoul accompanying the individual soul in all bodies, and who understands that neither the soul nor the Supersoul within the destructible body is ever destroyed, actually sees.”

Ia yang melihat Penguasa Tertinggi merata bersemayam pada semua mahluk, yang tak akan pernah musnah walaupun mereka musnah, sesungguhnya ia melihat.

13-29

samam pasyan hi sarvatra
samavasthitam ishvaram
na hinasty atmanatmanam
tato yati param gatim

“One who sees the Supersoul equally present everywhere, in every living being, does not degrade himself by his mind. Thus he approaches the transcendental destination.”

Karena, ketika ia melihat kehadiran Tuhan, merata dimana-mana, ia tak akan menyakiti Dirinya yang sejati dengan dirinya dan kemudian ia mencapai tujuan tertinggi.

13-30

prakrityaiva ca karmani
kriyamanani sarvasah
yah pasyati tathatmanam
akartaram sa pasyati

“One who can see that all activities are performed by the body, which is created of material nature, and sees that the self does nothing, actually sees.”

Ia yang melihat bahwa segala kegiatan kerja hanya dilakukan oleh prakrti dan dengan demikian sang diri bukanlah si pelaku, sesungguhnya ialah yang melihat (Kebenaran).

13-31

yada bhuta-prithag-bhavam
eka-stham anupasyati
tata eva ca vistaram
brahma sampadyate tada

“When a sensible man ceases to see different identities due to different material bodies and he sees how beings are expanded everywhere, he attains to the Brahman conception.”

Bila ia melihat bahwa berbagai keadaan mahluk-mahluk terpusatkan pada Yang Tunggal dan hanya dari sanalah ia muncul, maka ia mencapai Brahman.

13-32

anaditvan nirgunatvat
paramatmayam avyayah
sarira-stho ’pi kaunteya
na karoti na lipyate

“Those with the vision of eternity can see that the imperishable soul is transcendental, eternal, and beyond the modes of nature. Despite contact with the material body, O Arjuna, the soul neither does anything nor is entangled.”

Karena, sang Diri Tertinggi ini kekal, tanpa awal, tanpa sifat, wahai putra Kunti (Arjuna), sehingga walaupun Ia bersemayam dalam badan, Ia tak berbuat maupun ternoda.

13-33

yatha sarva-gatam sauksmyad
akasam nopalipyate
sarvatravasthito dehe
tathatma nopalipyate

“The sky, due to its subtle nature, does not mix with anything, although it is all-pervading. Similarly, the soul situated in Brahman vision does not mix with the body, though situated in that body.”

Seperti ruang (ether) yang meliputi segalanya itu tak ternodai dengan alasan karena kehalusannya, demikian juga sang Diri yang hadir pada setiap orang juga tidak menderita kecemaran (noda).

13-34

yatha prakasayaty ekah
krtsnam lokam imam ravih
kshetram ksetri tatha krtsnam
prakasayati bharata

“O son of Bharata, as the sun alone illuminates all this universe, so does the living entity, one within the body, illuminate the entire body by consciousness.”

Seperti satu matahari yang menyinari seluruh dunia ini, demikian pula Penguasa badan (ksetrajna) menyinari segenap badan ini, wahai Bharata (Arjuna).

13-35

kshetra-kshetrajnayor evam
antaram jnana-caksusa
bhuta-prakriti-moksham ca
ye vidur yanti te param

“Those who see with eyes of knowledge the difference between the body and the knower of the body, and can also understand the process of liberation from bondage in material nature, attain to the supreme goal.”

Mereka yang melihat ini dengan mata kebijaksanaan, antara ksetra dan ksetrajna, serta pembebasan mahluk-mahluk dari prakrti, mereka mencapai Yang Tertinggi.

Disini berakhir Bab XIII, percakapan yang berjudul Ksetra Ksetrajna Wibhaga Yoga

[Kembali]


Bhagavad Gita - Bab XIV

Caturdaso’dhyayah
Bab XIV

Guna Traya Wibhaga Yoga

14-1

sri-bhagavan uvaca
param bhuyah pravaksyami
jnananam jnanam uttamam
yaj jnatva munayah sarve
param siddhim ito gatah

“The Supreme Personality of Godhead said: Again I shall declare to you this supreme wisdom, the best of all knowledge, knowing which all the sages have attained the supreme perfection.”

Sri Bhagavan bersabda:
Kembali Aku katakan bahwa kebijaksanaan tertinggi adalah yang terbaik dari seluruh kebijaksanaan dan dengan mengetahuinya semua orang bijak telah terbebas dari dunia ini menuju kesempurnaan tertinggi.

14-2

idam jnanam upasritya
mama sadharmyam agatah
sarge ’pi nopajayante
pralaye na vyathanti ca

“By becoming fixed in this knowledge, one can attain to the transcendental nature like My own. Thus established, one is not born at the time of creation or disturbed at the time of dissolution.”

Setelah berlindung pada kebijaksanaan ini dan menjadi bersifat seperti Aku, mereka tak akan lahir lagi pada waktu penciptaan maupun terusik pada saat penyerapan kembali.


14-3

mama yonir mahad brahma
tasmin garbham dadhamy aham
sambhavah sarva-bhutanam
tato bhavati bharata

“The total material substance, called Brahman, is the source of birth, and it is that Brahman that I impregnate, making possible the births of all living beings, O son of Bharata.”

Brahma agung (prakrti) adalah Kandungan-Ku; disanalah Akun menanamkan benih dan dari sana lah munculnya mahluk-mahluk ini, wahai Bharata (Arjuna)

14-4

sarva-yonisu kaunteya
murtayah sambhavanti yah
tasam brahma mahad yonir
aham bija-pradah pita

“It should be understood that all species of life, O son of Kunti, are made possible by birth in this material nature, and that I am the seed-giving father.”

Apapun wujudnya semuanya lahir dari kandungan, wahai putra Kunti (Arjuna), brahma yang agung adalah kandungannya dan Aku adalah Bapak yang menanamkan benihnya.

14-5

sattvam rajas tama iti
gunah prakriti-sambhavah
nibadhnanti maha-baho
dehe dehinam avyayam

“Material nature consists of three modes—goodness, passion and ignorance. When the eternal living entity comes in contact with nature, O mighty-armed Arjuna, he becomes conditioned by these modes.”

Tiga sifat (guna), sattvam (kebaikan), rajas (bernafsu) dan tamas (kelembamam) berasal dari alam (prakrti) yang membelenggu badan jasmani, wahai Mahabahu (Arjuna), sedangkan yang abadi bersemayam dalam badan.

14-6

tatra sattvam nirmalatvat
prakasakam anamayam
sukha-sangena badhnati
jnana-sangena canagha

“O sinless one, the mode of goodness, being purer than the others, is illuminating, and it frees one from all sinful reactions. Those situated in that mode become conditioned by a sense of happiness and knowledge.”

Dari padanya, sifat sattvam (kebaikan) menjadi murni, menyebabkan pencerahan dan kesehatan, wahai Anagha (Arjuna), dengan keterikatan pada kebahagiaan dan pengetahuan.

14-7

rajo ragatmakam viddhi
trsna-sanga-samudbhavam
tan nibadhnati kaunteya
karma-sangena dehinam

“The mode of passion is born of unlimited desires and longings, O son of Kunti, and because of this the embodied living entity is bound to material fruitive actions.”

Ketahuilah bahwa sifat rajas (nafsu) adalah sifat ketertarikan yang muncul dari kerinduan dan keterikatan. Ia membelenggu dengan sangat eratnya, wahai putra Kunti (Arjuna), penghuni badan dengan keterikatan untuk melakukan kegiatan kerja.

14-8

tamas tv ajnana-jam viddhi
mohanam sarva-dehinam
pramadalasya-nidrabhis
tan nibadhnati bharata

“O son of Bharata, know that the mode of darkness, born of ignorance, is the delusion of all embodied living entities. The results of this mode are madness, indolence and sleep, which bind the conditioned soul.”

Tetapi, ketahuilah bahwa sifat tamas itu berasal dari kebodohan dan menipu seluruh keberadaan berwujud ini, wahai Bharata (Arjuna), edngan mengembangkan sifat-sifat tak perduli, malas dan tidur.

14-9

sattvam sukhe sanjayati
rajah karmani bharata
jnanam avrtya tu tamah
pramade sanjayaty uta

“O son of Bharata, the mode of goodness conditions one to happiness; passion conditions one to fruitive action; and ignorance, covering one’s knowledge, binds one to madness.”

Sifat sattva (kebaikan) mengikat seseorang pada kebahagiaan, sifat rajas (nafsu) dengan kegiatan kerja, wahai Bharata (Arjuna), tetapi kebodohan (tamas), menyelubungi kebijaksanaan dan terikat untuk bermalas-malasan (tak peduli).

14-10

rajas tamas cabhibhuya
sattvam bhavati bharata
rajah sattvam tamas caiva
tamah sattvam rajas tatha

“Sometimes the mode of goodness becomes prominent, defeating the modes of passion and ignorance, O son of Bharata. Sometimes the mode of passion defeats goodness and ignorance, and at other times ignorance defeats goodness and passion. In this way there is always competition for supremacy.”

Sifat sattvam (kebaikan) meningkat, mengatasi sifat rajas dan tamas, wahai Bharata (Arjuna). Sifat rajas meningkat, menguasai sifat sattva dan tamas, demikian pula sifat tamas meningkat, mengatasi sifat sattva dan rajas.

14-11

sarva-dvaresu dehe ’smin
prakasa upajayate
jnanam yada tada vidyad
vivrddham sattvam ity uta

“The manifestations of the mode of goodness can be experienced when all the gates of the body are illuminated by knowledge.”

Apabila sinar pengetahuan menembus seluruh gerbang badan, maka dapat diketahui bahwa sifat sattvam bertambah kuasa

14-12

lobhah pravrttir arambhah
karmanam asamah sprha
rajasy etani jayante
vivrddhe bharatarsabha

O chief of the Bharatas, when there is an increase in the mode of passion the symptoms of great attachment, fruitive activity, intense endeavor, and uncontrollable desire and hankering develop.

Serakah, kegiatan kerja, melakukan pekerjaan, gelisah dan ketagihan, semuanya ini meningkat, wahai Bharatarsabha (Arjuna), manakala sifat rajas tambah berkuasa.

14-13

aprakaso ’pravrttis ca
pramado moha eva ca
tamasy etani jayante
vivrddhe kuru-nandana

“When there is an increase in the mode of ignorance, O son of Kuru, darkness, inertia, madness and illusion are manifested.”

Kegelapan, tanpa kegiatan, tidak perduli dan hanya kebingungan - semuanya ini muncul, wahai Kurunandana (Arjuna), manakala sifat tamas bertambah besar.

14-14

yada sattve pravrddhe tu
pralayam yati deha-bhrt
tadottama-vidam lokan
amalan pratipadyate

“When one dies in the mode of goodness, he attains to the pure higher planets of the great sages.”

Apabila sifat sattvam (kebaikan) meningkat dan roh penghuni badan menemui masa peleburan, maka ia mencapai dunia murni dari mereka yang mengetahui Yang Tertinggi (Tuhan)

14-15

rajasi pralayam gatva
karma-sangisu jayate
tatha pralinas tamasi
mudha-yonisu jayate

“When one dies in the mode of passion, he takes birth among those engaged in fruitive activities; and when one dies in the mode of ignorance, he takes birth in the animal kingdom.”

Ketika sifat rajas meningkat saat bertemu dengan saat kematian, ia akan lahir di antara mereka yang terikat dengan kegiatan kerja; dan apabila ia mati di saat sifat tamas yang mendominasi, ia akan lahir dalam kandungan yang membingungkan.

14-16

karmanah sukritasyahuh
sattvikam nirmalam phalam
rajasas tu phalam duhkham
ajnanam tamasah phalam

“The result of pious action is pure and is said to be in the mode of goodness. But action done in the mode of passion results in misery, and action performed in the mode of ignorance results in foolishness.”

Hasil dari kegiatan baik dikatakan bersifat ‘kebaikan’; sementara hasil dari sifat rajas adalah penderitaan dan hasil dari sifat tamas adalah kebodohan

14-17

sattvat sanjayate jnanam
rajaso lobha eva ca
pramada-mohau tamaso
bhavato ’jnanam eva ca

“From the mode of goodness, real knowledge develops; from the mode of passion, greed develops; and from the mode of ignorance develop foolishness, madness and illusion.”

Dari sifat tattva timbul pengetahuan dan dari sifat rajas keserakahan; dari sifat tamas muncul ketidakperdulian, kesalahan dan juga kebodohan

14-18

urdhvam gacchanti sattva-stha
madhye tisthanti rajasah
jaghanya-guna-vrtti-stha
adho gacchanti tamasah

“Those situated in the mode of goodness gradually go upward to the higher planets; those in the mode of passion live on the earthly planets; and those in the abominable mode of ignorance go down to the hellish worlds.”

Mereka yang mantap dalam sifat sattva akan meningkat ke wilayah yang lebih tinggi; yang bersifat rajas beraa di wilayah tengah; dan yang bersifat tamas yang tenggelam dalam masalah yang lebih rendah, akan tenggelam makin ke bawah.

14-19

nanyam gunebhyah kartaram
yada drastanupasyati
gunebhyas ca param vetti
mad-bhavam so ’dhigacchati

“When one properly sees that in all activities no other performer is at work than these modes of nature and he knows the Supreme Lord, who is transcendental to all these modes, he attains My spiritual nature.”

Bila si pengamat menyadari bahwa tak ada pelaku lain selain dari pada sifat-sifat dan juga mengetahui yang melampaui sifat-sifat itu, ia mencapai keberadaan-Ku.

14-20

gunan etan atitya trin
dehi deha-samudbhavan
janma-mrityu-jara-duhkhair
vimukto ’mrtam asnute

“When the embodied being is able to transcend these three modes associated with the material body, he can become free from birth, death, old age and their distresses and can enjoy nectar even in this life.”

Bila roh penghuni badan dapat mengatasi ketiga guna yang berasal dari badan, ia terbebas dari kelahiran, kematian, usia tua, dan penderitaan serta mencapai kehidupan abadi.

14-21

arjuna uvaca
kair lingais trin gunan etan
atito bhavati prabho
kim acarah katham caitams
trin gunan ativartate

“Arjuna inquired: O my dear Lord, by which symptoms is one known who is transcendental to these three modes? What is his behavior? And how does he transcend the modes of nature?”

Arjuna bertanya:
Apakah tanda-tanda dari mereka yang telah mengatasi ketiga sifat (guna) tersebut, wahai Prabhu (Krsna)? Bagaimanakah cara hidup mereka? Bagaimana caranya mereka dapat mengatasi ketiga sifat itu?

14-22, 14-23, 14-24 & 14-25

sri-bhagavan uvaca
prakasam ca pravrttim ca
moham eva ca pandava
na dvesti sampravrttani
na nivrttani kanksati

udasina-vad asino
gunair yo na vicalyate
guna vartanta ity evam
yo ’vatishthati nengate

sama-duhkha-sukhah sva-sthah
sama-lostasma-kancanah
tulya-priyapriyo dhiras
tulya-nindatma-samstutih

manapamanayos tulyas
tulyo mitrari-pakshayoh
sarvarambha-parityagi
gunatitah sa ucyate

“The Supreme Personality of Godhead said: O son of Pandu, he who does not hate illumination, attachment and delusion when they are present or long for them when they disappear; who is unwavering and undisturbed through all these reactions of the material qualities, remaining neutral and transcendental, knowing that the modes alone are active; who is situated in the self and regards alike happiness and distress; who looks upon a lump of earth, a stone and a piece of gold with an equal eye; who is equal toward the desirable and the undesirable; who is steady, situated equally well in praise and blame, honor and dishonor; who treats alike both friend and enemy; and who has renounced all material activities—such a person is said to have transcended the modes of nature.”

Sri Bhagavan bersabda:
Dia yang tidak membenci sekali pencerahan, kegiatan dan khayalan, wahai Pandava (Arjuna), ketika mereka meningkat ataupun tidak merindukannya manakala mereka berhenti. Ia yang duduk seperti orang yang tak perduli, tak terusik oleh sifat-sifat itu, yang tetap terpisah tanpa tergoyahkan, ketahuilah bahwa itu hanyalah kegiatan dari guna (sifat) tersebut. Ia yang memandang sama terhadap suka maupun duka, yang teguh pendiriannya, yang memandang sama terhadap segumpal tanah, sebongkah batu dan sekeping emas, yang tetap tabah di tengah-tengah hal-hal yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, yang pikirannya mantap, yang memandang sama pujian maupun cacian. Ia yang tetap sama dalam kehormatan maupun kehinaan dan bersikap sama kepada kawan maupun lawan, serta telah melepaskan segala inisiatif kegiatan kerja, dikatakan telah melampaui sifat-sifat (guna)

14-26

mam ca yo ’vyabhicarena
bhakti-yogena sevate
sa gunan samatityaitan
brahma-bhuyaya kalpate

“One who engages in full devotional service, unfailing in all circumstances, at once transcends the modes of material nature and thus comes to the level of Brahman.”

Ia yang melayani-Ku dengan pengabdian yang tak kunjung padam, mengatasi ketiga guna, ia juga layak mencapai Brahman.

14-27

brahmano hi pratishthaham
amritasyavyayasya ca
sasvatasya ca dharmasya
sukhasyaikantikasya ca

“And I am the basis of the impersonal Brahman, which is immortal, imperishable and eternal and is the constitutional position of ultimate happiness.”

Karena Aku adalah kedudukan Brahman, Yang Abadi, Kekal, dharma abadi dan kebahagiaan mutlak.

Disini berakhir Bab XIV, percakapan yang berjudul: Guna Traya Wibhaga Yoga

[Kembali]


Bhagavad Gita - Bab XV

Pancadaso’dhyayah
Bab XV

Purusottama Yoga

15-1

sri-bhagavan uvaca
urdhva-mulam adhah-sakham
ashvattham prahur avyayam
chandamsi yasya parnani
yas tam veda sa veda-vit

“The Supreme Personality of Godhead said: It is said that there is an imperishable banyan tree that has its roots upward and its branches down and whose leaves are the Vedic hymns. One who knows this tree is the knower of the Vedas.”

Sri Bhagavan bersabda:
Mereka mengatakan tentang asvattham abadi sebagai memiliki akar di atas dan cabang-cabangnya di bawah. Daun-daunnya adalah kitab-kitab Veda dan ia yang mengetahui hal ini adalah yang mengetahui Veda.

15-2

adhas cordhvam prasrtas tasya sakha
guna-pravrddha visaya-pravalah
adhas ca mulany anusantatani
karmanubandhini manushya-loke

“The branches of this tree extend downward and upward, nourished by the three modes of material nature. The twigs are the objects of the senses. This tree also has roots going down, and these are bound to the fruitive actions of human society.”

Cabangnya tumbuh ke bawah dan ke atas, yang dihidupi oleh guna (sifat), dengan obyek-obyek indra sebagai tunas-tunasnya dan ke bawah di dunia manusia menjulur akar-akar yang berakibat dalam kegiatan kerja.

15-3 & 15-4

na rupam asyeha tathopalabhyate
nanto na cadir na ca sampratishtha
ashvattham enam su-virudha-mulam
asanga-sastrena drdhena chittva

tatah padam tat parimargitavyam
yasmin gata na nivartanti bhuyah
tam eva cadyam purusham prapadye
yatah pravrttih prasrta purani

“The real form of this tree cannot be perceived in this world. No one can understand where it ends, where it begins, or where its foundation is. But with determination one must cut down this strongly rooted tree with the weapon of detachment. Thereafter, one must seek that place from which, having gone, one never returns, and there surrender to that Supreme Personality of Godhead from whom everything began and from whom everything has extended since time immemorial.”

Bentuk sebenarnya tidak diketahui, baik ujung maupun pangkalnya ataupun batangnya. Setelah memotong pohon Asvattha yang berakar mantap ini dengan pedang kuat ketidakterikatan. Maka, jalan yang membawa seseorang dan tak kembali lagi harus dicari dengan mengatakan, “Aku berlindung hanya pada Pribadi Utama, sebagai sumber kemunculan alam dunia yang kuno ini berasal”.

15-5

nirmana-moha jita-sanga-dosa
adhyatma-nitya vinivrtta-kamah
dvandvair vimuktah sukha-duhkha-samjnair
gacchanty amudhah padam avyayam tat

“Those who are free from false prestige, illusion and false association, who understand the eternal, who are done with material lust, who are freed from the dualities of happiness and distress, and who, unbewildered, know how to surrender unto the Supreme Person attain to that eternal kingdom.”

Mereka yang bebas dari kesombingan dan ilusi, yang telah menaklukkan jahatnya keterikatan, yang segala keinginannya selalu untuk mengabdi pada Roh Tertinggi, yang terbebas dari dualitas yang dikenal sebagai senang dan susah dan tak terbingungkan, akan pergi menuju keadaan yang kekal itu.

15-6

na tad bhasayate suryo
na sasanko na pavakah
yad gatva na nivartante
tad dhama paramam mama

“That supreme abode of Mine is not illumined by the sun or moon, nor by fire or electricity. Those who reach it never return to this material world.”

Matahari tidak menyinarinya, demikian juga bulan ataupun api. Itulah tempat tinggal-Ku yang tertinggi dan orang yang mencapainya tak akan kembali lagi.

15-7

mamaivamso jiva-loke
jiva-bhutah sanatanah
manah-sasthanindriyani
prakriti-sthani karshati

“The living entities in this conditioned world are My eternal fragmental parts. Due to conditioned life, they are struggling very hard with the six senses, which include the mind.”

Suatu fragmen (cuplikan) dari diri-Ku sendiri, setelah menjadi roh yang hidup, kekal di dunia kehidupan ini, menarik indra-indra ke arah dirinya dan pikiran sebagai yang keenam, yang berada dalam alam (prakrti)

15-8

sariram yad avapnoti
yac capy utkramatishvarah
grhitvaitani samyati
vayur gandhan ivasayat

“The living entity in the material world carries his different conceptions of life from one body to another as the air carries aromas. Thus he takes one kind of body and again quits it to take another.”

Bila sang Jiva mengenakan badan jasmani dan ketika ia meninggalkannya, ia juga membawa serta indra-indra dan pikiran dan pergi bagaikan angin yang membawa bau harum dari tempatnya.

15-9

srotram caksuh sparshanam ca
rasanam ghranam eva ca
adhisthaya manas cayam
visayan upasevate

“The living entity, thus taking another gross body, obtains a certain type of ear, eye, tongue, nose and sense of touch, which are grouped about the mind. He thus enjoys a particular set of sense objects.”

Ia menikmati obyek indra dengan menggunakan telinga, mata, indra sentuhan, indra pengecap dan hidung, demikian juga pikiran.

15-10

utkramantam sthitam vapi
bhunjanam va gunanvitam
vimudha nanupasyanti
pasyanti jnana-caksusah

“The foolish cannot understand how a living entity can quit his body, nor can they understand what sort of body he enjoys under the spell of the modes of nature. But one whose eyes are trained in knowledge can see all this.”

Ketika Ia berangkat atau tinggal ataupun mengalami, dalam hubungannya dengan sifat-sifat (guna), mereka yang tersesat tak dapat melihat (roh penghuni badan), tetapi mereka yang memiliki mata kebijaksanaan dapat melihatnya.

15-11

yatanto yoginas cainam
pasyanty atmany avasthitam
yatanto ’py akritatmano
nainam pasyanty acetasah

“The endeavoring transcendentalists, who are situated in self-realization, can see all this clearly. But those whose minds are not developed and who are not situated in self-realization cannot see what is taking place, though they may try to.”

Para yogi juga berusaha mengetahui-Nya sebagai yang termantapkan pada sang Diri, tetapi mereka yang kurang cerdas, yang jiwanya tak terdisiplinkan walaupun berusaha keras tak dapat menemukan-Nya.

15-12

yad aditya-gatam tejo
jagad bhasayate ’khilam
yac candramasi yac cagnau
tat tejo viddhi mamakam

“The splendor of the sun, which dissipates the darkness of this whole world, comes from Me. And the splendor of the moon and the splendor of fire are also from Me.”

Kecemerlangan matahari yang menyinari seluruh dunia, yang ada pada bulan dan api, ketahuilah bahwa itu adalah kecemerlangan-Ku

15-13

gam avisya ca bhutani
dharayamy aham ojasa
pusnami causadhih sarvah
somo bhutva rasatmakah

“I enter into each planet, and by My energy they stay in orbit. I become the moon and thereby supply the juice of life to all vegetables.”

Dan dengan masuk ke dalam bumi, Aku menopang segala mahluk dengan energi vital-Ku dan dengan menjadi cairan sari soma (bulan), Aku menghidupi seluruh tanam-tanaman.

15-14

aham vaisvanaro bhutva
praninam deham asritah
pranapana-samayuktah
pacamy annam catur-vidham

“I am the fire of digestion in the bodies of all living entities, and I join with the air of life, outgoing and incoming, to digest the four kinds of foodstuff.”

Dengan menjadi api kehidupan dari badan mahluk hidup dan bersatu dengan nafas ke atas dan ke bawah, Aku mencernakan empat jenis makanan.

15-15

sarvasya caham hridi sannivisto
mattah smritir jnanam apohanam ca
vedais ca sarvair aham eva vedyo
vedanta-krd veda-vid eva caham

“I am seated in everyone’s heart, and from Me come remembrance, knowledge and forgetfulness. By all the Vedas, I am to be known. Indeed, I am the compiler of Vedanta, and I am the knower of the Vedas.”

Dan Aku berdiam dalam hati semua mahluk; dari Aku lah datangnya ingatan dan pengetahuan, demikian juga hilangnya. Akulah sesungguhnya yang harus diketahui oleh seluruh kitab Veda. Akulah sesungguhnya penyusun kita Vedanta dan Aku juga yang mengetahui kitab-kitab Veda

15-16

dvav imau purushau loke
ksharas cakshara eva ca
ksharah sarvani bhutani
kuta-stho ’kshara ucyate

“There are two classes of beings, the fallible and the infallible. In the material world every living entity is fallible, and in the spiritual world every living entity is called infallible.”

Ada dua macam orang di dunia ini, yaitu yang dapat musnah dan yang abadi; yang dapat musnah adalah seluruh eksistensi ini dan yang tak berubah adalah yang abadi.

15-17

uttamah purushas tv anyah
paramatmety udahrtah
yo loka-trayam avisya
bibharty avyaya ishvarah

“Besides these two, there is the greatest living personality, the Supreme Soul, the imperishable Lord Himself, who has entered the three worlds and is maintaining them.”

Tetapi, lain dari pada ini, Roh Tertinggi yang disebut sang Diri Tertinggi, sebagai Penguasa Abadi memasuki ketiga dunia ini dan menghidupinya.

15-18

yasmat ksharam atito ’ham
aksharad api cottamah
ato ’smi loke vede ca
prathitah purushottamah

“Because I am transcendental, beyond both the fallible and the infallible, and because I am the greatest, I am celebrated both in the world and in the Vedas as that Supreme Person.”

Karena Aku melampaui yang dapat musnah dan bahkan lebih tinggi dari yang tak termusnahkan, Aku dimuliakan sebagai Pribadi Tertinggi, baik di dunia ini maupun dalam kitab-kitab Veda

15-19

yo mam evam asammudho
janati purushottamam
sa sarva-vid bhajati mam
sarva-bhavena bharata

“Whoever knows Me as the Supreme Personality of Godhead, without doubting, is the knower of everything. He therefore engages himself in full devotional service to Me, O son of Bharata.”

Ia yang tak terbingungkan, mengetahui Aku sebagai Pribadi Tertinggi, yang mengetahui segalanya dan memuja Aku dengan segenap jiwa raganya, wahai Bharata

15-20

iti guhyatamam shastram
idam uktam mayanagha
etad buddhva buddhiman syat
krita-krtyas ca bharata

“This is the most confidential part of the Vedic scriptures, O sinless one, and it is disclosed now by Me. Whoever understands this will become wise, and his endeavors will know perfection.”

Jadi, ajaran yang sangat rahasia ini telah Aku ajarkan kepadamu, wahai Anagha (Arjuna). Dengan mengetahuinya, seseorang akan menjadi bijaksana dan dapat melaksanakan segala kewajibannya, wahai Bharata (Arjuna)

Disini berakhir Bab XV, percakapan yang berjudul: PURUSOTTAMA YOGA

[Kembali]


Bhagavad Gita - Bab XVI

Sodaso’dhyayah
Bab XVI

Daiwasura Sampad Wibhaga Yoga
Sifat Pikiran Yang Mulia dan Yang Jahat

16-1, 16-2 & 16-3

sri-bhagavan uvaca
abhayam sattva-samsuddhir
jnana-yoga-vyavasthitih
danam damas ca yajnas ca
svadhyayas tapa arjavam

ahimsa satyam akrodhas
tyagah shantir apaisunam
daya bhutesv aloluptvam
mardavam hrir acapalam

tejah ksama dhrtih shaucam
adroho nati-manita
bhavanti sampadam daivim
abhijatasya bharata

“The Supreme Personality of Godhead said: Fearlessness; purification of one’s existence; cultivation of spiritual knowledge; charity; self-control; performance of sacrifice; study of the Vedas; austerity; simplicity; nonviolence; truthfulness; freedom from anger; renunciation; tranquillity; aversion to faultfinding; compassion for all living entities; freedom from covetousness; gentleness; modesty; steady determination; vigor; forgiveness; fortitude; cleanliness; and freedom from envy and from the passion for honor—these transcendental qualities, O son of Bharata, belong to godly men endowed with divine nature.”

Sri Bhagavan bersabda:
Keberanian, kemurnian pikiran, bijaksana dalam membagi pengetahuan dan konsentrasi, amal sedekah, pengendalian diri dan berkorban, belajar kitab suci, melakukan tapah dan berbuat kejujuran. Tanpa kekerasan, kebenaran, bebas dari kemarahan, tanpa pamrih, tenang, benci dalam mencari kesalahan, welas asih terhadap mahluk hidup, bebas dari kelobaan, sopan, kerendahan hati dan kemantapan.
Berani, pemaaf, teguh, murni, bebas dari kedengkian dan kesombongan, yang semuanya ini, wahai Bharata (Arjuna) merupakan anugerah pada mereka yang lahir dengan sifat-sifat dewata


16-4

dambho darpo ’bhimanas ca
krodhah parusyam eva ca
ajnanam cabhijatasya
partha sampadam asurim

“Pride, arrogance, conceit, anger, harshness and ignorance—these qualities belong to those of demoniac nature, O son of Pritha.”

Berlagak, angkuh, membanggakan diri, marah dan juga kasar serta bodoh, semuanya ini, wahai Partha (Arjuna) adalah sifat-sifat mereka yang lahir dengan kecenderungan raksasa.

16-5

daivi sampad vimokshaya
nibandhayasuri mata
ma sucah sampadam daivim
abhijato ’si pandava

“The transcendental qualities are conducive to liberation, whereas the demoniac qualities make for bondage. Do not worry, O son of Pandu, for you are born with the divine qualities.”

Anugerah ilahi ini dikatakan untuk mencapai pelepasan dan sifat-sifat raksasa akan menuju keterikatan. Janganlah bersedih, wahai Pandava (Arjuna), engkau dilahirkan dengan sifat-sifat ilahi.

16-6

dvau bhuta-sargau loke ’smin
daiva asura eva ca
daivo vistarasah prokta
asuram partha me shrinu

“O son of Pritha, in this world there are two kinds of created beings. One is called the divine and the other demoniac. I have already explained to you at length the divine qualities. Now hear from Me of the demoniac.”

Ada dua macam mahluk diciptakan di dunia ini, yaitu yang bersifat ilahi dan bersifat raksasa. Yang bersifat ilahi telah diuraikan secara panjang lebar. Sekarang dengarkan, wahai Partha (Arjuna), tentang mahluk yang bersifat raksasa.

16-7

pravrttim ca nivrttim ca
jana na vidur asurah
na shaucam napi cacaro
na satyam tesu vidyate

“Those who are demoniac do not know what is to be done and what is not to be done. Neither cleanliness nor proper behavior nor truth is found in them.”

Yang bersifat raksasa tidak mengetahui tentang jalan kegiatan kerja ataupun jalan penyangkalan kerja. Juga kemurnian, perilaku bajik dan kebenaran tak ada pada mereka.

16-8

asatyam apratishtham te
jagad ahur anishvaram
aparaspara-sambhutam
kim anyat kama-haitukam

“They say that this world is unreal, with no foundation, no God in control. They say it is produced of sex desire and has no cause other than lust.”

Mereka berkata bahwa dunia ini tidak nyata, tanpa dasar moral, tanpa Tuhan, tidak berada dalam susunan yang teratur, yang disebabkan oleh keinginan saja.

16-9

etam drstim avastabhya
nastatmano ’lpa-buddhayah
prabhavanty ugra-karmanah
ksayaya jagato ’hitah

“Following such conclusions, the demoniac, who are lost to themselves and who have no intelligence, engage in unbeneficial, horrible works meant to destroy the world.”

Dengan berpegang teguh pada pandangan ini, roh-roh sesat engan pemahaman lemah, dengan perbuatan kejam, muncul sebagai musuh dunia menuju kehancurannya.

16-10

kamam asritya duspuram
dambha-mana-madanvitah
mohad grhitvasad-grahan
pravartante ’suci-vratah

“Taking shelter of insatiable lust and absorbed in the conceit of pride and false prestige, the demoniac, thus illusioned, are always sworn to unclean work, attracted by the impermanent.”

Dengan menyerahkan dirinya pada keinginan yang tak pernah puas, penuh dengan kemunafikan, kebanggaan dan keangkuhan, dengan pandangan yang salah karena khayalan, mereka berbuat dengan melibatkan ketidakmurnian.

16-11 & 16-12

cintam aparimeyam ca
pralayantam upasritah
kamopabhoga-parama
etavad iti niscitah

asa-pasa-satair baddhah
kama-krodha-parayanah
ihante kama-bhogartham
anyayenartha-sancayan

“They believe that to gratify the senses is the prime necessity of human civilization. Thus until the end of life their anxiety is immeasurable. Bound by a network of hundreds of thousands of desires and absorbed in lust and anger, they secure money by illegal means for sense gratification.”

Keranjingan dengan keinginan yang tak terhitung banyaknya yang hanya berhenti dengan adanya kematian, memandang pemuasan keinginan sebagai tujuan tertinggi, dengan memastikan bahwa inilah segala-galanya. Dibelenggu oleh ratusan keinginan, yang dipasrahkan pada nafsu dan kemarahan, mereka berusaha untuk menimbun kekayaan dengan cara yang tidak jujur, demi untuk memenuhi keinginannya.

16-13, 16-14 & 16-15

idam adya maya labdham
imam prapsye manoratham
idam astidam api me
bhavisyati punar dhanam

asau maya hatah satrur
hanisye caparan api
isvaro ’ham aham bhogi
siddho ’ham balavan sukhi

adhyo ’bhijanavan asmi
ko ’nyo ’sti sadrso maya
yaksye dasyami modisya
ity ajnana-vimohitah

“The demoniac person thinks: “So much wealth do I have today, and I will gain more according to my schemes. So much is mine now, and it will increase in the future, more and more. He is my enemy, and I have killed him, and my other enemies will also be killed. I am the lord of everything. I am the enjoyer. I am perfect, powerful and happy. I am the richest man, surrounded by aristocratic relatives. There is none so powerful and happy as I am. I shall perform sacrifices, I shall give some charity, and thus I shall rejoice.” In this way, such persons are deluded by ignorance.”

Hari ini telah aku dapatkan, keinginan ini harus aku dapatkan; ini adalah milikku dan kekayaan ini juga harus menjadi milikku nantinya. Musuh ini telah aku bunuh dan yang lainnya juga akan kubunuh, akulah penguasa, akulah penikmat, akulah yang berhasil, yang perkasa dan yang berbahagia. “Aku kaya raya dan berkelahiran mulia. Siapakah yang dapat menyamai aku? Aku akan melakukan upacara yajna, aku akan beramal sedekah, aku akan bergembira,” demikianlah mereka berkata dalam kedunguannya.

16-16

aneka-citta-vibhranta
moha-jala-samavrtah
prasaktah kama-bhogesu
patanti narake ’sucau

“Thus perplexed by various anxieties and bound by a network of illusions, they become too strongly attached to sense enjoyment and fall down into hell.”

Terbingungkan oleh banyak pemikiran, terlibat dalam jaring-jaring khayalan dan terseret menuju kesenangan dari keinginan, mereka jatuh ke dalam neraka yang menjijikkan.

16-17

atma-sambhavitah stabdha
dhana-mana-madanvitah
yajante nama-yajnais te
dambhenavidhi-purvakam

“Self-complacent and always impudent, deluded by wealth and false prestige, they sometimes proudly perform sacrifices in name only, without following any rules or regulations.”

Dengan menyombongkan diri, merasa diri benar, yang penuh dengan kebanggaan dan keangkuhan akan kekayaan, mereka melaksanakan upacara yajna sebagai pulasan belaka tanpa mengindahkan aturan yang semestinya.

16-18

ahankaram balam darpam
kamam krodham ca samsritah
mam atma-para-dehesu
pradvisanto ’bhyasuyakah

“Bewildered by false ego, strength, pride, lust and anger, the demons become envious of the Supreme Personality of Godhead, who is situated in their own bodies and in the bodies of others, and blaspheme against the real religion.”

Menyerah pada kesombongan diri, kekuasaan dan keangkuhan dan juga nafsu dan kemarahan, orang-orang dengki ini membenci Aku yang bersemayam dalam badan mereka dan yang lainnya.

16-19

tan aham dvisatah kruran
samsaresu naradhaman
ksipamy ajasram asubhan
asurisv eva yonisu

“Those who are envious and mischievous, who are the lowest among men, I perpetually cast into the ocean of material existence, into various demoniac species of life.”

Para pendendam yang kejam ini merupakan orang yang terburuk; Aku akan campakkan mereka selamanya ke dalam kandungan para raksasa dalam siklus kelahiran dan kematian ini.

16-20

asurim yonim apanna
mudha janmani janmani
mam aprapyaiva kaunteya
tato yanty adhamam gatim

“Attaining repeated birth amongst the species of demoniac life, O son of Kunti, such persons can never approach Me. Gradually they sink down to the most abominable type of existence.”

Terjerumus ke dalam kandungan para raksasa, mahluk-mahluk yang terbingungkan ini dari siklus kelahiran demi kelahiran, tak akan mencapai Aku, wahai putra Kunti (Arjuna), tetapi merosot menuju tempat yang paling rendah.

16-21

tri-vidham narakasyedam
dvaram nasanam atmanah
kamah krodhas tatha lobhas
tasmad etat trayam tyajet

“There are three gates leading to this hell—lust, anger and greed. Every sane man should give these up, for they lead to the degradation of the soul.”

Gerbang menuju neraka ini yang mengantar pada kemusnahan sang roh ada tiga jenis, yaitu: nafsu, kemarahan dan ketamakan. Oleh karena itu, seseorang harus melepaskan ketiganya ini.

16-22

etair vimuktah kaunteya
tamo-dvarais tribhir narah
acaraty atmanah sreyas
tato yati param gatim

“The man who has escaped these three gates of hell, O son of Kunti, performs acts conducive to self-realization and thus gradually attains the supreme destination.”

Orang yang terbebas dari ketiga gerbang kegelapan ini, wahai putra Kunti (Arjuna), melakukan apa yang baik bagi jiwanya dan kemudian mencapai keadaan tertinggi.

16-23

yah shastra-vidhim utsrjya
vartate kama-karatah
na sa siddhim avapnoti
na sukham na param gatim

“He who discards scriptural injunctions and acts according to his own whims attains neither perfection, nor happiness, nor the supreme destination.”

Tetapi, ia yang melalaikan (membuang) aturan kitab suci dan bertindak sesuai dengan dorongan keinginannya semata, ia tak akan mencapai kesempurnaan, kebahagiaan ataupun tujuan tertinggi.

16-24

tasmac chastram pramanam te
karyakarya-vyavasthitau
jnatva shastra-vidhanoktam
karma kartum iharhasi

“One should therefore understand what is duty and what is not duty by the regulations of the scriptures. Knowing such rules and regulations, one should act so that he may gradually be elevated.”

Oleh karena itu, biarlah kitab suci menjadi otoritasmu untuk menentukan apa yang harus dilakukan dan apa yang tak boleh dilakukan. Dengan mengetahui apa yang dinyatakan oleh aturan kitab suci tersebut, engkau hendaknya melakukan kegiatan kerja di dunia ini.

Di sini berakhir Bab XVI, percakapan yang berjudul: DAIWASURA SAMPAD WIBHAGA YOGA

[Kembali]


Sumber: Pustaka Hindu

0 KOMENTAR ANDA:

Posting Komentar