Situs-situs berbahasa Indonesia saat ini bersemangat untuk memajang tulisan-tulisan yang menyatakan bahwa:
Kemudian, bandingkan klaim tersebut dengan kenyataan yang tertulis di purananya atau suttanya sendiri:
Tulisan ini untuk menguji klaim dan juga sebagai langkah koreksi terhadap penyesatan informasi yang dilakukan para penyiar. Penyesatan informasi ini buruk tidak saja bagi para pemeluk Hindu dan Buddha namun juga pada para pemeluk Islam dimana hanya memberikan eforia semu tanpa makna yang menjauhkan mereka menggali yang sebenarnya tentang Islam itu sendiri dan tidak hanya berdasarkan hanya apa yang dikatakan oleh Ulama/Ustad mereka.
Untuk itu tulisan ini saya bagi dalam beberapa bagian yaitu:
Saya beri jaminan bahwa belum sampai artikel habis anda simak, andapun sudah dapat menilai kebenaran dan validitas klaim artikel-artikel tersebut di atas.
[Kembali]
Apakah Avatar itu?
Awatara atau Avatar (“अवतार”) dalam agama Hindu adalah inkarnasi dari Tuhan Yang Maha Esa ke dunia dengan mengambil suatu bentuk material, dalam tujuan menyelamatkan dunia dari kehancuran dan kejahatan dan menegakkan dharma. Kata avatara dalam sanskrit pertama kalinya muncul dalam bukunya Panini: “अवे तॄस्त्रोर्घञ् (
ave tṝstrorghañ)" (Aṣṭādhyāyī
3.3.120. Menurut Sumitra Mangesh Katre, kata ini di baca: ava-tar-a-h). Definisi Awatar dalam Bhagawad Gita:
yadā yadā hi dharmasya glānirbhavati bhārata (Dimanapun dan kapanpun kebenaran merosot, keturunan Bharata) abhyutthānamadharmasya tadātmānaṃ sṛjāmyaham (dan kejahatan merajalela, saat itulah aku turun ke dunia) [BG 4.7]
paritrānāya sādhūnām vināśāya ca duskrtām (untuk membebaskan yang saleh dan membinasakan yang jahat) 'dharma samsthāpanarthāya sambavāmi yuge yuge (menegakkan kebenaran, aku sendiri menjelma dari jaman ke jaman) [BG 4.8]
Jadi avatar adalah Tuhan yang menjelma/lahir ke dunia
[Kembali]
Apakah Buddha Itu?
Kata Buddha berasal dari kata Budh yang artinya bangun atau sadar, Ini adalah sebutan bagi seorang yang telah padam (tidak terlahir kembali) dan bukan nama seseorang. Buddha dikatakan sebagai guru para deva dan manusia. Seorang Buddha selalu mempunyai:
- 10 Kekuatan [Dasabalā] atau juga 8 kekuatan supra manusia, yaitu: pengetahuan melihat, menghasilkan tubuh ciptaan-pikiran dari tubuhnya, berbagai kekuatan supernormal, telinga dewa, pengetahuan atas pikiran makhluk-makhluk lain, pengetahuan kehidupan lampau (pubbenivāsānussatiñāṇāya), pengetahuan lenyapnya dan munculnya makhluk-makhluk dengan mata dewaNya, pengetahuan hancurnya kekotoran dan banyak lagi
- 32 ciri manusia agung (LAKKHANA SUTTA), yang tidak boleh ada 1 pun yang kurang:
Pada suatu ketika Sang Bhagava berada di Jetavana, Anathapindika arama, dekat kota Savatthi. Di sana Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu." "Ya, Bhante," jawab para bhikkhu. Selanjutnya Sang Bhagava berkata:
"Para bhikkhu, seorang Manusia Agung (Maha Purisa) memiliki 32 tanda (lakkhana). Bagi Maha Purisa yang memiliki 32 lakkhana ini hanya ada dua kemungkinan cara hidupnya dan tidak ada yang lain. Jika ia hidup sebagai manusia biasa, maka:
- ia akan menjadi raja dunia (cakkavati), raja berdasarkan raja-dhamma,
- penguasa empat penjuru dunia,
- penakluk, pelindung rakyat,
- pemilik tujuh ratna. Tujuh ratna itu adalah: cakka, gajah, kuda, permata, wanita, kepala rumah tangga dan panglima perang.
- Memiliki banyak anak yang gagah perkasa dan penakluk musuh
- Namun ia akan menaklukkan muka bumi bukan dengan pedang tetapi dengan kebenaran.
Dengan memiliki ini, jika ia hidup berumah-tangga :
- Ia akan menjadi raja cakkavati ...
- penakluk bukan dengan tombak atau pedang melainkan dengan kebenaran (dhamma), ia menguasai dunia ini sampai ke batas lautan, kerajaan yang bebas dari penjahat, kuat, sejahtera, bahagia dan bebas dari bencanaナIa tidak akan terganggu oleh kemauan jahat manusia...
- Ia berusia panjang, selama hidupnya tidak ada orang lain yang dapat membunuhnya ...
- ..telah terlahir sebagai manusia yang tak pernah marah, tanpa berkerut, begitu pula walaupun banyak kata-kata (jahat) telah ditujukan kepadanya ia tidak menjadi kejam, terhasut, gusar, agresif; tidak mempertunjukkan kemarahan, kebencian dan kejengkelan..
- Ia akan memiliki anak yang banyak, lebih dari seribu anak yang perkasa dan penakluk musuh-musuh ...
- Ia tidak akan kehilangan: milik dan kekayaan, berkaki dua atau berkaki empat, istri dan anak, ia akan sukses dalam semua hal
- ....telah terlahir sebagai manusia yang pantang membahayakan orang lain dengan tangan, batu, tongkat atau pedangナIa tidak dapat diganggu oleh maksud jahat manusia atau lawannya....
- sebagai manusia yang pantang melakukan mata pencaharian salah, hidup dengan mata pencaharian benar, tidak menipu dengan timbangan maupun ukuran, tidak memberi suap dan tidak korupsi, tidak curang, tulus, tidak melukai, tidak membunuh, tidak mengurung orang, tidak menodong dan tidak merampok.
Bilamana ia meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi tanpa berumah tangga (pabbajja), maka ia akan menjadi Arahat Samma Sambuddha.
Para bhikkhu, apakah 32 Maha Purisa Lakkhana yang menyebabkan hanya ada dua kemungkinan cara hidupnya dan tidak ada yang lain, jika ia hidup sebagai manusia biasa, maka ia akan menjadi raja dunia (cakkavati), ... maka ia akan menjadi Arahat Samma Sambuddha; yaitu:
- Telapak kaki rata (suppatitthita-pado)
- Di telapak kaki-Nya terdapat gambar roda-roda dengan seribu jeruji, lengkap dengan lingkar dan sumbunya. [heṭṭhā,pāda,talesu cakkāni jātānihonti sahassārānisa,nemikāni sa,nābhikāni sabbākāra paripūrāni]
- Tumit-Nya menonjol.[āyata paṇhi].
- Jari-jari panjang (digha-anguli)
- Tangan dan kaki yang lembut serta halus (mudutaluna).
- Tangan dan kaki bagaikan jala (jala-hattha-pado).
- Pergelangan kaki yang lebih tinggi (ussankha-pado).
- Kaki yang bagaikan kaki kijang (enijanghi)
- Kedua tangan dapat menyentuh atau menggosok kedua lutut tanpa membungkukkan badan.
- Kemaluan terselubung (kosohitavattha-guyho).
- Kulitnya cerah berwarna emas (suvannavanno)
- kulitnya halus, dan karena kehalusan kulitnya, debu dan kotoran tidak menempel di tubuhnya
- Bulu-bulu badan-Nya terpisah, satu untuk masing-masing pori-por.
- Ujung bulu badannya menghadap ke atas; bulu badannya yang menghadap ke atas itu berwarna hitam-kebiruan, berwarna collyrium, keriting dan melingkar ke kanan.
- Tubuh-Nya tegak (brahmuiu-gatta).
- Memiliki 7 bagian yang menggembung.
- Dada bagaikan dada singa (sihapubbaddha kayo).
- Pada kedua bahunya tak ada lekukan (citantaramso).
- Memiliki rentangan pohon banyan; rentang kedua lengannya sama dengan tinggi badannya, dan tinggi badannya sama dengan rentang kedua lengannya.
- lengkungan bahu-Nya bundar (samavattakkhandho).
- Indera perasa sangat peka (rasaggasaggi).
- Rahang bagaikan rahang singa (siha-banu).
- Memiliki 40 buah gigi (cattarisa-danto).
- Gigi-geligi rata (sama-danto).
- Antara gigi-gigi tak ada celah (avivara-danto).
- Gigi putih bersih (susukka-datho).
- Lidah panjang (pahuta-jivha).
- Suara bagaikan suara-brahma, seperti suara burung Karavika.
- Mata biru (abhinila netto).
- Bulu mata lentik, bagaikan bulu mata sapi (gopakhumo).
- Di antara alis-alis mata tumbuh sehelai rambut halus, putih bagaikan kapas yang lembut.
- Kepalanya menyerupai serban kerajaan (unhisasiso)
[Kembali]
Kapan Kalki Avatara akan hadir dimuka Bumi ini?
“..Tak akan lagi ada usia orang yang hidup melebihi umur 30 atau 20 tahun. Kemudian, di jaman Kali, kemerosotan berkelanjutan, hingga umat manusia mendekati kemusnahan. Ketika praktek yang diajarkan Veda dan aturan mendekati hilang, dan akhir jaman Kali berakhir, suatu mahluk ilahi yang hidup di alam spritualnya sendiri dalam karakter Brahma yang merupakan awal dan akhir, dan yang memahami segala hal, akan turun ke dunia: Ia akan terlahir di keluarga Vishńuyaśas, seorang Brahmana terkemuka desa Sambhala,
sebagai Kalki, diberkahi dengan 8 kekuatan supra manusia, dengan keinginan yang tak terbendung, ia akan menghancurkan semua orang kotor dan pencuri, dan mereka yang pikirannya tertuju untuk kejahatan. Ia akan menegakkan kembali kebenaran di dunia dan pikiran orang-orang yang hidup di jaman kali Yuga akan terbangkitkan, akan bening bagai Kristal. Orang-orang berubah dalam waktu tertentu akan menjadi benih para manusia, dan akan melahirkan ras yang mengikuti aturan jaman Krita, atau jaman murni, seperti yang dikatakan, “Ketika matahari dan bulan, dan bulan asterism Tishya, dan planet Jupiter, dalam satu lintasan, jaman Krita akan kembali” (Vishnu Purana
4.24)
"athāsau yuga-sandhyāyāḿ (Setelah itu, di antara pergantian dua yuga) dasyu-prāyeṣu rājasu (Tuhan maha pencipta) janitā viṣṇu-yaśaso (akan terlahir dalam keluarga visnuyasa) nāmnā kalkir jagat-patiḥ (bernama Kalki, sang penguasa)” (Srimad Bhagavatam/Bhagavata Purana 1.3.25)
"śambhala-grāma-mukhyasya (pemimpin termuka di Desa Sambhala) brāhmaṇasya mahātmanaḥ (kaum brahmana yang agung) bhavane viṣṇuyaśasaḥ (di rumah Visnuyasa) kalkiḥ prādurbhaviṣyati (Kalki akan hadir) (
SB/BP 12.2.18)
Dari kutipan diatas kita mengetahui bahwa Kalki Avatara itu akan hadir pada antara akhir jaman Kaliyuga dan Awal jaman Krta yuga/Satya Yuga dan kapan itu dalam perhitungan tarikh masehi?
Permulaan jaman kali yuga adalah saat meninggalnya Krishna Avatara yaitu di tahun 3102 BC dan
berapa panjangkah jaman kali yuga itu ?
Dalam teks-teks hindu dikatakan bahwa panjang jaman kali yuga adalah antara
360.000 tahun (
Brahmanda Purana 1.2.29.31-34) dan
432.000 tahun [Perhitungan dari Vishnu Purana 1.3, Srimad-Bhagavatam 3.11.19, Bhagavad-gita 8.17, Vayu Purana ch.57 dan Mahabharata-Santi Parwa 231]
Sehingga dapat ditarik perhitungan berakhirnya jaman kali yuga adalah dikisaran tahun 352.981 Masehi atau tahun 424.981 Masehi. Petunjuk ini juga menentukan kepastian turunnya Kalki Avatara kedunia.
[Kembali]
Kapan Kemunculan Buddha Maitreya?
DN.26/Cakkavatti sīhanāda-sutta menceritakan periode masa depan setelah berakhirnya era Buddha gautama, yaitu dimana ajaran Buddha sudah lenyap lama di dunia dan setelah waktu yang lama, barulah muncul Buddha berikutnya. Kemunculan Buddha Metteya, diawali dengan kemunculan Cakkavatin bernama Daḷhanemi dan berlanjut dengan penurunan umur dan kenaikan umur serta kemunculan raja Cakkavatin bernama Sankha.
Raja Cakkavatin Dalhanemi dan 5 keturunannya hidup lebih dari 80,000an tahun. Turunan ke-7, memecahkan tradisi yaitu turun tahta sebelum waktunya, menyerahkan tahta pada anaknya dan menjadi śamaṇa. Kemiskinan meningkat, pencurian mulai, institusi hukuman menjadi ada, pembunuhan dan kejahatan merajalela. Umur manusia menjadi berkurang dari 80,000an menjadi 100 tahun. Setiap generasi terjadi peningkatan kejahatan, kemerosotan moral, penipuan, pelecehan, penyesatan kotbah, keserakahan, kebencian, berpandangan salah, kegiatan seksual dengan saudara kandung dan abnormal lainnya, tidak menghormati orang tua dan tetua.
Kemerosotan mencapai puncak kerusakannya, umur hidup semakin berkurang hingga tidak lebih dari 10 tahun, menikah di usia 5 tahun; Makanan lebih buruk dan kurang lezat; Bentuk moralitas akan tidak dikenali. Orang yang keji dan tidak bermoral akan menjadi pemimpin. Perkawinan antar saudara kandung merajalela. Kebencian antar masyarakat, sesama anggota keluarga tumbuh hingga masing-masing orang saling ‘memangsa’.
Selekasnya perang besar terjadi, semakin beringas, kejam dan biadab. Yang kurang agresif akan bersembunyi di hutan dan beberapa tempat rahasia.,akan terjadi banyak perang.
Di antara yang berumur 10 tahun, tidak ada yang dianggap ibu atau bibi, saudara ibu, istri guru, atau istri ayah dan lain-lain – semua dianggap sama di dunia ini seperti kambing dan domba, unggas dan babi, anjing dan serigala. Di antara mereka, permusuhan sengit akan terjadi satu sama lain, kebencian hebat, kemarahan besar, dan pikiran membunuh, antara ibu melawan anak dan anak melawan ibu, ayah melawan anak dan anak melawan ayah, saudara laki-laki melawan saudara laki-laki, saudara laki-laki melawan saudara perempuan, bagaikan pemburu yang merasakan kebencian terhadap binatang yang ia buru ....
Di akhir peperangan, yang selama keluar dari persembunyiannya dan menyesali perbuatannya, Mereka mulai berkelakuan baik, umur mereka meningkat, kesehatan dan kesejahteraan meningkat. Umur ras manusia juga meningkat. Hingga waktu yang kemudian, keturunan-keturunan mereka yang berumur rata-rata 10 tahunan akan meningkat hingga menjadi 80.000an tahun,
Saat itulah muncul raja Cakravartin bernama Sakkha dan Bodhisatva yang ketika itu ada di alam deva Tusita muncul kembali ke alam manusia dengan nama Ajita yang kemudian akan hidup sebagai Samana dan mencapai penerangan sempurna sebagai Buddha Metteyya.
Di DN 16/Mahaparinibanna sutta, usai pembagian relik Buddha Gautama, para sepuh konsili ke-1 telah menyatakan, "
ratusan kappa belum tentu ada seorang Buddha" (Buddho have kappasatehi dullabhoti).
Kemudian di setiap kemunculan para Buddha manapun, akan ada 1 mahluk mahhabrahma surga Suddhavasa yang datang mengunjungi beliau. Namun umur mahluk mahabrahma ini terbatas. DN 14/Mahapadana Sutta menginformasikan:
Ketika sang Buddha menetap di Ukkhattha, Beliau berkunjung ke alam kediaman murni Aviha ("takkan Jatuh", alam no.9, alam terendah kelompok alam Suddhavasa). Di alam ini, Sang Buddha bertemu ribuan deva alam itu yang terlahir menjadi anagami setelah menjalani kehidupan suci di jaman Buddha Vipassi (91 Maha kappa lalu)..kemudian, bertemu ribuan deva alam itu yang terlahir menjadi anagami setelah menjalani kehidupan suci di jaman Buddha Sikhi (31 Maha Kappa).. Vesabbhu (31 Maha kappa).. Kakusandha (Kappa yang sama dengan Buddha Gautama).. Konagama.. Kassapa.. dan Gautama..
Kemudian, Bersama ribuan deva alam murni Aviha, mereka berkunjung ke alam murni Atapa ("tenang", alam no.8). Di alam ini, Sang Buddha bertemu ribuan deva alam itu yang terlahir menjadi anagami setelah menjalani kehidupan suci di jaman Buddha Vipassi..Sikki.. dan Buddha Gautama..
Kemudian, Mereka semua berkunjung ke alam murni, Suddhasa ("Indah", alam no.7). Di alam ini, Sang Buddha bertemu ribuan deva alam itu yang terlahir menjadi anagami setelah menjalani kehidupan suci di jaman Buddha Vipassi..Sikki.. dan Buddha Gautama..
Kemudian, Mereka semua berkunjung ke alam murni Suddhasi ("Penglihatan jelas", alam no.6). Di alam ini, Sang Buddha bertemu ribuan deva alam itu yang terlahir menjadi anagami setelah menjalani kehidupan suci di jaman Buddha Vipassi..Sikki.. dan Buddha Gautama..
Kemudian, Mereka semua berkunjung ke alam murni Akanittha ("tidak rendah/muda", alam no.5, alam tertinggi kelompok alam suddhavasa. Sakka, ketika menjadi anagami akan terlahir di alam ini hingga mencapai arahat). Di alam ini, Sang Buddha bertemu ribuan deva alam itu yang terlahir menjadi anagami setelah menjalani kehidupan suci di jaman Buddha Vipassi..Sikki.. dan Buddha Gautama...
Di 5 tingkatan alam murni Suddhavasa, seluruh penghuni tertuanya, menyatakan bahwa mereka mencapai anagami di jaman Buddha Vipassi dan melihat Buddha Vipassi berkunjung ke alam mereka. Tidak satupun yang menyatakan bahwa mereka mencapai anagami di jaman Buddha-Buddha sebelum Vipassi (misalnya: Buddha Phusa, muncul 92 MAHA Kappa sebelum Buddha Gautama atau 1 Kappa sebelum Buddha Vipassi), sehingga waktu MAKSIMUM tercapainya arahat di alam Suddhavasa takkan LEBIH DARI 91/92 Maha Kappa dan dari sejarah 7 Buddha, setelah para Bodhisatta berhasil mencapai Buddha, salah satu Brahma Anagami tertentu dari alam ini datang mengunjunginya, maka WAKTU TERLAMA KEKOSONGAN kemunculan seorang sammasambuddha takkan melebihi 91/92 MAHA Kappa pula.
Lebih detail mengenai kapan kemunculan dan siapakah Buddha-Buddha sebelumnya dan selanjutnya, dapat dilihat
di sini.
[Kembali]
Benarkah kalky Avatar sama dengan Buddha Maitreya?
Pada Mahabharata [
Santi Parva, 231.29-32], disebutkan bahwa Satu siklus Brahma (Krita/Satya-yuga, Treta-yuga, Dvapara-yuga, dan Kali-yuga) adalah 12.000 tahun Dewa atau setara dengan 4.320.000.000 tahun. Saat ini adalah baru permulaan jaman Kali Yuga di siklus terakhir Brahma. Sementara di DN 16/Mahaparibanna sutta telah menyatakan bahwa dalam ratusan kappa belum tentu seorang Buddha muncul.
Bagaimana Buddhism menghitung kalpa?
"Di Sąvatthi. Seorang bhikkhu mendekati Sang Bhagavą, memberi hormat kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata kepada Beliau: "Yang Mulia, berapa lamakah satu kappa?"
"Satu kappa adalah sangat lama, bhikkhu. Tidaklah mudah menghitungnya dan menyebutkannya dalam berapa tahun, atau berapa ratus tahun, atau berapa ribu tahun, atau berapa ratus ribu tahun."
"Kalau begitu mungkinkah dengan memberikan perumpamaan, Yang Mulia?"
"Mungkin saja, bhikkhu," Sang Bhagavą berkata. “Misalnya, bhikkhu, terdapat satu kota dengan tembok besi satu yojana panjangnya, satu yojana lebarnya, dan satu yojana tingginya, diisi penuh dengan biji sawi hingga sepadat rambut yang terikat. Di akhir setiap seratus tahun seseorang mengambil sebutir biji sawi dari sana. Dengan usaha ini tumpukan biji sawi itu lama-kelamaan akan habis tetapi kappa itu masih belum berakhir. Demikian lamanya satu kappa itu, bhikkhu.
Dan dari kappa-kappa yang selama itu, kita telah mengembara melalui begitu banyak kappa, ratusan kappa, ribuan kappa, ratusan ribu kappa.
Karena alasan apakah?
Karena, bhikkhu, samsąra ini adalah tanpa awal yang dapat ditemukan.. [..] [Sutta Sāsapa/Biji Sawi, SN 15.6]]
Berapa lama waktu yang dibutuhkan agar Dinding besi berdimensi 1 yojana³ menjadi penuh setelah 1 biji mustard dimasukan per seratus tahunya?
Asumsi 1 yojana = 15 km (terdapat variasi ukuran '1 yojana': 7mil - 14mil); Diameter sebiji mustard (m) = 0.15875 cm, dengan asumsi berbentuk bulat, dan di isi penuh tanpa ada lagi udara di dalamnya
1 kappa = 100 x (y³)/(4π x(0.01m/2)³)= 5.37 x 1022 tahun
..tetapi kappa itu masih belum berakhir.
Variasi hitungan lainnya:
1 mil = 1.6 km, jadi 1 yojana setara antara 11.2 km s/d 22.4 km, utk menjadi mm = 1.41 x 1021 mm³ s/d 1.1 x 1022 mm³
Anggap saja ukuran biji mustard adalah 2mm x 2mm x 2mm = 8mm³, Jadi, 1.41 x 1021 mm³ / 8 mm³ = 1.76 x 1020 butir s/d 1.4 x 1021 butir. Bila diambil satu butir setiap setiap seratus tahun maka 1 kappa = 1.76 x 1020 butir x 100 tahun = 1.76 x 1022 tahun s/d 1.4 x 1023 tahun.
..tetapi kappa itu masih belum berakhir
Nah itu baru 1 Maha kappa yang terdiri dari puluhan kappa kecil.
Berapa kappa dalam 1 Maha Kappa?
1 MK = 4 x 64 antara kappa [umur manusia naik - turun - naik] = 256 antara kappa [Visuddhimagga Mahà-Tikà, Abhidhammàttha-vibhàvani Tika] dan diantara 256 antara kappa ini, hanya 64 antara kappa saja ada kehidupan manusia.
Jadi ratusan kappa sebagai kemunculan Buddha Maitreya, dipastikan
tidak terjadi di Mahakappa ini dan masih jauh lagi dan juga dari keterangan ini dapat kita ketahui bahwa Kalki Avtara tidak sama dengan Buddha Maitreya.
[Kembali]
Pondasi Dasar Agama Hindu dan Buddha
Karmaphala
Hindu:
Karmaphala atau karma pala adalah konsep dasar dalam ajaran-ajaran Hindu. Berakar dari dua kata yaitu karma dan phala. Karma berarti perbuatan/aksi, dan phala berarti buah/hasil. Karmaphala berarti buah dari perbuatan yang telah dilakukan atau yang akan dilakukan. Dalam ajaran Karmaphala, setiap perbuatan manusia pasti membuahkan hasil (baik atau buruk).
Karmaphala ini erat kaitannya dengan kelahiran kembali, dimana hasil perbuatan manusia akan dipetik olehnya bisa pada saat ini juga, diwaktu yang akan dating pada kehidupannya saat ini maupun pada kehidupannya mendatang. Demikian pula keadaan saat ini merupakan buah dari hasil perbuatan masal lalu atau juga berasal dari kehidupan sebelumnya. Dalam ajaran tersebut, bisa dikatakan manusia yang menentukan baik/buruk kehidupan yang akan ia jalani sementara Tuhan yang menentukan kapan hasilnya diberikan
Buddha:
Sebagai awalan, kita ambil contoh terlahir sebagai manusia. Dari 91 alam kehidupan (biasanya 31 alam), terlahir sebagai manusia seharusnya adalah hasil kamma baik. Sang buddha memberikan perumpamaan begitu sulitnya terlahir sebagai manusia: Misal di suatu lautan terapung sebuah GENDAR berlubang satu dan misalkan ada seekor kura-kura buta yang muncul ke permukaan setiap satu abad sekali, maka di suatu saat, di akhir suatu masa yang lama, kura-kura buta itu dapat memasukan lehernya ke lubang gendar itu dan itu adalah lebih cepat waktunya daripada seorang yang memperoleh kondisi manusianya kembali.
Perumpamaan yang diberikan sang Buddha ini menjelaskan betapa sulitnya terlahir sebagai manusia. Sehingga seharusnya, jangankan terlahir normal, bahkan terlahir cacat pun itu karena masaknya karma baik sebelumnya.
Kondisi lengkap tidak dipunyai oleh seorang yang cacat kaki dan tubuh -> Kamma buruk.
Namun walaupun anggota tubuh tidak lengkap, ia kaya, terkenal dan beristri cantik -> Kamma baik
Cacat anggota tubuh seseorang adalah keunggulan, jika digunakan mengemis akan memperoleh cukup uang dan makanan -> Kamma baik.
Nick Vujicic, turunan Serbia Australlia, tidak punya kaki dan tangan namun memiliki kehidupan luar biasa dan Ia tidak mengatakan hidupnya buah dari kamma buruk :)
Pelacur menurut pandangan umum -> Kamma buruk
Agar orang mau membayarnya, Ia haruslah berpenampilan FISIK MENARIK -> Kamma baik.
Pelacur jarang kekurangan makan, mampu memilih menu apa yang ia makan padahal, tidak banyak di muka bumi ini yang cukup makan dan bisa memilih menu -> Kamma baik.
Pelacur memiliki pakaian yang baik, terlindungi dari kedinginan, memiliki perhiasan karena dan untuk menambah dayatariknya, bertempat tinggal cukup nyaman dan terhindar dari hujan dan terik matahari -> Kamma baik
Ilustrasi di atas menunjukan BAIK atau BURUKnya sebuah hasil/vipaka kamma adalah RELATIF menurut sudut pandang.
Apa arti Kamma?
Kamma [artinya: perbuatan], meliputi semua jenis kehendak/maksud perbuatan baik/buruk yang dilakukan melalui: pikiran, kata, atau tindakan:
O, bhikkhu, kehendak [cetana] untuk berbuat itulah yang Kunamakan Kamma. Sesudah berkehendak orang lantas berbuat dengan badan, perkataan atau pikiran [AN 6.63, Nibbedhika Sutta]
Makhluk-makhluk adalah pemilik perbuatan mereka, pewaris perbuatan mereka, mereka berasal-mula dari perbuatan mereka, terkait dengan perbuatan mereka, memiliki perbuatan mereka sebagai perlindungan mereka. Adalah perbuatan yang membedakan makhluk-makhluk sebagai hina dan mulia.[MN 135/Cula Kamma Vibhanga Sutta]
"Aku adalah pemilik dari perbuatanku, pewaris dari perbuatanku, berasal dari perbuatanku, terkait dengan perbuatanku, dan memiliki perbuatanku sebagai pelindungku. Apapun yang kulakukan, baik atau buruk, akulah pewarisnya. [AN 5.57/Upajjhatthana Sutta]
APA ITU CETANA?
Cetana adalah apa dikehendaki/diniatkan [ceteti], diatur/dipikirkan ulang [pakappeti] dan kecenderungan/dilekati [anuseti] -> menyokong kesadaran -> menjadikan sesuatu di kemudian hari [ yang terlahir,tua, mati, dll = Dukkha] [SN 12.38/Cetana Sutta]
Sang Buddha menyampaikan seseorang yang telah melakukan perbuatan buruk, Ia dapat saja terlahir di alam manusia dan terlihat atau menjadi: hina/mulia, berumur pendek/panjang, berpenyakit/sehat, cantik/buruk rupa, berpengaruh/tidak, miskin/kaya, berkelahiran rendah/tinggi, bodoh/bijaksana. [MN 3.135/Cula Kammavibhangga Sutta], sehingga, rumusan hasil TIDAK HARUS: "Jika melakukan A, maka akan mendapat A", karena bisa saja seorang telah banyak berbuat baik di kehidupan ini, namun di kelahiran berikutnya, Ia terlahir ditempat buruk atau bahkan sebaliknya!
- Orang yang [menyakiti makhluk hidup; mengambil yang tidak diberikan; berperilaku salah dalam kenikmatan indria; menyatakan yang tidak benar/musāvādī; fitnah/pisuṇavāco, kata-kata kasar/pharusavāco; bergosip/berkata yang tak perlu/samphappalāpī; tamak/irihati/abhijjhā; berpikiran buruk/byāpannacitto: berharap ada yang terbunuh, ditangkap, dimusnahkan, tidak ada lagi; dan menganut pandangan salah/micchādiṭṭhi]. bersamaan hancurnya tubuh setelah kematian terlahir di:
- keadaan sengsara/merugi menderita menuju kehancuran bahkan neraka [jika menjadi manusia dalam keadaan mengenaskan, Alam: mahluk halus, binatang dan neraka]
- keadaan bahagia di alam surga [jika jadi manusia dalam keadaan menyenangkan dan/atau di atas alam manusia]
- Orang yang TIDAK [menyakiti makhluk hidup...dan menganut pandangan salah]. bersamaan hancurnya tubuh setelah kematian terlahir di:
- keadaan sengsara/merugi menderita menuju kehancuran bahkan neraka [jika menjadi manusia dalam keadaan mengenaskan, Alam: mahluk halus, binatang dan neraka]
- keadaan bahagia di alam surga [jika jadi manusia dalam keadaan menyenangkan dan/atau di atas alam manusia] [MN 3.136/Maha kammavibhanga sutta]
Sehingga mereka yang menyatakan:
- Melakukan perbuatan salah PASTI terlahir alam menderita bahkan neraka, atau
- Tidak ada akibat dari perbuatan salah, atau
- Melakukan perbuatan benar PASTI terlahir di Alam bahagia, atau
- Tidak ada akibat dari perbuatan baik
ADALAH BUKAN ajaran sang Buddha, Lebih lanjut sang Buddha menyatakan:
- sehubungan dengan orang yang [menyakiti makhluk hidup; mengambil yang tidak diberikan; berperilaku salah dalam kenikmatan indria; menyatakan yang tidak benar/musāvādī; fitnah/pisuṇavāco, kata-kata kasar/pharusavāco; bergosip/berkata yang tak perlu/samphappalāpī; tamak/irihati/abhijjhā; berpikiran buruk/byāpannacitto: berharap ada yang terbunuh, ditangkap, dimusnahkan, tidak ada lagi; dan menganut pandangan salah/micchādiṭṭhi], bersamaan hancurnya tubuh setelah kematian terlahir di:
- keadaan sengsara/merugi menderita menuju kehancuran bahkan neraka:
sebelumnya telah melakukan perbuatan buruk yang dirasakan sebagai menyakitkan, atau belakangan ia melakukan perbuatan buruk yang dirasakan sebagai menyakitkan, atau pada saat kematian ia memperoleh dan menganut pandangan salah.
Karena hal itu, bersamaan hancurnya tubuh setelah kematian terlahir di keadaan sengsara/merugi menderita menuju kehancuran bahkan neraka...
- di alam bahagia, bahkan di alam Deva:
sebelumnya telah melakukan perbuatan baik yang dirasakan sebagai menyenangkan, atau belakangan ia melakukan perbuatan baik yang dirasakan sebagai menyenangkan, atau pada saat kematian ia memperoleh dan menganut pandangan benar.
Karena hal itu, bersamaan hancurnya tubuh setelah kematian terlahir di keadaan bahagia di alam Deva...
Dan karena ia di sini telah [menyakiti makhluk hidup...; dan menganut pandangan salah/micchādiṭṭhi], ia akan mengalami akibat dari perbuatan itu di sini dan saat ini, atau dalam kelahiran kembali berikutnya, atau dalam beberapa kelahiran setelahnya
- sehubungan dengan orang yang menghindari menyakiti makhluk hidup … dan menganut pandangan benar, bersamaan hancurnya tubuh setelah kematian terlahir di:
- keadaan bahagia di alam Deva:
sebelumnya telah melakukan perbuatan baik yang dirasakan sebagai menyenangkan, atau belakangan ia melakukan perbuatan baik yang dirasakan sebagai menyenangkan, atau pada saat kematian ia memperoleh dan menganut pandangan benar.
Karena hal itu, bersamaan hancurnya tubuh setelah kematian terlahir di keadaan bahagia di alam Deva...
- dalam kondisi menderita … bahkan di neraka:
sebelumnya telah melakukan perbuatan buruk yang dirasakan sebagai menyakitkan, atau belakangan ia melakukan perbuatan buruk yang dirasakan sebagai menyakitkan, atau pada saat kematian ia memperoleh dan menganut pandangan salah.
Karena hal itu, bersamaan hancurnya tubuh setelah kematian terlahir di keadaan sengsara/merugi menderita menuju kehancuran bahkan neraka...
Dan karena ia di sini telah menghindari menyakiti makhluk hidup … dan menganut pandangan benar, ia akan mengalami akibat dari perbuatan itu di sini dan saat ini, atau dalam kelahiran kembali berikutnya, atau dalam beberapa kelahiran setelahnya. [MN 3.136/Maha kammavibhanga sutta]
Untuk itu, terdapat 2 tipe Kamma:
Kamma lama [Purana]:
Yang telah dilakukan [abhisaṅkhataṃ], dikehendaki [abhisañcetayitaṃ] dan dirasakan [vedayitaṃ] karena/beraal dari Mata atau telinga atau hidung atau lidah atau tubuh atau pikiran
Kamma Baru [Nava]:
Perbuatan sekarang yang dilakukan melalui pikiran, ucapan perbuatan
Perbuatan itu dirasakan/dialami dalam 3 cara: (1) saat sekarang/kehidupan ini atau (2) berikutnya atau (3) lain periode atau beberapa periode berkelanjutan lainnya [MN.136/Maha kamma vibhangga sutta; AN 3.34/NIDANA SUTTA; AN.10.217/Paṭhamasañcetanikasutta; AN 6.63/Nibbe Dihika (pariyaya) sutta] atau dirasakan dalam 2 cara: (1) sekarang ini atau kehidupan ini dan (2) beberapa periode ke depan [MN 101/Devadaha Sutta]
Apa yang menjadi penyebab Kamma?
Kontak/Indra [Phassa]
Cara memadamkannya?
8 Jalan mulia/utama. [SN 35.146/kamanirodha sutta]
Sebagai kesimpulan tentang hukum kamma, berikut dari MN 57/Kukkuravatika Sutta:
Terdapat 4 jenis perbuatan yang dinyatakan oleh Sang Buddha:
- Ada perbuatan gelap dengan akibat gelap:
Seseorang menghasilkan bentukan: jasmani, ucapan, pikiran yang menyakitkan -> menghasilkan bentukan: jasmani, ucapan, dan bentukan pikiran yang menyakitkan -> muncul kembali di alam sengsara -> kontak yang menyakitkan menyentuhnya -> merasakan perasaan yang menyakitkan, sangat menyakitkan, seperti pada makhluk-makhluk di neraka
- Ada perbuatan terang dengan akibat terang:
Seseorang menghasilkan bentukan: jasmani, ucapan, pikiran yang menyenangkan -> menghasilkan bentukan: jasmani, ucapan, dan bentukan pikiran yang menyenangkan -> muncul kembali di alam bahagia -> kontak yang menyenangkan menyentuhnya -> merasakan perasaan yang menyenangkan, sangat menyenangkan, seperti pada para dewa dengan Keagungan Gemilang
- Ada perbuatan gelap-dan-terang dengan akibat gelap-dan-terang:
Seseorang menghasilkan bentukan: jasmani, ucapan, pikiran yang menyakitkan juga menyenangkan -> menghasilkan bentukan: jasmani, ucapan, dan bentukan pikiran yang menyakitkan juga menyenangkan -> muncul kembali di alam bahagia -> muncul kembali di alam sengsara juga bahagia -> kontak yang menyakitkan maupun menyenangkan menyentuhnya -> merasakan perasaan yang menyakitkan juga menyenangkan, campuran kenikmatan dan kesakitan, seperti pada manusia dan beberapa dewa di alam yang lebih rendah
Demikianlah kemunculan kembali suatu makhluk adalah karena suatu makhluk; seorang yang muncul kembali melalui perbuatan yang telah ia lakukan. Ketika ia telah muncul kembali, kontak menyentuhnya. Demikianlah Aku katakan bahwa makhluk-makhluk adalah pewaris perbuatan mereka.
- Ada perbuatan yang bukan gelap juga bukan terang dengan akibat yang bukan gelap juga bukan terang, perbuatan yang mengarah menuju hancurnya perbuatan.
Di sini, kehendak untuk meninggalkan jenis:
- perbuatan gelap dengan akibat gelap, dan
- perbuatan terang dengan akibat terang dan
- perbuatan gelap-dan-terang dengan akibat gelap-dan-terang
Ini disebut perbuatan bukan gelap juga bukan terang dengan akibat bukan gelap juga bukan terang yang mengarah menuju hancurnya perbuatan [Nibanna]
[Kembali]
Reinkarnasi/Tumimbal lahir/Tumitis
Ada perbedaan antara Reinkarnasi vs Punarbhawa/tumimbal lahir. Reinkarnasi berasal dari terminologi Nasrani [latin: in carne] yang berasal dari bahasa yunani [en sarki: "menjadi daging", Di AL KITAB 1 Tim 3:16; Yehezkiel 37:1-14; Yohanes 3:3-12]. Sedangkan Tumimbal lahir/Punarbhawa adalah kelahiran kembali baik dengan daging atau pun tidak (manusia ataupun bukan). Mahluk akan berhenti terlahir kembali, jika mereka padam nafsu keinginannya/Nirvana atau menyatu dengan Tuhan/moksha. Terdapat beda antara kelahiran kembali dalam Hinduism vs Buddhism, yaitu mengenai adalah ada atau tidaknya jiwa ketika terlahir kembali. Hinduism menyatakan ada jiwa yang kekal, yang setelah mati, meninggalkan badan lama mencari badan baru, sementara di Buddhism menyatakan tidak ada jiwa yang menjadi inti mahluk hidup di saat ini, dalam kelahiran kembalinya ataupun ketika mereka padam.
Hindu:
Veda menyampaikan hubungan antara perbuatan dan kelahiran kembali ketika wafatnya seseorang, misalnya:
Ketika Engkau telah membuatnya siap, Jātavedas (Nama lain Deva Agni. Di literature abad belakangan menjadi nama lain dari Siwa), maka kirimlah ia ke para leluhurnya. Ketika ia menuju pada kehidupan yang menunggunya, Ia akan menjadi dewa pengontrol '. matahari menerima matamu, angin menerima rohmu, dan pergi ke bumi, bersama jasa/kebiasaanmu (ca ghachapṛthivīṃ ca dharmaṇā) [RgVeda. 10.6.2-3]
roh-Mu datang kepadamu lagi untuk kebijaksanaan, energi, dan lira, yang mungkin dapat menahan sang Mentari, O para leluhur, semoga para mahluk surgawi member jiwa kita sekali lagi, yang membuat kita dapat bersama mereka yang hidup [RV.10. 57.4-5]
Kemudian, Upanisad memperjelasnya, misal:
Tapi dirinya yang lain (ayah), setelah melakukan semua yang Ia lakukan, dan setelah mencapai waktu penuh hidupnya, Ia berangkat. Dan berangkat dari sini ia dilahirkan kembali. Itulah kelahiran ketiga. Dan ini telah dinyatakan oleh Rsi (Rv IV, 27, 1) [Aitareya-Âranyaka, II.5.1]
"Untuk apapun objek yang melekat di pikiran seseorang, karena itu ia berkecenderungan pergi bersama perbuatannya, dan memperoleh akhir dari apapun perbuatan yang dia lakukan di bumi, ia kembali lagi dari dunia itu ke dunia ini” [Brihadâranyaka Upanishad 4.4.6]
melalui pikiran-pikiran, sentuhan, penglihatan dan kegemaran menanggung penjelmaan diri berturut-turut di berbagai tempat dan bentuk, sesuai dengan perbuatannya…bahwa penjelmaan diri menurut kualitasnya sendiri menjadi banyak bentuk, kasar atau halus dan membuat dirinya menjadi sebab penyatuan dengan hal tersebut, Ia terlihat lain dan lain melalui kualitas perbuatannya dan kualitas tubuhnya [Svetâsvatara Upanishad 5.11-12]
Ia yang tidak memiliki pemahaman, yang lengah dan selalu tidak murni, tidak pernah mencapai tempat itu, tapi masuk ke lingkaran kelahiran. Tapi Ia yang berpemahaman, yang sadar dan selalu murni, mencapai tempat itu, dari mana ia tidak dilahirkan kembali." [Katha Upanisad I.3]
Dia yang mengetahui tempat tertinggi dari Brahman itu, dimana dasar dari dunia ini bersinar dengan cemerlang. Orang bijaksana, yang, bebas dari keinginan, memuja Dia, lepas dari kelahiran kembali. Dia yang melayani nafsu, memikirkan mereka, akan lahir kembali di sini dan disana sesuai dengan keinginannya. Tapi bagi dia yang keinginannya telah terpenuhi, yang adalah jiwa sempurna, seluruh keinginannya lenyap bahkan disini. [Mundaka Upanisad 3.2.1-2]
Atau dalam karya yang lebih belakangan lagi:
Orang yang mengenal sifat rohani, kelahiran dan kegiatanKu, tidak akan lahir lagi di dunia material ini setelah meninggalkan badan, melainkan ia mencapai tempat tinggalKu yang kekal. [Bhagavad Gita 4.9].
Secara prinsip Mahluk hidup tercipta karena Brahman. Brahman (Prajapati) menciptakan dua kekuatan yang disebut Purusa yaitu kekuatan hidup (batin/nama) dan Prakerti (pradana/rupa) yaitu kekuatan kebendaan. Kemudian timbul "cita" yaitu alam pikiran yang dipengaruhi oleh Tri Guna yaitu Satwam (sifat kebenaran/Dharma), Rajah (sifat kenafsuan/dinamis) dan Tamah (Adharma/kebodohan/apatis). Kemudian timbul Budi (naluri pengenal), setelah itu timbul Manah (akal dan perasaan), selanjutnya timbul Ahangkara (rasa keakuan). Setelah ini timbul Dasa indria (sepuluh indria/gerak keinginan) yang terbagi dalam kelompok
- Panca Budi Indria yaitu lima gerak perbuatan/rangsangan: Caksu indria (penglihatan), Ghrana indria (penciuman), Srota indria (pendengaran), Jihwa indria ( pengecap), Twak indria (sentuhan atau rabaan)
- Panca Karma Indria yaitu lima gerak perbuatan/penggerak: Wak indria(mulut), Pani (tangan), Pada indria (kaki), Payu indria (pelepasan), Upastha indria (kelamin)
Setelah itu timbulah lima jenis benih benda alam (Panca Tanmatra): Sabda Tanmatra(suara), Sparsa Tanmatra (rasa sentuhan), Rupa Tanmatra(penglihatan), Rasa Tanmatra (rasa), Gandha Tanmatra (penciuman).
Dari Panca Tanmatra lahirlah lima unsur-unsur materi yang dinamakan Panca Maha Bhuta, yaitu Akasa (ruang/ether), Bayu (gerak/angin), Teja (panas/api), Apah (zat cair/perekat) dan Pratiwi (zat padat/tanah)
Perpaduan semua unsur-unsur ini menghasilkan dua unsur benih kehidupan yaitu Sukla (benih laki-laki) dan Swanita (benih perempuan). Pertemuan antara dua benih kehidupan ini adalah pertemuan Purusa dengan Pradana maka terciptalah manusia.
Dahulu kala Prajapati mencipta manusia bersama bhakti persembahannya dan berkata dengan ini engkau akan berkembangbiak dan biarlah dunia ini jadi sapi perahanmu.-[Bhagavad-Gita 3.10]
Beberapa jiwa memasuki kandungan untuk ditubuhkan; yang lain memasuki obyek-obyek diam sesuai dengan perbuatan dan pikiran mereka.- [Katha Upanisad 2.2.7]
Mahluk-mahluk di dunia yang terikat ini adalah bagian percikan yang kekal (Brahman) dari Ku, mereka berjuang keras melawan 6 indria termasuk pikiran. -[Bhagavad Gita 15.7]
Percikan dari Brahman itu dinamakan Atman/jiwatman merupakan percikan. Atman itu tak terlukai oleh senjata, tak terbakar oleh api, tak terkeringkan oleh angin, tak terbasahkan oleh air, abadi, di mana- mana ada, tak berpindah- pindah, tak bergerak, selalu sama, tak dilahirkan, tak terpikirkan, tak berubah dan sempurna tidak laki- laki ataupun perempuan.
Percikan itulah yang menghidupkan/menggerakan manusia. Atman/roh/jiwa menghidupkan sarwa prani (makhluk di alam semesta ini). Indria tak dapat bekerja bila tak ada atman. Misalnya telinga tak dapat mendengar bila tak ada atman, mata tak dapat melihat bila tak ada atman, kulit tak dapat merasakan bila tak ada atman. Badan jasmani bisa berubah, lahir, mati, datang dan pergi, namun Atma tetap langgeng untuk selamanya.
Setelah memakai badan ini dari masa kecil hingga muda dan tua, demikian jiwa berpindah ke badan lain, ia yang budiman tidak akan tergoyahkan -[Bhagawad Gita 2.13]
Ibarat orang meninggalkan pakian lama dan menggantinya dengan yang baru, demikian jiwa meninggalkan badan tua dan memasuki jasmani baru. -[Bhagawad Gita 2.22]
Atma/Jiwatman bersifat abadi, namun karena Maya, maka Jiwatma tidak mengetahui asalnya yang sesungguhnya. Keadaan itu disebut "Awidya". Hal tersebut mengakibatkan Jiwatman mengalami proses kelahiran kembali yang berulang-ulang.
Dan bagaimanapun keadaan mahluk-mahluk itu, apakah mereka itu selaras (sattvika), penuh nafsu (rajasa), ataupun malas (tamasa), ketahuilah bahwa semuanya itu berasal dari Aku. Aku tak ada di sana, tetapi mereka ada pada-Ku. Dikelabui oleh ketiga macam sifat alam (guna) ini, seluruh dunia tidak mengenal Aku, yang mengatasi mereka dan kekal abadi. Maya ilahi-Ku ini, yang mengandung ketiga sifat alam itu sulit untuk diatasi. Tetapi, mereka yang berlindung pada-Ku sajalah yang mampu untuk mengatasinya.-[Bhagavad Gita 7.12-14]
Maya tanpa kecerdasan dan Material mempunyai sifat: kebaikan/selaras (satwam), nafsu/kekuatan (rajas) dan kebodohan/kelambaman (tamas)-[Siwa Samhita 1.79]
Mahluk hidup diikat oleh sifat-sifat tersebut dan sulit dikendalikan..-[Bhagavad Gita 14.5]
Mahluk hidup pindah dari satu badan ke badan lainnya dengan membawa kesadaran masing-masing, seperti udara yang membawa jenis bau-bauan tertentu. Berdasarkan kesadaran demikian mahluk hidup meninggalkan badan dan menerima badan baru yang lain.-[Bhagavad Gita 15.8]
Aku memuja Keagungan Govinda [Krisna/Visnu], dengan kuasa anugrahnya memelihara semua yang belum terlahir, semua yang menjadi ada, semua kebaikan, semua keburukan, Veda-Veda, semua yang menerima hasil pencapaian, semua jiwa, dari mulai Brahma hingga ke serangga terlemah-[Sri Brahma-Samhita 53]
Yang menghalangi Atman kembali ke Brahman adalah ketidaktahuan/Awidya sebagai selubung atma/selubung Maya, contoh penjelasannya:
Zat Padat/Tanah, Zat cairan/perekat, Panas/api, Gerak/angin, angkasa/ruang, pikiran, kecerdasan dan keakuan palsu. Keseluruhan delapan unsur ini merupakan tenaga material yang terpisah dariku.-[Bhagavad Gita 7.4, Lima pertama disebut badan materi/ panca mahaButa/Stula sarira dan tiga terakhir disebut tripremana sebagai badan halus/sukma sarira, yaitu manah/pikiran, budhi/kecerdasan dan ahangkara/keakuan palsu. Tripremana-lah yang menyertai roh mengembara dari satu tubuh ke tubuh yang lain]
Model penjelasan lain:
mahluk itu terdiri dari 3 Lapisan: badan Materi disebut Stula Sarira, kemudian badan jiwa disebut sukma Sarira dan bagian di antaranya disebut Antakharana-Çarira (Lapisan badan Penyebab). Lapisan badan penyebab atau Antakharana-Çarira, inilah yang sebagai pembawa dari Karma (Karma-Wasana) makhluk sejak berbagai kelahirannya yang lampau.
Model penjelasan lain:
Adanya panca Maya kosa (lima selubung yang membelenggu atman):
1. Annamaya Kosa = unsur dari sari makanan;
2. Pranamaya Kosa = unsur dari sari nafas;
3. Manomaya Kosa = unsur dari sari pikiran;
4. Wijnanamaya Kosa = unsur dari sari pengetahuan;
5. Anandamaya Kosa = unsur dari kebahagiaan.
Nomor 3, 4, dan 5 yang dibawa Atman menuju pada kelahiran kembali. Lapisan belenggu/pembungkus yang paling didalam dan yang paling sulit dibuang adalah yang bernama Anandamaya, sehingga atman yang masih terbungkus oleh Anandamaya disebut sebagai Anandamaya atma. Anandamaya adalah kebahagian atau kesenangan hidup yang dialami ketika atman masih mempunyai stula sarira (tubuh) yakni ketika masih hidup di dunia ini contohnya: ketika masih hidup di dunia. Jadi kebahagian dan kesenangan itu sifatnya keduniawian yang dinikmati dari Panca Indria yaitu: pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah, dan rasa kulit (termasuk sex).
Kelahiran kembali (Punarbhawa/Reinkarnasi) terjadi karena Ia harus menanggung hasil perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu (karma)
Hal yang pasti adalah: manusia lahir sendirian, mati sendirian, merasakan hasil dari perbuatan baik dan buruk sendirian, jatuh ke dalam neraka sendirian, dan pulang ke dunia rohani juga sendirian.-[Canakya Niti Sastra 5.13]
Sehingga, manusia sendiri yang menentukan nasib baik/buruk yang akan ia jalani sementara Tuhan yang menentukan kapan hasilnya diberikan (baik semasa hidup maupun setelah lahir kembali. Apabila manusia tidak sempat menikmati pada kehidupan saat ini, maka akan dinikmati pada kehidupan selanjutnya.
Adapun perbuatan orang yang bodoh, senantiasa tetap berlaku menyalahi dharma; setelah ia lepas dari neraka, menitislah ia menjadi binatang, seperti biri-biri, kerbau dan lain sebagainya; bila kelahirannya kemudian meningkat, ia menitis menjadi orang yang hina, sengsara, diombang-ambingkan kesedihan dan kemurungan hati, dan tidak mengalami kesenangan.-[Sarasamuccaya 1.48]
Alangkah cepat dan pendeknya kehidupan sebagai manusia ini, tak bedanya dengan sinarnya kilat dan sangat susah pula untuk didapat. Oleh karena itu berusaha benar-benarlah untuk berbuat (sadhana) berdasarkan kebenaran (dharma) untuk menghapuskan kesengsaraan hidup guna mencapai sorga -[Sarasamuscaya 2.14]
Untuk menghentikan lingkaran kelahiran, hinduism menasehatkan untuk mensucikan 3 perbuatan/trikayaparisudha:
- Kayika/perbuatan yang benar: tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzina),
- Wacika/perkataan yang benar: tidak mencaci, tidak berkata keras, tidak memfitnah, tidak ingkar janji),
- Manacika/pikiran yang benar: tidak menginginkan sesuatu yang adharma, tidak berpikir buruk pada orang/mahluk lain,)
Perputaran itu tidaklah terputus sampai Ia melepas belenggu Maya dan menghancurkan Awidya/ketidaktahuan dan menghancurkan enam musuh diri /Sadripu: kama (nafsu), lobha (tamak), kroda (marah), mada (mabuk), moha (angkuh), matsarya (dengki irihati) melalui:
Yamabrata:
melatih diri untuk anrsamsa (tidak egois), ksama (memaafkan), satya (jujur), ahimsa (tidak menyakiti), dama (sabar), arjawa (tulus), pritih (welas asih), prasada (berpikiran suci), madhurya (bermuka manis), mardawa (lemah lembut).
Niyamabrata:
Melakukan: dana (dermawan), ijya (bersembahyang), tapa (mengekang nafsu jasmani), dhyana (sadar pada kebesaran Ida Sanghyang Widhi Wasa), swadhyaya (belajar), upasthanigraha (mengendalikan nafsu sex), brata (mengekang indria), upawasa (mengendalikan makan/minum), mona (mengendalikan kata-kata), snana (menjaga kesucian lahir bathin)
Sadatatayi:
Tidak melakukan kekejaman : agnida (membakar), wisuda (meracun), atharwa (menenung), sastragna (merampok), dratikrama (memperkosa), rajapisuna (memfitnah).
Saptatimira:
menghindari kebanggaan/keangkuhan karena surupa (cantik/tampan), dana (kaya), guna (pandai), kulina (wangsa), yowana (remaja), kasuran (kemenangan), sura (minuman keras).
Dengan tekad dan latihan tersebut maka terhentilah roda kelahiran kembali dan mencapai penyatuan atman dan Brahman. Penjelasan lain untuk kembali pada brahman adalah melalui empat jalan yang disebut Catur Marga / Catur Yoga dan ke-empat jalan tersebut adalah sama baiknya
Dengan jalan bagaimanapun ditempuh oleh manusia ke arahku, semuanya aku terima dan memenuhi keinginan mereka, melalui banyak jalan manusia menuju jalanku, Oh Prtha.-[Bhagawad Gita 5.2]
Jnana Marga/Yoga (kebijaksanaan filsafat atau Penetahuan)
Persatuan Atman dan Brahman dicapai melalui Pengetahuan atau kebijaksanaan filsafat kebenaran. Pengetahuan seorang bijaksana dimulai dengan pengetahuan dalam tingkat ajaran-ajaran suci Weda (Apara Widya)
Kemudian berdasarkan itu menuju pada pengetahuan tingkat tinggi tentang hakikat kebenaran Atman dan Brahman (Pari Widya). Untuk mencapai kebenaran yang sempurna melalui Wiweka (logika) membedakan yang kekal dan tidak kekal, sehingga bisa melepaskan yang tidak kekal dan mencapai kekekalan yang sempurna. Jnana bermain di tataran Kebijakan dan Pikiran.
Ia yang pikirannya tidak digoyahkan dalam keadaan dukacita dan bebas dari keinginan-keinginan ditengah-tengah kesukacitaan, ia yang dapat mengatasi nafsu, kesesatan dan kemarahan, ia disebut seorang yang bijaksana.-[Bhagawad Gita 2.56]
Karma Marga/Yoga (Perbuatan)
Persatuan atman dan Brahman melalui kerja/perbuatan tanpa pamrih, tulus/ ikhlas dengan melepaskan keinginan untuk memperoleh hasil atau buah dari perbuatan/kerjanya targetnya adalah melepas emosi, lepasnya atma dari unsur-unsur maya sehingga tercapailah kesempurnaan. Idenya adalah bekerjalah,lepaskan keinginan akan hasil.
Bukan dengan jalan tiada bekerja, orang dapat mencapai kebebasan dari perbuatan. Juga tidak hanya melepaskan diri dari pekerjaan, orang akan mencapai kesempurnaannya.-[Bhagawad Gita 3.4]
Serahkanlah segala pekerjaan kepadaku, dengan memusatkan pikiran kepada atma, melepaskan diri dari pengharapan dan perasaan keakuan, dan berjuanglah kamu, bebas dari pikiranmu yang susah-[Bhagawad Gita 3.30]
Bekerjalah kamu selalu, yang harus dilakukan dengan tiada terikat olehnya, karena orang mendapat tujuannya yang tertinggi dengan melakukan pekerjaan yang tak terikat olehnya.-[Bhagawad Gita 3.19]
Bakti Marga/Yoga (Sujud/Bakti)
Persatuan atman dan Brahman melalui cinta dan sujud bakti terhadap Tuhan. Idenya adalah apapun adalah oleh, karena dan untuk Tuhan. Penyerahan diri sepenuhnya dan sujud bhakti pada Tuhan. Jalan Bakti Marga Yoga ini adalah jalan yang paling mudah dan banyak dilakukan/ditempuh oleh manusia
Orang saleh yang menyembah aku adalah empat macam yaitu, orang yang mencari kekayaan, orang yang bijaksana, orang yang mencari pengetahuan dan orang yang dalam keadaan susah, Oh Arjuna.-[Bhagawad Gita 7.16]
Diantara ini, orang yang bijaksana yang selalu terus menerus bersatu dengan Hyang Suci, kebaktiannya terpusat hanya kesatu arah (Tuhan) adalah yang terbaik. Sebab aku kasih sekali kepadanya dan dia kasih kepadaku.-[Bhagawad Gita 7.17]
Dengan bentuk apapun juga mereka bakti kepadaku (Bhakta), yang dengan kepercayaan bermaksud menyembah aku (dengan Sraddha), kepercayaan itu aku tegakkan-[Bhagawad Gita 7.21]
Raja Marga/Yoga (Samadhi/Tapa)
Persatuan atman dengan brahman melalui konsentrasi yang benar dengan melakukan Astangga Yoga/delapan pemusatan, yaitu
- Yama/Larangan: Menahan diri/Nafsu,
- Nyama/Perintah: adat/adab yang baik, melatih dengan kebisaan,
- Asana: sikap duduk yang baik, tumpuan lengan dan kaki dapat membantu mengendalikan kemaluan dan perut,
- Pranayama: Pengendalian/ nafas (Puraka/menarik, Kumbaka/menahan, Recaka/menghembuskan),
- Pratyahara: Kontrol Indria,
- Dharana yaitu: upaya menenangkan pikiran,
- Dhyana: upaya memikirkan Brahman dan
- Semadhi: Menyamakan Gelombang dengan Brahman.
Seorang Yogin harus tetap memusatkan pikirannya kepada atma yang maha besar (Tuhan), tinggal dalam kesunyian dan tersendiri, bebas dari angan-angan dan keinginan untuk memilikinya.-[Bhagawad Gita 6.10]
Karena kebahagiaan tertinggi datang pada Yogin, yang pikirannya tenang, yang nafsunya tidak bergolak, yang keadaannya bersih dan bersatu dengan Tuhan (Moksa).-[Bhagawad Gita 6.27]
Buddha:
Menurut Buddhisme, Semua mahluk hidup (Brahma, deva, manusia, peta/mahluk halus, binatang, neraka) merupakan bauran dari Namarupa/PancaKhanda [SN.22.56/Parivatta Sutta juga di DN.33/sanghiti Sutta, Panca = 5; khanda = kumpulan, gugus, faktor/unsur pembentuk; agregat, kelompok], terdiri dari:
- Viññāṇa (Kesadaran)
- Vedanā (perasaan, sensasi)
- Saññā (persepsi, ingatan, ide, gagasan) muncul bersamaan dengan perasaan.
- Saṅkhāra (semua yang berkondisi; kehendak, kamma, atau Saṅkhāra adalah (dalam namarupa, tanpa Vinnana): cetanā (niat, pikiran, tujuan, kehendak), phasso (kontak, sentuhan) dan manasikāro (perhatian, pemikiran, membuat pertimbangan, bentukan pikiran)
- Rūpa (4 elemen/materi dan turunannya: Padat/landasan/penyokong [Pathavi]; cair/rekatan [Apo]; Gerak/Getar/tekanan [Vayo]; umur/habis/gelombang partikel/temperatur/energi [Tejo]), 4 unsur ini hadir bersama tidak terpisahkan
Karena bauran ini tidak terpisahkan dan menjadi kondisi maka tidak ada suatu yang dapat disebut sebagai inti atau atma/anatta/roh yang kekal abadi yang menggerakan mahluk hidup. Untuk bagaimana memahami bauran ini kita ambil contoh misalnya Roti:
Roti adalah paduan: tepung, ragi, gula, garam, mentega, susu, air, api, tenaga kerja dll. Setelah menjadi roti, tidak dapat kita tunjuk satu bagian tertentu dan mengatakan: ini adalah tepungnya dan/atau ini garamnya dan/atau ini menteganya, dan/atau ini airnya dan/atau ini apinya dan/atau ini tenaga kerjanya dst. Karena setelah bahan-bahan diaduk menjadi satu dan dibakar di oven, maka telah berbaur dan telah berubah.
Nah demikianlah, maka tidak inti/atman/roh dalam mahluk hidup. Bauran pancakhanda/nāmarūpa ini bertumimbal lahir (kemunculan suatu mahluk hidup di alam kehidupan yang sama atau berbeda) secara berulang: "..arus kesadaran yang tidak terputus yang ada di alam ini maupun di alam berikutnya" [DN 28/Sampasādanīya Sutta]. "Kesadaran itu muncul bergantungan, jika tanpa suatu kondisi, maka tidak ada asal-mula kesadaran." [MN 38/Mahātaṇhāsankhaya Sutta].
Kita ambil contoh dalam kasus kelahiran sebagai manusia dan bagaimana ia meneruskan kelahiran kembalinya.
Ketika jantung berhenti, masih ada selisih sekitar 7 menit sebelum matinya otak karena kekurangan oksigen. Karena tidak ada aliran darah, maka tidak ada sinyal syaraf dari/ke Indriya. 5 Indria (mata, telinga, penciuman, pencicipan dan rabaan) menjadi tidak berfungsi namun Indria pikiran masih berfungsi. Pikiran tersebut memuat ingatan yang berisi rekaman perasaan (Menyenangkan, menyakitkan, bukan ke-2nya) dan PERSEPSI dari PERBUATAN-PERBUATAN yang: BARU DILAKUKAN, PERNAH DILAKUKAN dan/atau TERBIASA DILAKUKAN melalui pikiran, ucapan, perbuatan sepanjang hidupnya. Oleh karenanya, terdapat Pertemuan antara Indera pikiran dan objeknya yang berupa Ingatan. Kondisi ini
memunculkan kesadaran pikiran atau
CUTI CITTA (Kesadaran kematian atau moment pikiran menjelang kematian).
Pertemuan ini SANGAT DERAS karena tidak ada HAMBATAN LAGI dari 5 INDRIYA LAINNYA. Akan muncul ingatan yang DOMINAN yang sangat berkesan dan karenanya muncul KEINGINAN [Untuk menjadi/tidak ingin menjadi sesuatu]. Karena ada keinginan, maka ada kemelekatan, Karena ada kemelekatan, muncul nāmarūpa.
Dengan munculnya kesadaran (dalam hal ini cuticitta) maka muncul pula nāmarūpa... [MN.9/Sammādiṭṭhi Sutta]
Kesadaran, perasaan, persepsi itu tegabung tidak terpisah. tidak dapat memisahkan kondisi-kondisi ini satu sama lainnya untuk menggambarkan perbedaan antaranya. Karena yang dirasakan, itu yang dipersepsikannya; yang dipersepsikan, itu yang dikenalinya. [MN 43]
Apa yang dinamakan kesadaran?
Pertemuan 6 Indriya [mata, telinga,.., pikiran]
dan objeknya [bentukan, suara,.., ingatan/persepsi]
sebagai kondisi, memunculkan kesadaran [mata, telinga,.., pikiran].
Pertemuan ke-3nya (6 Indriya, Objek-objeknya dan kesadaran)
disebut Kontak
Dengan kontak sebagai kondisi, muncul perasaan;
Apa yang dirasakan, itulah yang dikenali;
Apa yang dikenali, itulah yang dipikirkan;
PERASAAN dan PERSEPSI terikat dengan PIKIRAN/CITTA, maka terjadi BENTUKAN-BENTUKAN PIKIRAN (Citta/Mano sankhāra) [MN 44]
Apa yang dipikirkan, itulah yang dikembangbiakkan pikiran;
Dengan apa yang dikembangbiakkan dipikirannya sebagai: sumber, persepsi dan gagasan,
melanda seseorang melalui objek-objek [bentukan, suara,..]
masa: lalu, sekarang dan depan yang dikenali 6 Indriya [mata, telinga,..]. [MN 18/Madhupiṇḍikasutta]
Kemunculan kesadaran ini menjadi landasan (Pathavi) saling merekat (Apo) saling terkait (vayo) dalam batasan umur tertentu (tejo) dengan perasaan, persepsi dan bentukan-bentukan pikiran. Demikianlah pancakhanda/nāmarūpa terjadi sebagai kondisi masaknya kamma tertentu yang membuatnya terlahir menjadi sesuatu
Sang Buddha/petapa Asita Devala:
Tuan-tuan, tahukah kalian bagaimana kehamilan terjadi [gabbhassa avakkanti]?’
7 Brahmana:
“’Tuan, kami mengetahui bagaimana kehamilan terjadi. Di sini, penyatuan ibu dan ayah, dan ibu sedang dalam masa subur, dan gandhabba hadir. Demikianlah kehamilan terjadi terjadi melalui perpaduan ke-3 hal ini.’
Note:
Gandhabba di Rig Veda 10.177.2, "Gandhava dalam rahim" (ghandharvo..gharbheantaḥ), arti: embriyo. Gandha+abba/ava: semerbaknya menarik; gam+tabba: Membuatnya menjadi. Arti lain: Penerus "kesadaran"
Sang Buddha/petapa Asita Devala:
“Kalau begitu, Tuan-tuan, apakah kalian mengetahui dengan pasti apakah gandhabba itu seorang mulia, atau seorang brahmana, atau seorang pedagang, atau seorang pekerja?’
7 Brahmana:
“Tuan, kami tidak mengetahui dengan pasti apakah gandhabba itu seorang mulia, atau seorang brahmana, atau seorang pedagang, atau seorang pekerja.’
Sang Buddha/petapa Asita Devala:
“’Kalau begitu, Tuan-tuan, jadi siapakah kalian?’
7 Brahmana:
“’Kalau begitu, Tuan, kami tidak mengetahui siapa kami ini.’[MN 93/assalayana sutta]
Sang Buddha:
“Tiga hal, Para bhikkhu, perpaduan kehamilan terjadi [sannipātā gabbhassāvakkanti]. Di sini, ada perpaduan ibu dan ayah, tetapi bukan musim kesuburan ibu, dan tidak ada kehadiran gandhabba - dalam kasus ini Kehamilan tidak terjadi.
Di sini, ada perpaduan ibu dan ayah, dan musim kesuburan ibu, tetapi tidak ada kehadiran gandhabba - dalam kasus ini Kehamilan tidak terjadi.
Tetapi jika ada perpaduan ibu dan ayah, dan musim kesuburan ibu, dan ada kehadiran gandhabba, melalui perpaduan ke-3 hal ini maka kehamilan janin terjadi. [MN 38/Mahātaṇhāsankhaya Sutta]
Sang Buddha pada Ananda:
"Kesadaran mengondisikan nāmarūpa (mentalmateri)” ...jika kesadaran, Ananda [Viññāṇañca hi, ānanda] di dalam rahim ibu [mātukucchismiṃ] tidak muncul berbaur [na okkamissatha], akankah nāmarūpa di rahim ibu berkembang?’
‘Tidak, Bhagavā.’
‘Atau jika kesadaran, Ananda [Viññāṇañca hi, ānanda] di dalam rahim ibu, setelah muncul [okkamitvā] gagal terbaur [vokkamissatha], akankah nāmarūpa dilahirkan dalam kehidupan ini?’
‘Tidak Bhagavā.’
‘Dan jika kesadaran, Ananda dari makhluk muda tersebut, laki-laki atau perempuan, dipotong, akankah nāmarūpa tumbuh, berkembang dan dewasa?’
‘Tidak, Bhagavā.’ [DN 15/Mahānidānasutta sutta]
Yakkha Indaka:
Karena para Buddha berkata bentuk bukanlah roh (Rūpaṃ na jīvanti vadanti buddhā), Bagaimanakah jasmani diperoleh? Darimanakah tulang dan hatinya? Bagaimanakah Ia melekat pada rahim?”
Sang Bhagavā:
Pertama-tama kalala; Dari kalala (1) muncul abbuda; Dari abbuda (2) dihasilkan pesī; Dari pesī (3) muncul ghana; Dari ghana (4) muncul pasākhā (5) (organ tubuh); Rambut kepala, bulu-badan, dan kuku. Dan apa pun makanan yang dimakan ibu, makanan dan minuman yang dikonsumsinya, dengannya Ia dipelihara, di dalam rahim ibu.” [SN 10.1/Indaka Sutta, juga di Kv 14.2]
Jadi, terjadi 2 proses berlainan pada kelahiran [misal: melalui rahim/kandungan] yaitu:
- Proses kesadaran itu sendiri merupakan 1 hal.
- Proses awal janin dalam rahim merupakan hal lain lagi.
Yang kemudian membaur karena kondisi yang tepat.
Lebih detail mengenai kelahiran kembali untuk Hinduism dan Buddhisme [juga bukti-buktinya] anda dapat buka
di sini
[Kembali]
Konsep Ketuhanan
Hindu:
BhagavadGita (13:12-22) disebutkan:
Beliau memiliki tangan, kaki, mata, kepala, dan muka yang berada dimana-mana, dan Beliau memiliki telinga di segala penjuru. Ia berada dalam segala sesuatu dan meliputi alam semesta. Beliau sumber asli segala indria, namun tanpa memiliki indria. Beliau tidak terikat, walau Beliau memelihara semua makhluk. Beliau melampaui sifat-sifat alam, dan pada waktu yang sama Beliau adalah penguasa semua sifat alam material. Beliau berada di luar dan di dalam segala insan, tidak bergerak namun senantiasa bergerak, Beliau di luar daya pemahaman indria material. Beliau amat jauh, namun juga begitu dekat kepada semua makhluk. Walaupun Beliau terbagi di antara insani, namun Beliau tidak dapat dibagi. Beliau mantap sebagai Yang Maha Tunggal. Beliau pemelihara segala makhluk, dan Beliau menciptakan sekaligus memusnahkan mereka. Beliau adalah sumber dari segala benda yang bercahaya. Baliau di luar kegelapan alam dan tidak terwujud. Beliau adalah pengetahuan dan tujuan pengetahuan. Beliau bersemayam di dalam hati sanubari segala makhluk
Bentuk penegasan sekaligus koreksi yang dilakukan dalam mengembalikan pemahaman yang benar dalam Veda adalah seperti yang dinyatakan dalam Bhagavad Gita:
Jalan manapun ditempuh manusia kearah-Ku semuanya Ku-terima, dari mana - mana semua mereka menuju jalan-Ku, oh Parta [Bhagavad Gita, 4.11]
Apapun bentuk kepercayaan yang ingin dipeluk oleh penganut agama, Aku perlakukan kepercayaan mereka sama supaya tetap teguh dan sejahtera [Bhagavad Gita, 7.21]
Setelah diberi kepercayaan tersebut, mereka berusaha menyembah Dewa tertentu dan memperoleh apa yang diinginkannya. Namun sesungguhnya hanya Aku sendiri yang menganugerahkan berkat-berkat tersebut [Bhagavad Gita, 7.22]
Orang-orang yang menyembah Dewa-Dewa dengan penuh keyakinannya sesungguhnya hanya menyembah-Ku, tetapi mereka melakukannya dengan cara yang keliru, wahai putera Kunti (Arjuna) [Bhagavad Gita, 9.23]
Orang yang menyembah dewa akan dilahirkan di tengah masyarakat dewa, orang yang menyembah leluhur akan pergi ke leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan dilahirkan di tengah-tengah makhluk seperti itu, dan orang yang menyembah-Ku akan hidup bersama-Ku. (Bhagavad Gita, 9.25)
Sloka-sloka diatas secara tegas telah menyatakan bahwa tidak penting jalan mana yang ditempuh untuk mencapai pencerahan atau mencapai Yang teragung, akan tetap diterima olehNya adapun jalan yang dimaksud adalah KarmaYoga, BhaktiYoga, JnanaYoga dan Raja Yoga.
Buddha:
Sang Buddha
menolak semua gagasan dan paham mengenai adanya tuhan baik itu personal maupun bukan, misal dalam AN 3.61/Tittha sutta, Sang Buddha menolak pandangan bahwa semua perbuatan (baik dan/atau buruk) dan yang dialami seseorang adalah karena kuasa/kehendak TUHAN [Issaranimmānahetū]
"Issaranimmānahetū’ ti issaranimmānakāraṇā, issarena nimmitattā paṭisaṁvedetī ti attho" [Disebabkan kuasa Tuhan, Karena kuasa Tuhan, Dirinya mengalami dari kuasa tuhan]
Buddha menolak tegas hal itu, karena semua perbuatan dan yang dialami seseorang BUKANLAH kehendak tuhan, yang berakibat seseorang TIDAK memiliki kehendak bebas hanya ”boneka” yang tidak bisa membebaskan diri dari penderitaan serta akan menjadi seseorang yang berkewaspadaan dan pengendalian diri. Juga di Mahabodhi Jataka (no.528), Sang Bodhisatta berkata:
"Jika Tuhan sekalian alam, yang menentukan bagi seluruh ciptaannya, kebahagiaan atau penderitaan, perbuatan baik maupun buruk, maka manusia hanya menjalankan perintahnya saja, sedangkan Tuhan itu yang diliputi dosa" (issaro sabbalokassa, sace kappeti jīvitaṃ, Iddhiṃ byasanabhāvañca, kammaṃ kalyāṇapāpakaṃ; Niddesakārī puriso, issaro tena lippati)
Kemudian kotbah Boddhisatta dalam Bhuridatta Jataka [no.543], terdapat kalimat berulang, "Sace hi so issaro sabbaloke" (Sebab jika Ia Tuhan sekalian alam):
”Dengan mata, seseorang dapat melihat pandangan memilukan; Mengapa Brahma itu tidak menciptakan secara baik? Bila kekuatannya demikian tak terbatas, mengapa tangannya begitu jarang memberkati? Mengapa dia tidak memberi kebahagiaan semata? Mengapa kejahatan, kebohongan dan ketidak-tahuan merajalela? Mengapa memenangkan kepalsuan, sedangkan kebenaran dan keadilan gagal? Saya menganggap, Brahma adalah ketak-adilan. Yang membuat dunia yang diatur keliru"
Lebih detail mengenai konsep "ketuhanan" di Buddhisme dapat anda lihat
di sini
[Kembali]
Moksa/Nibana/Nirwana plus Surga dan neraka
Moksa adalah konsep agama Hindu yang artinya kelepasan atau kebebasan dari ikatan duniawi dan bersatu dengan Brahman/Tuhan. Sementara Surga dan Neraka adalah salah satu tempat sementara, ketika mahluk menerima ganjaran perbuatannya selama hidupnya dahulu.
Dalam Buddhisme nibanna/Nirvana [nir; nis = "tidak ada, lenyap, habis'; + va = "meniup", "Musnah, Lenyap, Padam, memadamkan"]. Ini adalah keadaan/kondisi padamnya nafsu keinginan suatu mahluk jadi ini BUKAN alam/tempat atau bahkan Tuhan. Nibanna ada 2, yaitu:
- Sa-upadisesa-Nibbana = Nibbana dengan 'sisa' [5 khanda masih ada, mahluknya masih hidup]
- An-upadisesa-Nibbana = Parinibanna = Nibanna tanpa sisa, tidak ada lagi kemunculan di masa depan dalam bentukan apapun
Berikut beberapa cuplikan sutta yang menjelaskan tentang nibanna:
Pertanyaan Vaccagotta:
Ketika seorang bhikkhu terbebaskan demikian, Guru Gotama, di manakah ia muncul kembali [setelah kematian]?”
Sang Buddha:
“Istilah ‘muncul kembali’ tidak berlaku, Vaccha.”
Vacchagotta:
“Jadi apakah ia tidak muncul kembali, Guru Gotama?”
Sang Buddha:
“Istilah ‘tidak muncul kembali’ tidak berlaku, Vaccha.”
Vacchagotta:
“Jadi apakah ia muncul kembali juga tidak muncul kembali, Guru Gotama?”
Sang Buddha:
“Istilah ‘muncul kembali dan juga tidak muncul kembali’ tidak berlaku, Vaccha.”
Vacchagotta:
“Jadi apakah ia bukan muncul kembali juga bukan tidak muncul kembali, Guru Gotama?”
Sang Buddha:
“Istilah ‘bukan muncul kembali dan juga bukan tidak muncul kembali’ tidak berlaku, Vaccha.”
Vacchagotta:
“Ketika Guru Gotama ditanya 4 pertanyaan ini, Beliau menjawab:
Istilah “muncul kembali” tidak berlaku, Vaccha;
istilah “tidak muncul kembali” tidak berlaku, Vaccha;
istilah ‘muncul kembali dan juga tidak muncul kembali’ tidak berlaku, Vaccha;
Istilah ‘bukan muncul kembali dan juga bukan tidak muncul kembali’ tidak berlaku, Vaccha.’
Di sini aku menjadi bingung, Guru Gotama, di sini aku menjadi bimbang, dan keyakinan yang telah kuperoleh melalui perbincangan sebelumnya dengan Guru Gotama sekarang telah lenyap.”
Sang Buddha:
“Ini memang cukup membuatmu bingung, Vaccha, cukup membuatmu bimbang. Karena Dhamma ini, Vaccha, adalah dalam, sulit dilihat dan sulit dipahami, damai dan mulia, tidak dapat dicapai hanya dengan logika, halus, untuk dialami oleh para bijaksana. Adalah sulit bagimu untuk memahaminya JIKA ENGKAU MENGANUT PANDANGAN LAIN, MENERIMA AJARAN LAIN, MENYETUJUI AJARAN LAIN, MENEKUNI LATIHAN YANG BERBEDA, MENGIKUTI GURU YANG BERBEDA.
Aku akan mengajukan pertanyaan padamu sebagai balasan, Vacccha. Jawablah sesuai dengan apa yang menurutmu benar.
“Bagaimana menurutmu, Vaccha? Misalkan terdapat api yang membakar di depanmu. Apakah engkau mengetahui: ‘Api ini membakar di depanku’?”
Vacchagotta:
“Aku mengetahuinya, Guru Gotama.”
Sang Buddha:
“Jika seseorang bertanya padamu, Vaccha: ‘Bergantung pada apakah api yang membakar di depanmu ini?’ – jika ditanya demikian, bagaimanakah engkau menjawab?”
Vacchagotta:
“Jika ditanya demikian, Guru Gotama, aku akan menjawab: ‘Api ini membakar dengan bergantung pada bahan bakar rumput dan kayu.’”
Sang Buddha:
“Jika api di depanmu itu padam, apakah engkau mengetahui: ‘Api di depanku ini telah padam’?”
Vacchagotta:
“Aku mengetahuinya, Guru Gotama.”
Sang Buddha:
“Jika seseorang bertanya padamu, Vaccha: ‘Ketika api di depanmu itu padam, ke arah manakah perginya: ke timur, ke barat, ke utara, atau ke selaatan?’ - jika ditanya demikian, bagaimanakah engkau menjawab?”
Vacchagotta:
“ITU TIDAK BERLAKU, Guru Gotama. Api itu membakar dengan bergantung pada bahan bakar rumput dan kayu. Ketika bahan bakar itu habis, jika tidak mendapatkan tambahan bahan bakar, karena tanpa bahan bakar, maka itu dikatakan sebagai padam.”
Sang Buddha:
“Demikian pula, Vaccha, Sang Tathāgata telah MENINGGALKAN BENTUK MATERI yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya; Beliau telah memotongnya pada akarnya, membuatnya menjadi seperti tunggul pohon palem, menyingkirkannya SEHINGGA TIDAK MUNGKIN MUNCUL LAGI DI MASA DEPAN.
Sang Tathāgata terbebaskan dari penganggapan dalam hal bentuk materi, Vaccha, Beliau dalam, tidak terbatas, sulit diukur bagaikan samudera.
‘Beliau muncul kembali’ tidak berlaku; ‘
‘Beliau tidak muncul kembali’ tidak berlaku;
‘Beliau muncul kembali juga tidak muncul kembali’ tidak berlaku;
‘Beliau bukan muncul kembali juga bukan tidak muncul kembali’ tidak berlaku.
Sang Tathāgata telah MENINGGALKAN PERASAAN yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya; Beliau telah memotongnya pada akarnya, membuatnya menjadi seperti tunggul pohon palem, menyingkirkannya SEHINGGA TIDAK MUNGKIN MUNCUL LAGI DI MASA DEPAN …
Sang Tathāgata telah MENINGGALKAN PERSEPSI yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya; Beliau telah memotongnya pada akarnya, membuatnya menjadi seperti tunggul pohon palem, menyingkirkannya SEHINGGA TIDAK MUNGKIN MUNCUL LAGI DI MASA DEPAN …
Sang Tathāgata telah MENINGGALKAN BENTUKAN-BENTUKAN yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya; Beliau telah memotongnya pada akarnya, membuatnya menjadi seperti tunggul pohon palem, menyingkirkannya SEHINGGA TIDAK MUNGKIN MUNCUL LAGI DI MASA DEPAN …
Sang Tathāgata telah MENINGGALKAN KESADARAN yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya; Beliau telah memotongnya pada akarnya, membuatnya menjadi seperti tunggul pohon palem, menyingkirkannya SEHINGGA TIDAK MUNGKIN MUNCUL LAGI DI MASA DEPAN.
Sang Tathāgata terbebaskan dari penganggapan dalam hal kesadaran, Vaccha, Beliau dalam, tidak terbatas, sulit diukur bagaikan samudera... [MN72/Aggivacchagotta Sutta]
***
Demikian telah dikatakan oleh Sang Buddha … “Wahai para bhikkhu, ada 2 elemen-Nibbana (nibbānadhātu). Apakah 2 elemen itu? Elemen-Nibbana dengan sisa (saupādisesā nibbānadhātu) dan elemen-Nibbana tanpa sisa (anupādisesā nibbānadhātu)”
“Wahai para bhikkhu, apakah elemen-Nibbana dengan sisa itu?”
“Di sini, seorang bhikkhu merupakan Arahat, orang yang noda-nodanya telah lenyap, kehidupan sucinya telah terpenuhi, yang telah melakukan apa yang harus dilakukan, tak lagi menanggung beban, telah mencapai tujuan menghancurkan belenggu-belenggu KELAHIRAN KEMBALI dan sepenuhnya terbebas melalui pengetahuan akhir. Tetapi, ke-5 indrianya tetap berfungsi, dan dengan indria itu dia masih mengalami apa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, serta merasakan sukacita dan penderitaan. Hilangnya kemelekatan, kebencian, dan kebodohan batin di dalam dirinya ITULAH YANG DISEBUT ELEMEN-NIBANNA DENGAN SISA”
“Dan, wahai para bhikkhu, apakah elemen-Nibbana yang tanpa sisa itu?
Di sini seorang bhikkhu merupakan Arahat … yang sepenuhnya terbebas melalui pengetahuan akhir. Baginya, di sini dalam kehidupan ini juga, segala yang dialami, karena tidak ditanggapi dengan kegembiraan, akan padam. Para Bhikkhu, ITULAH YANG DISEBUT ELEMEN-NIBANA TANPA SISA”
“Demikianlah, wahai para bhikkhu, 2 elemen-Nibbana itu.”
Dua elemen-Nibbana ini diperkenalkan
Oleh Yang Melihat, yang tenang dan tidak terikat:
Yang satu adalah elemen yang dilihat di sini dan kini
Dengan sisa, tetapi tali kelahiran kembalinya telah dihancurkan;
Yang lain, KARENA TIDAK MEMILIKI SISA DI MASA DEPAN,
Di situ semua jenis kehidupan sepenuhnya berhenti.
Setelah memahami keadaan yang tak terkondisi,
Terbebas pikirannya karena tali kelahiran kembali yang telah dihancurkan,
Mereka telah mencapai intisari Dhamma,
Bergembira dalam penghancuran (nafsu keinginan),
Mereka yang tenang telah meninggalkan semua kelahiran kembali. [ITIVUTTAKA no.44]
Detail lainnya lihat di sini
[Kembali]
Uji Material Keabsahan Klaim Kalangan Islam
- Apakah Muhammad adalah Tuhan? Tidak,
Muhammad adalah seorang utusan Tuhan.
Sedangkan Kalki Avatara adalah Tuhan sendiri yang turun ke dunia!
Bahkan Muhammad-pun tidak mendekati definisi dan ciri2 Buddha. Perlu dicatat bahwa Buddha tidak pernah menganjurkan untuk Menyembah Tuhan. Setiap Buddha ada di muka bumi menganjurkan untuk TIDAK menyakiti Mahluk hidup tanpa kecuali [tidak ada pengucualian apapun! Termasuk dalam keadaan perang]
Sedangkan Muhammad menganjurkan untuk melakukan pembunuhan
- Apakah Muhammad Menyatakan Reinkarnasi (Punarbawa/Tumimbal Lahir)? Tidak
- Apakah Muhammad menyatakan ada hukum Karmaphala (kamma)? Tidak
- Apakah Muhammad menyatakan adanya Nirwana (nibbana) selain Surga dan Neraka? Tidak
- Apakah tahun kehidupan Muhammad berada di dekat tahun-tahun yang diramalkan akan hadirnya Kalki Avatara dan/atau Buddha Maitreya didunia? Tidak
- Kalkiy Avatara akan muncul didunia pada kisaran 352.981 Masehi atau tahun 424.981 Masehi dan Buddha Maitreya akan hadir di ratusan kalpa atau jauh melebihi 1023 tahun lagi.
- Kalky avatar lahir pada bulan Baisakha 12 hari setelah bulan penuh (purnama), berarti 12 hari setelah tanggal 14/15 yaitu tanggal 26/27 akhir bulan Baisakha.
- Sementara itu kepastian tanggal lahir Muhammad pun tidak diketahui saat dulu maupun sekarang. Pendapat para Ulama berbeda-beda dalam hal ini. Phillip K. Hitti berkata bahwa dia dilahirkan sekitar 571 AD (History of the Arabs, hal 111). Abdullah Yusuf Ali berkeras, "tahun yg selalu diberikan utk kelahiran sang Nabi adalah 570 AD, meski tanggalnya harus dikira-kira, jadi angkanya adalah antara 569 dan 571, kemungkinan batas paling ekstrim." (Quran, V.2, hal 1071)
- Walau tahun kelahirannya Muhamad misterius, Muslim tetap menetapkan bahwa dia lahir pada jam-jam awal, yaitu hari Senin, hari ke-29 bulan Agustus, 570 AD (Lihat Ghulam Mustafa, Vishva Nabi, hal 40). - Sebuah perayaan yg mereka rayakan dg pawai riuh. Namun faktanya tetap: tahun kelahiran Muhamad tidak ditetapkan berdasarkan bukti2 sejarah yg dapat dipercaya. Dengan demikian, Perayaan kelahiran Muhammad, tidak berdasarkan sumber2 kuat Islam namun hanya berdasarkan tradisi.
- Apakah Muhammad yang mengajarkan sendiri ajarannya? Tidak,
Ia diberitahukan melalui perantara yang bernama Jibril yang diyakini sebagai malaikat (mungkin dapat disamakan dengan Dewa).
Buddha Maitreya tidak memerlukan perantara untuk mengajar, bahkan Buddha Maitreya adalah guru para Dewa.
Sedangkan Kalki, adalah Pemilik para Dewa sehingga Dewapun tunduk dan patuh padaNya.
- Apakah Muhammad memiliki 10 Kekuatan atau 8 kekuatan supra manusia? Tidak
Para Buddha selalu mempunyai itu
Kalki avatar digambarkan memiliki 8 kekuatan supra manusia yang melekat padanya dan dapat digunakan kapanpun Ia mau.
- Apakah Muhammad menguasai penjuru dunia? Tidak,
Sewaktu Muhammad hidup lingkup daerah kekuasaan yang berhasil ditaklukannya bahkan tidak sampai keluar dari Jazirah Arab
- Apakah Muhammad mempunyai banyak anak yang gagah perkasa dan penakluk musuh? Tidak,
Semua anak laki-lakinya telah mati muda, Dari Khadijah (Qasim dan Abdullah) meninggal selagi bayi, dari Budaknya Maria al-Qibthiya (Ibrahim) meninggal saat usia 4 tahun.
Yang tersisa hanya berasal dari putrinya Fatimah yang menikah dengan Ali (Hasan dan Husain) yang juga tewas sekeluarga dibantai pada masa Bani Umayah dan Bani Abbas. Menurut sumber yang masih harus diuji keabsahannya dikisahkan bahwa masih ada keturunan Muhammad yang selamat dan lari ke maroko.
- Apakah Muhammad mempunyai ciri2 32 Manussa Agung/Maha Purisa ? Tidak
- Apakah Muhammad menaklukan tidak dengan pedang melainkan hanya dengan kebenaran? Tidak,
Ia berperang dengan menggunakan Pedang.
Ini sangat jauh berbeda dengan Buddha dimana saat Beliau di cacimaki, diserang Gajah dan hendak dibunuh tetap dalam keadaan diam tidak menyerang dan hanya menyampaikan kebenaran melalui ucapanNya saja dan semua yang menyerangnya menjadi Pengikutnya.
Sementara Kalki dikisahkan bersenjatakan Petir(Bajra) yang menyerupai Pedang yang dapat menghanguskan sebuah Kota (ini lebih menyerupai senjata masa depan daripada sebuah pedang jaman dulu)
- Apakah Muhammad mempunyai kuda putih sebagai tunggangannya setiap saat? Tidak,
Ia tidak mempunyai tunggangan yang sama yang dipakainya setiap saat dan tidak pernah tercatat bahwa Muhammad mempunyai kuda berwarna putih sebagai tunggangannya
- Apakah Buraq adalah Kuda putih? Tidak,
Buraq adalah suatu mahluk menyerupai hewan berwarna putih berbadan lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari Bagal [Muslim 001.0309, Bukhari 5.58.227] bermuka Manusia dan berekor merak [The Haj, Leon Uris's dan Gambar Buraq dari literatur abad 16].
Buraq tidak ditunggangi Muhammad setiap saat namun hanya satu kali yang konon terjadi pada peristiwa Isra' Mir'aj [AQ 17:1; Bukhari 9.63.608; Tisdal, W., "Original Sources of Islam", hal. 78] pada tanggal 27 Rajab tahun ke-11 kerasulan Muhammad.
Buraq tidak pernah disebut dalam Al Qur'an dan hanya muncul di Hadis sahih Muslim dan Bukhari dan itupun tidak pernah disebutkan sebagai Kuda berwarna putih. Peristiwa Isra' Miraj menyatakan:
- Muhammad pergi menaiki Buraq [Buraq tidak pernah ada di dalam Qur'an dan hanya tercatat di hadist itupun tidak pernah dikatakan sebagai Kuda Putih].
- Saat Isra' Mir'aj, Nabi berada dirumah seorang sepupunya (wanita) yang baru kehilangan suami [sampai tengah malam], ini tidak lazim menurut adat istiadat setempat, sementara Nabi belumlah diterima secara luas di Mekkah [2 tahun sebelum Hijrah dan hampir 1 tahun setelah ditinggal istri dan pamannya],
- Pada AQ 17:1 disebutkan Nabi mengunjungi Mesjid Aqsa yang justru baru dibangun setelah Nabi wafat oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Kekhalifahan Umayyah [Dinasti Bani Umayyah] pada tahun 66 H dan selesai tahun 73 H (56 tahun setelah Nabi Muhamad Wafat)
- Merupakan awal mula Shalat 5 waktu. Pada peristiwa Isra' Mi'raj awalnya diperintahkan 50 x shalat satu harinya dan Nabi berhasil menawar berulang kali kepada Allah hingga akhirnya menjadi 5 x (jadi, sampai dengan 11 tahun masa ke rasulan tidak ada perintah Shalat)
- Apakah Muhammad tidak pernah Membunuh dan/atau anti pembunuhan? Tidak,
Ia membunuh dan memerintahkan Pembunuhan dan pembantaian.
- Seorang Buddha setelah mencapai Buddha tidak akan menikah lagi untuk alasan Apapun, apakah Muhammad juga tidak menikah lagi setelah menjadi Rasul? Tidak,
Setelah menjadi Rasul, Paling tidak Muhammad beristri 15 orang, 2 (dua) diantaranya diceraikan.
- Apakah Istri Muhammad ada yang bernama Padma? Tidak,
Selain dari Khaddijah, istri-istri Muhammad lainnya adalah Saudah, Aisyah, Hafshah, Zainab binti Khuzaimah, Ummu Salamah, Juwariyah, Zainab binti Jahsyi(Mantan istri anak angkat Muhammad-Zaid ibn Haritsah), Raihanah(Budak milik Muhammad), Syafiyyah, Maemunah, Maria Qibthiyyah(budak milik Hafshah), Arkian dan masih banyak lagi [Sumber: Biografi Rasullulah, Dr. Mahdi Rizqullah Ahmad, Penerbit Qisthi press, Januari 2006, hal.887: "Seandainya Rasulullah s.a.w berkehendak untuk memiliki ribuan budak perempuan dan selir, tentu saja Rasulullah s.a.w. tidak akan mengurangi haknya untuk mengambil hal tersebut. Apalagiナ"; juga lihat di: Selain Khadijah, Semua Istri Nabi berusia Muda dan Ranum]
- Apakah maksud dari arti kata Ayahanda Kalki (Vishnuyasha), Ayahhanda Buddha Maitreya (Subrahma) sama artinya dengan nama ayahanda Muhammad (Abdullah)? Tidak,
Vishnuyasha berarti Pengikut Wisnu, Subrahma adalah Brahma yang baik sedangkan Abdulah berarti Pengikut Allah,
- Kata Allah pada jaman Pra-islam Allah berkonotasi dengan dewa bulan. Pada jaman sebelum islam orang Arab menyembah dewa(i). Di Mekkah, "Allah" adalah dewa tertinggi bangsa Quraish, sukunya Nabi. Allah memiliki 3 puteri: Al Uzzah [Venus]; Manah [Dewi nasib] dan Al Lat [Dewi tumbuh-tumbuhan]. Mereka dianggap paling berkuasa dan campur tangan mereka atas nama pemuja sangat penting.
- Pernyataan Albert Hourani: "Nama Islam bagi Tuhan adalah 'Allah', yang sudah dipakai utk dewa2 setempat "(bahkan dipakai orang Yahudi dan Kristen yg berbicara Arab--lihat A history Of Arab people by Albert Hourani, 1991, page-16, Belknap press of Harvard University, USA).
- Apakah Arti dari Kalky, Maitreya dan Muhammad sama? Tidak,
Kalky= Abadi/ pejuang yang perkasa,
Maitreya adalah nama Suku beliau dan nama sebelum menjadi Buddha adalah Ajita = pemenang, tidak tertaklukan (Buddha Gautama, Gautama adalah nama suku, nama sebelum menjadi Buddha adalah Sidharta=tercapai semua maksudnya),
Sedangkan Nama asli Muhammad adalah Kothan:
"...Aminah menyebut bayinya Kothan, tapi kakeknya mengubahnya menjadi Muhammad dikemudian hari" (lihat: "The Messenger: Life of Mohammed", Ronald Victor Courtenay Bodley, hal 5; atau di: "MUHAMMAD AND HIS QURAN: BLOOD AND LIES AT THE ROOT OF ISLAM", Mohammad Asghar, hal.20; atau di: "The story of the Saracens, from the earliest times to the fall of Bagdad", Gilman, Arthur, 1837-1909, hal.40, 482; atau di: "Mohammed and Mohammedanism: lectures delivered at the Royal institution of Great Britain in February and March, 1874", Smith, R. Bosworth (Reginald Bosworth), 1839-1908; Deutsch, Emanuel, 1829-1873. Islam, hal.295, lihat cat.kaki; atau di "The life of Mahomet", Dermenghem, Emile, 1872-; Yorke, Arabella, hal.xii, yang menyebutkan nama Muhammad adalah Qotham atau Zobath).
Bahkan para ulama Islam sendiri juga menyatakan demikian, misal: Ibn Athir ("الكامل في التاريخ/Al-Kāmil fī al-tārīkh", hal.608) menyatakan nama Muhammad adalah 'QTM', "هو محمد بن عبد الله ، ويكنى عبد الله أبا قثم" (Muhammad bin Abdullah, dijuluki Abdullah Abu QTM), juga di "As-Sirat al-Halabiyya (Insan al-'Uyun fi Sirat alAmin al-Ma'mun), vol.1, hal.117, atau hal.131: "وفي الإمتاع: لما مات قثم بن عبد المطلب قبل مولد رسول الله صلى الله عليه وسلم بثلاث سنين وهو ابن تسع سنين وجد عليه وجدا شديدا، فلما ولد رسول الله صلى الله عليه وسلم سماه قثم حتى أخبرته أمه آمنة أنها أمرت في منامها أن تسميه محمدا،" (Ketika Qathem bin Abdul Muthalib wafat 3 tahun sebelum kelahiran Nabi Saw, Ia berusia usia 9, Ia (Abdul Mutalib), sangat sedih, maka ketika Nabi lahir, Ia namakan Qathem hingga ibunya, Aminah mimpi, agar menamakan anaknya, Muhammad). Juga seorang periset Muslim dari Tunisia, Dr Hashim Djait, di islamonline.net, Sabtu, 3 Maret 2007, menyatakan nama asli Muhammad adalah Qotham! [lihat: di sini atau di sini, Lihat juga Islam QA no.184499].
Nah, jika Muhammad artinya adalah yang terpuji namun apakah arti QTM/kothan?
Tampaknya kata QTM artinya bervariasi, diantaranya: Dermawan, warna yang menghitam ("Consonant Spreading in Arabic Stems", Kenneth R. BEESLEY, hal.119); memotong ("ORIGIN OF “SEMITIC” LANGUAGES", ADEL S. BISHTAWI, hal.7); atau bahkan hewan heyna jantan. Nama terakhir ini bisa jadi lebih masuk akal, karena tampaknya ada keterbiasaan suku padang pasir menamakan anaknya dengan binatang, seperti misal salah satu leluhur Muhammad, Qusayy bin kilāb, di mana arti "kilāb" = para anjing.
- Apakah Ayahanda Muhammad kepala suku, atau keluarga kaya atau keluarga terpandang? Tidak,
- Muhammad bukanlah orang kaya, bukan anak kepala suku dan bukan dari keluarga terpandang, ia lahir di Mekkah.
Suku Quraish adalah penghuni aslinya, mengingat fakta bahwa suku merekalah yg memiliki kontrol atas pengawasan dan ritual religius dari rumah Tuhan tersebut.
- Anggota2 dari suku Quraish terdiri dari tiga kelompok
- Satu adalah kelompok pendeta, yg mengontrol rumah Tuhan dan mendapatkan pemasukan dari para peziarah.
- Kelompok kedua terdiri dari sejumlah kecil orang Quraish yg melakukan perdagangan.
- Kelompok ketiga adalah yg paling besar, dan terdiri dari mereka yg menopang hidupnya dg menyediakan air dan pelayanan2 lain bagi para peziarah.
- Pekerjaan ini tidak menjamin pemasukan yg tetap bagi mereka; ketika mereka menerima peziarah dalam jumlah yg banyak, mereka mendapat pemasukan yg besar, tapi ketika jumlah peziarah kecil pendapatan merekapun kecil. Orang2 ini spt pekerja zaman kita sekarang; mereka dibayar kalau ada pekerjaan. Lebih dari 1400 tahun yg lalu, tinggal di Mekkah seorang laki2 bernama Abdullah.
Dia termasuk kelompok ketiga dari kaum Quraish. Istrinya bernama Aminah. Karena dia tidak mempunyai pendapatan yg tetap, keuangan rumah tangganya selalu kempas kempis. Seringkali keduanya harus tidur tanpa makan. Kemiskinan yg terus menerus akhirnya sampai pada puncaknya, mereka sering bertengkar dan bertengkar mengenai kondisi keuangan mereka dan juga mengenai masa depan mereka.
Namun demikian,
Terdapat detail mencurigakan yang membuat keabsahan ABDULLAH sebagai ayah kandung Muhammad SAW, layak untuk dipertanyakan. (KLIK INI, untuk detailnya!!!)
- Kalki adalah orang terpandang begitu pula dengan Maitreya, tidak pernah seorang Avatar dan Buddha lahir dikeluarga tidak perpandang.
- Detail lebih lanjutnya ada pada satu artikel bagus yang menjawab dengan tegas dan lugas kekeliruan-kekeliruan yang dipaksakan untuk mengatakan bahwa Muhammad adalah Kalky Avatara. Silakan klik ini
[Kembali]
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari uji material klaim diatas, didapatkan kesimpulan bahwa:
- Tidak ada seorang yang bernama Profesor (kadang ditulis Doktor) Pundit Vaid Parksah di Universitas Allahabad seperti yang dimaksud dalam buku/artikel itu.
..Saya tidak tahu darimana Mir Abdul Majeed mendapatkan asli artikel yang diterjemahkannya tetapi siapa pun penulis artikel ini, telah tidak jujur dalam menulis artikel dan telah membuat banyak pernyataan yang salah di dalamnya...sebuah buku dalam bahasa Hindi berjudul sebagai Kalki Autar aur Muhammad Saheb diterbitkan pada tahun 1969/70...informasi, bahwa Pundit Ved Prakash adalah Bengali, tidak benar...Brahmana Bengali tidak menggunakan gelar "Upadhyay"...nama pengarangnya adalah Pundit Prakash Upadhyay dan bukan Pundit Ved Prakash..[Alim Husain dalam "Prophet Muhammad in Hindu Scriptures", Milli Gazette, Indian Muslim's leading English Newspaper, 1-15 Mar 2005]
..Para-3: ..Pundit Vaid Parkash..adalah nama buatan dan pastinya tidak ada sarjana Sanskrit terkenal dengan nama itu di India. Dia dikatakan memegang portofolio penting di Universitas Allahabad,..Tidak ada dalam daftar di universitas itu..Kata Pundit Vaid Parkash dikatakan berasal dari ras Bengali. Faktanya adalah bahwa orang Bengali tidak memiliki nama seperti Pundit Vaid Parkash...Dan mengapa seorang Bengali menulis buku dalam bahasa Hindi? [kesimpulan ini diambil dari sini]
Sementara itu, ada seorang bernama Ved Prakash Upadhyaya, Master of Arts, Allahabad University, 1968. Doctor of Philosophy, Allahabad University, 1970. Bachelor of Laws, Allahabad University, 1978. Doctor of Letters, Allahabad University, 1981. Master of Arts, Gurunanak Dev University, 1975. Doctor of Astrology (honorary), Astrological Research Project, 1998. Namun, karyanya adalah: Vaidika Sahitya: Ek Vivecana, Rgvediya Sukta Sangraha. Patentee in field. TIDAK ADA yang berjudul "Kalki Autar aur Muhammad Saheb"
- Kemunculan Kalky Avatara dan Buddha Maitreya tidak berada dijaman Muhammad bahkan tidak juga untuk beberapa ratus tahun ke depannya.
- Kalki Avatara tidak sama dengan Buddha Maitreya, kemunculan mereka tidak pada kisaran jaman yang sama.
- Terdapat perbedaan besar dalam pondasi ajaran antara Islam VS Hindu dan Buddha.
- Hasil uji telah membuktikan bahwa ini merupakan propaganda pembodohan yang bernilai rendah. Namun demikian, memang ada di sebuah purana hindu yang menyebutkan tentang MAHAMADA dan LUAR BIASA mirip dengan MUHAMMAD, silakan baca: "Bhavisya Purana: Purana Hindu Yang Meramalkan Kedatangan Muhammad.."
[Kembali]
Artikel-Artikel yang berkaitan
(KLIK!!!) Kalki: A rebuttal of the lies being propagated by Islamic websites paklinks.com
(KLIK!!!) Hindu Prophecies - The Kalki Purana
(KLIK!!!) Kalki
(KLIK!!!) Kalki: The Next Avatar of God and the End of Kali-yuga
(KLIK!!!) Timings of the Four Yugas
(KLIK!!!) Prophet Muhammed (pbuh) in Hindu Scriptures
(KLIK!!!) NASKAH BUDDHISME TENTANG NABI MUHAMMAD SAW
(KLIK!!!) Muhammad Menurut Pandangan Kitab Agama Lain
(KLIK!!!) Silsilah Nabi Muhammad Saw
[Kembali]
Dalam biography yang ditulis oleh al-Halabi dan juga "The Comprehensive Compilation of the Names of the Prophet's Companions" oleh Ibn Abd al-Barr, menyatakan bahwa Ibunda Muhammad, yaitu Amina, tinggal di rumah Wahib, paman Amina. Abd Mutallib, kakek muhammad, meminta kemenakan Wahib untuk dikawinkan dengan Abdullah dan pada saat itu, Hala diminta untuk dikawinkan dengan dirinya sendiri. Mereka kawin bersamaan.
"Al-Sirat al-Halabiya", Al-Halabi, vol.1, hal. 51 [atau di vol.1 hal. 62] السيرة الحلبية للحلبي
ثم رأيت في أسد الغابة ما يوافقه، وهو أن عبد المطلب تزوج هو وعبد الله في مجلس واحد،
[Abdul-Muttalib, dan juga anaknya, Abdullah, menikah pada saat yang sama]
The Major Classes, Ibn Sa'd, vol. 1, hal. 94-95 الطبقات الكبرى لإبن سعد
فمشى إليه عبد المطلب بن هاشم بن عبد مناف بن قصي بابنه عبد الله بن عبد المطلب أبي رسول الله، صلى الله عليه وسلم، فخطب عليه آمنة بنت وهب فزوجها عبد الله بن عبد المطلب، وخطب إليه عبد المطلب ابن هاشم في مجلسه ذلك ابنته هالة بنت وهيب على نفسه فزوجه إياها، فكان تزوج عبد المطلب بن هاشم وتزوج عبد الله بن عبد المطلب في مجلس واحد،
[Jadi, Abdul Muthalib menuju kepadanya (Wahib) bersama putranya Abdullah, bapak nabi, meminta Amina dan menikahi Abdullah. Dalam saat yang sama, Ia meminta Hala untuk dirinya sendiri dan dia (Wahib) menikahkan padanya. Oleh karena itu, pernikahan Abdul Muthalib dan Abdullah, anaknya, terjadi bersamaan.]
Beberapa saat setelah kawin Abdullah pergi ke Syiria utk berdagang, saat ia pergi Amina sedang hamil dan Abdullah wafat beberapa bulan kemudian. Contoh variasi biography Muhammad lain yang menyatakan kematian Abdullah terjadi beberapa bulan setelah menikahi Amina:
Some months previous to the invasion of Abraha, Abdul Muttalib had affianced his then youngest son, Abdullah, who was twenty-four years of age, to Amina, the niece of Wahb of Bani Zuhra, under whose guardianship she lived. The marriage took place, and NOT LONG AFTER Abdullah left his wife, WHO WAS WITH CHILD, and set out on a mercantile expedition to Syria. ON HIS WAY BACK, he fell ill at Medina, and was left behind by the caravan with his father’s maternal relatives.
Hala Melahirkan Hamza dan Amina melahirkan Muhammad, Hamza lebih tua 2 tahun s.d 4 tahun daripada Muhammad.
Al-Isaba fi Tamyiz al-Sahaba, Ibn Hajar, vol.2, hal. 121 الإصابة فى تميز الصحابة لإبن حجر
1828 حمزة بن عبد المطلب بن هاشم بن عبد مناف القرشي الهاشمي أبو عمارة عم النبي صلى الله عليه وسلم وأخوه من الرضاعة أرضعتهما ثويبة مولاة أبي لهب كما ثبت في الصحيحين وقريبه من أمه أيضا لأن أم حمزة هالة بنت أهيب بن عبد مناف بن زهرة بنت عم آمنة بنت وهب بن عبد مناف أم النبي صلى الله عليه وسلم ولد قبل النبي صلى الله عليه وسلم بسنتين وقيل بأربع
[Hamza anak dari Abdul-Muttalib [..] lahir 2 atau 4 tahun SEBELUM Nabi]
The Major Classes, Ibn Sa'd, vol. 3, hal. 10 الطبقات الكبرى لإبن سعد
قال: أخبرنا محمد بن عمر، قال حدثني موسى بن محمد بن إبراهيم عن أبيه، قال: كان حمزة معلما يوم بدر بريشة نعامة. قال محمد بن عمر: وحمل حمزة لواء رسول الله، صلى الله عليه وسلم، في غزوة بني قينقاع ولم يكن الرايات يومئذ. وقتل، رحمه الله، يوم أحد على رأس اثنين وثلاثين شهرا من الهجرة وهو يومئذ بن تسع وخمسي سنة، كان أسن من رسول الله، صلى الله عليه وسلم، بأربع سنين،
[Hamza [..] terbunuh di Uhud [..] Ia berusia 56 tahun [..] Ia 4 tahun lebih tua dari Rassulullah..]
Dalam suatu wawancara dengan Zakaria Botros di TV Al-Hayat, dalam program "in Dept" episode ke-3 (Lihat terjemahan: Indonesia atau Inggris, Pendeta ini kelak di FATWAkan MATI), Ia menyampaikan pertanyaan terbuka kepada para Sheikh Muslim, Sheikh Karadawy, Sheikh Tantawy dan Sheikh Beblawy tentang "Mengapa terdapat selisih umur 2 s.d 4 antara HAMZA dan MUHAMMAD padahal karena Ibu mereka MENIKAH BERSAMAAN dan Ayahanda MUHAMMAD wafat HANYA BEBERAPA BULAN KEMUDIAN atau dengan kata lain: SIAPA AYAHNYA MUHAMMAD agar ia lahir empat tahun setelah Abdullah meninggal?". Zakaria memberikan argument tambahan seperti di bawah ini:
Ketika Mohamad mendengar mereka berkata seperti itu, Mohamad tidak menyangkal. Ini berarti Mohamad bukan orang Quraish, bukan anak Abdullah, tetapi orang Keldah. Ini bencana. Dia berkata, “Kami tidak disangkal oleh leluhur-leluhur kami, kami adalah keturunan Elnur Ibn Kenana.”
Dalam buku “Dalail al-Nubuwwah” yang ditulis oleh Abu Naim al-Isbahani yang mengutip kata-kata Ibn Abbas, dikatakan begini, "ketika orang-orang Quraysh bicara siapa leluhur mereka dan menggambarkan muhammad sebagai "pohon palem yang tumbuh di lereng bukit" (artinya: Tidak di kenal siapa leluhurnya) Ketika Muhammad mendengar itu Ia sangat marah.
Abu Naim al-Isbahani melanjutkan dan berkata bahwa Ibn Abbas menyampaikan pada Muhammad, “Ketika kaum quraish bertemu dengan sesamanya, mereka saling memberikan senyum lebar. Namun ketika mereka bertemu dengan kami, mereka mengejek kami dan mengatakan tidak mengetahui darimana muhammad." Muhammad menjadi sangat marah ketika mendengar itu. beberapa ahli sejarah menginterpretasikan ini dalam arti bahwa Bani Kindah tahu betul bahwa Muhammad berasal dari suku mereka dan bukan dari bani hasyim dan Muhammad mengakui itu. Mereka juga mengatakan bahwa statement "sebatang palem yang tumbuh dilereng bukit" artinya adalah tidak dikenal siapa ayahnya.
Nah,
Demikanlah mengapa Ayah kandung Muhammad dicurigai BUKAN Abdullah dan tidak diketahui jelas siapa beliau. Jika dikemudian hari beliau mengatakan ayahnya adalah Abdullah mungkin saja seperti pada kasus Amr Ibn Al-As