Sabtu, 11 Agustus 2018

NENEK MOYANG ADAM-HAWA dan KERA


Teori kesamaan moyang antara manusia dan bentuk kera dari Charles Darwin (1809-1882):
    Jika kera, yang punya karasteristik seperti manusia (antropomorfus) dianggap membentuk sub kelompok alami, maka manusia adalah sama dengan mereka (man agrees with them), tidak hanya dalam semua karakter yang dimilikinya sama dengan seluruh kelompok Catarhine (antropoid dunia lama: primata meyerupai manusia, termasuk monyet, kera, hominid/berkerabat dekat dengan manusia: gorila, simpanse, bonobo dan manusia), tetapi juga di karakter khas lainnya, seperti tidak adanya ekor dan dari penebalan kulit tertentu (callosities), dan secara umum, kita dapat duga bahwa beberapa anggota lama subkelompok antropomorfus melahirkan manusia (hal 197) ... Setiap naturalis, yang percaya pada prinsip evolusi, akan mengakui bahwa dua divisi utama Simiadæ, yaitu monyet Catarhine dan Platyrhine, dengan subkelompoknya, semuanya berasal dari nenek moyang yang sangat kuno. [hal. 197-198] ... Monyet Catarhine dan Platyrhine sama dalam banyak karakter, seperti yang terlihat dari mereka yang tidak diragukan lagi masuk dalam satu Ordo yang sama... Dan karena manusia di bawah sudut pandang silsilah adalah milik Catarhine atau bagian dari Dunia Lama, kita harus menyimpulkan, seberapa banyak pun disimpulkan mungkin akan menohok kesombongan kita, bahwa nenek moyang awal kita telah ditunjuk tepat. Tetapi kita tidak boleh jatuh ke dalam kesalahan dalam mengandaikan bahwa nenek moyang awal seluruh keturunan Simian, termasuk manusia, identik dengan, atau bahkan sangat mirip (was identical with, or even closely resembled), kera atau monyet yang ada. (hal. 198-199) ["The descent of man, and selection in relation to sex", Charles Darwin, Vol.1, 1st ed., 1871]

    Note:
    Darwin TIDAK PERNAH menyatakan bahwa manusia berasal/turunan dari monyet/kera. Bahkan dalam buku "On The Origin of Species" (1 Oktober 1859), tidak 1x pun ada kata "evolusi". Di antara yang dituliskan Darwin:

    "Ketika mempertimbangkan asal usul spesies, sangat masuk akal bahwa seorang naturalis, ... , dapat sampai pada kesimpulan bahwa masing-masing spesies tidak diciptakan secara mandiri, namun diturunkan, seperti varietas, dari spesies lain" (hal.3)... "Akhirnya, beberapa kelompok fakta yang telah dibahas di bab ini, bagi saya tampak jelas menyatakan, bahwa spesies, genera, dan famili makhluk hidup yang tak terhitung banyaknya, yang menghuni dunia ini, semuanya diturunkan, masing-masingnya di batas-batas kelas/kelompoknya sendiri, dari orang tua yang sama, dan semuanya termodifikasi seiring perkembangan turunan, sehingga saya sudah seharusnya tanpa keraguan mengadopsi pandangan ini, meski pandangan ini tidak didukung fakta atau argumen lain" (hal.457-458).

    Namun, John Leifchild ketika menanggapi "On The Origin of Species" di tanggal 14 November 1859, telah memberikan intepretasi yang tidak ada di "On The Origin of Species". Leifchild menyatakan "..bahwa manusia turunan dari monyet. Gagasan menarik ini..diwujudkan menjadi semacam kredo/pengakuan oleh Darwin" (hal.659).
Pembuktian teorinya Darwin, terus berjalan,
Di pertengahan abad ke-20, ahli biologi molekuler telah sampai pada kesimpulan bahwa DNA berisi informasi genetik dan rangkaian nukleotida dalam geneik yang dikodekan sebagai rangkaian asam amino dari protein. Ahli imunologi dapat menyimpulkan percabangan antigen protein (atau percabangan genetik) antar spesies mahluk hidup yang mencerminkan percabangan rangkaian asam amino dari perbedaan rangkaian nukleotida, oleh karenanya, dapat dideteksi persamaan antara manusia, simpanse dan gorila, sehingga ditempatkan dalam keluarga Hominidae yang sama, juga melalui analisis filogenetik rangkaian asam amino hemoglobin (protein kaya zat besi dalam sel darah merah) bahwa hemoglobin manusia dan simpanse identik dan sedikit beda dari hemoglobin gorila. [In the Light of Evolution: Volume IV: The Human Condition: Phylogenomic Evidence of Adaptive Evolution in the Ancestry of Humans, Morris Goodman dan Kristin N. Sterner, 2010]

Tahun 1937-1941, Karl Landsteiner, ahli Kimia, Austria menemukan penggolongan darah type Rhesus dari hasil percobaan ADA atau TIDAKNYA antigen D (faktor rhesus/Rh atau "D") dan antibodi (anti-Rh) ketika kelinci (belakangan juga tikus Belanda) disuntik sel darah spesies monyet "Rhesus Macaque". Sel darah Kelinci ini menanggapinya dengan membentuk antibodi terhadapnya. Antigen adalah zat/substansi yang dianggap asing atau berbahaya oleh tubuh yang memicu respon imun berupa produksi antibodi. Antibodi kelinci ini kemudian diujikan pada sel-sel merah penduduk kulit putih kota New York dan 85%-nya mengalami penggumpalan/aglunasi. Nama spesies monyet (Rhesus) kemudian lebih dikenal sebagai nama tes ini dan disebut faktor rhesus (atau faktor antigen D).

Protein Rh/"D" sebagai penanda genetik sfesifik ini bukan hanya ditemukan pada spesies monyet Rhesus namun juga pada ordo primata lainnya termasuk Manusia. Ini menunjukkan, ADANYA PERTALIAN WARISAN DARI LELUHUR UMUM SEBELUM kemunculan kera, monyet, dan manusia. [lihat juga: "Evolution of RH genes in hominoids: characterization of a gorilla RHCE-like gene", Blancher A1, Apoil PA; "Human Blood Group", Geoff Daniels, Ch.5.2, hal.197; "The complexities of the Rh system", M.L.Scott; "Rh Blood Group System" dan "Non-ABO blood group systems phenotyping in non-human primates for blood banking laboratory and xenotransplantation"]

Jadi, ketika darah di test dengan protein antigen D, hasilnya:
  • Bereaksi menjadi senyawa faktor penggumpalan darah, ini disebut Rhesus positif (Rh+ atau antigen D) aau disingkat "+" atau "D";
  • Tidak bereaksi, ini disebut Rhesus negatif (Rh- atau d) atau disingkat "-" atau "d".
Masing-masing dari 4 golongan type darah pada system ABO, juga diklasifikasikan sesuai faktor rhesus/Rh, yaitu "-" atau "+", menjadi A+, A-, B+, B-, AB+, AB-, O+ dan O-. Diantara 8 ini, O- adalah donor paling universal.


Seperti golongan darah, Grup rhesus/Rh atau grup D juga terdiri dari:
  • Rh+/"DD" (homozigot) = "antigen D" diwarisi dari kedua induk;
  • Rh+/"Dd" (heterozigot/hemizigot) = "antigen D diwarisi dari salah satu induk (heterozigot) atau satu induk tidak punya "d" (hemizigot);
  • Rh-/"dd" (nullizigot) = Null atau TIDAK ADA "D" diwarisi dari kedua induk.

  • Kemudian terdapat mutasi genetik yang disebut Du Varian, yaitu hasil seharusnya adalah Rh+ (D), namun karena dalam tes (D) sangat lemah terlihat, ini menjadi terbaca sebagai Rh-/"d"
Secara kasar, dikatakan 85% populasi manusia mempunyai Rh+, sedangkan 15%nya Rh-. ["Rh factor", The Columbia Encyclopedia, 6th ed. dan "Immunology for Pharmacy - E-Book", Dennis Fleherty, hal.26. Wikipedia memuat variasi sejumlah negara dengan Rh+ antara 71% s.d 99 %]

Apa implikasinya faktor Rhesus?
Kaum Abrahamik mengklaim bahwa seluruh manusia berasal dari ADAM-HAWA dan HAWA berasal dari RUSUK ADAM (atau di kloning atau seperti kembar identik), jika benar demikian, maka mereka seharusnya kembar identik dalam susunan DNA, namun masalahnya:
  • Jika benar mereka adalah perintis, seharusnya, sel darah mereka TIDAK MENGANDUNG "zat yang dianggap asing/berbahaya oleh tubuh" (antigen D), sehingga TIDAK juga ada anti D. tapi TIDAK MUNGKIN KEDUANYA mempunyai Rh-/"dd" (homozigot), karena turunannya menjadi TIDAK AKAN PERNAH mewarisi Rh+/"D"
  • Juga, TIDAK MUNGKIN KEDUANYA punya Rh+/"DD" (homozigot), karena turunannya menjadi TIDAK AKAN PERNAH mewarisi Rh-/"dd"
  • Malah, keduanya PASTI punya Rh+/"Dd" (heterozigot), karena 75% turunannya, akan mewarisi Rh+/"D".
Karena keduanya Rh+/"Dd" (heterozigot) maka TIDAK MUNGKIN mereka manusia pertama, karena mereka-pun harus mewaris gen tersebut dari kedua orang tuanya, oleh karenanya, kedua orang tua mereka, pastilah berbagi LELUHUR YANG SAMA dengan spesies KERA (karena harus Rh+/"D").

Sebelumnya,
Di tahun 1901, Karl Landsteiner, telah menemukan penggolongan dengan system ABO, yaitu ADA atau TIDAKNYA 2 protein yang disebut antibodi A atau antibodi B pada plasma darah/serum DAN ADA atau TIDAKNYA 2 protein yang disebut antigen A atau antigen B pada sel darah merah/eritrosit manusia, hewan pengerat dan kelompok kera (misal: simpanse, bonobo, dan gorila):
  • Disebut golongan darah A adalah karena adanya antigen A dan adanya antibodi B (antibodi ini melawan antigen B/golongan darah B yang reaksinya adalah terjadinya penggumpalan/aglutinasi dalam darah). Golongan darah A merupakan GRUP/KELOMPOK dari warisan gen sepasang induk yang masing-masing memberikan 1 gen A dan/atau O, sehingga warisannya bisa AA atau AO
  • Golongan darah B (antigen B, antibodi A), genotifnya adalah BB dan BO,
  • Golongan darah AB (ada antigen A & antigen B, tidak ada antibodi A & B), genotifnya adalah AA, BB dan AB
  • Golongan darah O (tidak ada antigen A & B, ada antibodi A & B), genotifnya adalah OO. (awalnya namanya bukan "O" tapi "C" sebagai bagian dari ABC tapi kemudian ABC diubah menjadi ABO, dimana O adalah zero/null)

Tidak hanya pada manusia, bahkan primata pun, beberapa diantaranya, punya 4 type darah system ABO (A, B, AB dan O) seperti manusia, sample:
  • Monyet dunia baru, spesies: Cebus apella, Cebus apella apella, Saimiri ustus
  • Monyet dunia lama, spesies: Macaca fascicularis, Macaca mulatta, Macaca irus, Babon Papio anubis
  • Kera/Hominoid, spesies Orang utan Kalimantan: Pongo pygmaeus pygmaeus [Lihat: "Blood ties: ABO is a trans-species polymorphism in primates", lihat tabel hal.41 dan "The ABO blood group is a trans-species polymorphism in primates"]

Konon golongan darah type AB adalah spesial (karena ada yang mengklaim bahwa golongan darah ADAM-HAWA adalah AB), namun selain monyet dan kera di atas, golongan darah type AB juga dipunyai orang utan Sumatera, owa/gibbon, monyet tupai, monyet malam, tamarin Saguinus midas niger.

Golongan darah system ABO pada primata modern semuanya berevolusi dari nenek moyang yang sama, sekitar 20 juta tahun lalu, sebelum terpisah menjadi spesies unik, berevolusi pada leluhur yang sama dan bertahan pada setiap spesies sejak saat itu. ["The ABO blood group is a trans-species polymorphism in primates", Laure Ségurel]

Apa implikasinya dengan golongan darah system ABO?
Kaum Abrahamik mengklaim bahwa seluruh manusia berasal dari ADAM-HAWA, bahwa HAWA berasal dari RUSUK ADAM (atau di kloning atau seperti kembar identik), maka ADAM-HAWA seharusnya mempunyai susunan DNA yang sama yang mengandung SEMUA jejak genetik untuk kelompok golongan darah dan juga pada SEMUA variasinya, jika tidak, maka HAWA TIDAK MUNGKIN berasal dari rusuknya ADAM, malah:
  • Jika benar mereka ini perintis, maka seharusnya sel darah mereka, TIDAK MENGANDUNG "zat yang dianggap asing/berbahaya oleh tubuh" (antigen), dan itu adalah O, namun masalahnya, jika bergenotip OO, TIDAK AKAN PERNAH turunannya mewarisi golongan darah A, B dan AB
  • Juga, TIDAK MUNGKIN KEDUANYA, entah bergenotif AA atau BB, karena turunannya menjadi TIDAK AKAN PERNAH mewarisi golongan darah O
  • Juga, TIDAK MUNGKIN KEDUANYA, bergenotip AO, karena turunannya menjadi TIDAK AKAN PERNAH mewarisi golongan darah B dan AB
  • Juga, TIDAK MUNGKIN KEDUANYA, bergenotip BO, karena turunannya menjadi TIDAK AKAN PERNAH mewarisi golongan darah A dan AB
  • Oleh karenanya, salah satu dari ADAM atau HAWA, HARUS bergenotip AO dan lainnya BO, agar turunannya, mewarisi golongan darah A, B, AB dan O
Malah, misalkan ADAM bergenotip AO, maka ADAM-pun harus mewarisinya dari kedua orang tuanya, salah satu dari kombinasi pasangan: AA x OO atau AO x OO atau AO x AO atau AO x AB atau AO x BO. Demikian pula HAWA jika bergenotip BO, punya 5 kemungkinan kombinasi pasangan orang tua, namun, di antara kombinasi tersebut, hanya AO x AB dan AO x BO yang berpeluang berketurunan yang bergenotip AO (ADAM) maupun BO (HAWA) dari orang tua yang sama.

Jadi,
ADAM-HAWA keduanya JELAS TIDAK BERKODE DNA sama atau dengan kata lain, HAWA BUKAN BERASAL dari rusuk ADAM, dan ADAM-pun, BUKAN BERASAL dari KENDI atau TANAH, malah, DAPAT DIPASTIKAN, ADAM-HAWA dan kedua orang tua mereka, berbagi leluhur yang sama dengan monyet.

4 komentar:

  1. Pak wira,
    Saya merasa semua kepercayaan agama salah, tapi semua ajaran agama baik,
    Saya masih mencari, untuk sementara lebih tertarik atheis/agnostik,
    Karenanya pemirsa terutama p wira/admin, silahkan
    Utarakan pengetahuan agama anda sendiri pakai referensi kitab suci anda, jgn komentari yg lain apalagi campur fitnah, saya tunggu

    BalasHapus
  2. Cepat atau lambat manusia akan sadar banyak kejanggalan di kitab suci tentang asal muasal manusia, hasil penelitian ilmiah dianggap propaganda sesat oleh pemuka agama yang akan menimbulkan konfilk berkepanjangan
    Cuma yang saya bingung kenapa banyak orang yang tidak memperdebatkan ras manusia raksasa (nephilim) itu padahal nyata dan banyak tertulis di catatan sejarah di seluruh dunia

    BalasHapus
  3. Agama kosmik adalah pilihan terbaik untuk umat manusia di masa depan. Seperti kata Buddha: buktikan dulu, baru percaya... ini adalah cara manusia memakai akalnya.

    BalasHapus