- Arjuna Wisada Yoga, menguraikan keragu-raguan dalam diri Arjuna
- Samkhya Yoga, menguraikan ajaran yoga dan samkhya
- Karma Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena karma, usaha, perbuatan
- Jnana Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena ilmu pengetahuan suci
- Karma Samnyasa Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena prihatin
- Dhyana Yoga, menguraikan tentang makna dhyana sebaga satu sistem dalam yoga
- Jnana Widnyana Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena budi
- Aksara Brahma Yoga, menguraikan hakikat akan kekekalan Tuhan
- Raja Widya Rajaguhya Yoga, hakikat Ketuhanan sebagai raja dari segala ilmu pengetahuan (widya)
- Wibhuti Yoga, menguraikan akan sifat hakikat Tuhan yang absolut, tanpa awal, pertengahan dan akhir
- Wiswarupa Darsana Yoga, kelanjutan dari Wibhuti Yoga, dijelaskan dengan manifestasi secara nyata
- Bhakti Yoga, menguraikan tentang cara yoga dengan bhakti
- Ksetra Ksetradnya Yoga, menguraikan hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa dalam hubungan dengan purusa dan prakrti
- Guna Traya Wibhaga Yoga, membahas Triguna - Sattwam, Rajas dan Tamas
- Purusottama Yoga, menguraikan beryoga pada purusa yang Maha Tinggi, Hakikat Ketuhanan
- Daiwasura Sampad Wibhaga Yoga, membahas akan hakikat tingkah-laku manusia, baik dan buruk
- Sraddha Traya Wibhaga Yoga, menguraikan kepercayaan dan berkeyakinan pada Triguna
- Moksa Samnyasa Yoga, merupakan kesimpulan dari semua ajaran yang menjadi inti tujuan agama yang tertinggi.
Bhagavad Gita - Bab IV
CATURTHO ‘DHYAYAH
BAB IV
Jnana Yoga
4-1
sri-bhagavan uvaca
imam vivasvate yogam
proktavan aham avyayam
vivasvan manave praha
manur iksvakave ’bravit
The Personality of Godhead, Lord Sri Krishna, said: I instructed this imperishable science of yoga to the sun-god, Vivasvan, and Vivasvan instructed it to Manu, the father of mankind, and Manu in turn instructed it to Ikshavaku.”
Sri Bhagavan bersabda:
Aku telah menyampaikan yoga abadi ini kepada Wiwaswan; Wiwaswan menyampaikannya pada Manu dan Manu mengajarkannya kepada Ikswaku.
4-2
evam parampara-praptam
imam rajarsayo viduh
sa kaleneha mahata
yogo nastah parantapa
“This supreme science was thus received through the chain of disciplic succession, and the saintly kings understood it in that way. But in course of time the succession was broken, and therefore the science as it is appears to be lost.”
Demikianlah yoga ini diteruskan secara turun menurun dan para penasehat (pendeta) kerajaan mengetahuinya hingga lenyap dari dunia ini melalui perjalanan waktu yang panjang, wahai Paramtapa (Arjuna)
4-3
sa evayam maya te ’dya
yogah proktah puratanah
bhakto ’si me sakha ceti
rahasyam hy etad uttamam
“That very ancient science of the relationship with the Supreme is today told by Me to you because you are My devotee as well as My friend and can therefore understand the transcendental mystery of this science.”
Yoga tua yang sama ini pulalah yang kini Aku ajarkan kepadamu, sebab engkau adalah pengikut-Ku dan kawan-Ku; dan yoga ini sangatlah rahasia.
4-4
arjuna uvaca
aparam bhavato janma
param janma vivasvatah
katham etad vijaniyam
tvam adau proktavan iti
“Arjuna said: The sun-god Vivasvan is senior by birth to You. How am I to understand that in the beginning You instructed this science to him?”
Arjuna bertanya:
Kelahiran-Mu adalah belakangan dan kelahiran Wiwaswan lebih dahulu. Bagaimana aku dapat memahami bahwa Engkau telah menyampaikannya kepadanya pada awalnya?
4-5
sri-bhagavan uvaca
bahuni me vyatitani
janmani tava carjuna
tany aham veda sarvani
na tvam vettha parantapa
“The Personality of Godhead said: Many, many births both you and I have passed. I can remember all of them, but you cannot, O subduer of the enemy!”
Sri Bhagavan bersabda:
Banyak kehidupan yang telah Aku jalani di masa lalu, demikian juga engkau, wahai Arjuna, semuanya itu Aku mengetahuinya, tetapi engkau tidak, wahai Paramtapa (Arjuna)
4-6
ajo ’pi sann avyayatma
bhutanam isvaro ’pi san
prakritim svam adhisthaya
sambhavamy atma-mayaya
“Although I am unborn and My transcendental body never deteriorates, and although I am the Lord of all living entities, I still appear in every millennium in My original transcendental form.”
Walaupun Aku tak terlahirkan, abadi dan penguasa segala makhluk, namun dengan menundukkan Prakrti-Ku sendiri. Aku mewujudkan diri-Ku, melalui kekuatan Maya-Ku
4-7
yada yada hi dharmasya
glanir bhavati bharata
abhyutthanam adharmasya
tadatmanam srjamy aham
“Whenever and wherever there is a decline in religious practice, O descendant of Bharata, and a predominant rise of irreligion—at that time I descend Myself.”
Manakala kebajikan (dharma) akan mengalami kemusnahan dan kebatilan (adharma) merajalela, wahai Bharata (Arjuna), maka Aku menjelmakan diri-Ku
4-8
paritranaya sadhunam
vinasaya ca duskritam
dharma-samsthapanarthaya
sambhavami yuge yuge
“To deliver the pious and to annihilate the miscreants, as well as to reestablish the principles of religion, I Myself appear, millennium after millennium.”
Demi untuk melindungi para sadhu (orang-orang suci) serta untuk memusnahkan orang-orang jahat dan demi untuk menegakkan dharma (kebajikan), Aku menjelma dari masa ke masa
4-9
janma karma ca me divyam
evam yo vetti tattvatah
tyaktva deham punar janma
naiti mam eti so ’rjuna
“One who knows the transcendental nature of My appearance and activities does not, upon leaving the body, take his birth again in this material world, but attains My eternal abode, O Arjuna.”
Ia yang mengetahui kelahiran dan kegiatan ilahi-Ku yang sejati, tak akan menjelma kembali setelah menanggalkan badan jasmaninya dan datang kepada-Ku, wahai Arjuna
4-10
vita-raga-bhaya-krodha
man-maya mam upasritah
bahavo jnana-tapasa
puta mad-bhavam agatah
“Being freed from attachment, fear and anger, being fully absorbed in Me and taking refuge in Me, many, many persons in the past became purified by knowledge of Me—and thus they all attained transcendental love for Me.”
Terlepas dari hawa nafsu, rasa takut dan kemarahan, terserap di dalam-Ku, berlindung pada-Ku, banyak orang yang tersucikan oleh laku tapa kebijaksanaan yang telah mencapai kondisi keberadaan-Ku
4-11
ye yatha mam prapadyante
tams tathaiva bhajamy aham
mama vartmanuvartante
manushyah partha sarvasah
“As all surrender unto Me, I reward them accordingly. Everyone follows My path in all respects, O son of Pritha.”
Jalan apapun orang memuja-Ku, pada jalan yang sama Aku memenuhi keinginanyna, wahai Partha, karena pada semua jalan yang ditempuh mereka, semuanya adalah jalan-Ku
4-12
kanksantah karmanam siddhim
yajanta iha devatah
ksipram hi manuse loke
siddhir bhavati karma-ja
“Men in this world desire success in fruitive activities, and therefore they worship the demigods. Quickly, of course, men get results from fruitive work in this world.”
Mereka yang menginginkan hasil dari kegiatan kerjanya di bumi ini, menghaturkan upacara kurban kepada para dewa, karena hasil dari kegiatan kerja di dunia manusia ini sangat cepat datangnya.
4-13
catur-varnyam maya srstam
guna-karma-vibhagasah
tasya kartaram api mam
viddhy akartaram avyayam
“According to the three modes of material nature and the work associated with them, the four divisions of human society are created by Me. And although I am the creator of this system, you should know that I am yet the nondoer, being unchangeable.”
Empat macam tatanan masyarakat (catur warna), Aku yang menciptakannya sesuai dengan pembagian sifat dan kegiatan kerja. Tetapi ketahuilah bahwa walaupun Aku yang menciptakannya, Aku bukanlah pelaku dan tanpa perubahan
4-14
na mam karmani limpanti
na me karma-phale sprha
iti mam yo ’bhijanati
karmabhir na sa badhyate
“There is no work that affects Me; nor do I aspire for the fruits of action. One who understands this truth about Me also does not become entangled in the fruitive reactions of work.”
Kegiatan kerja tidak berakibat pada-Ku; dan juga Aku tak mengharapkan hasil dari padanya. Mereka yang mengetahui Aku demikian itu, tak terikat lagi oleh kegiatan kerja.
4-15
evam jnatva kritam karma
purvair api mumuksubhih
kuru karmaiva tasmat tvam
purvaih purvataram kritam
“All the liberated souls in ancient times acted with this understanding of My transcendental nature. Therefore you should perform your duty, following in their footsteps.”
Jadi, dengan mengetahui bahwa kegiatan kerja juga dilakukan oleh orang-orang jaman dahulu yang mencari kelepasan, maka engkau juga hendaknya melakukan kegiatan kerja seperti yang dilakukan orang-orang jaman dahulu tersebut.
4-16
kim karma kim akarmeti
kavayo ’py atra mohitah
tat te karma pravaksyami
yaj jnatva moksyase ’subhat
“Even the intelligent are bewildered in determining what is action and what is inaction. Now I shall explain to you what action is, knowing which you shall be liberated from all misfortune.”
Apakah kerja itu? Apakah yang tak kerja itu? Bahkan orang-orang bijak pun bingung tentang hal ini. Aku akan memberitahumu apa yang disebut kegiatan kerja dan dengan mengetahuinya engkau akan terbebas dari dosa.
4-17
karmano hy api boddhavyam
boddhavyam ca vikarmanah
akarmanas ca boddhavyam
gahana karmano gatih
“The intricacies of action are very hard to understand. Therefore one should know properly what action is, what forbidden action is, and what inaction is.”
Seseorang harus memahami apa yang dimaksud dengan kegiatan kerja, demikian juga kegiatan yang salah dan ia juga harus memahami arti tidak kerja. Memang sulit untuk dapat memahami makna kegiatan kerja tersebut.
4-18
karmany akarma yah pasyed
akarmani ca karma yah
sa buddhiman manusyesu
sa yuktah krtsna-karma-krt
“One who sees inaction in action, and action in inaction, is intelligent among men, and he is in the transcendental position, although engaged in all sorts of activities.”
Ia yang melihat tidak kerja dalam kegiatan kerja dan kegiatan kerja dalam tidak kerja, adalah orang bijaksana di antara kelompok manusia, seorang yogin dan pelaku semua kegiatan kerja.
4-19
yasya sarve samarambhah
kama-sankalpa-varjitah
jnanagni-dagdha-karmanam
tam ahuh panditam budhah
“One is understood to be in full knowledge whose every endeavor is devoid of desire for sense gratification. He is said by sages to be a worker for whom the reactions of work have been burned up by the fire of perfect knowledge.”
Ia yang melakukan kegiatan yang seluruhnya bebas dari pamrih, yang kegiatan kerjanya dibakar oleh api kebijaksanaan (jnana), oleh para bijak ia disbut sebagai orang yang terpelajar
4-20
tyaktva karma-phalasangam
nitya-trpto nirasrayah
karmany abhipravrtto ’pi
naiva kincit karoti sah
“Abandoning all attachment to the results of his activities, ever satisfied and independent, he performs no fruitive action, although engaged in all kinds of undertakings.”
Setelah melepaskan keterikatan terhadap hasil dari kegiatan kerja, senantiasa dalam keadaan puas tanpa ketergantungan pada apapun, ia sesungguhnya tidak melakukan apa-apa walaupun senantiasa sibuk dalam kegiatan kerja.
4-21
nirasir yata-cittatma
tyakta-sarva-parigrahah
sariram kevalam karma
kurvan napnoti kilbisam
“Such a man of understanding acts with mind and intelligence perfectly controlled, gives up all sense of proprietorship over his possessions, and acts only for the bare necessities of life. Thus working, he is not affected by sinful reactions.”
Tanpa memiliki keinginan, dengan hati dan sang diri yang sepenuhnya terkendalikan, dengan melepaskan segala miliknya, hanya melakukan kegiatan dengan badan jasmani, dia tak akan berdosa.
4-22
yadrccha-labha-santusto
dvandvatito vimatsarah
samah siddhav asiddhau ca
kritvapi na nibadhyate
“He who is satisfied with gain which comes of its own accord, who is free from duality and does not envy, who is steady in both success and failure, is never entangled, although performing actions.”
Ia yang senantiasa puas dengan apapun yang ada, yang telah mengatasi dualitas (dari rasa senang dan susah), yang terbebas dari rasa iri dan dengki serta tetap tenang dalam keberhasilan maupun kegagalan, walaupun ia bekerja namun tak akan terbelenggu.
4-23
gata-sangasya muktasya
jnanavasthita-cetasah
yajnayacaratah karma
samagram praviliyate
“The work of a man who is unattached to the modes of material nature and who is fully situated in transcendental knowledge merges entirely into transcendence.”
Kegiatan kerja seseorang yang keterikatannya telah dipisahkan, yang terbebas dan pikirannya terpancang pada kebijaksanaan, yang melakukan kegiatan kerja sebagai yajna, seluruh kegiatannya akan lebur dengan sendirinya.
4-24
brahmarpanam brahma havir
brahmagnau brahmana hutam
brahmaiva tena gantavyam
brahma-karma-samadhina
“A person who is fully absorbed in Krishna consciousness is sure to attain the spiritual kingdom because of his full contribution to spiritual activities, in which the consummation is absolute and that which is offered is of the same spiritual nature.”
Baginya, kegiatan persembahan adalah Tuhan, persembahannya sendiri adalah Tuhan. Oleh Tuhan haturan itu dipersembahkan ke dalam api Tuhan. Tuhanlah yang dicapainya, yang mewujudkan Tuhan dalam kegiatan kerjanya.
4-25
daivam evapare yajnam
yoginah paryupasate
brahmagnav apare yajnam
yajnenaivopajuhvati
“Some yogis perfectly worship the demigods by offering different sacrifices to them, and some of them offer sacrifices in the fire of the Supreme Brahman.”
Beberapa orang yogi mempersembahkan yajna kepada para dewa, sementara yang lainnya mempersembahkan yajna dengan yajna itu sendiri, ke dalam api Yang Tertinggi (Tuhan)
4-26
srotradinindriyany anye
samyamagnisu juhvati
shabdadin visayan anya
indriyagnisu juhvati
“Some [the unadulterated brahmacaris] sacrifice the hearing process and the senses in the fire of mental control, and others [the regulated householders] sacrifice the objects of the senses in the fire of the senses.”
Beberapa orang mempersembahkan pendengaran dan indra-indra lainnya dalam api pengekangan; yang lainnya mempersembahkan suara dan obyek-obyek indra lainnya dalam api indra-indra
4-27
sarvanindriya-karmani
prana-karmani capare
atma-samyama-yogagnau
juhvati jnana-dipite
“Others, who are interested in achieving self-realization through control of the mind and senses, offer the functions of all the senses, and of the life breath, as oblations into the fire of the controlled mind.”
Beberapa orang lainnya lagi mempersembahkan seluruh kegiatan indra-indra dan kegiatan kekuatan vitalnya ke dalam api yoga pengendalian diri, yang dinyalakan oleh ilmu pengetahuan.
4-28
dravya-yajnas tapo-yajna
yoga-yajnas tathapare
svadhyaya-jnana-yajnas ca
yatayah samsita-vratah
“Having accepted strict vows, some become enlightened by sacrificing their possessions, and others by performing severe austerities, by practicing the yoga of eightfold mysticism, or by studying the Vedas to advance in transcendental knowledge.”
Beberapa orang lainnya mempersembahkan harta bendanya sebagai korban, atau kegiatan tapah ataupun latihan spiritual (yoga) nya, sementara yang lainnya mempersembahkan pikiran dan beberapa orang yang bernazar (bersumpah berat) mempersembahkan studi dan ilmu pengetahuannya.
4-29
apane juhvati pranam
prane ’panam tathapare
pranapana-gati ruddhva
pranayama-parayanah
apare niyataharah
pranan pranesu juhvati
“Still others, who are inclined to the process of breath restraint to remain in trance, practice by offering the movement of the outgoing breath into the incoming, and the incoming breath into the outgoing, and thus at last remain in trance, stopping all breathing. Others, curtailing the eating process, offer the outgoing breath into itself as a sacrifice.”
Yang lainnya lagi, yang taat melakukan pengendalian nafas, setelah melakukan penahanan nafas prang (nafas keluar) dan apana (nafas masuk), mempersembahkan prana sebagai korban ke dalam apana dan nafas apana ke dalam prana.
4-30
sarve ’py ete yajna-vido
yajna-ksapita-kalmasah
yajna-sistamrita-bhujo
yanti brahma sanatanam
“All these performers who know the meaning of sacrifice become cleansed of sinful reactions, and, having tasted the nectar of the results of sacrifices, they advance toward the supreme eternal atmosphere.”
Sementara yang lainnya, dengan pengaturan makanan, mempersembahkan nafas kehidupan sebagai korban ke dalam nafas kehidupan. Semuanya ini adalah yang mengetahui tentang yajna dan dengan yajna dosa-dosa mereka terhapuskan
4-31
nayam loko ’sty ayajnasya
kuto ’nyah kuru-sattama
“O best of the Kuru dynasty, without sacrifice one can never live happily on this planet or in this life: what then of the next?”
Mereka yang makan makanan suci sisa persembahan akan mencapai Yang Mutlak abadi; dunia ini bukan dimaksudkan bagi mereka yang tidak melakukan yajna, apalagi untuk dunia lainnya, wahai Kurusattama (Arjuna)
4-32
evam bahu-vidha yajna
vitata brahmano mukhe
karma-jan viddhi tan sarvan
evam jnatva vimoksyase
“All these different types of sacrifice are approved by the Vedas, and all of them are born of different types of work. Knowing them as such, you will become liberated.”
Jadi, banyak bentuk upacara korban yang dihaturkan kepada Brahman (yang dilakukan untuk dapat mencapai-Nya). Ketahuilah bahwa semuanya ini berasal dari kegiatan kerja, sehingga dengan mengetahui hal ini engkau akan terbebaskan.
4-33
sreyan dravya-mayad yajnaj
jnana-yajnah parantapa
sarvam karmakhilam partha
jnane parisamapyate
“O chastiser of the enemy, the sacrifice performed in knowledge is better than the mere sacrifice of material possessions. After all, O son of Pritha, all sacrifices of work culminate in transcendental knowledge.”
Ilmu pengetahuan sebagai yajna, lebih unggul dari pada yajna material apapun, wahai Paramtapa (Arjuna), karena segala kegiatan kerja tanpa kecuali memuncak dalam kebijaksanaan, wahai Partha (Arjuna)
4-34
tad viddhi pranipatena
pariprasnena sevaya
upadeksyanti te jnanam
jnaninas tattva-darshinah
“Just try to learn the truth by approaching a spiritual master. Inquire from him submissively and render service unto him. The self-realized souls can impart knowledge unto you because they have seen the truth.”
Belajarlah, bahwa dengan sujud bersembah, dengan bertanya dan dengan pelayanan; orang-orang bijaksana yang telah melihat kebenaran mengajarmu dalam ilmu pengetahuan.
4-35
yaj jnatva na punar moham
evam yasyasi pandava
yena bhutany asesani
draksyasy atmany atho mayi
“Having obtained real knowledge from a self-realized soul, you will never fall again into such illusion, for by this knowledge you will see that all living beings are but part of the Supreme, or, in other words, that they are Mine.”
Bila engkau telah mengetahui hal itu, engkau tak akan terbingungkan lagi, wahai Pandawa (Arjuna), karena dengan ini engkau akan melihat semua eksistensi tanpa kecuali ada pada sang Diri, dan di dalam-Ku
4-36
api ced asi papebhyah
sarvebhyah papa-krt-tamah
sarvam jnana-plavenaiva
vrjinam santarisyasi
“Even if you are considered to be the most sinful of all sinners, when you are situated in the boat of transcendental knowledge you will be able to cross over the ocean of miseries.”
Walaupun seandainya engkau paling berdosa di antara semua orang yang berdosa, engkau akan dapat menyeberangi segala kejahatan dengan perahu kebijaksanaan ini saja.
4-37
yathaidhamsi samiddho ’gnir
bhasma-sat kurute ’rjuna
jnanagnih sarva-karmani
bhasma-sat kurute tatha
“As a blazing fire turns firewood to ashes, O Arjuna, so does the fire of knowledge burn to ashes all reactions to material activities.”
Seperti api yang menyala, membakar habis kayu bakar menjadi abu, wahai Arjuna, demikian pula api kebijaksanaan membakar habis segala kegiatan kerja menjadi abu.
4-38
na hi jnanena sadrsam
pavitram iha vidyate
tat svayam yoga-samsiddhah
kalenatmani vindati
“In this world, there is nothing so sublime and pure as transcendental knowledge. Such knowledge is the mature fruit of all mysticism. And one who has become accomplished in the practice of devotional service enjoys this knowledge within himself in due course of time.”
Di bumi ini tak ada yang menyamai kemurnian kebijaksanaan. Mereka yang menjadi sempurna melalui yoga, dalam perjalanan waktu akan menemukan sang diri dalam dirinya sendiri.
4-39
shraddhaval labhate jnanam
tat-parah samyatendriyah
jnanam labdhva param shantim
acirenadhigacchati
“A faithful man who is dedicated to transcendental knowledge and who subdues his senses is eligible to achieve such knowledge, and having achieved it he quickly attains the supreme spiritual peace.”
Ia yang memiliki keyakinan, yang terserap di dalam kebijaksanaan dan yang telah menundukkan indra-indranya, akan memperoleh kebijaksanaan dan setelah memperoleh kebijaksanaan, dengan cepat ia akan mendapatkan kedamaian tertinggi.
4-40
ajnas casraddadhanas ca
samsayatma vinasyati
nayam loko ’sti na paro
na sukham samsayatmanah
“But ignorant and faithless persons who doubt the revealed scriptures do not attain God consciousness; they fall down. For the doubting soul there is happiness neither in this world nor in the next.”
Tetapi, orang yang bodoh, yang tidak memiliki keyakinan, yang bersifat ragu-ragu, akan musnah. Bagi yang ragu-ragu, tak ada kebahagiaan baik di dunia ini maupun di dunia sana nantinya.
4-41
yoga-sannyasta-karmanam
jnana-sanchinna-samsayam
atmavantam na karmani
nibadhnanti dhananjaya
“One who acts in devotional service, renouncing the fruits of his actions, and whose doubts have been destroyed by transcendental knowledge, is situated factually in the self. Thus he is not bound by the reactions of work, O conqueror of riches.”
Kegiatan kerja tak akan membelenggu mereka yang telah melepaskan segala kegiatan kerja dengan yoga, yang telah memusnahkan segala keragu-raguannya dengan kebijaksanaan dan yang senantiasa bersandar pada sang diri, wahai Dhanamjaya (Arjuna)
4-42
tasmad ajnana-sambhutam
hrt-stham jnanasinatmanah
chittvainam samsayam yogam
atisthottistha bharata
“Therefore the doubts which have arisen in your heart out of ignorance should be slashed by the weapon of knowledge. Armed with yoga, O Bharata, stand and fight.”
Oleh sebab itu, setelah memotong keragu-raguan dengan pedang ilmu pengetahuan (kebijaksanaan) dalam hati yang berasal dari ketidaktahuan, berlindunglah pada yoga dan bangkitlah, wahai Bharata (Arjuna)
Inilah akhir bab ke IV, percakapan yang berjudul JNANA YOGA
[Kembali]
Bhagavad Gita - Bab V
PANCAMO’DHYAYAH
BAB V
Karma Samnyasa Yoga
5-1
arjuna uvaca
sannyasam karmanam krishna
punar yogam ca samsasi
yac chreya etayor ekam
tan me bruhi su-niscitam
“Arjuna said: O Krishna, first of all You ask me to renounce work, and then again You recommend work with devotion. Now will You kindly tell me definitely which of the two is more beneficial?”
Arjuna bertanya:
Wahai Krsna, Engkau memuji penyangkalan kegiatan kerja dan juga pelaksanaan kegiatan kerja tanpa pamrih. Katakanlah kepadaku dengan pasti, yang manakah yang lebih baik di antara keduanya ini?
5-2
sri-bhagavan uvaca
sannyasah karma-yogas ca
nihsreyasa-karav ubhau
tayos tu karma-sannyasat
karma-yogo visisyate
“The Personality of Godhead replied: The renunciation of work and work in devotion are both good for liberation. But, of the two, work in devotional service is better than renunciation of work.”
Sri Bhagavan bersabda:
Penyangkalan dari kegiatan kerja dan pelaksanaannya yang tanpa pamrih keduanya mengantarkan pada pembebasan roh. Tetapi dari keduanya itu, yang lebih baik adalah pelaksanaan kegiatan kerja tanpa pamrih
5-3
jneyah sa nitya-sannyasi
yo na dvesti na kanksati
nirdvandvo hi maha-baho
sukham bandhat pramucyate
“One who neither hates nor desires the fruits of his activities is known to be always renounced. Such a person, free from all dualities, easily overcomes material bondage and is completely liberated, O mighty-armed Arjuna.”
Ia yang tidak membenci ataupun berkeinginan, dikenal sebagai orang yang senantiasa dalam semangat penyangkalan; karena terbebas dari dualitas dia dengan mudah terbebaskan, wahai Mahabahu (Arjuna)
5-4
sankhya-yogau prithag balah
pravadanti na panditah
ekam apy asthitah samyag
ubhayor vindate phalam
“Only the ignorant speak of devotional service [karma-yoga] as being different from the analytical study of the material world [Sankhya]. Those who are actually learned say that he who applies himself well to one of these paths achieves the results of both.”
Orang-orang bodoh yang mengatakan tentang penyangkalan dan pelaksanaan kegiatan kerja sebagai berbeda, bukanlah orang bijaksana. Ia yang mempersiapkan dirinya baik-baik terhadap salah satu dari padanya akan memetik hasil dari keduanya
5-5
yat sankhyaih prapyate sthanam
tad yogair api gamyate
ekam sankhyam ca yogam ca
yah pasyati sa pasyati
“One who knows that the position reached by means of analytical study can also be attained by devotional service, and who therefore sees analytical study and devotional service to be on the same level, sees things as they are.”
Kedudukan yang dicapai oleh orang dengan penyangkalan kerja juga dicapai oleh orang dengan kegiatan kerja. Ia yang melihat kedua jalan tersebut sebagai satu, ia lah sesungguhnya yang telah melihat.
5-6
sannyasas tu maha-baho
duhkham aptum ayogatah
yoga-yukto munir brahma
na cirenadhigacchati
“Merely renouncing all activities yet not engaging in the devotional service of the Lord cannot make one happy. But a thoughtful person engaged in devotional service can achieve the Supreme without delay.”
Tetapi, penyangkalan kerja sulit dicapai tanpa yoga, wahai Mahabahu (Arjuna), orang bijak yang bersemangat dalam melakukan yoga, dengan segera mencapai Yang Mutlak (Tuhan)
5-7
yoga-yukto vishuddhatma
vijitatma jitendriyah
sarva-bhutatma-bhutatma
kurvann api na lipyate
“One who works in devotion, who is a pure soul, and who controls his mind and senses is dear to everyone, and everyone is dear to him. Though always working, such a man is never entangled.”
Orang yang terlatih dalam jalan kegiatan dan hatinya murni, yang menguasai dirinya dan yang telah menaklukkan indra-indranya, yang jiwanya menjadi sang diri semua makhluk, tak akan tercemari oleh kegiatan kerja, walaupun ia bekerja.
5-8 & 9
naiva kincit karomiti
yukto manyeta tattva-vit
pasyan shrinvan sprsan jighrann
asnan gacchan svapan svasan
pralapan visrjan grhnann
unmisan nimisann api
indriyanindriyarthesu
vartanta iti dharayan
“A person in the divine consciousness, although engaged in seeing, hearing, touching, smelling, eating, moving about, sleeping and breathing, always knows within himself that he actually does nothing at all. Because while speaking, evacuating, receiving, or opening or closing his eyes, he always knows that only the material senses are engaged with their objects and that he is aloof from them.”
Orang yang disatukan dengan Yang Ilahi dan mengetahui kebenaran akan berpikir “Aku sama sekali tidak berbuat apapun” walaupun sedang melihat, mendengar, menyentuh, membaui, mengecap, berjalan, tidur maupun bernafas
Dalam berbicara, melepaskan, meraih, membuka dan menutup mata ia hanya menganggap bahwa hanya indra-indra sajalah yang bergerak di antara obyek indra-indra.
5-10
brahmany adhaya karmani
sangam tyaktva karoti yah
lipyate na sa papena
padma-patram ivambhasa
“One who performs his duty without attachment, surrendering the results unto the Supreme Lord, is unaffected by sinful action, as the lotus leaf is untouched by water.”
Ia yang bekerja setelah melepaskan keterikatan serta mempersembahkan kegiatan kerjanya kepada Tuhan, tak akan tersentuh oleh dosa, bagaikan daun teratai, yang tak terbasahi oleh air.
5-11
kayena manasa buddhya
kevalair indriyair api
yoginah karma kurvanti
sangam tyaktvatma-shuddhaye
“The yogis, abandoning attachment, act with body, mind, intelligence and even with the senses, only for the purpose of purification.”
Para yogi yang melaksanakan kegiatan kerja hanya dengan badan jasmani, pikiran, pengertian atau hanya dengan indra-indra, melepaskan keterikatan, demi untuk pemurnian jiwanya.
5-12
yuktah karma-phalam tyaktva
shantim apnoti naisthikim
ayuktah kama-karena
phale sakto nibadhyate
“The steadily devoted soul attains unadulterated peace because he offers the result of all activities to Me; whereas a person who is not in union with the Divine, who is greedy for the fruits of his labor, becomes entangled.”
Seorang pengabdi mencapai kedamaian dengan melepaskan keterikatan pada hasil kegiatan kerja, tetapi mereka yang tidak menyatukan jiwanya dengan yang Ilahi, didorong oleh keinginan-keinginan dan terikat dengan hasil kegiatan kerja sehingga mereka terbelenggu.
5-13
sarva-karmani manasa
sannyasyaste sukham vasi
nava-dvare pure dehi
naiva kurvan na karayan
“When the embodied living being controls his nature and mentally renounces all actions, he resides happily in the city of nine gates [the material body], neither working nor causing work to be done.”
Jiwa yang telah mengendalikan sifat-sifatnya dan melepaskan segala kegiatan kerja dengan pikiran yang mengarah ke dalam, bersemayam dengan tenang dalam kota dengan sembilan gerbang, tanpa bekerja maupun menyebabkannya bekerja.
5-14
na kartrtvam na karmani
lokasya srjati prabhuh
na karma-phala-samyogam
svabhavas tu pravartate
“The embodied spirit, master of the city of his body, does not create activities, nor does he induce people to act, nor does he create the fruits of action. All this is enacted by the modes of material nature.”
Sang Diri sebagai penguasa tidak menciptakan pelaku bagi orang-orang maupun berbuat. Dia juga tidak mengkaitkan kegiatan kerja dengan hasilnya. Sifatnya kegiatan kerja itu sendirilah terjadi.
5-15
nadatte kasyacit papam
na caiva sukritam vibhuh
ajnanenavrtam jnanam
tena muhyanti jantavah
“Nor does the Supreme Lord assume anyone’s sinful or pious activities. Embodied beings, however, are bewildered because of the ignorance which covers their real knowledge.”
Roh Yang meliputi segalanya ini tidak menerima dosa maupun kebajikan siapapun. Kebijaksanaan tertutupi oleh ketidaktahuan, sehingga makhluk-makhluk terbingungkan olehnya.
5-16
jnanena tu tad ajnanam
yesham nasitam atmanah
tesham aditya-vaj jnanam
prakasayati tat param
“When, however, one is enlightened with the knowledge by which nescience is destroyed, then his knowledge reveals everything, as the sun lights up everything in the daytime.”
Tetapi bagi mereka yang ketidaktahuannya telah dimusnahkan oleh kebijaksanaan, kebijaksanaan itu akan memperlihatkan Diri Tertinggi seperti matahari.
5-17
tad-buddhayas tad-atmanas
tan-nisthas tat-parayanah
gacchanty apunar-avrttim
jnana-nirdhuta-kalmasah
“When one’s intelligence, mind, faith and refuge are all fixed in the Supreme, then one becomes fully cleansed of misgivings through complete knowledge and thus proceeds straight on the path of liberation.”
Dengan memikirkan-Nya, mengarahkan segenap kesadaran kepada-Nya, menjadikan-Nya sebagai tujuan utama, menjadikan-Nya sebagai satu-satunya obyek pemujaannya, mereka mencapai keadaan tanpa jalan kembali dan dosa-dosanya akan terhapus oleh kebijaksanaan itu.
5-18
vidya-vinaya-sampanne
brahmane gavi hastini
suni caiva sva-pake ca
panditah sama-darsinah
The humble sages, by virtue of true knowledge, see with equal vision a learned and gentle brahmana, a cow, an elephant, a dog and a dog-eater [outcaste].
Orang bijak melihat dengan pandangan yang sama, baik seorang Brahmana terpelajar dan rendah hati, seekor sapi, seekor gajah, atau bahkan seekor anjing atau seorang yang berkelahiran hina.
5-19
ihaiva tair jitah sargo
yesham samye sthitam manah
nirdosam hi samam brahma
tasmad brahmani te sthitah
“Those whose minds are established in sameness and equanimity have already conquered the conditions of birth and death. They are flawless like Brahman, and thus they are already situated in Brahman.”
Bahkan di bumi sebagai ciptaan ini diatasi oleh mereka yang pikirannya mantap dalam keseimbangan; karena Tuhan Maha Sempurna dan bertindak sama terhadap semuanya. Oleh karena itu, orang semacam ini senantiasa mantap pada Tuhan.
5-20
na prahrsyet priyam prapya
nodvijet prapya capriyam
sthira-buddhir asammudho
brahma-vid brahmani sthitah
“A person who neither rejoices upon achieving something pleasant nor laments upon obtaining something unpleasant, who is self-intelligent, who is unbewildered, and who knows the science of God, is already situated in transcendence.”
Seseorang hendaknya tidak bergembira dalam mendapatkan apa yang menyenangkan, ataupun bersedih menerima apa yang tak menyenangkan. Ia yang pemahamannya mantap dan tak terbingungkan, yang mengetahui Tuhan seperti itu tetap teguh dalam Tuhan
5-21
bahya-sparsesv asaktatma
vindaty atmani yat sukham
sa brahma-yoga-yuktatma
sukham akshayam asnute
“Such a liberated person is not attracted to material sense pleasure but is always in trance, enjoying the pleasure within. In this way the self-realized person enjoys unlimited happiness, for he concentrates on the Supreme.”
Bila jiwanya tak lagi terikat dengan hubungan (byek) eksternal, seseorang akan menermukan kebahagiaan yang ada dalam sang Diri. Orang semacam itu, yang dirinya terkendali dalam Yoga pada Tuhan (Brahman) akan menikmati kebahagiaan abadi.
5-22
ye hi samsparsha-ja bhoga
duhkha-yonaya eva te
ady-antavantah kaunteya
na tesu ramate budhah
“An intelligent person does not take part in the sources of misery, which are due to contact with the material senses. O son of Kunti, such pleasures have a beginning and an end, and so the wise man does not delight in them.”
Kesenangan apapun yang berasal dari hubungan dengan obyek-obyek, hanya merupakan sumber kesedihan, karena ia memiliki awal dan akhir, wahai putra Kunti (Arjuna). Tak seorang bijaksanapun yang tertarik dengannya.
5-23
saknotihaiva yah sodhum
prak sarira-vimokshanat
kama-krodhodbhavam vegam
sa yuktah sa sukhi narah
“Before giving up this present body, if one is able to tolerate the urges of the material senses and check the force of desire and anger, he is well situated and is happy in this world.”
Ia yang mampu menahan nafsu keinginan dan kemarahan; bahkan disini ( di bumi ini) sebelum ia menanggalkan badan jasmaninya, ia adalah seorang yogi, orang yang berbahagia.
5-24
yo ’ntah-sukho ’ntar-aramas
tathantar-jyotir eva yah
sa yogi brahma-nirvanam
brahma-bhuto ’dhigacchati
“One whose happiness is within, who is active and rejoices within, and whose aim is inward is actually the perfect mystic. He is liberated in the Supreme, and ultimately he attains the Supreme.”
Ia yang menemukan kebahagiaan dalam dirinya, kegembiraan dan hanya cahaya batin dalam dirinya, maka yogin yang seperti itu menjadi bersifat Ilahi dan mencapai kerajaan Tuhan (brahmanirwana).
5-25
labhante brahma-nirvanam
rsayah ksina-kalmasah
chinna-dvaidha yatatmanah
sarva-bhuta-hite ratah
“Those who are beyond the dualities that arise from doubts, whose minds are engaged within, who are always busy working for the welfare of all living beings, and who are free from all sins achieve liberation in the Supreme.”
Orang suci yang dosa-dosanya termusnahkan, yang keragu-raguannya terhapuskan, yang pikirannya telah didisiplinkan dan yang bergembira melakukan kebajikan pada semua makhluk, mencapai penyatuan dengan Tuhan.
5-26
kama-krodha-vimuktanam
yatinam yata-cetasam
abhito brahma-nirvanam
vartate viditatmanam
“Those who are free from anger and all material desires, who are self-realized, self-disciplined and constantly endeavoring for perfection, are assured of liberation in the Supreme in the very near future.”
Bagi para yati yang bebas dari keinginan dan kemarahan dan telah menaklukkan pikirannya dan yang memiliki pengetahuan tentang sang Diri, dekat dirinya terdapat sikap-sikap Ilahi.
5-27 & 5-28
sparshan kritva bahir bahyams
caksus caivantare bhruvoh
pranapanau samau kritva
nasabhyantara-carinau
yatendriya-mano-buddhir
munir moksha-parayanah
vigateccha-bhaya-krodho
yah sada mukta eva sah
“Shutting out all external sense objects, keeping the eyes and vision concentrated between the two eyebrows, suspending the inward and outward breaths within the nostrils, and thus controlling the mind, senses and intelligence, the transcendentalist aiming at liberation becomes free from desire, fear and anger. One who is always in this state is certainly liberated.”
Dengan memutuskan semua obyek eksternal, dengan mengkonsentrasikan pandangan mata di antara kedua alis mata, bahkan dengan mengatur masuk dan keluarnya nafas lewat lubang hidung, orang-orang suci yang telah mengendalikan indra-indra, pikiran dan kecerdasannya serta berniat mendapat kelepasan, mencampakkan segala keinginan, rasa takut dan kemarahan, senantiasa berada dalam kebebasan.
5-29
bhoktaram yajna-tapasam
sarva-loka-maheshvaram
suhridam sarva-bhutanam
jnatva mam shantim rcchati
“A person in full consciousness of Me, knowing Me to be the ultimate beneficiary of all sacrifices and austerities, the Supreme Lord of all planets and demigods, and the benefactor and well-wisher of all living entities, attains peace from the pangs of material miseries.”
Dan setelah mengetahui Aku sebagai penikmat yajna dan tapah, sebagai Penguasa Tertinggi dari seluruh dunia, Kawan bagi semua makhluk, para bijak mencapai kedamaian tertinggi.
Di sini berakhir bab ke V, percakapan yang berujudl KARMA SAMNYASA YOGA
[Kembali]
Bhagavad Gita - Bab VI
Sasto’dhyayah
Bab VI
Dhyana Yogah
6-1
sri-bhagavan uvaca
anasritah karma-phalam
karyam karma karoti yah
sa sannyasi ca yogi ca
na niragnir na cakriyah
“The Supreme Personality of Godhead said: One who is unattached to the fruits of his work and who works as he is obligated is in the renounced order of life, and he is the true mystic, not he who lights no fire and performs no duty.”
Sri Bhagavan bersabda:
Ia yang melakukan kegiatan kerja tanpa mengharapkan hasil dari kegiatan, adalah seorang samnyasin dan juga seorang yogin, bukan mereka yang tidak menyalakan api suci dan melakukan upacara ritual.
6-2
yam sannyasam iti prahur
yogam tam viddhi pandava
na hy asannyasta-sankalpo
yogi bhavati kascana
“What is called renunciation you should know to be the same as yoga, or linking oneself with the Supreme, O son of Pandu, for one can never become a yogi unless he renounces the desire for sense gratification.”
Apa yang mereka sebut penyangkalan, adalah yang mengetahui kegiatan disiplin, wahai Pandawa (Arjuna), karena tak seorangpun dapat menjadi seorang yogin sebelum mereka melepaskan tujuan pamrihnya.
6-3
aruruksor muner yogam
karma karanam ucyate
yogarudhasya tasyaiva
samah karanam ucyate
“For one who is a neophyte in the eightfold yoga system, work is said to be the means; and for one who is already elevated in yoga, cessation of all material activities is said to be the means.”
Kegiatan kerja dikatakan sebagai cara orang bijaksana yang menginginkan mencapai yoga; bila ia telah mencapai yoga, ketenanganlah yang dikatakan sebagai alatnya.
6-4
yada hi nendriyarthesu
na karmasv anusajjate
sarva-sankalpa-sannyasi
yogarudhas tadocyate
“A person is said to be elevated in yoga when, having renounced all material desires, he neither acts for sense gratification nor engages in fruitive activities.”
Bila seseorang tidak lagi terikat pada obyek indra-indra atau kegiatan kerja dan telah melepaskan segala keinginan, maka ia dikatakan telah mencapai yoga.
6-5
uddhared atmanatmanam
natmanam avasadayet
atmaiva hy atmano bandhur
atmaiva ripur atmanah
“One must deliver himself with the help of his mind, and not degrade himself. The mind is the friend of the conditioned soul, and his enemy as well.”
Biarlah seseorang mengangkat dirinya oleh dirinya sendiri, jangan biarkan dia merendahkan dirinya, karena hanya sang Diri lah satu-satunya kawan dan dirinya dan sang Diri pulalah satu-satunya sebagai musuhnya.
6-6
bandhur atmatmanas tasya
yenatmaivatmana jitah
anatmanas tu satrutve
vartetatmaiva satru-vat
“For him who has conquered the mind, the mind is the best of friends; but for one who has failed to do so, his mind will remain the greatest enemy.”
Bagi mereka yang telah menundukkan sang diri (yang lebih rendah) dengan sang Diri (yang lebih tinggi), sang Diri itu akan menjadi teman, tetapi bagi mereka yang belum mampu menaklukkannya, sang Diri ini akan bertindak sebagai seorang musuh dengan rasa permusuhan.
6-7
jitatmanah prashantasya
paramatma samahitah
sitosna-sukha-duhkhesu
tatha manapamanayoh
“For one who has conquered the mind, the Supersoul is already reached, for he has attained tranquillity. To such a man happiness and distress, heat and cold, honor and dishonor are all the same.”
Apabila seseorang telah dapat menaklukkan sang diri (yang lebih rendah) dan telah mencapai ketenangan dalam penguasaan diri, sang Diri Tertinggi senantiasa berada dalam konsentrasi kedamaian dalam panas dan dingin, dalam senang dan susah, dalam pujian dan hinaan.
6-8
jnana-vijnana-trptatma
kuta-stho vijitendriyah
yukta ity ucyate yogi
sama-lostrasma-kancanah
“A person is said to be established in self-realization and is called a yogi [or mystic] when he is fully satisfied by virtue of acquired knowledge and realization. Such a person is situated in transcendence and is self-controlled. He sees everything—whether it be pebbles, stones or gold—as the same.”
Yoga yang jiwanya terpuaskan dengan kebijaksanaan dan pengetahuan, yang tak berubah serta penguasa dari indra-indranya, yang memandang segumpal tanah, sebongkah batu dan sekeping emas sebagai sama, dikatakan sebagai terkendalikan dalam yoga.
6-9
suhrn-mitrary-udasina-
madhyastha-dvesya-bandhusu
sadhusv api ca papesu
sama-buddhir visisyate
“A person is considered still further advanced when he regards honest well-wishers, affectionate benefactors, the neutral, mediators, the envious, friends and enemies, the pious and the sinners all with an equal mind.”
Ia yang berpikiran seimbang di antara kawan, rekan dan musuh, antara mereka yang netral dan menengah, di antara yang dibenci dan kerabat, di antara para orang suci dan para pendosa, adalah yang utama.
6-10
yogi yunjita satatam
atmanam rahasi sthitah
ekaki yata-cittatma
nirasir aparigrahah
“A transcendentalist should always engage his body, mind and self in relationship with the Supreme; he should live alone in a secluded place and should always carefully control his mind. He should be free from desires and feelings of possessiveness.”
Biarlah sang yogi berusaha secara konstan untuk mengkonsentrasikan pikirannya (pada Diri Tertinggi), dengan tetap dalam kesendirian terpencil, dengan diri terkendali, bebas dari keinginan dan kerinduan akan kekayaan.
6-11 & 6-12
sucau dese pratishthapya
sthiram asanam atmanah
naty-ucchritam nati-nicam
cailajina-kusottaram
tatraikagram manah kritva
yata-cittendriya-kriyah
upavisyasane yunjyad
yogam atma-vishuddhaye
“To practice yoga, one should go to a secluded place and should lay kusa grass on the ground and then cover it with a deerskin and a soft cloth. The seat should be neither too high nor too low and should be situated in a sacred place. The yogi should then sit on it very firmly and practice yoga to purify the heart by controlling his mind, senses and activities and fixing the mind on one point.”
Setelah mempersiapkan tempat duduk yang bersih, yang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah, yang ditutupi dengan hamparan rumput suci, kulit rusa dan sepotong kain di atas yang lainnya. Di sana, dengan menempati tempat duduknya, membuat pikirannya menyatu dan mengendalikan pemikiran serta indra-indranya, biarlah dia melaksanakan yoga guna pemurnian jiwanya.
6-13 & 6-14
samam kaya-siro-grivam
dharayann acalam sthirah
sampreksya nasikagram svam
disas canavalokayan
prashantatma vigata-bhir
brahmacari-vrate sthitah
manah samyamya mac-citto
yukta asita mat-parah
“One should hold one’s body, neck and head erect in a straight line and stare steadily at the tip of the nose. Thus, with an unagitated, subdued mind, devoid of fear, completely free from sex life, one should meditate upon Me within the heart and make Me the ultimate goal of life.”
Dengan menjaga badan, leher dan kepala tetap tegak dan diam, dengan memandang ujung hidungnya tanpa memandang berkeliling (tanpa membiarkan matanya melihat kemana-mana). Tenteram dan tanpa ketakutan, mantap dalam wrata selibat (pembujangan), dengan menundukkan pikiran, biarlah dia duduk dengan menyelaraskan pikirannya yang ditujukan pada-Ku dan hanya tertuju pada-Ku saja.
6-15
yunjann evam sadatmanam
yogi niyata-manasah
shantim nirvana-paramam
mat-samstham adhigacchati
“Thus practicing constant control of the body, mind and activities, the mystic transcendentalist, his mind regulated, attains to the kingdom of God [or the abode of Krishna] by cessation of material existence.”
Yogi yang senantiasa mampu menundukkan pikirannya, dan menjaga dirinya tetap selaras, mencapai kedamaian sebagai nirwana tertinggi, yang berada dalam diri-Ku
6-16
naty-asnatas ’tu yogo ’sti
na caikantam anasnatah
na cati-svapna-silasya
jagrato naiva carjuna
“There is no possibility of one’s becoming a yogi, O Arjuna, if one eats too much or eats too little, sleeps too much or does not sleep enough.”
Sesungguhnya, yoga bukanlah bagi mereka yang makan terlalu banyak atau sama sekali tidak makan. Wahai Arujua, itupun bukan bagi mereka yang terlalu banyak tidur ataupun terlalu banyak terjaga.
6-17
yuktahara-viharasya
yukta-cestasya karmasu
yukta-svapnavabodhasya
yogo bhavati duhkha-ha
“He who is regulated in his habits of eating, sleeping, recreation and work can mitigate all material pains by practicing the yoga system.”
Bagi orang yang teratur dalam makanan dan rekreasi, yang terkendali dalam kegiatan kerjanya, yang tidur dan jaganya teratur, secara pasti yoga (disiplin) ini akan memusnahkan kesedihannya.
6-18
yada viniyatam cittam
atmany evavatisthate
nisprhah sarva-kamebhyo
yukta ity ucyate tada
“When the yogi, by practice of yoga, disciplines his mental activities and becomes situated in transcendence—devoid of all material desires—he is said to be well established in yoga.”
Bila pikiran yang terdisiplinkan itu dimantapkan pada sang Diri saja, serta dibebaskan dari segala keinginan, maka ia dikatakan telah diselaraskan dalam yoga.
6-19
yatha dipo nivata-stho
nengate sopama smrta
yogino yata-cittasya
yunjato yogam atmanah
“As a lamp in a windless place does not waver, so the transcendentalist, whose mind is controlled, remains always steady in his meditation on the transcendent self.”
Bagaikan lampu pada tempat yang tanpa angin yang nyalanya tak tergoyahkan seperti itulah pikiran sang yogi yang tertundukkan dalam melaksanakan penyatuan dengan sang Diri.
6-20, 6-21, 6-22, & 6-23
yatroparamate cittam
niruddham yoga-sevaya
yatra caivatmanatmanam
pasyann atmani tusyati
sukham atyantikam yat tad
buddhi-grahyam atindriyam
vetti yatra na caivayam
sthitas calati tattvatah
yam labdhva caparam labham
manyate nadhikam tatah
yasmin sthito na duhkhena
gurunapi vicalyate
tam vidyad duhkha-samyoga-
viyogam yoga-samjnitam
“In the stage of perfection called trance, or samadhi, one’s mind is completely restrained from material mental activities by practice of yoga. This perfection is characterized by one’s ability to see the self by the pure mind and to relish and rejoice in the self. In that joyous state, one is situated in boundless transcendental happiness, realized through transcendental senses. Established thus, one never departs from the truth, and upon gaining this he thinks there is no greater gain. Being situated in such a position, one is never shaken, even in the midst of greatest difficulty. This indeed is actual freedom from all miseries arising from material contact.”
Bahwa, ketika pemikiran berada dalam ketentraman, terkendalikan oleh pelaksanaan konsentrasi, yang memandang sang Diri melalui sang Diri dan bergembira dalam sang Diri. Bahwa, ia akan menemukan kegembiraan tertinggi, yang dirasakan oleh kecerdasan dan di luar pencapaian indra-indra; di sana ia dimantapkan dan tak lagi terjatuh dari kebenaran. Bahwa, dalam pencapaiannya ia berpikir tak ada perolehan yang lebih besar dari pada itu, yang kemantapannya tak tergoyahkan walaupun oleh kesedihan yang terberat sekalipun. Ketahuilah bahwa itu dinamakan yoga, ketiadaan hubungan penyatuan dengan penderitaan. Yoga ini hendaknya dilaksanakan dengan penuh keyakinan dan keteguhan hati.
6-24
sa niscayena yoktavyo
yogo ’nirvinna-cetasa
sankalpa-prabhavan kamams
tyaktva sarvan asesatah
manasaivendriya-gramam
viniyamya samantatah
“One should engage oneself in the practice of yoga with determination and faith and not be deviated from the path. One should abandon, without exception, all material desires born of mental speculation and thus control all the senses on all sides by the mind.”
Dengan melepaskan segala keinginan tanpa perkecualian, yang berasal dari kehendak akan pamrih, dengan pengendalian segala indra pada segala sisi dengan pikiran.
6-25
sanaih sanair uparamed
buddhya dhrti-grhitaya
atma-samstham manah kritva
na kincid api cintayet
“Gradually, step by step, one should become situated in trance by means of intelligence sustained by full conviction, and thus the mind should be fixed on the self alone and should think of nothing else.”
Biarkanlah dia lambat laun menjadi tenang dengan penalaran yang dikendalikan oleh kemantapan dan setelah mengkonsentrasikan pikiran pada sang Diri, jangan biarkan dia berpikir pada yang lainnya lagi.
6-26
yato yato niscalati
manas cancalam asthiram
tatas tato niyamyaitad
atmany eva vasam nayet
“From wherever the mind wanders due to its flickering and unsteady nature, one must certainly withdraw it and bring it back under the control of the self.”
Apapun yang membuat pikiran tidak mantap dan goyah terombang ambing, biarlah ia tertahan dan dikembalikan lagi dalam pengendalian sang Diri saja.
6-27
prashanta-manasam hy enam
yoginam sukham uttamam
upaiti santa-rajasam
brahma-bhutam akalmasam
“The yogi whose mind is fixed on Me verily attains the highest perfection of transcendental happiness. He is beyond the mode of passion, he realizes his qualitative identity with the Supreme, and thus he is freed from all reactions to past deeds.”
Karena, kebahagiaan tertinggi sampai pada para yogi yang pikirannya penuh kedamaian, yang nafsu-nafsunya telah mengendap, yang tanpa noda dan menjadi satu dengan Brahman.
6-28
yunjann evam sadatmanam
yogi vigata-kalmasah
sukhena brahma-samsparsham
atyantam sukham asnute
“Thus the self-controlled yogi, constantly engaged in yoga practice, becomes free from all material contamination and achieves the highest stage of perfect happiness in transcendental loving service to the Lord.”
Jadi, dengan membuat sang diri senantiasa selaras, sang yogi yang telah terlepas dari dosa dengan mudah mengalami kebahagiaan tak terbatas dari hubungannya dengan Yang Abadi.
6-29
sarva-bhuta-stham atmanam
sarva-bhutani catmani
iksate yoga-yuktatma
sarvatra sama-darshanah
“A true yogi observes Me in all beings and also sees every being in Me. Indeed, the self-realized person sees Me, the same Supreme Lord, everywhere.”
Ia yang sang dirinya diselaraskan oleh yoga melihat sang Diri yang bersemayam dalam semua makhluk dan semua makhluk dalam sang Diri, di mana-mana ia melihat hal yang sama.
6-30
yo mam pasyati sarvatra
sarvam ca mayi pasyati
tasyaham na pranasyami
sa ca me na pranasyati
“For one who sees Me everywhere and sees everything in Me, I am never lost, nor is he ever lost to Me.”
Ia yang melihat Aku dimana-mana dan melihat semua di dalam-Ku; Aku tidak pernah hilang dari mereka ataupun mereka hilang dari-Ku
6-31
sarva-bhuta-sthitam yo mam
bhajaty ekatvam asthitah
sarvatha vartamano ’pi
sa yogi mayi vartate
“Such a yogi, who engages in the worshipful service of the Supersoul, knowing that I and the Supersoul are one, remains always in Me in all circumstances.”
Sang Yogi yang teguh dalam kesatuan, memuja Aku yang bersemayam dalam semua makhluk; bagaimanapun aktifnya dia berada di dalam-Ku.
6-32
atmaupamyena sarvatra
samam pasyati yo ’rjuna
sukham va yadi va duhkham
sa yogi paramo matah
“He is a perfect yogi who, by comparison to his own self, sees the true equality of all beings, in both their happiness and their distress, O Arjuna!”
Ia yang melihat segala sesuatunya dalam gambarannya sendiri, wahai Arjuna, apakah dalam kesenangan ataupun dalam kesengsaraan, ia dianggap sebagai seorang yogi yang sempurna.
6-33
arjuna uvaca
yo ’yam yogas tvaya proktah
samyena madhusudana
etasyaham na pasyami
cancalatvat sthitim sthiram
“Arjuna said: O Madhusudana, the system of yoga which You have summarized appears impractical and unendurable to me, for the mind is restless and unsteady.”
Arjuna bertanya:
Yoga yang Engkau nyatakan ini sebagai sifat dari keseimbangan (ketenangan pikiran), wahai Madhusudana (Krsna), namun aku tidak melihat dasar yang mantap, karena ketidaktenangan pikiran.
6-34
cancalam hi manah krishna
pramathi balavad drdham
tasyaham nigraham manye
vayor iva su-duskaram
“For the mind is restless, turbulent, obstinate and very strong, O Krishna, and to subdue it, I think, is more difficult than controlling the wind.”
Sebab, pikiran itu sungguh-sungguh gampang berubah, wahai Krsna, ia sangat liar, kuat dan keras kepala. Aku pikir pengendaliannya sama sulitnya dengan mengendalikan angin.
6-35
sri-bhagavan uvaca
asamsayam maha-baho
mano durnigraham calam
abhyasena tu kaunteya
vairagyena ca grhyate
“Lord Sri Krishna said: O mighty-armed son of Kunti, it is undoubtedly very difficult to curb the restless mind, but it is possible by suitable practice and by detachment.”
Sri Bhagavan bersabda:
Tanpa keraguan lagi, wahai Mahabahu (Arjuna), pikiran memang sulit untuk dikendalikan dan selalu bergoyang, tetapi ia dapat dikendalikan, wahai putra Kunti (Arjuna), dengan pelaksanaan yang konstan dan ketidakterikatan.
6-36
asamyatatmana yogo
dusprapa iti me matih
vasyatmana tu yatata
sakyo ’vaptum upayatah
“For one whose mind is unbridled, self-realization is difficult work. But he whose mind is controlled and who strives by appropriate means is assured of success. That is My opinion.”
Aku juga setuju bahwa yoga itu sulit untuk dicapai oleh mereka yang tidak mengendalikan dirinya; tetapi pengendalian diri itu dapat dicapai dengan selalu beusaha melalui cara yang benar.
6-37
arjuna uvaca
ayatih shraddhayopeto
yogac calita-manasah
aprapya yoga-samsiddhim
kam gatim krishna gacchati
“Arjuna said: O Krishna, what is the destination of the unsuccessful transcendentalist, who in the beginning takes to the process of self-realization with faith but who later desists due to worldly-mindedness and thus does not attain perfection in mysticism?”
Arjuna bertanya:
Ia yang tak dapat mengendalikan dirinya walaupun memiliki keyakinan dengan pikiran yang mengembara jauh dari yoga yang gagal untuk mencapai kesempurnaan dalam yoga, jalan manakah yang harus dilaluinya, wahai Krsna?
6-38
kaccin nobhaya-vibhrastas
chinnabhram iva nasyati
apratistho maha-baho
vimudho brahmanah pathi
“O mighty-armed Krishna, does not such a man, who is bewildered from the path of transcendence, fall away from both spiritual and material success and perish like a riven cloud, with no position in any sphere?”
Apakah ia tak dapat lenyap seperti tebaran awan-awan, wahai Krsna, yang rontok dari keduanya tanpa pegangan apapun dan kebingunan di jalan menuju Yang Abadi?
6-39
etan me samsayam krishna
chettum arhasy asesatah
tvad-anyah samsayasyasya
chetta na hy upapadyate
“This is my doubt, O Krishna, and I ask You to dispel it completely. But for You, no one is to be found who can destroy this doubt.”
Engkau harus melenyapkan keragu-raguan ini sepenuhnya, wahai Krsna, karena tak seorangpun selain daripada-Mu yang mampu melenyapkan kebingunan ini.
6-40
sri-bhagavan uvaca
partha naiveha namutra
vinasas tasya vidyate
na hi kalyana-krt kascid
durgatim tata gacchati
“The Supreme Personality of Godhead said: Son of Pritha, a transcendentalist engaged in auspicious activities does not meet with destruction either in this world or in the spiritual world; one who does good, My friend, is never overcome by evil.”
Sri Bhagavan bersabda
Wahai Partha (Arjuna), baik dalam kehidupan ini maupun dalam kehidupan nantinya tak ada kebinasaan baginya; karena tak pernah seseorang yang menapak jalan kebajikan, wahai kawan, akan menapak jalan kesusahan
6-41
prapya punya-kritam lokan
usitva sasvatih samah
sucinam srimatam gehe
yoga-bhrasto ’bhijayate
“The unsuccessful yogi, after many, many years of enjoyment on the planets of the pious living entities, is born into a family of righteous people, or into a family of rich aristocracy.”
Setelah mencapai dunia kebajikan dan berdiam di sana selama waktu yang sangat lama, orang yang gagal dalam melaksanakan yoga kembali lahir pada keluarga yang murni dan makmur.
6-42
atha va yoginam eva
kule bhavati dhimatam
etad dhi durlabhataram
loke janma yad idrsam
“Or [if unsuccessful after long practice of yoga] he takes his birth in a family of transcendentalists who are surely great in wisdom. Certainly, such a birth is rare in this world.”
Atau, ia mungkin lahir pada keluarga para yogi yang diberkahi kebijaksanaan. Karena kelahiran semacam itu lebih sukar diperoleh di dunia ini.
6-43
tatra tam buddhi-samyogam
labhate paurva-dehikam
yatate ca tato bhuyah
samsiddhau kuru-nandana
“On taking such a birth, he revives the divine consciousness of his previous life, and he again tries to make further progress in order to achieve complete success, O son of Kuru.”
Di sana ia mendapatkan kembali kesan-kesan mental yang telah dikembangkan dalam kehidupannya terdahulu; dan dengan itu sebagai titik awalnya ia berusaha keras lagi untuk mencapai kesempurnaan, wahai Kurunandana (Arjuna)
6-44
purvabhyasena tenaiva
hriyate hy avaso ’pi sah
jijnasur api yogasya
shabda-brahmativartate
“By virtue of the divine consciousness of his previous life, he automatically becomes attracted to the yogic principles—even without seeking them. Such an inquisitive transcendentalist stands always above the ritualistic principles of the scriptures.”
Dengan pengalaman terdahulu, ia dipaksa untuk meneruskannya. Bahkan para pencari pengetahuan yoga saja akan melampaui aturan kitab Veda
6-45
prayatnad yatamanas tu
yogi samshuddha-kilbisah
aneka-janma-samsiddhas
tato yati param gatim
“And when the yogi engages himself with sincere endeavor in making further progress, being washed of all contaminations, then ultimately, achieving perfection after many, many births of practice, he attains the supreme goal.”
Tetapi, para yogi yang berusaha dengan sekuat tenaga, dengan membersihkan segala dosa, menyempurnakan dirinya melalui banyak kehidupan, kemudian mencapai tujuan tertinggi.
6-46
tapasvibhyo ’dhiko yogi
jnanibhyo ’pi mato ’dhikah
karmibhyas cadhiko yogi
tasmad yogi bhavarjuna
“A yogi is greater than the ascetic, greater than the empiricist and greater than the fruitive worker. Therefore, O Arjuna, in all circumstances, be a yogi.”
Para yogin lebih mulia dari pada para pertapa; ia dianggap lebih mulia dari pada orang berpengetahuan, lebih mulia dari pada orang yang melaksanakan upacara ritual, sehingga untuk itu, jadilah seoran yogi, wahai Arjuna.
6-47
yoginam api sarvesam
mad-gatenantar-atmana
shraddhavan bhajate yo mam
sa me yuktatamo matah
“And of all yogis, the one with great faith who always abides in Me, thinks of Me within himself, and renders transcendental loving service to Me—he is the most intimately united with Me in yoga and is the highest of all. That is My opinion.”
Dan dari semua yogin, ia yang penuh keyakinan memuja Aku, dengan sang diri batin yang bersemayam dalam diri-Ku, dia ku anggap sebagai yang paling sesuai bagi-Ku dalam Yoga.
Di sini berakhir bab VI, percakapan yang berjudul DHYANA YOGA
[Kembali]
Bhagavad Gita - Bab VII
Saptamo’dhyayah
Bab VII
Jnana Vijnana Yoga
7-1
sri-bhagavan uvaca
mayy asakta-manah partha
yogam yunjan mad-asrayah
asamsayam samagram mam
yatha jnasyasi tac chrnu
“The Supreme Personality of Godhead said: Now hear, O son of Pritha, how by practicing yoga in full consciousness of Me, with mind attached to Me, you can know Me in full, free from doubt.”
Sri Bhagavan bersabda:
Kini dengarkanlah, wahai Partha, bagaimana cara melaksanakan yoga dengan pikiran yang selalu tertuju pada-Ku, dengan Aku sebagai tempatmu berlindung dan tanpa diragukan lagi engkau akan mengetahui Aku sepenuhnya.
7-2
jnanam te ’ham sa-vijnanam
idam vaksyamy asesatah
yaj jnatva neha bhuyo ’nyaj
jnatavyam avasisyate
“I shall now declare unto you in full this knowledge, both phenomenal and numinous. This being known, nothing further shall remain for you to know.”
Aku akan menjelaskan kepadamu selengkapnya kebijaksanaan ini bersama-sama dengan pengetahuan dan dengan mengetahuinya tak ada lagi yang tersisa untuk diketahui
7-3
manushyanam sahasresu
kascid yatati siddhaye
yatatam api siddhanam
kascin mam vetti tattvatah
“Out of many thousands among men, one may endeavor for perfection, and of those who have achieved perfection, hardly one knows Me in truth.”
Di antara beribu-ribu orang hampir tak seorangpun yang berusaha mencapai kesempurnaan dan di antara mereka yang berjuang dan berhasil, hampir tak seorangpun yang mengetahui Aku dalam kebenaran.
7-4
bhumir apo ’nalo vayuh
kham mano buddhir eva ca
ahankara itiyam me
bhinna prakritir astadha
“Earth, water, fire, air, ether, mind, intelligence and false ego—all together these eight constitute My separated material energies.”
Tanah, air, api, udara, akasa, pikiran, akal dan rasa keakuan - ini merupakan 8 macam pembagian unsur alam-Ku
7-5
apareyam itas tv anyam
prakritim viddhi me param
jiva-bhutam maha-baho
yayedam dharyate jagat
“Besides these, O mighty-armed Arjuna, there is another, superior energy of Mine, which comprises the living entities who are exploiting the resources of this material, inferior nature.”
Ini adalah unsur alam-Ku yang lebih rendah. Ketahuilah unsur alam-Ku yqang lebih tinggi lainnya, yang merupakan sang roh, yang menyanggal alam dunia ini, wahai Mahabahu (Arjuna)
7-6
etad-yonini bhutani
sarvanity upadharaya
aham krtsnasya jagatah
prabhavah pralayas tatha
“All created beings have their source in these two natures. Of all that is material and all that is spiritual in this world, know for certain that I am both the origin and the dissolution.”
Ketahuilah bahwa semua mahluk mempunyai asal kelahiran di sini. Aku adalah asal mula dari seluruh alam semesta ini, demikian pula penyerapannya kembali.
7-7
mattah parataram nanyat
kincid asti dhananjaya
mayi sarvam idam protam
sutre mani-gana iva
“O conqueror of wealth, there is no truth superior to Me. Everything rests upon Me, as pearls are strung on a thread.”
Tak ada sesuatupun yang lebih tinggi dari pada-Ku, wahai Dhanamjaya (Arjuna). Semua yang ada di sini terikat dengan-Ku bagaikan untaian permata pada seutas tali (benang).
7-8
raso ’ham apsu kaunteya
prabhasmi sasi-suryayoh
pranavah sarva-vedesu
shabdah khe paurusam nrsu
“O son of Kunti, I am the taste of water, the light of the sun and the moon, the syllable om in the Vedic mantras; I am the sound in ether and ability in man.”
Aku adalah rasa dalam air, wahai putra Kunti (Arjuna). Aku adalah sinar pada bulan dan matahari. Aku adalah pranawa, atau suku kata suci AUM dalam semua kitab Veda; Aku adalah suara pada ruang (akasa) dan kemanusiaan pada manusia.
7-9
punyo gandhah prithivyam ca
tejas casmi vibhavasau
jivanam sarva-bhutesu
tapas casmi tapasvisu
“I am the original fragrance of the earth, and I am the heat in fire. I am the life of all that lives, and I am the penances of all ascetics.”
Aku adalah keharuman murni pada tanah dan kecemerlangan dalam api. Aku adalah nyawa dalam seluruh eksistensi ini dan ostiriti (kesederhanaan) pada para pertapa
7-10
bijam mam sarva-bhutanam
viddhi partha sanatanam
buddhir buddhimatam asmi
tejas tejasvinam aham
“O son of Pritha, know that I am the original seed of all existences, the intelligence of the intelligent, and the prowess of all powerful men.”
Ketahuilah, wahai Partha (Arjuna), bahwa Aku adalah benih abadi dari seluruh keberadaan ini. Aku adalah kecerdasan dari orang-orang cerdas. Aku adalah kesemarakan dari yang semarak.
7-11
balam balavatam caham
kama-raga-vivarjitam
dharmaviruddho bhutesu
kamo ’smi bharatarsabha
“I am the strength of the strong, devoid of passion and desire. I am sex life which is not contrary to religious principles, O lord of the Bharatas [Arjuna].”
Aku adalah kekuatan dari yang kuat, yang bebas dari keinginan dan nafsu. Pada mahluk-mahluk Aku adalah keinginan yang tidak bertentangan dengan hukum (dharma), wahai Bharatarsabha (Arjuna)
7-12
ye caiva sattvika bhava
rajasas tamasas ca ye
matta eveti tan viddhi
na tv aham tesu te mayi
“Know that all states of being—be they of goodness, passion or ignorance—are manifested by My energy. I am, in one sense, everything, but I am independent. I am not under the modes of material nature, for they, on the contrary, are within Me.”
Dan bagaimanapun keadaan mahluk-mahluk itu, apakah mereka itu selaras (sattvika), penuh nafsu (rajasa), ataupun malas (tamasa), ketahuilah bahwa semuanya itu berasal dari Aku. Aku tak ada di sana, tetapi mereka ada pada-Ku
7-13
tribhir guna-mayair bhavair
ebhih sarvam idam jagat
mohitam nabhijanati
mam ebhyah param avyayam
“Deluded by the three modes [goodness, passion and ignorance], the whole world does not know Me, who am above the modes and inexhaustible.”
Dikelabui oleh ketiga macam sifat alam (guna) ini, seluruh dunia tidak mengenal Aku, yang mengatasi mereka dan kekal abadi.
7-14
daivi hy esa guna-mayi
mama maya duratyaya
mam eva ye prapadyante
mayam etam taranti te
“This divine energy of Mine, consisting of the three modes of material nature, is difficult to overcome. But those who have surrendered unto Me can easily cross beyond it.”
Maya ilahi-Ku ini, yang mengandung ketiga sifat alam itu sulit untuk diatasi. Tetapi, mereka yang berlindung pada-Ku sajalah yang mampu untuk mengatasinya.
7-15
na mam duskritino mudhah
prapadyante naradhamah
mayayapahrta-jnana
asuram bhavam asritah
“Those miscreants who are grossly foolish, who are lowest among mankind, whose knowledge is stolen by illusion, and who partake of the atheistic nature of demons do not surrender unto Me.”
Para pelaku jahat yang dungu, yang berderajat rendah, yang pikirannya terselimuti ilusi dan yang memiliki sifat para asura, tidak berlindung pada-Ku
7-16
catur-vidha bhajante mam
janah sukritino ’rjuna
arto jijnasur artharthi
jnani ca bharatarsabha
“O best among the Bharatas, four kinds of pious men begin to render devotional service unto Me—the distressed, the desirer of wealth, the inquisitive, and he who is searching for knowledge of the Absolute.”
Orang-orang bajik yang memuja-Ku ada empat jenis, yaitu mereka yang sengsara, yang mencari pengetahuan, yang mencari kekayaan dan orang bijaksana, wahai Bharatarsabha (Arjuna)
7-17
tesam jnani nitya-yukta
eka-bhaktir visisyate
priyo hi jnanino ’tyartham
aham sa ca mama priyah
“Of these, the one who is in full knowledge and who is always engaged in pure devotional service is the best. For I am very dear to him, and he is dear to Me.”
Dari keempatnya ini, yang bijaksana, yang senantiasa berada dalam penyatuan terus-menerus dengan Yang Ilahi, yang pengabdiannya manunggal, adalah yang terbaik. Karena Aku sangat mengasihinya dan ia mengasihi Aku
7-18
udarah sarva evaite
jnani tv atmaiva me matam
asthitah sa hi yuktatma
mam evanuttamam gatim
“All these devotees are undoubtedly magnanimous souls, but he who is situated in knowledge of Me I consider to be just like My own self. Being engaged in My transcendental service, he is sure to attain Me, the highest and most perfect goal.”
Semuanya ini sungguh mulia, tetapi Aku memandang mereka yang bijaksana sungguh-sungguh adalah Diri-Ku sendiri; karena selama terselaraskan secara sempurna, ia berlindung hanya kepada-Ku sebagai tujuan tertingginya.
7-19
bahunam janmanam ante
jnanavan mam prapadyate
vasudevah sarvam iti
sa mahatma su-durlabhah
“After many births and deaths, he who is actually in knowledge surrenders unto Me, knowing Me to be the cause of all causes and all that is. Such a great soul is very rare.”
Pada akhir dari banyak kehidupan, orang bijaksana berlindung pada-Ku yang mengetahui bahwa semuanya ini adalah Wasudewa (Tuhan) saja adanya. Roh agung semacam itu sulit menemukannya.
7-20
kamais tais tair hrta-jnanah
prapadyante ’nya-devatah
tam tam niyamam asthaya
prakritya niyatah svaya
“Those whose intelligence has been stolen by material desires surrender unto demigods and follow the particular rules and regulations of worship according to their own natures.”
Tetapi, mereka yang pikirannya tercemari oleh keinginan, berlindung pada para dewa lainnya dengan melakukan berbagai upacara ritual yang didorong oleh sifat-sifat mereka sendiri.
7-21
yo yo yam yam tanum bhaktah
shraddhayarcitum icchati
tasya tasyacalam shraddham
tam eva vidadhamy aham
“I am in everyone’s heart as the Supersoul. As soon as one desires to worship some demigod, I make his faith steady so that he can devote himself to that particular deity.”
Apapun bentuk pemujaan yang dikehendaki para bhakta dengan keyakinannya, Aku buat keyakinannya itu mantap.
7-22
sa taya shraddhaya yuktas
tasyaradhanam ihate
labhate ca tatah kaman
mayaiva vihitan hi tan
“Endowed with such a faith, he endeavors to worship a particular demigod and obtains his desires. But in actuality these benefits are bestowed by Me alone.”
Dibekali dengan keyakinan itu, ia mencari kedamaian dari keyakinan tersebut dan dari sana ia memperoleh keinginannya, manfaat yang hanya diputuskan oleh-Ku saja
7-23
antavat tu phalam tesam
tad bhavaty alpa-medhasam
devan deva-yajo yanti
mad-bhakta yanti mam api
“Men of small intelligence worship the demigods, and their fruits are limited and temporary. Those who worship the demigods go to the planets of the demigods, but My devotees ultimately reach My supreme planet.”
Tetapi, hasil yang diperoleh oleh orang yang berpikiran picik ini bersifat sementara saja. Para pemuja dewa pergi menuju para dewa, tetapi para bhakta-Ku akan sampai ke tempat-Ku
7-24
avyaktam vyaktim apannam
manyante mam abuddhayah
param bhavam ajananto
mamavyayam anuttamam
“Unintelligent men, who do not know Me perfectly, think that I, the Supreme Personality of Godhead, Krishna, was impersonal before and have now assumed this personality. Due to their small knowledge, they do not know My higher nature, which is imperishable and supreme.”
Orang yang tanpa pemahaman berpikir tentang Aku yang tak berwujud sebagai memiliki wujud, tidak mengetahui sifat-Ku yang lebih tinggi, tak berubah dan Tertinggi.
7-25
naham prakasah sarvasya
yoga-maya-samavrtah
mudho ’yam nabhijanati
loko mam ajam avyayam
“I am never manifest to the foolish and unintelligent. For them I am covered by My internal potency, and therefore they do not know that I am unborn and infallible.”
Diselubungi oleh daya kreatif (yogamaya)-Ku, Aku tak terlihat oleh semuanya. Dunia yang terbingungkan ini tidak mengetahui Aku yang tak terlahirkan, yang tak berubah.
7-26
vedaham samatitani
vartamanani carjuna
bhavisyani ca bhutani
mam tu veda na kascana
“O Arjuna, as the Supreme Personality of Godhead, I know everything that has happened in the past, all that is happening in the present, and all things that are yet to come. I also know all living entities; but Me no one knows.”
Aku mengetahui mahluk-mahluk yang ada di masa lalu, yang ada sekarang, maupun yang akan muncul nantinya, wahai Arjuna, tetapi tak seorangpun dari mereka yang mengenal Aku
7-27
iccha-dvesa-samutthena
dvandva-mohena bharata
sarva-bhutani sammoham
sarge yanti parantapa
“O scion of Bharata, O conqueror of the foe, all living entities are born into delusion, bewildered by dualities arisen from desire and hate.”
Semua mahluk lahir menuju khayalan, wahai Bharata (Arjuna), diatasi oleh dualitas pertentangan yang berasal dari nafsu kerakusan dan kebencian, wahai Paramtapa (Arjuna)
7-28
yesham tv anta-gatam papam
jananam punya-karmanam
te dvandva-moha-nirmukta
bhajante mam drdha-vratah
“Persons who have acted piously in previous lives and in this life and whose sinful actions are completely eradicated are freed from the dualities of delusion, and they engage themselves in My service with determination.”
Tetapi mereka yang berbuat bajik, yang dosa-dosanya telah berakhir, bebas dari khayalan dualitas, memuja Aku dengan mantap dalam sumpah-sumpahnya
7-29
jara-marana-mokshaya
mam asritya yatanti ye
te brahma tad viduh krtsnam
adhyatmam karma cakhilam
“Intelligent persons who are endeavoring for liberation from old age and death take refuge in Me in devotional service. They are actually Brahman because they entirely know everything about transcendental activities.”
Mereka yang berlindung pada-Ku dan berusaha untuk terlepas dari usia tua dan kematian, mereka mengetahui Brahman Yang Mutlak seluruhnya mereka mengetahui sang Diri dan segala hal tentang kegiatan kerja (karma).
7-30
sadhibhutadhidaivam mam
sadhiyajnam ca ye viduh
prayana-kale ’pi ca mam
te vidur yukta-cetasah
“Those in full consciousness of Me, who know Me, the Supreme Lord, to be the governing principle of the material manifestation, of the demigods, and of all methods of sacrifice, can understand and know Me, the Supreme Personality of Godhead, even at the time of death.”
Mereka yang mengetahui Aku sebagai Yang Tunggal, yang mengatur aspek material dan ilahi serta segala upacara kurban, dengan pikiran yang diselaraskan, mereka mendapat pengetahuan tentang Aku, meskipun di saat keberangkatan mereka (dari dunia ini).
Di sini berakhir bab VII, percakapan yang berjudul JNANA VIJNANA YOGA
[Kembali]