Jumat, 28 Maret 2008

Benarkah Yesus pergi Ke India?


Yesus pernah ada di India! Itulah yang tersirat dari buku "La Vida Secreta De Jesus/The Secret Life of Jesus",yaitu di kehidupan Yesus saat Ia berusia 12-30 tahun:
    Untuk menghindari perkawinan, di usia 13 Ia meninggalkan Yerusalem menuju Sindh untuk menyempurnakan pengetahuan akan firman Tuhan dan mempelajari hukum-hukum para Buddha yang agung. Di usia 14 tahun tiba di Sindh dan menetap di kalangan para Arya, daerah yang dicintai Tuhan. Kemasyhurannya menyebar luas ke seluruh utara Sindh, dan, ketika menjelajahi Ainjab/Radjiputan dan daerah lima sungai, para penganut Tuhan Jaina mengajaknya tinggal bersama mereka. Tetapi Ia meninggalkan mereka, para penganut yang teperdaya, menuju Jagannath di negeri Orissa (Note: Estimasi jarak Nazareth/Galilea - kuil Jaganath = 6451 km berjalan kaki perlu 7.5 bulan), tempat bersemayam peninggalan fana Vyasa-Krishna dan para pendeta Brahma kulit putih menyambutnya dengan sukacita. Mereka mengajarinya membaca dan memahami Veda, menyembuhkan penyakit fisik melalui doa, mengajar dan menguraikan Kitab Suci, mengusir keinginan jahat dari manusia dan membuatnya kembali dalam rupa Tuhan. Ia menghabiskan 6 tahun di Jagannath, di Radjagriha, di Benares, dan di kota-kota suci lainnya. Orang-orang biasa mencintai Issa, karena Ia hidup dalam damai dengan kauim waisya dan Sudra, yang diajarinya Kitab Suci.

    Ia kemudian menentang Para Brahmana dan Ksatria dengan mengajarkan Veda kepada Waisya dan Sudra, karena para Brahmana menganggap bahwa para Sudra sebagai budak dan hanya kematianlah yang akan membebaskan mereka dari perbudakan. Para Brahmana mengajaknya meninggalkan para Sudra untuk mengagumi para dewa, yang akan marah jika tidak menaatinya, tetapi Yesus menolak dan bahkan mengajarkan kepada para Sudra untuk menentang para Brahmin dan Kesatria, Issa menyangkal inspirasi ilahi Veda dan Purana, menyangkal Trimurti dan inkarnasi Para-Brahma dalam Wisnu, Siva, dan dewa-dewa lainnya, Jangan berdoa kepada berhala, karena mereka tidak dapat mendengarmu; jangan mendengarkan Veda di mana kebenaran diubah; rendah hati dan tidak mempermalukan sesamamu. Karenanya para pendeta Brahmin membencinya dan berniat untuk menangkap dan membunuhnya, mengirim orang mencarinya. Tetapi Issa telah diperingatkan para Sudra akan bahaya yang mengancam.
Adalah janggal ketika, Yesus, seorang asing, berusia muda (14 tahun) dapat diterima baik para Brahmin India, diajari bahasa Samskerta dan Veda di zaman awal tahun masehi (lihat: Kapan Yesus lahir). Zaman itu, Para Brahmin sangat ketat dan tegas memegang Dharmasastra, tidak sembarangan mengajarkan Veda apalagi terhadap orang asing yang tidak jelas keturunan siapa. Yesus, dikatakan mempelajari Veda hanya membutuhkan waktu 6 tahun saja dan kemudian mengajarkannya kepada orang lainnya.

Yang dimaksud dengan Veda, adalah:
Saṃhitās/mantras (Rig-Veda, Sama-Veda, Yajur-Veda, dan Atharva-Veda, dengan 89,000 padas (metric feet), di mana 72,000 ada dalam 4 Samhitas), Brahmanas (Instruksi tatacara melakukan ritual dan performance yang terdiri dari 24 kitab), Aranyakas (Philosopi dan interpretasi yang terdiri dari 11 buah), dan Upanishads (antara 108-300 Upanisad mengenai diskusi Philosopi, meditasi dan Dewa). Juga literatur lain seperti Shrautasutras dan Grhyasutras. 6 (enam) vedanga [Phonetics (Śikṣā), Meter (Chandas), Grammar (Vyākaraṇa), Etymology (Nirukta), Astronomy (Jyotiṣa), Ritual (Kalpa)], Purana (18 kitab Maha Purana) dan 2 Itihasa (sejarah: Mahabharata dan Ramayana)

Nah, semua itu belum termasuk bahwa Ia datang ke India tanpa mengenal samskerta dan tentu harus belajar bahasa dahulu. Oke, mungkin ada yang berpendapat: "Kan, Yesus adalah anak Tuhan, jadi tidak ada yang tidak mungkin bagiNya!". Apabila itu alasannya, maka ukuran sebagai Tuhan atau anak Tuhan, waktu selama 6 (enam) tahun, justru terlalu lama

***

Setelah mempelajari Veda, maka Ia tahu mengenai ketuhanan Hindu dan akan fasih menyebut Indra, Surya, Agni, Brahma, dan Visnu sebagai nama Tuhan dan/atau sebagai dewa. Namun, entah mengapa, laksana terkena amnesia, pengetahuan dan pengalaman 6 Tahun tersebut tidak pernah muncul di Alkitab. Ia bahkan tidak pernah menyebut TuhanNya sebagai Brahma atau Agni atau Surya dll. Atau, jika Ia tidak mempercayai nama-nama ini sebagai Tuhan atau mahluk suci, juga tidak pernah menyatakannya sebagai setan atau iblis

Dikisahkan, Ia getol memperjuangkan kesetaraan umat manusia dengan “nekad” mengajarkan Veda kepada kaum sudra, anehnya saat kembali ke Israel, Ia malah kembali "bodoh" dengan menyatakan bahwa Ia datang hanya untuk umat Israel. Bukankah ini amnesia yang sangat Parah?

Satu hal menarik adalah tentang Trimurti, konsep terawal 3 Dewa ini hanya muncul di Mahabharata 3.270 dan Maitri Upanisad 5.2. Keduanya menggunakan kata "Rudra" bukan "Siva" sebagai bagian Trimurti. Sementara Siva sebagai Trimurti atau penyamaan Siva = Rudra baru akan ada pada beberapa abad kemudian, maka bagaimana mungkin, para Brahmana pengajarnya bisa salah sebut dan mengajarkan Siva bukan Rudra sebagai Trimurti?

***

Lanjutannya, dikatakan,
    Malamnya Ia meninggalkan Jagannath, sampailah di pegunungan dan menuju ke negeri Gautama, di mana Sanghiyang Buddha datang ke dunia, di antara para penyembah Tuhan Yang Maha Esa yakni Brahma.

    Ketika Issa memahami bahasa Pali, Ia tenggelam mempelajari gulungan-gulungan suci Sutra. Setelah 6 tahun belajar, Issa, yang dipilih Buddha untuk menyebarkan firman sucinya, dapat dengan sempurna menguraikan gulungan-gulungan suci, meninggalkan Nepal dan pegunungan Himalaya, turun ke lembah Radjiputan dan menuju Barat, di mana-mana berkhotbah kepada orang-orang tentang kesempurnaan tertinggi yang bisa dicapai manusia, mengajarkan keesaan dan hanya satu-satunya Tuhan serta menganjurkan orang-orang untuk membasmi perbudakan dan melarang menyembah berhala.
Bahasa Sanskerta adalah bahasa Veda, hanya dipahami kasta tertentu, yaitu kaum terpelajar, para Brahmana dan "segelintir" kaum ksatria, sedangkan Pali adalah bahasa keseharian. Bahwa Yesus diklaim bergaul dengan kaum Sudra, dengan bahasa apa Ia bercakap-cakap dan mengajari Veda kepada mereka yang tidak berbahasa Sansekerta, jika bukan dengan bahasa Pali? Entah mengapa, bagaikan amnesia berat, Ia lantas tidak lagi dapat berbahasa Pali sehingga harus belajar pula. Kemudian, Buddha mana yang memilihnya? Buddha Gautama telah parinibbana 5 abad sebelumnya. Mereka dengan ajaran tersebut saja dapat mencapai kesempurnaan tinggi, tentunya tidak memerlukan ajaran lain, lantas manfaat apa bagi mereka belajar kepada Yesus karena ketika kembali ke tanah Israelpun, Ia masih seorang Pendosa yang dibaptis oleh Yohane Pembaptis:
    "demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu". (Markus 1.4) dan Yesus terbukti dibaptis olehnya: "Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes" (Markus 1.9)
Bahkan Yesuspun tidak segan melanggar 5 sila, latihan dasar yang bahkan umat Buddhis paling awampun belajar untuk tidak melanggarnya:
  1. Sila ke-1: Tidak menyakiti kehidupan. Yesus malah menyakiti kehidupan, menganjurkan, menyetujui, dan memuji menyakiti kehidupan, misalnya: membuat 2000 babi mati masuk jurang (Markus 5.1-14. Lukas 8.26-34. Matius 8.28-34), menyakiti Izebel, dengan mengancam akan melemparkannya ke atas ranjang orang sakit dan mereka yang berbuat zinah dengannya akan dilemparkan ke dalam kesukaran besar, anak-anaknya akan dimatikan (Wahyu 2.20-23), menimbun persenjataan, membiarkan terjadinya tindak kekerasan terhadap aparat kerajaan (Yohanes 18:10-11. Matius 26:51-52. Lukas 22: 52)
  2. Sila ke-2: Tidak mengambil apa yang tidak diberikan. Yesus malah mencuri dan mengambil yang tidak diberikan, yaitu mengambl keledai tanpa ijin (Matius 21:2-7. Markus 11:2-7. Lukas 19:30-35. Yohanes 12.12-16), mencuri gandum di ladang orang (Markus 2:23-28. Matius 12:1-9. Lukas 6:1-5)
  3. Sila ke-3: Tidak menikmati Indriya dengan cara salah, Yesus malah tidak mampu menahan lapar dan karena kecewa tdak dapat buah dari pohon, lantas marah dan mengutuki (Matius 21:18-19. Markus 11:11-14).
  4. Sila ke-4: Tidak menyatakan yang tidak benar (berdusta, memecah belah, berkata kasar dan bergosip). Yesus malah melakukannya, karena saudara-saudara-Nya sendiri pun tidak percaya kepada-Nya. (Yohanes 7.2-10), menyatakan Yohanes pembaptis adalah Elia (Matius 11.14-15) padahal Yohanes Pembaptis sendiri menyatakan Ia bukan Elia (Yohanes 1.21), menyatakan kebohongan tentang bait Allah, bahwa tidak satu batupun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan (Mat 24.1-2. Bait Allah yang sama di Yoh 2.19-20) padahal hingga kini, batu-batu yang terletak di atas batu lainnya, masih ada sebagai TEMBOK RATAPAN, memecah belah karena kedatangannya tidak membawa damai tapi pertentangan (Luk 12:51), dengan pedang, memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya .(Mat 10:34-36)
  5. Sila ke-5: Menghindari asupan yang melemahkan kesadaran. Yesus malah mendorong untuk minum alkohol sewaktu mereka kekurangan anggur, menjadi penyedianya (Yohanes 2.1-10), rupanya Ia tidak belajar kejadia lot yang berzina dengan putri2nya karena mabuk (Kej 19.32-36), tidak belajar dari kejadian Nuh, Ham dan Kanaan, Sanhedrin 70a: Nuh seharusnya tahu bahwa anggur menyebabkan masalah, karena kejatuhan Adam karena buah terlarang adalah anggur. Ham menyodomi Nuh, namun Imanat 20.11, memberikan kejelasan, "Bila seorang laki-laki tidur dengan isteri ayahnya, Ia menelanjangi ayahnya". Terdapat kata "גלה" (galah = menelanjangi) yang sama maksud dengan Kej 9.21 tentang "telanjangannya Nuh" bahwa Ham menyetubuhi istri Nuh, menyebabkan lahirnya Kanaan, maka, "Ham, ayah dari Kanaan". Ini juga menjelaskan mengapa kemarahan Nuh kepada Ham dilampiaskan ke Kanaan (Lihat: "Noah’s Four Sons")
Saat di Benares, jika benar Ia menekuni ajaran Buddha, Ia harusnya tahu, Buddha TIDAK membicarakan Tuhan, bahwa kemunculan mahluk BUKAN karena ciptaan Tuhan, Buddhime tidak mengakui dalam tubuh mahluk ada roh/jiwa apalagi dengan atribut kekal, TIDAK MEMERLUKAN roh kudus dalam mencapai surga dan Nibbana. Buddhisme MENOLAK segala atribut eksistensi Maha Pencipta, Jalan yang diajarkan BUKAN hanya surga, yang hanya bersifat SEMENTARA dan sebagai konsekuensi buah karma/perbuatan, yang untuk memasukinya pun TIDAK PERLU menunggu kiamat juga TIDAK PERLU menunggu untuk dibangkitkan, jadi TIDAK PERLU pula saat di tiang salib menjelang ajal berteriak kepada berhala: “Eli..Eli mengapa kau tinggalkan aku!”, karena seharusnya paham "Apa yang di tanam, itu yang dipetik". Seharusnya paham bahwa tujuan Hindu/Buddha adalah padam, memutus rantai kelahiran kembali/nirvana/nibbana yang untuk mencapainya TIDAK DIDAPAT dari berkah mahluk adidaya, namun melalui “usaha sendiri”.

Seolah mengalami Amnesia, sekembalinya ke Galilea, Ia malah mengajarkan memuja-memuji berhala Allah Bapa, bergantung pada berhala Allah Bapa, meminta pada berhala Allah Bapa, mengajarkan keberadaan roh kudus, menyatakan adanya jiwa/roh yang kekal, bahwa kehidupan hanya satu kali saja, menyangkal kelahiran kembali padahal beberapa sekte Yahudi di Israel saja mengenal dan menerimanya, malah mengajarkan adanya hari penghakiman dan Ia-lah yang menjadi hakim pemberi ganjaran surga/neraka yang kekal. Ini malah berbalik menjadikan dirinya berhala baru, padahal ketuhanan Hindu yang 6 tahun dipelajarinya saja Ia tolak dan pengalaman 6 tahun di negeri Buddha pun TIDAK PERNAH muncul di Alkitab, maka, bukankah Ia terkena Amnesia yang sangat Parah?

***

Setelah puas “main-main” di Benares dan Himalaya, hikayat menyatakan lanjutan perjalanannya sebagai berikut:
    Ketika Ia memasuki negeri Persi, para pendeta memperingatkan rakyat untuk tidak mendengarkan ucapan-ucapannya; tetapi rakyat masih saja mendengarkannya, maka para pendeta menangkapnya dan membawanya ke hadapan Imam besar mereka dan berbicara dengannya, Ia mencoba meyakinkan mereka agar tidak menyembah Zoroaster di Firdaus tapi menyembah Bapa di surga, agar tiak mengagguni Matahari dan Genii yang baik dan jahat. Para pendeta khawatir mereka sendiri yang akan menyakitinya; Di waktu malam, ketika orang-orang sedang nyenyak tidur, mereka membawanya ke luar tembok kota, membiarkannya di sana agar dimangsa binatang buas. Tetapi Ia selamat dan melanjutkan perjalanan dengan aman hingga kembali di Israel di usia 29 tahun.
***

Upaya bahwa seolah ini mempunyai akar dalam kepercayaan kaum Lhama terpelajar juga disiapkan, tidak tanggung-tanggung, dengan mengklaim bahwa naskah itu ada dalam bahasa Pali, misalnya dalam "The Unknown Life of Jesus Christ", by Nicolas Notovitch [1890], A FESTIVAL IN A GONPA, hal 142-148
    "Dalam suatu kunjungan baru-baru ini ke Gonpa, salah satu lhama memberitahu saya tentang seorang nabi, atau, seperti Anda sebut, seorang buddha, dengan nama Issa. Tidak bisakah Anda memberi tahu saya tentang dia? "Saya bertanya kepadanya, memanfaatkan momen yang menguntungkan ini untuk memulai topik yang sangat menarik minat saya.

    "Nama Issa sangat dihormati di kalangan umat Buddha,"jawabnya," tetapi Ia hanya dikenal oleh para lhama kepala, yang telah membaca gulungan naskah yang terkait kehidupannya. Tak terbatas jumlah para Buddha seperti Issa, dan 84.000 naskah yang ada penuh berisi rincian dari masing-masingnya. Tetapi hanya sedikit orang yang membaca seperseratus dari naskah itu. Sesuai kebiasaan yang berlaku, setiap murid atau lhama yang ke Lhassa membuat hadiah satu atau beberapa salinan dari naskah di sana, ke biara tempatnya berasal. di Gonpa kami, antara yang lain, memiliki sejumlah besarnya, yang telah saya baca di waktu senggang. Di antaranya adalah naskah kehidupan dan prilaku Buddha Issa, yang membabarkan doktrin yang sama di India dan di antara para anak-anak Israel, dan yang dihukum mati oleh para pagan, keturunannya, belakangan, mengadopsi keyakinan yang disabarkannya. , - dan keyakinan itu punya Anda.

    "Buddha yang agung, jiwa dari Semesta, adalah penjelmaan Brahma. Dia, hampir selalu, tetap tak bergerak, dirinya berisi segala hal, di dirinya adalah asal dari semuanya dan napasnya menghidupkan dunia. Dia telah meninggalkan manusia untuk mengendalikan kekuatannya sendiri, tetapi, pada zaman tertentu, mengesampingkan keengganannya dan memakai bentuk manusia yang Ia mau, sebagai guru dan pembimbing mereka, menyelamatkan makhluk-makhluknya dari kehancuran yang datang. Dalam perjalanan keberadaan spritualisnya dalam keserupaannya dengan manusia, Buddha menciptakan dunia baru di hati manusia yang bersalah; kemudian Ia meninggalkan dunia, untuk menjadi makhluk yang tak terlihat lagi dan melanjutkan kondisi sempurnanya. Tiga ribu tahun yang lalu, Buddha menjelma menjadi Pangeran Sakya-Muni yang terkenal, menegaskan kembali dan menyebarkan doktrin yang diajarkannya dalam dua puluh inkarnasinya sebelumnya. Dua ribu lima ratus tahun lalu, Jiwa Besar Dunia menjelma lagi di Gautama, meletakkan fondasi dunia baru di Burma, Siam dan pulau-pulau lainnya. Segera setelahnya, Buddhism mulai merambah Cina, melalui upaya gigih pada bijak, yang mengabdikan dirinya untuk penyebaran doktrin suci, dan di bawah Ming-Ti, dari dinasti Honi, hampir 2.050 tahun yang lalu, ajaran Sakya-Muni diadopsi orang-orang di negara itu. Bersamaan dengan kemunculan Buddhism di Cina, doktrin yang sama mulai menyebar di kalangan orang Israel. Sekitar 2.000 tahun yang lalu, Perfect Being, bangun sekali lagi untuk waktu yang singkat dari keengganannya, berinkarnasi menjadi anak yang lahir dari keluarga miskin. Adalah atas kehendaknya anak kecil ini harus menerangi orang-orang yang tidak bahagia atas kehidupan dunia untuk mengerucut dan membawa yang bersalah kembali ke jalan kebenaran; menunjukkan ke mereka, melalui teladannya sendiri, cara terbaik kembali ke moralitas awal dan memurnikan ras kita. Ketika anak suci ini mencapai usia tertentu, ia ke India, di mana, sampai dewasa. ia belajar doktrin-doktin Buddha yang agung, yang tinggal selamanya di surga"

    "Dalam bahasa apa gulungan nasskah utama yang berisi kehidupan Issa?" tanyaku, sembari bangkit dari tempat dudukku, karena Saya melihat bahwa teman bicaraku yang menarik ini kelelahan, dan baru saja memutar biji tahbis doa, seakan mengisyaratkan berakhirnya percakapan.

    "Naskah asli dibawa dari India ke Nepal, dan dari Nepal ke Tibet, yang terkait dengan kehidupan Issa, ditulis dalam bahasa Pali yang merupakan bahasa sebenarnya di Lhassa; tetapi salinan dalam bahasa kami - maksud saya Tibet - adalah di biara ini."

    " Bagaimana Issa dipandang di Tibet? Apakah Ia orang suci yang bereputasi? "

    " Orang-orang bahkan tidak sadar bahwa Ia pernah ada hanya para lhama utama, yang mengetahui tentangnya setelah mempelajari naskah-naskah di mana kehidupannya ada, kenal dengan namanya; tetapi, karena doktrinnya bukan merupakan bagian kanonik Buddhisme, dan para penyembah Issa tidak mengenali otoritas Dalai-Lhama, nabi Issa - dengan banyak lainnya yang sepertinya - tidak diakui di Tibet sebagai salah satu orang suci utama."

    " Apakah Anda menjadi berdosa menyampaikan salinan kehidupan Issa kepada orang asing?" Saya bertanya kepadanya.

    "Itu adalah milik Tuhan," jawabnya, "juga milik manusia. Tugas menuntut kita untuk mengabdikan diri dengan riang untuk menyebarkan doktrin-Nya. Hanya saja, saya tidak, saat ini, tahu di mana naskah itu. Jika Anda pernah mengunjungi Gonpa kami lagi, saya akan dengan senang hati menunjukkannya ke Anda."
Ajaran Buddha sampai Tibet baru terjadi di abad ke 5-6 Masehi, saat itu, Yesus sudah lama meninggal, juga dari 84.000 sutra berbahasa Pali, tidak satupun menyebutkan tentang Issa, apalagi menyatakannya sebagai Buddha Issa. Maka itu, keberadaan Buddha Issa jelas janggal. Sementara alfabet Tibet saja baru dikembangkan raja yang memerintah Tibet di abad ke 7, jadi tulisan berbahasa Tibet tidak pernah muncul sebelum abad ke 7, juga yang datang ke Tibet adalah bukan Issa.

***

notovich.htm:
    Kemudian pada tahun 1895, seorang bernama J.A. Douglas, professor pada Universitas milik pemerintah di Agra, India melakukan penyisiran jejak Notovitch's di Tibet. Ia mewawancarai kepala biara dimana Notovitch pernah mengklaim keberadaan naskah itu. Douglas akhirnya memperoleh pernyataan tertulis yang sah dari kepala biara yang menyatakan bahwa kisah Notovitch adalah bohong! Douglas memastikan bahwa tidak ada satupun naskah yang mengungkapkan keberadaan Issa atau Jesus di Tibet. Ia kemudian mempublikasikan penemuannya pada sebuah jurnal bulanan terkenal yaitu The Nineteenth Century (The Chief Lama of Himis on the Alleged Unknown Life of Christ April 1896).
***

Jesus_in_india.htm:
    Seorang peneliti India, Swami Abhenanda, mengujungi Himis dan memperoleh konfirmasi dari para Lhama bahwa biara ternyata mempunyai naskah yang menyinggung mengenai nama Issa, pengunjung lainnya yaitu Nicholas Roerich juga menyatakan cerita yang sama.

    Akhirnya Notovich mengklaim bahwa para pedagang yang berasal dari Isrel yang juga merupakan saksi dari peristiwa penyaliban Yesus-lah yang datang dan kemudian membawa cerita tentang yesus ke India bukan yesus pernah tinggal di India (halaman 32).

    Seorang bernama George, anak dari Nicholas Roerich, juga menyatakan membaca terjemahan naskah itu, dan mengungkapkan hal yang sama seperti dikemukakan Notovitch, namun itupun hanya muncul di satu naskah di Himis dan juga tidak menyatakan bahwa Issa sendiri pernah datang ke biara. Lebih jauh lagi satu-satunya naskah itu didasarkan pada cerita yang diperoleh dari pedagang yang kebetulan lewat dan tidak mewakili sama sekali sebagai saksi atas keberadaan Jesus di India dan Tibet
***

Sementara itu, Missionaries Portugis (Antonio d'Andrade dan Manuel Marques) adalah Kristen pertama yang menginjakkan kaki di Tibet (Tsaparang), yaitu di tahun pada tahun 1624, penguasa Tibet saat itu membolehkan mereka membangun Gereja, namun 6 tahun kemudian pecah perang saudara di Tibet dan mengakibatkan mereka meninggalkan Tibet. Kemudian pada tahun 1827-1831, datang seorang Hungaria bernama Sándor Kőrösi Csoma, (Alexander Csoma de Kőrös), philologist, orientologist dan pengarang pertama kamus dan tata bahasa Tibet-Inggris. Pada tahun 1831 Csoma bergabung dengan Royal Asiatic Society dari Bengal, Calcutta. “Asiatic Society of Bengal” (Calcutta) didirikan di tahun 1784 oleh Sir William Jones pada masa dan di bawah perlindungan Warren Hastings, Gubernur Jendral pertama Inggris di India. Pada bagian berikut, kita akan temukan salah satu fungsi “mengerikan” Asiatic society ini.

***

Cerita tentang Issa dikatakan tercantum dalam Purana Hindu yaitu Bhavishya Purana: Pratisarga Parva, Chaturyuga Khanda Dvitiyadhyayah, Chapter 19, Text 17 sampai 32:

Texts 17 - 22
..vikramaditya-pautrasca pitr-rajyam grhitavan
Keturunan Vikramaditya kemudian bertahta menjadi raja (diindentifikasi sebagai Shalivahana)
jitva sakanduradharsams cina-taittiridesajan bahlikankamarupasca Romajankhurajanchhatan
mengalahkan kaum saka (Skitia) yang perkasa, Cina, Tartar, Bahtria, kamrupa/Partia, Roma dan turunan khuru/Khorasan
tesam kosan-grhitva ca danda-yogyanakarayat sthapita tena maryada
Para kaum keji licik ini dihukum keras dilucuti harta-kekayaannya
mleccharyanam prthak-prthak sindhusthanam iti jneyam rastramaryasya cottamam mlecchasthanam param sindhoh krtam
Menetapkan batas-batas keberadaan kaum Arya dan Barbar/Mleecha, Sindustan tempat kaum Arya yang Agung, diseberangnya arah barat tempat kaum Barbar
tena mahatmana ekada tu sakadiso himatungam samayayau hunadeshasya madhye vai giristhan purusam shubhano dadarsha balaram raajaa
Kemudian penakluk agung Saka menuju Himatungga area tengah Huna, di sebuah puncak gunung bertemu pria berkulit cerah berpakaian putih

Saat Shalivahana/Satavahana menaklukan Saka (di beberapa versi ada menyatakan bahwa sang raja Saka adalah Vikramaditya, jadi raja ini adalah seterunya bukan kakeknya) menjadi penanda mulainya tahun Saka (yaitu tahun 78 M). Apabila Yesus lahir di antara 8-4 SM, maka ketika bertemu raja Shalivahana, usia Issa adalah 82 - 86 tahun. Bhavishya Purana, entah mengapa, tidak menyinggung bahwa Issa sebagai seorang yang lanjut usia. Untuk masalah ini, kaum Nasrani dihadapkan pada dua pilihan:
  1. Tetap percaya bahwa Yesus sudah disalib pada usia sekitar 33 tahunan, atau
  2. melai percaya kitab Dead sea scroll, bahwa Yesus menikah, punya anak dan hidup sampai tua
Alot, bukan?!

Text 23
ko bharam iti tam praaha
su hovacha mudanvitah
iishaa purtagm maam viddhi
kumaarigarbha sambhavam
    "Raja bertanya, 'Siapakah engkau tuan?' 'Kau seharusnya tahu bahwa Aku adalah Isha Putra, anak tuhan'. jawabnya dengan gembira dan aku lahir dari perawan.' "
Kumaari Garbha artinya Perawan, ini malah menjelaskan asal jaman kisah ini disisipkan, kerena ide tentang Maria adalah Perawan adalah BUKAN dari masa awal Kristen tapi masa jauh sesudahnya.
    Yesaya 7:14
    Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel (allah beserta kita).

    American Standard Version:
    Therefore the Lord himself will give you a sign: behold, a virgin shall conceive, and bear a son, and shall call his name Immanuel

    Matius 1:23
    Behold, a virgin shall be with child, and shall bring forth a son, and they shall call his name Emmanuel, which being interpreted is, God with us.
Dalam bahasa Hebrew (Yesaya 7:14):
    hinneh ha-almah harah ve-yeldeth ben ve-karath shem-o immanuel
Kata 'perawan' dalam Hebrew adalah 'betulah' dan kata tidak muncul dalam ayat ini, sedangkan 'almah' berarti 'perempuan muda'. Di Yesaya, kata almah digunakan 1x dan kata betulah digunakan 5x, jadi jelas menunjukan untuk adanya perbedaan di keduanya. Pengarang Injil Matius lah yang kemudian mengartikannya sebagai Perawan dalam upaya menjadikannya sebagai "pemenuhan ramalan" Yesaya 7:14.

Text 24
mleccha dharmasya vaktaram
satyavata paraayanam
iti srutva nrpa praaha
dharmah ko bhavato matah
    "'Aku pembabar ajaran barbar yang patuh pada kebenaran mutlak.' Mendengar ini Raja bertanya, 'Prinsip religi apa itu?'
Texts 25 - 26
shruto vaaca mahaaraaja
praapte satyasya samkshaye
nirmaaryaade mlechadeshe
masiiho 'ham samagatah

iishaamasii ca dasyuunaa
praadurbhuutaa bhayankarii
taamaham mlecchataah praapya
masiihatva mupaagatah
    "menjawab Maharaja, 'ketika hancurnya kebenaran terjadi. Aku, Masiha sang nabi, datang ke masyarakat tersesat di mana tak ada aturan dan peraturan. Menemukan kondisi menakutkan tak beragama kaum barbar, Ku jalankan kenabian'."
Texts 27 - 29
mlecchasa sthaapito dharmo
mayaa tacchrnu bhuupate
maanasam nirmalam krtva
malam dehe subhaasbham

naiganam apamasthaya
japeta nirmalam param
nyayena satyavacasaa
manasyai kena manavah

dhyayena pujayedisham
suurya-mandala-samsthitam
acaloyam prabhuh sakshat-
athaa suuryacalah sada
    "Dengarkanlah yang kuajarkan untuk para Barbar. Mahluk terkontaminasi baik dan buruk. Pikirannya dimurnikan dengan Japa. menyebut nama suci, mencapai kemurnian tertinggi, sebagaimana matahari tak tergoyahkan menarik segala arah elemen kehidupan, mengikuti aturan, berbicara benar, mental stabil dan meditasi. Oh turunan manu, seorang seharusnya menyembah tuan yang tak tergoyahkan."
Text 30
isha muurtirt-dradi praptaa
nityashuddha sivamkari
ishamasihah iti ca
mama nama pratishthitam
    "Setelah menempatkan sang abadi murni yang tertinggi di hati, Oh pelindung dunia, Aku babarkan prinsip ini melalui keyakinan para barbar dengan demikian aku disebut 'isha-masiha' (Isa-sang Mesiah)."
Text 31
iti shrutra sa bhuupale
natraa tam mlecchapujaam
sthaapayaamaasa tam tutra
mlecchasthaane hi daarune
    "setelah mendengarkan Ia memberi hormat yang disembah kaum Barbar, dan memintanya agar menetap di area kaum Barbar."
Text 32
svaraajyam praaptavaan raajaa
hayamedhan ciikirat
raajyam kriitvaa sa shashthyabdam
svarga lokamu paayayau
    "Raja melakukan asvamedha yajna memerintah selama 60 tahun dan pergi ke Surga. Sekarang dengarkan apa yang terjadi ketika Raja ke Surga."
Bhasvishya Purana setidaknya mempunyai 4 versi dan kesemua versi tersebut, baru muncul di 200 tahun belakangan, yaitu ketika Inggris menjajah India pada abad ke-18. Pada literatur religius Hindu India, kisah-kisah digolongkan menjadi:
  1. Kavya (isinya bisa jadi tidak benar namun dituliskan dengan cara yang sungguh Indah),
  2. Purana (Cerita-cerita yang tidak sungguh-sungguh terjadi namun memiliki nilai pendidikan, tujuannya agar orang mengerti bahwa dengan berbuat baik akan mendapat pahala baik),
  3. Itikatha merupakan kejadian-kejadian yang disusun secara kronologis ataupun kejadian-kejadian yang berbeda-beda dan
  4. Itihasa berasal dari kata ‘hasati’ = tertawa, merupakan bagian Itikata yang mempunyai nilai pendidikan
Dongeng Bhavishya, atau Bhasvisya purana disamping mengisahkan nama-nama di atas, juga memuat ramalan mengenai kedatangan Inggris di India, Jaman pemerintahan ratu victoria (24 May 1819 – 22 January 1901), ramalan tentang Inggris yang membangun pabrik di kalkuta dan revolusi Industri di jaman Ratu Victoria. Jadi, tampaknya di antara semua negara yang ada di dunia ini, Inggris tertulis sangat spesial hingga muncul di ramalan tersebut.

Entah kenapa, ramalan di kitab ramalan tersebut, menjadi terhenti di jaman ratu viktoria! Setelah jaman Ratu Victoria, "Tuhan Hindu" tiba-tiba saja berubah menjadi pelit untuk memberikan ramalan tentang:
  1. Penemuan Listrik [1879,Thomas Alfa Edison [1879], telepon [1876, Alezander Graham bell], Benyamin franklin, Komputer [1882, Charles Babbage; 1941 conrqd zuse], Micro Processor,dll

  2. Perang dunia I [1914-1918, yang memakan korban 40 juta nyawa]

  3. Lucunya lgi, tidak ada tulisan mengnenai Kemerdekaan India [1947]. India, koq bisa-bisanya, di anggap ngga penting untuk di munculkan di kitab asli tanah India sendri oleh Tuhannya Hindu!

  4. Munculnya Hitler [1889-1945] dengan Nazi-nya yang mengambil korban 11-14 juta nyawa [konon termasuk 6 juta Yahudi], Perang dunia II [1939-1949, yang memakan korban 50 juta nyawa], Jatuhnya bom atom [1945], di Hiroshima dan Nagasaki. Total nyawa hilang di 2 kota: 9-20% penduduk meninggal dan impact radiasi hingga hari ini, yaitu 220.000 nyawa, Krisis Ekonomi terburuk di tahun 1929/1930

  5. Keganasan Biadab Komunisme [1917-1991] [Stephane Courtois, The Black Book of Communism-Crimes, Terror, Repression, Harvard University Press, 2000]:

    1. Vladimir Ilyich Lenin (1917-1923) membantai 500.000 rakyat Rusia yang menentang penerapan komunisme.
    2. Joseph Stalin menghabisi 6 juta petani kulak yang rajin dan makmur. Stalin sangat kejam pada oposisi; dalam masa 28 tahun (1925-1953) ia membunuhi 40 juta rakyatnya sendiri.
    3. Mao Ze-dong di RRC (1947-1976) membantai 50 juta bangsanya yang antikomunis.
    4. Pol Pot, di kamboja (1975-1979) menghabisi hampir separuh rakyatnya sendiri [2,5 juta manusia].
    5. Ketika perang Afghanistan (1978-1980-an), Afghan merah membantai sesama bangsanya sebanyak 1,2 juta orang.
    6. Di Afrika tercatat angka 1,7 juta yang terbunuh,
    7. Amerika Latin, terbunuh 150,000 orang, dan
    8. Eropa Timur terdapat 1 juta korban terbunuh

  6. Manusia mejejakkan kaki untuk pertama kalinya di Bulan [1969, "satu langkah kecil bagi orang, satu lompatan raksasa bagi umat manusia."]
Pelitnya "Tuhan Hindu", baru bisa kita maklumi ketika membaca surat Sir William Jones kepada gubernur jendral India saat itu yaitu Sir Warren Hastings, yang mengupas berbagai upaya sistemik para misionaris dan Pemerintah penjajah Inggris untuk me-murtad-kan penduduk India menjadi Kristen yaitu dengan mengubahnya menjadi Sanskrit, menyisipkan terminologi Nasrani, nabi ke dalam Sanskrit, agar tampak seolah bahwa itu juga merupakan bagian dari naskah kuno Hindu, menyampaikan beberapa kali ke publik dengan menterjemahkannya lagi, menaklukan India sekali lagi dengan jalur pendidikan untuk mencabut Hindu dari akarnya ["Dissertations And Miscellaneous Pieces Relating To The History And Antiquities, The Arts, Sciences, And Literature, Of Asia: In Two Volumes. Containing Dissertations", Sir W. Jones, Asiatic Researches Vol. 1. Published 1979, pages 234-235. First published 1788]:
    "As to the general extension [spreading] of our pure faith [Christianity] in Hindoostan [India] there are at present many sad obstacles to it... We may assure ourselves, that Hindoos will never be converted by any mission from the church of Rome, or from any other church; and the only human mode, perhaps, of causing so great a revolution, will be to translate into Sanscrit... such chapters of the Prophets, particularly of ISAIAH, as are indisputably evangelical, together with one of the gospels, and a plain prefatory discourse, containing full evidence of the very distant ages, in which the predictions themselves, and the history of the Divine Person (Jesus) is predicted, were severally made public and then quietly to disperse the work among the well-educated natives." [hal 62-64]
"Scholar Extraordinary: The Life and Letters of Friedrich Max Müller.", Nirad C. Chaudhuri, First published in 1902 (London and N.Y.). Reprint in 1976 (USA):
    "…I feel convinced, though I shall not live to see it, that this edition of mine and the translation of the Veda will hereafter tell to a great extent on the fate of India, and on the growth of millions of souls in that country. It is the root of their religion, and to show them what that root is, I feel sure, the only way of uprooting all that has sprung from it during the last 3,000 years." (to his wife, Oxford, December 9, 1867) [hal.90]

    "India has been conquered once, but India must be conquered again, and that second conquest should be a conquest by education. Much has been done for education of late, but if the funds were tripled and quadrupled, that would hardly be enough… A new national literature may spring up, impregnated with western ideas, yet retaining its native spirit and character… A new national literature will bring with it a new national life, and new moral vigour. As to religion, that will take care of itself. The missionaries have done far more than they themselves seem to be aware of." [hal.208]

    "The ancient religion of India is doomed, and if Christianity does not step in, whose fault will it be?" (to the duke of Argyll. Oxford, December 16, 1868)
"The true histrory and the religion of India":
    So, chapter three discloses such secret evidences (related to the English people) that have never been brought into the light by any of the previous researchers and scholars. For example: the secret suggestion of Sir William Jones to Warren Hastings in 1784 that tells how to confidentially fabricate a false Sanskrit scripture and betray the Hindus (p. 245); the well planned mutilation of the prime Sanskrit dictionary "Vachaspatyam" through Pandit Taranath of Calcutta (this dictionary is still being used in the Sanskrit colleges of India); fabrications in the Bhavishya Puran; the disappearance of Narayana Sastry's research manuscripts of 20 years' of hard work; and so on. [The true history and the religion of India: a concise encyclopedia of authentic hinduism, P.39, Prakashanand Saraswati, Edisi: berilustrasi, Diterbitkan oleh Motilal Banarsidass Publ., 2001, ISBN 8120817893, 9788120817890]
Jadi di Chapter TIGA, disiapkan "bukti-bukti" rahasia itu, memalsukannya secara rahasia dalam bahasa Sankrit, salah satu mutilasi yang terencana bagus dari kamus Sanskrit utama, "Vachaspatyam" melalui Pandit Taranath dari Calcutta, memalsukan Bhavishya Purana, melenyapkan karya sastra dari Narayana dan seterusnya. Kemudian, dalam satu tulisannya di tahun 1784, Jones mendangkalkan berbagai bentuk kesucian Tuhan-Tuhan Hindu. Ia berusaha penuh menghancurkan keyakinan religius kaum India, seperti kata sambutannya di tahun 1786 yang berkaitan mengenai Sanskrit dan pada sambutan ke-sepuluhnya di tahun 1793 terkait kitab Purana. Juga, hal yang kurang lebih sama, bahwa purana-purana Hindu banyak yang telah diubah keasliannya di masa penjajahan Inggris di India dalam, "A review of the translation of Vishnu Puran by H.H. Wilson (1786-1860)":
    First published 1832. Printed in India by Nag Publishers, Delhi, in 1980, and reprinted in 1989. In the preface of the Vishnu Puran, written by Mr. Wilson:

    “The facility with which any tract may be thus attached to the nonexistent original, and the advantage that has been taken of its absence to compile a variety of unauthentic fragments, have given to the Brahmanda, Skanda, and Padma, according to Wilford, the character of being the Puranas of thieves or imposters. Original copies don’t exist, thus all of them are made up and unauthentic.” [Brahmanda purana]

    “There is nothing in all this to justify the application of the name. Whether a genuine Garuda Purana exists is doubtful.” (p. lii)

    “The documents (the manuscripts of the Puranas) to which Wilford trusted proved to be in great part fabrications, and where genuine, were mixed up with so much loose and unauthenticated matter, and so overwhelmed with extravagance of speculation, that his citations need to be carefully and skillfully sifted, before they can be serviceably employed… legends apparently invented for the occasion renders the publication worse than useless.” (p. lxx)

    “The Brahm Vaivart, as it now exists… the great mass of it is taken up with tiresome descriptions of Vrindavana and Goloka, the dwellings of Krshna on earth and in heaven; with endless repetitions of prayers and invocations addressed to him; and with insipid descriptions of his person and sports, and the love of the Gopis… the stories, absurd as they are, are much compressed to make room for the original matter, still more puerile and tiresome. The Brahmavaivartta has not the slightest title to be regarded as a Purana.” (p. xl, xli)

    Condemns the description of brahmand as detailed in the Bhagwatam.

    “Mount Meru, the seven circular continents, and their surrounding oceans, to the limits of the world; all of which are mythological fictions, in which there is little reason to imagine that any topographical truths are concealed.” (p. lx)

    Criticizes the supreme Divinity of Krishn (mulai hal.286)

    “The fifth book of the Vishnu Purana is exclusively occupied with the life of Krshna. They are the creations of a puerile taste, and grovelling imagination. These chapters of the Vishnu Purana offer some difficulties as to their originality.” (p. lxviii)

    History: On p. lxii he describes that only 1,100 years passed between the Great War and Chandragupt (Maurya) whereas in the same book (Volume No. IV pp. 643-646) he relates a difference of 1,600 years. Moreover, he randomly fixes the date of Mahabharat war at 1400 BC, disregards all of our Divine records by calling them absurd, and crushes the entire history of all the dynasties of this manvantar (which is 120.5331 million years) into a period of about 4,600 years (1200 + 1400 BC + 1999 AD).

    We will now take two verses, the very first one and the very last one, of the Vishnu Puran to show the shortcomings of Wilson’s translations.

    The first verse starts like this:


    Wilson translates it, “May that Vishnu, who is the existent, imperishable Brahm, who is Ishwar, who is spirit.” The actual meaning of the word puman is the personal form of God. Thus, the meaning of the above verse is, “The eternally existing absolute brahm Who is Ishwar (the creator and maintainer of the universe), has a personal form.” Wilson changed the meaning of the word puman from ‘personal form’ to ‘spirit,’ because the Bible describes God as ‘spirit.

    A line of the last verse is:


    In this verse, roopam, prakritipar and atmmayam are the key words. Roopam means the form or the body of God. Prakritipar means beyond the realm and the effects of maya, the cosmic power. Atmmayam means that the form of God is the form of His own absolute Divine being. Material beings have soul and body configuration, not God. The body of the personal form of God is eternal (sanatan = eternal) and simultaneously omnipresent.

    Thus, the meaning of the above sentence is: “The personal form (the Divine body) of God, Hari, is eternal, is beyond maya and is the form of His own absolute Divine being.” But Wilson translates it as: “Eternal Hari, whose essence is composed of both nature and spirit.”

    How wrong and adverse these translations are, is an example in itself. These translations give the idea that God has no personal form and whatever God is, is only spirit and is of a magic nature, which means fully materialistic. The God of Wilson, in the holy Bible, is said to be ‘spirit,’ and also it is said in the Revelation that God looks like ‘a jasper and sardine stone.’ Probably Wilson was trying to bring his ‘stone, and spirit’ God into the Puranas. That’s why he has translated the Vishnu Puran like this and has tried to destroy the Divine and the Gracious theme of the Vishnu Puran
***

Sekarang apakah Alkitab sepakat juga bahwa Yesus pernah ke India dan Tibet serta mempelajari Buddha dan Hindu?

Injil memuat isyarat keberadaan Yesus ketika Ia berumur 12-30 tahun.

Umur 12: Ia Kembali ke Nazareth:
    Lukas 2:51-52
    Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya
    Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia
Ia Datang lagi disekitar umur 30-an:
    Markus 1:9, Matius 3:13
    Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes.
Keberadaannya di kampung, tenyata dikenali lingkungan mereka juga:
    Menurut Yoh 6:42,
    Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"

    Matius 13:55-57,
    Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya."

    Markus 6:3-4,
    Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."
***

Jadi, jadi umur 12-30 tahun Ia hidup di Nazareth, tidak pergi kemana-mana, tinggal bersama ayahnya yang tukang kayu itu, bersama keluarganya dan saudaranya, kemudian setelah berusia 12 tahun [13 tahun] melakukan bar Mitzvah (tradisi kaum Yahudi yang juga dilakukan Musa, penanda akil baliq).

Yup! Kehidupannya selama kurun waktu tersebut adalah sebagaimana tahapan umum yang sampaikan Rabbi Jehudah, anak Tema, Kohen Gadol (Rabbi tertinggi) Jerusalem [64 M],
    "Saat usia 5 tahun, seorang belajar kitab suci (Taurat), di usia 10 tahun belajar Mishna (hukum lisan), di usia 13, memenuhi perintah (10 Perintah), di usia 15 tahun belajar Talmud (hukum lisan dan diskusi para Rabi), di usia 18 tahun masuk pernikahan, di usia 20 mencari nafkah, di usia 30 mencapai kemapanan/otoritas, di usia 40 menjadi bijak, di usia 50 mampu memberi nasihat [..]" [Misnah Abbott 5.21]
[Note: Ratu Alexandra dari Jerusalem, 139 – 67 SM, memerintahkan pentingnya pendidikan untuk kaum muda. Pada 63 SM, Rabbi Joshua ben Gamla menegaskan bahwa pendidikan harus mulai dari umur 6 tahun].

Namun tentu saja ada kontroversi tentang pendidikan Yesus, misalnya:
    mengklaim bahwa orang-orang Galilea berkata bahwa pengetahuannya didapat tanpa pernah belajar saat mereka terheran Yesus mengajar di Bait Allah [Yohanes 7:15 atau Markus 6:1-6] sementara pada kitab dan pasal lainnya ada bukti bahwa Ia bisa menulis [Yohanes 8:6-8] dan membaca kitab [Lukas 4:16-30]
Namun, paling tidak, kita dapat pastikan bahwa pada waktu mudanya Ia dan saudara-saudaranya tidak kemana-mana hidup dan tinggal bersama mereka, bersama para penduduk desanya, hidup normal layaknya anak-anak Yahudi lain, yaitu lahir, remaja dan besar sebagai seorang Yahudi. Jadi, sampai usia 30 tahunan, Yesus ternyata selalu dalam wilayah Israel/Yudea saja, tidak kemanapun dan hidup seperti tahapan kehidupan umum kaum Yahudi. [Kembali]