Selasa, 03 Juni 2008

FPI Jempol! Menghajar ngga tanggung2: Ambulan, Kyai, anak2, perempuan s/d orang cacat!


Minggu, 1 Juni 2008, adalah hari Kesaktian Pancasila. Ketika tengah menonton TV..tiba-tiba aku terpaku..terhenyak pada satu tayangan keberingasan..yang sangat ku kenal! De Javu! Akhirnya Itu terjadi kembali! Dilakukan terhadap sesama anak bangsa, satu tanah air, satu negara, satu bahasa dan...kemungkinan besar, banyak dari mereka beragama sama dengan penyerangannya!

Ya!..hari itu, sekali lagi Kesaktian Pancasila mengalami ujian! Ia diuji dengan dahsyat! Mari kita simak potongan-potongan berita berkenaan dengan hal itu:


http://www.vhrmedia.com/vhr-news/berita,FPI-Serbu-Aksi-Peringatan-Kelahiran-Pancasila-1809.html

Salah satu tokoh korban yang terkena pukulan adalah Suaedi, Direktur Eksekutif Wahid Institute. Ketika penyerangan terjadi, dia berada di tengah-tengah massa yang sedang mempersiapkan aksi. "Mereka (massa FPI) datang dari arah kanan. Saya tidak lari, karena ada istri saya dan beberapa orang tua yang menggunakan kursi roda. Dia juga tak luput dari hajaran pasukan berjubah itu," kata Suaedi.

* * *

01/06/2008 13:46 WIB
Rusuh Monas, FPI Kejar Ambulans yang Bawa Korban
Moksa Hutasoit – detikcom

Jakarta - Korban akibat amukan massa yang mengenakan atribut FPI terus berjatuhan. Upaya pertolongan oleh petugas medis dihalangi orang-orang yang bertindak brutal itu.

Pantauan detikcom Minggu (1.6.2008) pukul 13.30 WIB, 3 ambulans yang hendak membawa para korban ke rumah sakit terdekat malah dikejar oleh massa.

Mereka tampak memukul-mukulkan kayu ke badan mobil berwarna putih itu. Untung saja, ketiga ambulans itu dapat selamat dari amukan massa.

Pukul 13.40 WIB, aksi pemukulan berhasil dihentikan oleh polisi. Massa yang berjumlah sekitar 500 orang itu kini dihadang oleh polisi. ( ken / iy )

* * *

http://www.waspada.co.id/Berita/Nasional/FPI-Bubarkan-Apel-Massa-AKK.html

Kiai Maman Imanulhaq mengaku diinjak dan dipukuli dengan bambu oleh massa FPI. "Ketika itu antara pukul satu dan setengah dua siang. Kita di Monas untuk aksi damai memperingati Hari Kelahiran Pancasila. Tiba-tiba massa FPI sambil berteriak bubarkan Ahmadiyah, bubarkan kafir sambil membawa bambu," kata Maman, yang ditemui di RS Mitra Internasional, Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (1/6).

Setelah itu, kata Maman, ada 10 orang dari massa FPI yang mengeroyoknya. "Mereka memukul muka dan menendang. Setelah itu, saya jatuh diinjak-injak dan dipukuli pakai bambu," ujar Maman.

Akibatnya, dagu Maman mengeluarkan darah. Setelah kejadian itu dirinya tidak sadarkan diri. Maman lalu dibawa ke RS Mitra dengan menggunakan taksi. Dagu Maman yang luka dijahit 5 jahitan.

* * *

http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/06/02/1/114777

JAKARTA - Korban kekerasan yang dilakukan Front Pembela Islam (FPI) terhadap Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB), total 41 orang dari pengikut Ahmadiyah.

Korban yang terdiri dari orangtua dan anak-anak, umumnya menderita luka akibat pukulan.

"Semua korban akibat serangan FPI terdiri dari anak-anak, ibu-ibu, dan orangtua," ujar Humas Ahmadiyah Yendra Budiyana kepada okezone, di Jakarta, Senin (2/6/2008).



Aku paham bahwa TV biasanya lebih bernuansa komersil daripada menyuarakan kebenaran pemberitaan...

Namun, kalau ucapan dan keadaan yang diderita oleh Kyai tersebut dimuat oleh banyak media bahwa ia digebuki oleh orang-orang dengan atribut agama yang sama...itu bukan lagi berita komersil namun sungguh keterlaluan!

Namun, kalau pembicaraan dan derita kesakitan seseorang yang tengah melindungi wanita dan seorang cacatdikursi roda dimuat banyak media (dagunya benjol) setelah ikut pula digebuki bersama orang yang ia lindunginya oleh orang-orang yang membawa atribut-atribut islam yang dongengnya adalah agama cinta damai...maka itu sungguh biadab!

Namun, kalau pembicaraan itu dilakukan oleh beberapa wanita, dimuat di banyak media bahwa mereka diberangus hak berkumpul, hak menyuarakan pendapat...apapun alasannya digebuki oleh sekelompok orang-orang yang membawa atribut-atribut islam yang dongengnya adalah agama yang paling melindungi wanita...maka itu sungguh munafik!

Atas nama Islam...mereka telah melakukan sendiri PENODAAN ajaran yang mereka mendongengkan kepada pihak lain dan menuduhkan bahwa oranglain-lah yang melakukan penodaan agama! Mereka menghajar tanpa pandang bulu dengan TONGKAT dan KEROYOKAN kepada Kyai mereka sendiri, orang-orang tua, wanita dan penyandang cacat...yang saat itu sama sekali tidak tengah mempersenjatai diri?

Tidakkah anda merasa terenyuh, betapa tersia-sianya saat-saat akhir Sang Nabi Besar disakratul maut, beliau merintih dengan penuh penderitaan...pun masih menyuarakan luapan rasa yang sarat kepedihan dan kecemasan:

"Umat..ku.. Um..at..ku.. U..m..a..t..k..u"

* * *

Bisa jadi, FPI merasa sangat terhormat dapat menghajar dan mengeroyok para anak-anak, ibu-ibu dan orang-orang tua yang tidak berdaya! dan Kelihatannya....kalau orang-orang FPI di suruh untuk memilih mana yang dihajar duluan antara orang-orang Ahmadiyah dan anjing, maka yang duluan di HAJAR adalah orang-orang Ahmadiyah!

Pikiran itu memang berkelebat sejenak dalam benakku. Namun, meluap sudah rasa penasaranku dibuatnya! Benarkah mereka akan memilih pilihan itu???? Saat itu juga, segera aku adakan survey terhadap 25 orang yang aku kenal (pria, muslim dan berkeluarga) dengan pertanyaan sebagai berikut:

'Kalau kamu bertemu dengan FPI (Front Pembela Islam), Ahmadiyah dan Anjing...mana di antara ketiganya yang akan kamu hajar habis-habisan terlebih dahulu??'

Menariknya adalah 21 orang menjawab sesuai dugaan ku, "AHMADIYAH!!!!!"

Pertanyaanku yang berikutnya, "Lantas yang lainnya diapain???"

Jawab mereka, "Ya sama-sama ngga diapa-apain..."

Luar biasa bukan? proses belajar mengajar, doktrinasi yang diterima, bahwa atas nama agama bisa menumbuhkan kebencian dan rasa permusuhan yang dalam serta meniadakan rasa kemanusian??!!

Tapi, paling tidak aku mengetahui satu hal dan menurutku ini adalah kenyataan yang lucu, ternyata pada akhirnya mereka toh mengelompokkan FPI dan ANJING pada kelompok yang sama!



Lampiran:


Tanggal 04 Juni 2008, 14:11 WIB melalui detik.com, aku mendapat satu kepastian paling gila!!!!! yaitu INTELKAM MABES POLRI SUDAH TAHU bakal ada penyerangan FPI itu!!!!

Sekjen PDIP Pramono Anung bersyukur mendapat telepon dari Kabag Intelkam Mabes Polri Irjen Saleh Saaf. Karena telepon itulah PDIP tidak ikut tercoreng kerusuhan Monas 1 Juni lalu.
...
"30 Menit sebelum kejadian (kerusuhan), saya ditelepon oleh mantan Kadiv Humas Polri Saleh Saaf (kini Kabag Intelkam-red) . Katanya meminta saya agar massa PDIP ditarik. Akan ada kelompok lain yang datang. Akan ada kejadian. Kalau ada kejadian, PDIP akan tercoreng," cerita Pram
...
Dari informasi itu, Pram menyadari bahwa polisi sejatinya sudah mengetahui akan ada dua massa yang berhadapan. Pram menyesalkan polisi tidak mengantisipasi serangan massa FPI pada massa AKKBB.
...

Sumber:
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/06/tgl/04/time/141106/idnews/950355/idkanal/10/idpartner/

Wow!!!! SULIT untuk percaya bahwa Penyerangan FPI di MONAS tanggal 1 Juni 2008 BUKAN merupakan TAKTIK PEMERINTAH untuk mengalihkan ISU kenaikan harga BBM!!! Seperti bantahan Andi Malarangeng di ANTARANEWS,
03/06/08, 19:02: "Malarangeng: Penanganan Bentrokan di Monas Bukan Pengalihan Isu"

[Kembali]


FPI sudah menghancurkan wajah Islam yang kukenal - 2008/06/04 12:52
di ambil dari Hidayatulah. com dan merupakan tulisan
Muslihah Razak sendiri di milis mediacare


Namaku Muslihah Razak, lahir dari keluarga kyai di sebuah desa yang di Kabupaten Cirebon. Dari kecil aku sudah bersekolah di sekolah agama. Pada sore harinya, aku juga ikut belajar kitab dan tata bahasa Arab, juga sekolah malam hari yang khusus mengkaji kitab-kitab kuning.

Selesai Tsanawiyah aku langsung memasuki pesantren selama 4 tahun, dan kemudian melanjutkan ke IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang kini sudah berganti nama menjadi UIN, dengan mengambil Fakultas Syariah.

Aku bangga dengan keislamanku, dengan panutan suri tauladan Nabi Muhammad. Beliau adalah seorang revolusioner, seorang yang lembut dan penuh kasih. Ajarannya begitu luhur, mampu merangkul dan melindungi semua kelompok apapun agamanya.

Bagiku Muhammad bukan hanya sebuah nama atau pribadi tapi dia adalah akidah yang hidup. Raganya sudah meninggalkan kita tapi ajarannya akan hidup sepanjang jaman. Muhammad adalah kita semua, cerminan sikap yang lembut dan penuh kasih, anti kekerasan, pemaaf dan cinta damai.

Aku bangga dengan keislamanku sampai ada peristiwa yang begitu menamparku dan membuatku merasa sangat terhina dan malu. Pada peringatan 63 tahun Hari Kelahiran Pancasila, 1 Juni 2008 di Lapangan Monas yang lalu, sekelompok orang dengan memakai kaos FPI berbendera hijau bertuliskan La Ilaha Ilallah, menyerang kami sambil mengumandangkan Allahu Akbar.

Tatapan mereka sangat beringas. Teriakan ibu-ibu, suara tangisan anak kecil, jeritan perempuan-perempuan tidak membuat hati mereka luluh.

Tidak ada satupun dari kami yang melakukan perlawanan. Kami hanya menghindar sampai terpojok didepan tugu yang di kanan kirinya ada pembatas. Kami masih tetap diburu walaupun sudah terpojok.

Dari atas tugu mereka bahkan melempari kami dengan batu-batu besar yang pasti sudah dipersiapkan sebelumnya, karena batu sebesar itu tidak ada di taman Monas.

Mereka memakai pentungan dan bambu berpaku untuk memukul teman-teman yang tidak bisa menaiki tembok pembatas taman. Teman-teman yang sudah jatuh tersungkur pun, masih ditendang dan diinjak-injak.

Mereka menyerang siapa saja, tidak peduli orang Kristen, Hindu, Budha, Konghucu. Ibu-ibu yang memakai pakaian muslim pun mereka pukuli. Aku bahkan melihat ada anak kecil yang kepalanya dibenturkan ke tembok.

Teman-teman kami banyak yang terluka. Tidak sedikit yang harus di rawat di rumah sakit, karena gegar otak, kepalanya bocor, atau memar. Luka fisik dapat kami obati, tapi luka batin begitu dalam.

Secara pribadi sebagai muslimah aku begitu shock melihat bangsaku begitu beringas. Saat ini aku masih trauma mendengar kalimat Allahu Akbar, tulisan syahadat, dan semua panji-panji Islam. Semua nilai-nilai Islam yang kuyakini dari kecil seperti hancur berantakan.

Aku marah dan tidak rela FPI mewakili Islam. Islam yang mereka bawa sama sekali tidak mencerminkan Islam yang lembut yang aku kenal. Islam tidak perlu pembela seperti mereka yang tidak punya hati, mereka yang tidak mampu mendengar jeritan dan tangisan saudara sebangsanya sendiri.

Kata "maaf" terbersit dalam hatiku karena saat mereka meneriakkan yel-yel Islam, aku sempat menjawab dalam hati, kalau kalian Islam biarkan aku menjadi kafir karena aku tidak mau menjadi bagian dari kalian.

Aku yakin lebih bangak muslim yang waras daripada mereka yang tidak waras. Namun suara mereka terlalu keras karena hanya itu yang mereka punya untuk menutupi kekerdilan hati mereka.

Karena itu, mari teman-temanku kita saling bergandengan tangan. Mari kita membuat Nabi Muhammad terlahir setiap hari dengan perbuatan kita yang mencerminkan ahlak beliau yang penuh kasih.

Kami yakin darah dan air mata teman-teman tidak sia-sia karena begitu banyak mata melihat kebrutalan FPI. Tidak ada satupun ummat islam yang mau kalian wakili, kecuali orang-orang yang hatinya keras seperti batu.

Aku mencintai kalian semua teman-temanku di FPI. Aku yakin kalian hanya kurang memahami. Tidak usahlah berbicara tentang agama yang jelas-jelas melarang kekerasan. Tapi bicara dengan kemanusiaan pasti kalian masih terketuk hatinya untuk tidak lagi menyakiti dan melakukan tindakan anarkis.

Aku akan bergabung dengan kalian mencintai Nabi Muhammad sebagai uswatun hasanah. Dan seperti Nabi Muhammad, mari kita menciptakan perdamaian di manapun kaki kita berpijak.

[Kembali]


03/06/2008 04:03 WIB
Kronologi Rusuh Monas Versi FPI
Irwan Nugroho - detikcom

Jakarta - Front Pembela Islam (FPI) mengklaim tindakannya terhadap aktivis Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKK-BB) bukan tanpa alasan. Tindakan itu akibat provokasi yang dilakukan AKK-BB saat mereka secara bersamaan menggelar aksi di Monas.

Berikut kronologi rusuh di Monas versi FPI seperti yang disampaikan kepada detikcom, Selasa (3/6/2008). Kronologi ini dapat dilihat di blog FPI dengan alamat http://fpipetamburan.blogspot.com.

Pada Minggu 1 Juni itu, massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menggelar aksi menolak kenaikan harga BBM menuju Istana Negara yang diikuti perwakilan Serikat Kerja PLN, FPI, dan sebagainya.

Demo itu telah mendapatkan izin dari aparat kepolisian setempat dengan pengawalan yang rapi dan ketat. Sehingga dapat dikatakan demo itu adalah kegiatan resmi dan legal berdasarkan UU.

Pada saat yang bersamaan, muncul kelompok yang menamakan diri Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan berkeyakinan (AKK-BB), yang notabene pro Ahmadiyah.

Seperti dilansir dalam siaran TV, kegiatan AKK-BB di Monas tidak diperkenankan oleh Kepolisian, karena akan berbenturan dengan pihak yang tidak mendukung acara mereka. Dengan kata lain, kegiatan AKK-BB tidak mendapat izin polisi.

Melihat gelagat negatif itu, FPI menginstruksikan beberapa personelnya untuk mengetahui apa yang dilakukan AKK-BB di wilayah aksi HTI. Ternyata, AKK-BB melakukan orasi yang menjelekkan FPI dengan mengatakan, "Laskar Setan" dan sebagainya.

Mendengar orasi tersebut, personel FPI melaporkan kepada Laskar FPI. Laskar FPI pun lantas meminta klarifikasi AKK-BB. Namun, AKK-BB mengelak dan menjawab dengan sikap yang arogan sehingga membuat Laskar FPI kesal.

Arogansi AKK-BB makin menjadi dengan mengeluarkan sepucuk senjata api dan menembakkannya ke udara sebanyak 1 kali. Mendengar letusan itu, laskar FPI berusaha mencegah, namun justru ditanggapi dengan tembakan ke udara kembali hingga 4 kali.

Laskar FPI yang makin kesal langsung memukul provokator. Tidak ada anak-anak dan wanita yang menjadi sasaran amarah FPI. Hanya oknum yang sok jagoan dan arogan yang telah mengejek dan menghina kafir kepada laskar FPI yang menjadi sasaran empuk.

FPI menduga AKK-BB adalah kelompok bersenjata yang sengaja disusupkan ke dalam kegiatan demo BBM tersebut. Dengan menyertakan anak kecil dan wanita, mereka berniat mengalihkan isu BBM menjadi pembubaran FPI dengan memprovokasikan sebutan laskar kafir dan tembakan senjata api.

FPI kini menjadi obyek makian masyarakat dan intimidasi oleh Nahdlatul Ulama (NU) berserta elemen-elemennya. Sehingga, makin terbukti bahwa dakwah di jalah Allah SWT akan ditebus oleh fitnah, intimidasi, makian, dari kafirun dan munafikun. Itu semua kronologi versi FPI.
( irw / irw )

[Kembali]



Kronologi Penyerbuan FPI (versi AKKBB)

Ditulis pada oleh sumardiono

Ada kronologi penyerbuan FPI di Monas versi FPI ada kronologi penyerbuan versi AKKBB. Karena kronologi versi FPI sudah dimuat di DetikCom, berikut ini kronologi versi AKKBB yang aku dapat.

Silakan masyarakat menilai sendiri.

Kronologi Tragedi Pancasila Berdarah
Aksi 63 tahun Pancasila; “Satu Indonesia untuk Semua”
Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB)
Pelataran Monas, 1 Juni 2008

12.45
Massa AKKBB mulai berdatangan ke belakang Stasiun Gambir, bercampur dengan massa gerak jalan sehat PDIP. Ada 3-4 polisi yang mengatur lalu lintas dan mengatur massa PDIP yang menuju pulang

12.55
Massa AKKBB yang lain berdatangan ke dalam Pelataran Monas, berkumpul di satu titik untuk konsolidasi.

13.10
Massa AKKBB yang berada di belakang Stasiun Gambir berjalan menuju ke dalam Monas untuk merapatkan barisan dengan massa yang lain, untuk memberi kesempatan kepada massa PDIP membubarkan diri dari tempat parkir di belakang Stasiun. Ada seorang polisi berpakaian preman yang berkumpul di lokasi ini, dan 2 polisi berseragam agak jauh dari lokasi.

13.20
500-an massa FPI-HTI berjalan dari arah utara selayaknya orang baris berbaris.

13.25
Massa FPI-HTI sampai di depan massa AKKBB yang sedang mengatur barisan, dan tanpa basa basi langsung memukuli massa AKKBB yang sebagian duduk-duduk di aspal, tanpa perlawanan. Mereka memukuli membabi buta sambil berteriak: “Kamu Ahmadiyah ya”. “Allahu Akbar”. Tidak ada seorang aparat pun yang menolong. FPI-HTI sudah menyiapkan laskarnya dalam 4 lapis dan lapis terakhir laskar memakai baju hitam hitam, tutup muka dan senjata tajam seperti pedang, sejenis samurai, kayu seperti tombak. Juga pasir pedas yang dilemparkan ke mata.

13.30
Lapisan pertama membubarkan diri namun datang lapisan kedua sambil berteriak Allah Akbar dan minta lapisan pertama kembali menyerang, sehingga bertambah rombongan FPI-HTI yang menyerang teman teman AKKBB. Seorang polisi dengan mobil patroli datang menghampiri namun mobil nya ditendang beberapa orang FPI-HTI sehingga polisi itupun lari. Beberapa anggota AKKBB mencoba minta polisi berbuat sesuatu tapi polisi itu malah pergi. Mereka sempat dihampiri seorang anggota FPI-HTI dengan mengatakan,”Pergi lu, gue tahu lu Ahmadyah, pergi lu, mau mampus lu”.

13.35
Massa AKKBB sudah lari tunggang langgang menyelamatkan diri. Serombongan polisi bermotor datang ke lokasi, melokalisir massa FPI-HTI. Massa FPI-HTI menghancurkan mobil dan soundsystem di dalamnya, kemudian membakarnya, di depan para polisi yang mengelilingi mereka.

14.00
Tim AKKBB menyisir seluruh lokasi, dan ada beberapa massa AKKBB yang masih tersisa di dalam dan tak berani keluar. Mereka memilih berdampur dengan pengunjung umum Monas, menunggu massa FPI-HTI bubar.

14.15
Massa FPI-HTI berjalan ke arah istana, bergabung dengan aksi HTI yang lain di depan istana.

14.28
AKKBB membuat konferensi pers dadakan di pelataran Galeri Nasional. Polisi mengingatkan massa AKKBB untuk tidak berlama-lama di Galeri Nasional, karena ada kemungkinan massa FPI-HTI masih akan mengejar.

15.00
Massa AKKBB bubar dari Pelataran Galeri Nasional

16.00
8 Sepeda motor berbendera FPI berhenti di depan Galeri Nasional dan melakukan pengamatan. Hanya tersisa beberapa orang di Pelataran Galeri Nasional.

Daftar korban menurut blog ini adalah 42 orang tapi menurut yang ini mencapai 70 orang.

[Kembali]



Kronologi Penyerbuan FPI Versi Salah Satu Korban FPI

Berita ini tidak saya dapatkan dari media massa manapun atau blog manapun. Berita ini langsung saya dapatkan dari salah satu korban FPI yang kebetulan adalah kerabatku.

Sebelum lebih lanjut, perlu dicatat bahwa AKK-BB bukanlah sebuah kelompok tunggal melainkan gabungan dari berbagai kelompok yang resah dengan aksi-aksi memaksakan keyakinan yang terjadi akhir-akhir ini.

Korban FPI berasal dari BKOK (Badan Kerjasama Organisasi Kepercayaan2 --- kumpulan dari aliran kepercayaan) yang juga mendukung AKK-BB. Pada tanggal 1 Juni kemarin, korban beserta kawan-kawannya berniat melakukan demonstrasi damai.

Dari BKOK, tidak ada orang yang dibayar untuk demonstrasi karena demonstrasi ini menyangkut hidup mereka.

Korban dan seorang kawannya dari BKOK, sebelum peristiwa diminta melihat situasi di Monas untuk melihat apakah AKK-BB sudah ada sementara kawan-kawannya menunggu di Gambir. Di tangga monas, korban dan kawannya menemukan ibu-ibu dari NU yang akan ikut aksi AKK-BB sudah berada di tempat. Benar ada beberapa dari Ahmadiyah tetapi lebih banyak dari NU.

Sudah tampak FPI di jalan di arah Masjid Istiqlal. Tidak ada satupun dari mereka yang menyangka bahwa kelompok FPI yang diam saja dari tadi kelak akan menyerang mereka.

Kelompok pertama AKK-BB yang sudah berada di lokasi tidak membawa atribut apapun.

Kemudian muncul kelompok AKK-BB lain yang akan bergabung dengan kelompok pertama. Kelompok kedua ini membawa beberapa atribut.

Perlu dicatat bahwa pada saat itu, AKK-BB belum memulai demonstrasi. Masih akan ada rombongan-rombongan lain yang ditunggu.

Selain itu, baik kelompok pertama maupun kelompok kedua, sebagian besar terdiri dari ibu-ibu dan anak-anak. Jumlah pemuda laki-laki dan bapak-bapak hanya sedikit.

Begitu kelompok pendatang AKK-BB bergabung dengan kelompok yang sudah ada di Monas, FPI mulai bergerak sambil meneriakkan "Allahu Akbar".

Para pemuda mulai menarik tali untuk menjaga agar tidak ada dari AKK-BB yang terprovokasi untuk menyerang FPI. Hingga detik tersebut, tidak ada satupun dari AKK-BB yang menyangka bahwa FPI berniat menyerang mereka. Mereka membayangkan, paling banter FPI hanya melakukan provokasi namun sambil lewat. Bahkan hingga FPI mendekat, tidak ada prasangka di antara AKK-BB rencana FPI menyerang mereka.

Tiba-tiba FPI mendesak maju sambil membawa panji-panji bendera dari bambu sambil berteriak "Bubar! Bubar!". Para pemuda AKK-BB berusaha menenangkan tetapi FPI malah mendesak maju dan menggunakan tongkat-tongkat bambu untuk memukuli AKK-BB.

FPI lebih mendesak masuk di bagian yang belum sempat dijaga dengan tali dan langsung menyerbu belakang yang sebagian besar berisi ibu-ibu termasuk ibu-ibu NU yang sudah datang lebih dahulu.

Adalah dusta bila FPI mengatakan tidak menganiaya wanita dan anak-anak karena korban melihat ibu-ibu NU yang tadi berbicara dengannya sebelum tragedi berlangsung ikut terkena pukulan.

Beberapa orang dari AKK-BB yang sudah lari ke Taman Monas tetap dikejar oleh FPI. Sementara korban yang juga kerabat saya, yang tadinya melawan akhirnya mengikuti kawannya lari sambil memberi peringatan melalui ponsel pada kawan-kawan BKOK yang masih di Gambir untuk tidak ke Monas.

Pada saat peristiwa, beberapa simpatisan AKK-BB baru tiba di sekitar Monas, namun langsung diarahkan oleh kawan-kawannya untuk segera pergi agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut. Apalagi sebagian besar simpatisan AKK-BB yang baru datang adalah wanita.

Korban tidak melihat lagi peristiwa-peristiwa yang lebih buruk yang terjadi setelahnya tetapi sebelum pergi, korban hanya melihat kurang dari 10 polisi yang berada di tempat kejadian tanpa bisa berbuat apa-apa. Beberapa anggota keamanan yang dipersiapkan oleh AKK-BB masih berusaha bertahan untuk menyelamatkan anggota AKK-BB yang lain.


Dengan kata lain,
dari kesaksian korban,
FPI memiliki waktu lama melihat siapa saja anggota AKK-BB,
dan mereka pasti sangat menyadari bahwa
kelompok yang mereka serang sebagian besar terdiri dari wanita
dan mereka berani menyangkal,
memutarbalikkan fakta,
mengalihkan perhatian dari tindakan kriminal yang mereka lakukan.



Klaim FPI: Pistol Diacungkan Pihak AKK-BB

Bukti yang di serahkan FPI:


Penjelasan Panitia dan Komentar:

TEMPO Interaktif, Jakarta :
Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) menilai pengamanan oleh polisi sangat lemah sehingga penyerangan brutal oleh laskar Front Pembela Islam (FPI) pada Ahad lalu terjadi.

Koordinator AKKBB Anik mengatakan hanya melihat tiga polisi ketika terjadi penyerangan di lapangan Monumen Nasional, Jakarta, lalu. "Dua berpakaian polisi, satunya preman," katanya kepada Tempo setelah kejadian. "Saya tak tahu polisi menjaga kami atau kegiatan PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)."

Koordinator Media AKKBB, Budi Kurniawan, mengaku hanya melihat seorang polisi ketika penyerangan terjadi sekitar 13.30 WIB. "Berpakaian preman menggengam pistol berusaha mencegah aksi brutal FPI," katanya di Galeri Nasional setelah kejadian.
....

Menurut GP Ansor :
Oleh : Sugeng Riyadi, SE
....
Benarkah demikian? Ini masih misteri. (namun herannya ketika saya melihat siaran langsung di televisi mengenai pencidukan anggota Front Komando Islam di Petamburan, di sana kita dapat melihat jelas bahwa para polisi yang berpakaian preman semuanya menyematkan pita merah putih dilengan kirinya.
....

Menurut Saya:
Tidak ada suara letusan pestol ke udara. Monas merupakan ring 1 dan saat itu, tanggal 1 Juni 2008, yang ber-acara bukan saja cuma AKK-BB namun juga PDIP, dimana ada MANTAN Presiden Megawati Sukarnoputri, beberapa Pejabat penting dan juga Wapres ada disekitar lokasi (Sudirman). Letusan Pistol akan memancing banyak aparat untuk segera mendekati lokasi.

Orang yang memegang pistol (dilengan kirinya ada pita merah putih!) berusaha menghalangi gerak maju massa FPI dan melindungi seorang anak remaja yang tengah ketakutan! Di belakang mereka, tampak orang yang memakai Tag pengenal yang digantungkan di leher.

Pita merah putih! itu menunjukan ciri-ciri keorganisasian..Ada perencanaan, ada saksi..ada gambar video, ada wajah yang dikenali...masa iya, polisi tak dapat menangkap (sesuai permintaan FPI)!

Orang tersebut adalah angggota Polisi berpakaian preman yang bertugas di sana dan saat itu Ia sedang berusaha mencegah AKSI BRUTAL berkelanjutan dari massa FPI.

[Kembali]