Kisah Musa ada di Hindu[↓], Romawi/Yunani[↓], Yahudi, Kristen/Nasrani dan Islam. Berikut ringkasan kisah Musa dari kalangan Abrahamik, berikut perbedaan antara keduanya:
Firaun memerintahkan bayi laki-laki yang baru lahir harus dibunuh, alasannya karena:
Ibu Musa karena khawatir akan nasib bayinya, Ia hanyutkan bayinya di sungai, kemudian ditemukan dan diangkat anak oleh:
Populasi Mesir VS Populasi kaum Israel
Jika Musa hidup dikisaran 1250-an SM, perkiraan populasi Mesir waktu itu:
Jumlah turunan Yakub disebutkan bervariasi jumlahnya (Yakub juga disebut Israel, Kej 32.23):
Di sebelum kelahiran Musa, Firaun khawatir terhadap besarnya populasi Israel di Mesir, "Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita" (Kel 1.9), namun, jika merujuk pada jumlah di point ke-1 dan ke-3, sebagai jumlah populasi, maka kekhawatiran Firaun jelas berlebihan, kecuali jika merujuk ke point ke-2 (alkitab), yang mengindikasikan sebagai jumlah parsial, maka jika masing-masing-nya adalah anggota dari sebuah keluarga, sejumlah kurang lebih ada 4 orang lagi selain mereka [adik (1), istri (1), anak (1) dan orang tua (1 ibu-ayah atau salah satunya], maka populasi Israel saat terjadinya eksodus adalah 3 jutaan orang dan kekhawatiran Firaun menjadi benar adanya.
Dengan populasi sebesar itu (3 juta), kaum Israel seharusnya tidak perlu takut pada bangsa Mesir, tidak perlu juga eksodus, dengan jumlah sebesar itu, mereka dapat dengan mudahnya merebut kerajaan Firaun, bukan? (Selama 40 tahun eksodus di padang gurun dan juga setelahnya, tercatat bahwa mereka berperang dengan suku lainnya). Dengan jumlah sebesar itu, kaum Israel seharusnya merupakan suku yang sangat penting, anehnya tidak ada catatan tentang mereka dalam sejarah/inskripsi/tablet Mesir kuno.
Berapa populasi Israel?
Musa adalah Piutnya Yakub: Levi (anak: wafat 137 tahun) - Kehat (cucu: wafat 133 tahun) - Amram (cicit/buyut: wafat 137 tahun) - Musa (Piut: 80 tahun saat eksodus) [Kej.46.11; Kel 6.15-19].
Yakub mengawini 2 anak perempuan Laban, yaitu: kakak (Lea) dan adik (Rahel). Lea melahirkan terlebih dahulu 6 anak laki dan 1 anak perempuan, setelah Lea tidak beranak lagi, barulah Rahel melahirkan Yusuf (Kej 30.19-21). Lewi adalah anak ke-3-nya Lea (Kej 29.31.34), Ia lebih tua dari Yusuf. Karena usia sapih menyusui adalah 3 tahun (2 Makabe 7:27 dan 2 Taw 31.16), maka selisih usia antara Lewi dan Yusuf adalah sekitar 12 tahun (4x3 tahun).
Yakub berusia 130 tahun saat tiba di Mesir (Kej 47.9) = Usia Yusuf 39 tahun (usia 30 tahun bertemu Firaun, Kej 41.46 + 7 tahun masa berlimpah, Kej 41.53 + 2 tahun masa kelaparan, ketika Yakub sekeluarga tiba di Mesir, Kej 45.6) dan Yakub wafat di Mesir pada usia 147 tahun (Kej 48.28).
Jumlah Yakub sekeluarga saat tiba di Mesir = 70 orang (kita abaikan perbedaan jumlah antara PL VS PB (KPR 7.14), bahwa jumlah = 75 orang), yaitu dari istri: Lea (33 orang) + Zilpa (16 orang) + Rahel (14 orang) + Bilha (7 Orang) [Kejadian 46.5-27; Keluaran 1.1-5] yaitu: 68 Pria (Yakub + 12 anak + 51 cucu + 4 cicit) dan 2 wanita (Dina anak perempuannya dan Serah cucunya dari Asyer), Yakub tidak disebutkan beranak lagi setelah di Mesir, sehingga hanya 67 pria yang kemungkinan beranak-pinak sampai eksodus di jaman Musa:
"yam suph"
Kata ini ditranslasi ke Yunani menjadi "laut merah" padahal "Suph" artinya bukan "merah" namun "alang-alang" [Kenneth Kitchen, "On the Reliability of the Old Testament" (Eerdman's, 2003), pp.261-263], jadi seharusnya adalah "lautan alang-alang" [sea of the reeds]. Terjemahan menjadi laut merah adalah terjemahan bahasa Yunani (Erythra Thalassa/Ἐρυθρὰ Θάλασσα) dan Latin (Mare Rubrum; Sinus Arabicus; arti literal = "teluk Arab"). Ada yang mengkaitkan nama "laut merah" dengan musim ramainya sejenis alga [Trichodesmium erythraeum] yang berwarna merah (lihat foto), warnanya tidak merah. Lainya mengatakan nama laut merah berasal dari suatu suku lokal yang mempuyai nama "merah" yaitu Himyarit. Lainnya lagi dan lebih digemari para ahli adalah kata "merah" digunakan untuk "arah selatan" mata angin. Warna arah utara adalah "hitam", di mana laut hitam berada. Dasar argumen warna karena warna sebagai arah telah digunakan luas di beberapa kebudayaan tua dunia [Asia, Amerika, Turki] yang menggunakan warna sebagai arah mata angin. Herodotus memberikan nama laut di selatan sebagai "laut merah/Erythraian" (Buku ke-1.11; ke-4.37).
Berikut petikan kisah Musa di Islam dan Ibrani/Nasrani ketika membelah laut dan menenggelamkan Firaun dan tentaranya:
Dalam rekonstruksinya Carl Drews dan Weiqing Han:
Pada jam 02.00 s/d 06.00 [Waktu jaga pagi], Tuhan mengacaukan tentara Mesir sehingga kereta-kereta tentara Mesir menjadi rusak dan menjadi kesulitan bergerak (Kel 14.24). Di sepanjang malam, Musa, dengan bantuan angin Timur membelah laut dan membuat laut menjadi tanah kering (Kel.14.21), sementara tentara Mesir bergerak ke laut sekitar jam 02.00 malam (Kel 14.24) sampai ke tengah laut di menjelang pagi (kel 14.27), karena tidak tersusul-susul hingga tengah laut, kecepatan Firaun dan tentaranya tentunya kurang lebih menjadi sama dengan rombongan kaum Israel, yaitu 4 KM/jam, oleh karenanya, rombongan kaum Israel, berangkat sekitar 4 jam-an sebelumnya Allah merusak roda tentara Mesir dan upaya Musa, mulai sekitar 4 jam-an saja sebelum rombongan kaum Israel mulai menyebrang.
Kecepatan angin sekeras apa yang harus bertiup selama 4 jam agar dapat menghasilkan ketinggian tembok air seperti 'gunung yang besar' dan/atau bahkan menjadi 12 jalur?! Bagaimana mungkin tidak ada satu manusia-pun yang beterbangan oleh kekuatan angin yang sangat gila ini, padahal tentara Mesir bukan kesayangan Tuhan, mengapa mereka dapat sampai ke tengah laut TANPA tersapu angin? [Untuk kejanggalan lainnya buka di sini dan di sini]
Drews dan Han pun RAGU BAHWA rombongan kaum Israel mampu berjalan melintasi laut di bawah kuatnya tekanan angin sekuat itu, tapi mereka tidaklah sendirian, bahkan Rabbi Yahudipun ragu, misalnya Rabbi David Wolpe, di artikel "L.A Times" tahun 2001, yaitu "Doubting the Story of Exodus", Ia mengakui bahwa kisah MUSA membelah LAUT MERAH tidak benar-benar terjadi
Sementara beberapa lainnya, menjadikan kisah Musa membelah laut dan tenggelamnya Firaun, sebagai klaim syiar, misal "Republika" (dan situs lainnya) bahwa gara-gara ditemukannya unsur garam di jazad mumi Firaun, maka Bucaille masuk Islam[↓]. Klaim ini sangatlah menggelikan, karena disamping Bucaille adalah dokter medis yang berpengalaman selama 37 tahun, Ia juga ahli pencernaan. Ia tahu pasti kegunaan unsur garam (garam umum: Sodium Klorida; Natron: campuran Sodium Karbonat, sodium bikarbonat dan sodium sulfat) PADA PROSES pengawetan/Pembalseman sebagai unsur utama mengatasi proses pembusukan akibat kelembaban. Dalam teknik pembalseman Mesir kuno, tubuh para mumi Mesir dikeringkan dengan menggunakan Natron [Garam], yaitu: Sodium/natrium karbonat [agen pengering], Sodium/natrium bikarbonat [Ketika mengalami kelembaban, akan meningkatkan pH dan menghambat bakteri pembusuk], natrium klorida [garam, penyeimbang asam-basa] dan natrium sulfat [Osmo regulator]. Natron tersedia melimpah di sepanjang sungai Nil. Herodotus (484 - 425 SM) menyampaikan penggunaan garam pada proses pembalseman, "...mereka menyimpannya untuk pembalseman menutupinya dengan natron/garam selama 70 hari..." ["The History of Herodotus", Buku ke-2: Euterpe, no.86]
G. Elliot Smith (yang namanya dikutip Bucaille dibukunya), menyatakan ‘Dapat dengan yakin dinyatakan bahwa di sebagian besar periode, garam umum adalah bahan pengawet penting yang digunakan orang Mesir untuk membalsem' ["A Contribution to the Study of Mummification in Egypt", G. Elliot Smith, p.18. Lihat: "ANCIENT EGYPTIAN MATERIALS & INDUSTRIES", A. Lucas, hal.313]. Dari beberapa sample yang diteliti A. Lucas, Ia menyampaikan:
Untuk teknik pembalseman lain, misalnya mumi Rosalia Lombardo, berusia 2 tahun, dari Palermo, sisilia). Ia wafat 6 December 1920 akibat pneumonia/radang paru. Ia terlihat segar bagaikan tidur. Proses pembalsemannya menggunakan teknik modern, salah satu unsur yang digunakan adalah garam seng. Apakah karena ada unsur garam seng, maka mumi manis ini juga tenggelam di laut, juga?
Mayat Firaun: Tenggelam atau Tidak?
Di Islam terdapat prinsip Nash [Pembatalan] dan Manshuk [Penggantian] (misal di: AQ 2:106, 16:101, 13:39 17:86, dan 22:52) yang diterapkan jika terdapat hukum yang saling bertentangan dan bukan melengkapi, bahwa yang diturunkan belakangan MEMBATALKAN hukum sebelumnya. AQ 43.55 TURUN LEBIH BELAKANGAN dari AQ 10.92 dan di ayat tersebut Firaun dinyatakan tenggelam, maka AQ 43.55, MEMBATALKAN AQ 10.92.
Konsekuensinya, seluruh kitab Abrahamik, berada pada posisi sama yaitu mayat firaun tetap tenggelam.
Benarkah Dr Bucaille Mualaf?
Sampai wafat di tanggal 17 Februari 1998, Bucaille tetap non-Muslim. [Juga lihat di sini, di sini. Juga lihat di sini, Ia tidak tercantum sebagai Muslim dan di sini]
Apa yang sebenarnya ditemukan oleh Bucaille?
Di "The Bible, The Qur'an and Science" [1976], Bucaille menyampaikan informasi tentang kondisi mumi Merneptah (anak Ramesses II), namun sampai buku tersebut dicetak, HASIL PEMERIKSAANNYA BELUM ADA:
Kenapa Firaun yang dirujuk adalah Ramesses II?
Alkitab berkali-kali menyebut kota Rameses/Raamses, pertama kalinya, saat Yusuf berusia 39 tahun, Yakub sekeluarga baru saja tiba di Mesir (Kej 47.11), kemudian setelah Yusuf wafat dan muncul Firaun baru (Kel 1.8) yang tidak kenal nama Yusuf lagi diwaktu dekat kelahiran Musa saat mendirikan kota perbekalan (Kel 1.11), Firaun ini masih hidup beberapa tahun ketika Musa di Midian dan kemudian wafat (Kel 2.23, 4.19), setelahnya Musa diperintah Allah ke Mesir untuk bertemu Firaun berikutnya dan membawa kaum Yahudi keluar Mesir, dari tanah Gosyen/kota Raamses/Rameses ke Sukot (Kel 12.37; Bil 33.3,5), sehingga jika disusun cocokloginya, maka:
Ada berapa Firaun di kehidupan Musa?
Versi Islam: Hanya mengenal 1 Firaun selama jaman Musa.
Versi Nasrani dan Ibrani: Terdapat 2 Firaun berbeda pada kisaran hidupnya Musa:
Oleh karenanya, baik dari versi Islam maupun versi Ibrani/Nasrani, dapat disimpulkan bahwa TIDAK ADA satu Firaun-pun yang dapat dikaitkan dengan Musa-nya kaum Abrahamik.
Bagaimana dengan makanan mereka selama 40 tahun di gurun Sinai?
Apa arti "Manna"?
TIDAK ADA cacatan keberadaan kaum Ibrani di Mesir, namun terdapat beberapa kata-kata Mesir digunakan, misalnya "manna/Mennu" (arti: makanan) dalam frase "Inikah makanan?" (maan huu) [Kel 16.15] yang menunjukan bahwa bahasa Mesir adalah bahasa Ibu mereka, jadi, baik Tuhan, Musa dan kaum Yahudi TIDAKLAH berbahasa Ibrani tapi berbahasa Mesir. Kata "Mennu" muncul sebulan setelah eksodus, ketika itu, kelaparan hampir membunuh mereka, membuat mereka menyesal meninggalkan Mesir, karena sewaktu di Mesir, mereka "duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang!" [Kel 16.3] menjadi berubah drastis akibat terbujuk iming-iming Musa.
Mennu apa yang diberikan Tuhan pada mereka?
Setelah mereka bersungut-sungut kesal, Musa menyatakan bahwa besok "Pada waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti [Kel 16.12] tapi yang terjadi adalah "petangnya berduyun-duyun burung puyuh (has selaw) datang menutupi perkemahan mereka dan paginya sesuatu tergeletak di sekeliling perkemahan mereka" [Kel 16.13].
"Manna" di atas, tidak cocok menjadi "Roti dari langit", karena tidak seperti hujan lumut di Persia jaman kelaparan besar tahun 1854, Masyarakat saat itu begitu gembiranya, segera bergegas mengumpulkannya, memasaknya dan menjadikannya roti di hari itu juga. Contoh lainnya misalnya hujan binatang dari langit seperti: Ikan, Sapi, katak, ular, cacing dan bahkan telur rebus yang terjadi di beberapa belahan dunia. Kejadian unik ini terjadi karena adanya TORNADO/ANGIN TOPAN di tempat lainnya.
Sayang sekali, kaum Israel kurang beruntung, tidak mendapatkan hujan telur rebus, ikan dan sapi, tapi malah hujan sesuatu yang menyerupai TAHI BURUNG dan itu mereka makan selama 40 tahun.
Berapa kebutuhan logistik perhari mereka?
Berikut sebagai pembanding adalah logistik yang diperlukan dalam ketentaraan:
Dalam 40 tahun pengembaraan, mereka HANYA 5x MENDAPATKAN AIR. Setelah menyeberang laut, mereka telah kekurangan air, berjalan 3 hari ke Syur tidak menemukan air. (Kel 15.22), melanjutkan ke Mara (1) tapi air tidak dapat minum karena pahit, setelah Musa melempar sepotong kayu baru air bisa diminum. Kemudian ke Elim (2) ada 12 mata air (Kel 15.23-27). Kemudian, selewat tengah bulan ke-2 dan sebelum bulan ke-3, ke Rafidim (3), tidak ada air, Musa memukul tongkat pada batu, keluar air, menamakan tempat itu Masa dan MERIBA (Kel 17.1-6), sisanya, selama 39 tahun berikutnya, hanya 2x pengambilan air, yaitu di Kadesh (4), dengan pengulangan narasi kejadian di Rafidim, tidak ada air, memukul tongkat pada batu, keluar air, menamakan tempat itu MERIBA (lagi) (Bil 20.1-13) dan terakhir mendapatkan air di Beer (5) (Bil 21.16).
Mereka ini tentunya luar biasa, keperluan air 3000 ton/hari (baru ukuran untuk manusia posisi minim, belum termasuk untuk ternak, kebutuhan upacara, dan lainnya) diangkut sekaligus di 5x pemberhentian air untuk dipakai selama 40 tahun.
Berbicara tentang gersang dan tandus, maka tentunya jarang ada pepohonan, maka, darimanakah Musa dan 3 jutaan kaum Israel mendapatkan kayu bakar untuk keperluan bakar-bakaran, entah untuk membuat makanan sendiri, ataupun makanan bagi Allah ataupun untuk memasak manna di hari ke-6 ataupun untuk sekedar menghangatkan diri di malam dingin sepanjang 40 tahun di pengembaraan? Sayangnya Allah membungkam diri, tidak menyampaikannya, agar dapat diceritakan pada turunan mereka.
Yang tidak kalah menakjubkannya kemudian adalah tentang bagaimana mereka menangani permasalahan sampah 40 tahun di gurun sinai. Saking menakjubkannya tata kelola mereka, hingga tidak ditemukan 1 (satu) artifak-pun untuk mengabadikan peristiwa ajaib tersebut.
Apa hasil keluar dari Mesir?
YHWH berjanji kepada Musa akan memberikan tanah KANAAN, jika kaum Israel keluar dari Mesir (Ulangan 4.2), NAMUN, hingga 40 tahun kemudian, sampai Musa wafat di tanah MOAB (Yosua 5.6) [juga lainnya yang wafat karena tua, terkena Tulah Allah, sebagai tumbal menenangkan kemarahan Allah (dalam kasus kaum Lewi, misalnya) dan juga dalam peperangan], janji ini TIDAK PERNAH terpenuhi, malah kaum Israel hanya terlunta-lunta hidup sengsara di padang pasir Moab.
Setelah wafatnya Musa, Yosua bin Nun menggantikannya, mereka menyebrangi sungai Yordan, di tanah Kanaan, Yahwe berjanji akan menghalau suku Yebusit (turunan Kanaan, Kej 10.15-16) penduduk asli Yerusalem (Yos 3.10). NAMUN, sampai tahun ke-5 setelah wafatnya Musa (Yos 14.10), walau disebutkan Yosua bin Nun berhasil membunuh Adoni-Sedek, raja Yerusalem (Yos 10.26), NAMUN hingga Yosua wafat dan digantikan kaum Yehuda, TERNYATA Yerusalem masih juga milik kaum Yebusit, kaum Yehuda tidak mampu menghalau mereka (Yos 15.65) dan Kanaan, juga masih milik bangsa lain (Hakim 1.1). Jika sebelumnya Adoni-SEDEK, dikatakan mati ditangan Yosua, namun di kitab hakim-hakim, dinyatakan mati ditangan kaum Yehuda dan namanya, berubah menjadi Adoni-BEZEK (Hakim 1.7), kemudian dikatakan kaum Yehuda membakar musnah Yerusalem (Hakim 1.8), namun Yebusit tetap juga menduduki Yerusalem (Hak 1.21).
Bahkan di 436 tahun kemudian, yaitu jaman Raja Daud/David-pun, Yebusit tetap sebagai penduduk asli Yerusalem (2 Sam 5, 1 Taw 11.4) dan David hanya mampu menguasai bagian bawah Timur gunung Sion (= benteng/kota david dan Istana David) (2 sam 5.6-9, 1 Taw 11.5-6) dan 44 tahun kemudian, di jaman Raja Shlomo, lokasi kuil Sulaiman-pun hanya di arah Utara kota David, yaitu tempat tertinggi pada bagian Timur gunung Sion. Sementara, bagian Baratnya, tetap milik Yebusit.
..bahkan janji Allah-pun ternyata kosong belaka..
Mengapa kisah suci pada kitab yang "suci" ini kacau?
Para ahli yang menyelidiki kitab Kejadian, menemukan bahkan di halaman yang sama, ditulis oleh 2 atau 3 orang berbeda dan juga ada pengeditnya, yang memotong dan menggabungkan beberapa dokumen dari penulis berbeda menjadi satu cerita; sehingga terdapat kontribusi 4 orang berbeda untuk menghasilkan satu halaman Alkitab. (hal.24) ... 5 Buku Musa disusun dan digabungkan dari 4 dokumen berbeda menjadi satu sejarah berkelanjutan ... Dokumen yang merujuk pada nama ilahi Yahweh / Yehuwa disebut J. Dokumen yang merujuk pada dewa sebagai Tuhan (dalam bahasa Ibrani, Elohim) disebut E. Dokumen ke-3, yang terkonsentrasi pada hukum dan para imam, disebut P. Dan yang hanya ditemukan di kitab Ulangan disebut D. (hal.25) ... Dokumen J, E, dan P ditemukan di 4 kitab dari 5 Kitab Musa: Kejadian, Keluaran, Imanat dan bilangan. (hal.53) ... setidaknya ada 4 tangan sebagai pembuat 5 buku pertama Alkitab (perjanjian lama). Juga, terdapat tangan kolektor/redaktor, yang menggabungkan dan mengorganisir dokumen-dokumen yang terpisah ini menjadi sebuah karya tunggal agar dapat dibaca sebagai narasi berkelanjutan. (hal.60) ["WHO WROTE THE BIBLE?", Richard Elliott Friedman, 2nd Ed., 1989]
Sekarang kita pun menjadi paham, mengapa kisah Musa dan kaum Israel tidak pernah muncul dalam catatan/inskripsi/tablet bangsa Mesir, mengapa para arkeolog tidak pernah menemukan apapun di gurun Sinai, mengapa isinya penuh kontradisi dan berada di luar nalar, karena ternyata, kitab yang dianggap suci ini, hanyalah sekedar dongeng untuk kalangan sendiri belaka.
Kisah Musa TANPA Adegan Membelah Laut
Bahasa Mesir adalah bahasa ibu dan bahasa keseharian penduduk Mesir. Orang asing yang tinggal di Mesir ketika berbicara dengan penduduk Mesir akan juga berbahasa Mesir, oleh karenanya, ketika Miryam kakak perempuan Musa menyapa ataupun berbicara dengan PUTRI KERAJAAN MESIR, adalah dalam bahasa Mesir. Kata "Mosheh" berasal dari bahasa Mesir, artinya "anak laki-laki". Suffix Mosheh (Yunani: Mosis) digunakan di banyak nama Firaun dinasti ke-18, misalnya Ka-mosh (Che-Mosh/Ka-Mosis, 'anak'-dewa Ka), Ach-Mosh/Ah-Mosis ('anak'-dewa Bulan), Tuth-Mosh/Tuth-Mosis ('anak'-dewa Tuth. Menariknya, Josephus menyatakan nama anak perempuan Firaun adalah Thermuthis di Ant-2, 9.5). Jadi kata "Musa/Mosh/Mosheh" bukanlah nama. ["Atlantis and the Ten Plagues of Egypt", Graham Phillips; lihat juga: "Did Pharaoh’s Daughter Name Moses? In Hebrew?", Dr. Rabbi David J. Zucker]
Terdapat variasi lain dari kisah Musa yang ketika meninggalkan Mesir, yang TIDAK ADA adegan membelah laut dan/atau menenggelamkan Firaun, bahkan Musa di sini adalah orang Mesir asli dalam artian etnis dan budaya. Josephus (37-100 M), sejarahwan Yunani dari etnis Yahudi, menyatakan: "orang Yahudi pada awalnya adalah orang Mesir..inilah yang dikatakan Strabo" ("Antiquities of the Jews", 14.7.2). Strabo (64/63 SM - 24 M, sejarahwan Yunani, di "Geography" buku 16, Ch.2.35-37. Link ini text Yunani):
Josephus dalam bukunya mengutip Manetho (abad ke-3 SM, Imam Mesir, penulis sejarah Mesir jaman Ptolemeus II. Karyanya yang asli sudah tidak ada lagi):
Josephus dalam bukunya mengutip Cheremon (dari Alexandria, lahir 10 M, sejarahwan dan ahli Mesir, hidup sejaman dengan Josephus):
Kemudian, Tactitus (56-120 M), sejarahwan Yunani yang hidup sejaman Josephus, dalam "Histories", buku 5. 2-5 (atau ini):
Diodorus Siculus (90-30 BC) menyampaikan sejarah yang diantaranya dikutip dari Hecataeus orang Abdera (Sekitar 300 SM. Josephus juga mengutip Hecataeus dalam "Againsts Apion" namun bukan tentang Musa):
Para penulis Yunani, kebanyakan membawakan latar kejadian tentang adanya wabah penyakit luar biasa yang melanda Mesir jaman kuno. Namun menariknya, Herodotus di bukunya, TIDAK SATU KALIPUN menulilskan adanya kejadian tersebut pernah melanda Mesir, padahal Herodotus hidup lebih awal dari para penulis yang dikutip Josephus, malah di bukunya, Herodotus menyampaikan bahwa kebijakan pengasingan/Pengusiran terhadap penderita kusta/lepra dilakukan oleh negara Persia BUKAN Mesir:
Herodotus TIDAK PERNAH menyebutkan keberadaan kaum Yahudi, malah secara berulang, menyebutkan keberadaan kaum PALESTINA:
Kemudian, terkait kata Hierosolyma, Josephus menyatakan bahwa Jerusalem dahulu disebut "SOLYMA" ("Antiquities Of The Jews" VII 3.2) atau "SALEM" ("War Of The Jews", VI 10.1). Mitologi Yunani menyampaikan bahwa musuh BELLEROPHON adalah para SOLIMI (Iliad.6, Homer/8 SM), yang merupakan anak-anak SALMA/SALEM, Dewi musim Semi dan sebagai maskulin, Ia adalah Dewa Matahari Solyma atau Selim, Salomo, atau Ab-Salom ["The Greek Myths", Robert Graves, hal.363]. Solyma tinggal di area pegunungan (Odyssey.5, Homer) di Lykia (Iliad.6). Di Krete, Minos (anak Zeus-Europa) mengusir Sarpedon (anak Zeus-Laodamia) dan lainnya hingga menyingkir ke Milya di Asia, area yang dulu dihuni bangsa Lykia disebut Milya, dan waktu itu bangsa Milyus disebut Solymoi (History of Herodotus, 1.173)
Hiero biasanya diartikan suci/sakral/keramat. Namun tampaknya Hiero berasal dari hēr = "penjaga/pelayan/pelindung". Dalam epik-nya homer no.75: Sebutan untuk Anchises, Pria kecintaan Aphrodite; Bentuk feminim Hera = ciri-ciri yang menonjolkan/terlihat.
SALEM/"שלם", di kebudayaan Ugarit/kanaan adalah Dewa SENJA. Kata “SALEM” muncul di tablet EBIA, abad ke-24 SM, di Tell Mardik, Syria, juga di teks Mesir, abad ke-18/19 SM, dalam kata "RUSHALIMUM", di surat Armana abad ke-14 SM, permintaan bantuan raja Abdi-Heba, “URUSALIM” ke Raja Mesir untuk melawan Habiru dan di teks Assyria, Sennachrib abad ke-8 SM dalam kata "URSALIMMU". Arti Yeru = "diletakan", dari kata Yeru-el, "Diletakkan Tuhan", jadi Yerusalem = "Diletakkan Salem", salah satu dari 2 dewa kaum Ugarit (Shahar/Dewa Fajar dan Shalim/Dewa Senja). Dalam Sumeria, tanda URU di "URUSALIM" = KOTA. Dalam latin, "Ieroysalem" dan "HeieroSOLyma". Di mana, SOL = Dewa Matahari ["Cities of the Biblical World: An Introduction to the Archaeology, Geography, and History of Biblical Sites", LaMoine F. DeVries, hal.200, juga di "The Archaeology of the Jerusalem Area, W. Harold Mare, hal.20, juga "The International Standard Bible Encyclopedia, Vol.2, Geoffrey W. Bromiley, hal.1000 dan "Getting Back Into the Garden of Eden", Edward Conklin, hal.22].
Salem, Dewa senja Kanaan, adalah Dewa KETERATURAN dan KEADILAN. Baik David maupun Shlomo menghindari friksi, tidak hanya antar dua kebudayaan, yaitu Kanaan dan kaum pendatang baru Yahudi, namun juga antar Dewa SALEM dan Dewa YAHWE, Dewa perang kaum Yahudi. Untuk menghormati Salem, Shlomo mengubah kuil yang asalnya terbuka menjadi beratap dan mengayomi dua grup kepercayaan berbeda. Bernhard Lang, menambahkan dalam catatan kakinya, tulisan Keel, "Die Geschichte Yerusalem undi Entstehung des Monotheismus", vol. 1, hlm. 264-333: "bukti yang berasal dari nubuat alkitabiah yang kata-kata aslinya, meski dikaburkan dalam teks Ibrani, dapat direkonstruksi berdasarkan teks Septuagiant/Yunani: 'Matahari tahu dari langit bahwa Yahweh akan tinggal dalam kegelapan. Jadi, bangunlah rumah bagiku, sebuah rumah yang agung sehingga aku dapat tinggal di dalamnya lagi' (direkonstruksi dari 1 Raja-raja 8:53 teks Yunani; bahasa Ibrani hanya memiliki fragmen yang diedit dalam 1 Raja-raja 8: 12-13). Implikasinya adalah Dewa matahari butuh sebuah kuil dengan ruang gelap untuk menampung tamunya, Yahweh" ["Hebrew Life and Literature: Selected Essays", Bernhard Lang].
Di bukunya. Josephus memuat 3 nama dalam satu jaman yaitu "Amon/Hamon", Musa dan firaun (Bocchoris, dinasti ke-24). Menariknya, Quran juga mempunyai 3 rangkaian nama yaitu Firaun, Haman/(هامان) dan Qarun/(قارون) di kisah Musa (AQ 29.39, AQ 40.23-24). Haman adalah nama orang Mesir dan Qarun adalah orang Israel yang sangat kaya dan bangga dengan kekayaannya (AQ 28.76), berilmu (AQ 28.77) namun entah sebesar apa kesalahan Qarun, karena Ia beserta rumahnya berakhir di dibenamkan Allah SWT ke dalam bumi (AQ 28.81). Kisah orang kaya, arogan dan ditelan bumi beserta kekayaan ada juga di Alkitab (Bil 16.1-13, 16.28-34, 26.10) yaitu tentang turunan Lewi (Korah) dan turunan Ruben (Datan, Abiram dan On), mereka kerap membantah turunan Lewi (Musa dan Harun) akibatnya mereka dan kekayaannya ditelan bumi (Bil 26.9-10, 106.17, Ulangan 11.6). Komentar Rabbi di Bamidbar Rabbah 22.7 menyatakan "Dua orang kaya muncul di dunia, Korah dari Israel dan Haman dari bangsa-bangsa di dunia", namun Haman dan Korah TIDAK HIDUP di satu jaman yang sama, karena di 20.1, "Dan dia memberi Haman kekayaan, dan dia mengambil seluruh bangsa untuk dibantai" yang merujuk kitab Ester 4.7. Sehingga bagi Alkitab, dari 3 nama, hanya 2 nama (Qarun/Korah dan Firaun) ada di jaman Musa, tapi Haman TIDAK, yang menurut kitab Esther, Ia ada di jaman raja Xerxer I (abad ke-5 SM). [lihat: Korah]
Beberapa situs Islam [Harun Yahya dari Islamic Awareness (dan Bucaille); Islamic Awareness dari Bucaille] mengklaim bahwa Haman yang ada di Quran tercantum dalam Hierograph Mesir dan ini tidak benar karena Haman yang tertera di Hieroglif adalah nama dewa, HEMEN-HETEP yang disingkat HMUNHU/HEMEN-H.
Kepala pemahat bernama Userhat hidup di akhir dinasti ke-18/awal dinasti ke-19 disebut: "penyebab patung-patung pemujaan beristirahat di kuil mereka". (Dewa) Hemen di Hefat adalah salah satu dewa yang menjadi tanggung jawab Userhat [Biographical texts from Ramessid Egypt,Elizabeth Frood, John Baines, 2007] [Lihat: Pharaoh, Haman, Contradictions & The Qur'an atau Haman Hoax, adalah hoax-hoax yang berasal dari: Maurice Bucaille, Islamic Awareness, Harun Yahya dan Caner Taslaman]
Entah apa sebabnya Allah SWT menyebutkan Korah sebagai Qarun dan fatalnya Allah tampak jelas tidak tahu bahwa Haman-nya Esther, TIDAK SATU JAMAN dengan Musa, juga Allah tampaknya tidak tahu bahwa Hamannya Musa adalah dewa Mesir[↑].
Yang dapat dirangkum di sini adalah bahwa keberadaan raja-raja Mesir yang disebutkan di atas merupakan fakta sejarah, namun keberadaan Musa orang Yahudi yang pergi dari Mesir sampai perlu membelah laut dan menenggelamkan Firaun yang tercantum di Quran dan Alkitab adalah FIKTIF, tidak satupun arkeolog mampu memastikan kebenaran adanya eksodus, lokasi dan juga penyeberangannya. William G. Dever (Profesor dan Arkeolog) menyatakan TIDAK ADA satupun temuan arkeologi yang mendukung pernah terjadi eksodus dari Mesir ("Who Were the Early Israelites, and where Did They Come From?", hal.5) dan juga Ia menyatakan bahwa TIDAK ADA 1 teks Mesir-pun yang menyinggung adanya "Ibrani" atau "Israel" di Mesir (Hal.13).
Malah, saking tidak adanya, temuan-pun sengaja diubah dan dipalsukan, misalnya pada klaim kata "Israel" di prasasti Merneptah (raja ke-4 dinasti ke-19), sebagaimana disampaikan Professor Joseph Davidovits, di artikel, "Error or forgery on the Stele of Merneptah, known as Israel Stele":
Juga terdapat kisah Musa di literatur Hindu yang tercantum di dongeng Bhavisya/Bhavisya purana dan hanya memuat sekelumit seperti ini:
Walah..
Tradisi Hindu menceritakannya sebagai dongeng [arti dari Purana] dan kitab Purana masuk dalam kelompok Smerti [non wahyu] bahkan dalam dongengnya pun tidak ditambahkan lagi dengan adegan membelah laut, sementara tradisi ajaran yang menyatakan bahwa kisah Musa adalah wahyu Tuhan malah memuatnya dengan adegan membelah laut.[↑]
Mengherankan..
Gambar di ambil dari sini, sini, sini, sini, sini, sini, dan sini
Note:
(Klik Buka/Tutup!) Republika online: Maurice Bucaille tak Ragu dengan Kebenaran Alquran [↑]
(Klik Buka/Tutup!) Antaranews.com: Anginkah Yang Membelah Laut Merah buat Musa? [↑]
Firaun memerintahkan bayi laki-laki yang baru lahir harus dibunuh, alasannya karena:
- Alkitab: Jumlah bangsa Israel melebihi populasi Mesir, semakin ditindas, semakin banyak dan berkembang [Kel 1.9-12]
- Islam: Alasan pembunuhan tidak dimuat di Quran, kecuali tertulis bahwa Firaun telah melampaui batas (AQ 20.24), namun tidak dijelaskan dalam hal apa. Penjelasan alasan hanya ada dalam tafsir, yaitu terkait dengan ramalan dan tentang inipun ada dua versi: (1) Ramalan dari kalangan Yahudi yang berasal dari Nabi Ibrahim bahwa keturunan Ibrahim kelak akan menghancurkan Firaun dan kerajaannya, berita ini diteruskan kaum Mesir ke Firaun [Tafsir Ibn Kathir AQ 28.1-4]. Riwayat Ibn Humayd – Salamah - Ibn Ishaq: ..waktu dekat kelahiran Musa, para peramal memberitahu firaun bahwa seorang anak yang dilahirkan orang Israel akan menghancurkannya dan kerajaannya, Lalu Firaun memerintahkan pembunuhan terhadap setiap anak laki-laki yang baru lahir.. [Tabari, Vol.3, hal.31-32]. Atau (2) Riwayat As-Saddi - Abu Shalih dan Abu Malik, - Ibnu Abbas - Murrah - Ibnu Mas'ud - Anas - sahabat Nabi, “Firaun mimpi ada kobaran api dari Baitul Maqdis mendekatinya, membakar kerajaan dan kaum Mesir, tetapi tidak kaum Israil di Mesir. Saat bangun Ia bertanya pada ahli ramal, mereka berkata bahwa kelak anak lelaki kaum Israel akan menyebabkan kehancuran Mesir ["Kisah Para Nabi", Ibn Kathir, hal.389. Juga di Tabari, Vol.3, hal.34-37]
- Musa - Isa adalah 1800 tahun ["THE PROPHETS, THEIR LIVES AND THEIR STORIES", Abdul-Sâhib Al-Hasani Al-'âmili]
- Riwayat Fudayl b.'Abd Al-Wahhab - Ja'far b.Sulayman - 'Awf: 'Isa dan Musa adalah 6oo tahun [Tabari, Vol.5, hal.413]
- Riwayat Ya'qub b.Ibrahim - Ibn `Ulayyah - Sa`id b.Abi Sadaqah - Muhammad b.Sirin - Ka`b: 600 tahun antara Musa dan Isa [ibid, hal.413-414]
- Riwayat Al-Harith - Muhammad b.Sa'd - Hisham - Ayahnya - Abu Salih - Ibn 'Abbas: Musa dan `Isa adalah 1900 tahun [ibid, hal.414]
- Tabari: Beberapa ulama berkata: dari eksodusnya Musa - membangun kuil Sulaiman adalah 636 tahun, dari kuil Sulaiman - Al-Iskandar naik tahta adalah 717 tahun, dari Iskandar - lahirnya 'Isa adalah 369 tahun [ibid, hal. 416] [Total dari eksodus Musa - Isa = 1722 tahun]
- Riwayat Hisham b.Muhammad al-Kalb - Ayahnya - Abu Salih - Ibn 'Abbas: Musa dan Daud adalah 179 tahun, Daud dan Isa adalah 1053 tahun [ibid, hal.416] [Total dari Musa-Isa = 1232 tahun]
Ibu Musa karena khawatir akan nasib bayinya, Ia hanyutkan bayinya di sungai, kemudian ditemukan dan diangkat anak oleh:
- Alkitab: Anak perempuan Firaun (Kel.2.1-10) atau bat/anak perempuan - paraoh/firaun, namanya adalah: bat-yah/Bithiah, Di versi Josephus: Thermuthis (Ant-2, 9.5)
- Islam: Istri Firaun (AQ 28.7-9). Di Quran tidak disebutkan namanya, hanya ada di tafsir (dan hadis), yaitu Asiyah binti Muzahim bin`Ubayd bin al-Rayyan bin al-Walid [Misal: Ibn Thalabi dalam "'Ara'is Al-majalis Fi Qisas Al-anbiya", hal.279]. Di Tafsir AQ 66.5: Di surga, Allah akan menikahkan Nabi SAW dengan: Asiyah/istri Firaun, Maryam binti ‘Imran/ibunda ‘Isa AS/Yesus dan Um khulthum/adik Musa) [Tafsir Samarqandi, Ibn kathir atau 4/495 pada surat at-Tahrim, tafsir Shaukaani; Juga IslamQA; "Muḥammad in the Modern Egyptian Popular Ballad" oleh Kamal Abdel-Malek, hal.59, dll]
- Alkitab: 7 perempuan anaknya imam di Midian. Musa menikah dengan salah satunya yaitu Rehuellah Zipora, (Kel 2.15-22), mertuanya bernama Yitro (Kel 3.1)
- Islam: 2 perempuan dan Musa bekerja pada bapak perempuan itu selama 8/10 tahun, imbalannya Ia dinikahkan dengan anaknya (AQ 28.23-28), mertuanya bernama Nabi Syuaib. Tafsir Ibn Kathir AQ 28.28: Ulama tafsir berbeda pendapat mengenai siapa yang dimaksud dengan bapak wanita itu...ada yang mengatakan bahwa itu adalah Syuaib a.s. yang diutus oleh Allah kepada penduduk Madyan. Pendapat inilah yang terkenal di kalangan kebanyakan ulama, dan dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Riwayat Ibnu Abu Hatim - Abu Zarah - Safwan - Al-Walid - Abdullah ibnu Lahiah - Al-Haris ibnu Yazid Al-Hadrami - Ali ibnu Rabbah Al-Lakhami - Atabah ibnul Munzir As-Sulami - Rasulullah Saw: "Sesungguhnya Musa a.s. menjual jasa dengan imbalan pemeliharaan kemaluannya dan kebutuhan makannya". Dalam Riwayat Abu Bakar Al-Bazzar - Umar ibnul Khattab As-Sijistani - Yahya ibnu Bukair - Ibnu Lahiah - Al-Haris ibnu Yazid - Ali ibnu Rabbah Al-Lakhami - Atabah ibnul Munzir: "..Nabi Saw. melanjutkan, "Sesungguhnya Musa a.s. ketika hendak berpisah dengan Syuaib a.s. menyuruh istrinya meminta pada ayahnya sejumlah ternak untuk bekal penghidupannya..". Dalam riwayat Ibnu Abu Hatim: Riwayat Abu Zarah - Yahya ibnu Abdullah ibnu Bukair - Abdullah ibnu Lahiah; Riwayat Abu Zarah - Safwan - Al-Walid - Abdullah ibnu Lahiah - Al-Haris ibnu Yazid Al-Hadrami - Ali ibnu Rabbah Al-Lakhami - Atabah ibnu Munzir As-Sulami - Rasulullah Saw: "Sesungguhnya Musa menjual jasa dengan imbalan dikawinkan dan dipenuhi kebutuhan pangannya"...Rasulullah Saw:..Ketika Musa hendak berpisah dengan Syuaib, ia menyuruh istrinya untuk meminta ternak kambing dari ayahnya buat bekal penghidupannya...Ternak kambing Nabi Syuaib semuanya berbulu hitam lagi bagus.."
- Alkitab (alasan ke Mesir karena disuruh Allah): Musa menggembalakan kambing domba seperti biasanya, namun hari itu Ia menggiringnya ke seberang padang gurun hingga ke gunung Horeb (Kel 3.1). Di sana, Ia bertemu malaikat Tuhan (Kel.3.2: Malak Yahwe), mendengar suara dan berbicara dengan Tuhannya, Ia diangkat menjadi utusan untuk bertemu Firaun agar membawa keluar kaum Israel dari Mesir ke Kanaan, dalih ke Firaun tentang kepergian ke padang gurun selama 3 hari perjalanan adalah untuk mempersembahkan korban bagi Yahwe (Kel 3.3-10) namun Musa takut jika kaum Israel (dan Firaun) tidak percaya padanya, maka Ia diajarkan mukjizat (Kel 3.11-4.1). Ia kemudian pamit pada mertuanya dengan alasan ingin menjenguk sanak dan Ia mengajak istri dan kedua anaknya. Di perjalanan, ketika bermalam, TUHAN yang sama ini bertemu Musa malah berkehendak membunuh Musa, untung saja Zippora memotong kulit kemaluan anaknya dan menyentuhkannya ke kaki Musa, maka selamatlah Musa dari Tuhannya (Kel 4.2-26)
- Islam (alasan ke Mesir awalnya atas kemauan sendiri): Tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan, Dia berangkat dengan keluarganya (AQ 28.29). Tafsir Ibn Kathir untuk ayat ini: Musa rindu dengan tanah kelahiran dan juga sanaknya, Ia bertekad mengunjungi mereka dengan sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan Firaun dan kaumnya. Ia pergi bersama istri dan ternak kambing hasil pemberian mertua. Quran: Diperjalanan dilihatnya api di lereng gunung, Ia minta keluarganya menunggu, karena hendak mengambil api untuk suluh [AQ 20.10, 28.29], sesampainya di lembah Thuwa (AQ 79.16, 20.12), Ia disapa Allah [AQ 28.30] diajak bicara, diajarkan mukzijat. Allah menjadikan Musa dan Harun utusannya untuk bertemu Firaun karena Firaun tidak bertakwa, telah melampaui batas, agar disampaikan ayat-ayatNya dan membawa keluar kaum Israel dari Mesir [AQ 20.11-48; 26.10-17; 28.31-35]
- Alkitab: Tanda mukjizat ke-1: Tongkat menjadi ular (Kel 4.2-4) dan ke-2: Tangan yang berubah, ketika masuk baju, tangan kena kusta, putih seperti salju, saat ke-2x masuk baju, pulih (Kel.2.6-8) [Miryam pernah terkena Kusta, putih seperti salju, ini terjadi setelah mengatai Musa, ketika Musa mengambil perempuan Kush (Bil 12.10)]. Tentang jumlah tulah:
(1) Air menjadi Darah, yaitu sungai Nil dan seluruh air di Mesir selama 7 Hari yang membuat ikan-ikan mati (Kel 7.17-25). Kaum Israel juga terkena getahnya, tidak dapat minum, juga tidak dapat makan ikan;
(2) wabah katak (Kel 8.5-14);
(3) wabah nyamuk (Kel 8.16.19);
(4) wabah lalat pikat (Kel 8.20-32) daerah yang dikecualikan adalah Gosyen/Rameses (Kej 47.11);
(5) wabah sampar: Pada ternak dan menjadi mati kecuali kepunyaan orang Yahudi, yaitu: kuda, keledai, unta, lembu sapi dan kambing domba. BABI TIDAK DISEBUTKAN.(Kel 9.3-7). Tanah Gosyen tempat ternak Firaun diperlihara (Kej 47.6), disebutkan bahwa manusia dan binatang dapat mati karena sampar (Kel 9.15);
(6) Barah melanda seluruh Mesir, terkana pada manusa dan binatang, yang memecah membuat gelembung (Kel 9.8-11. Di ulangan 28.27,35: Barah Mesir dengan borok, kulit menjadi belang/kedal dan kudis. Di Imanat 13.20: Kusta timbul dari barah). Tidak disebutkan ada pengecualian terhadap kaum Israel maupun ternak mereka, kaum Israel pun terkena Barah;
(7) hujan es guruh dan beserta api berkilat-kilat di tengah hujan es melanda Mesir kecuali Gosyen/Rameses (tempat ternak Firaun), membuat mati: manusia, binatang dan tanaman (Kel.9.18-25), tanaman yang mati adalah rami dan jelai (Kel.9.31-32). Di tulah sebelumnya, yaitu sampar, dikatakan bahwa seluruh ternak orang Mesir mati terkena sampar, tapi tampaknya tidak, sekarang dinyatakan (lagi) bahwa seluruh ternak orang Mesir mati akibat hujan es;
(8) wabah belalang memakan habis pohon dan buah di seluruh Mesir (Kel.10.12-19), tidak disebutkan pengecualian, maka tetumbuhan dan buah-buahan orang Israelpun terkena getahnya;
(9) keadaan gelap selama 3 hari (Kel.10.21-23), tempat orang Israel dikecualikan;
(10) Orang Mesir memberikan emas dan perak (Kel.11.2-3);
(11) kematian anak sulung: manusia dan hewan (Kel 10.4-6). Di 2 tulah sebelumnya, yaitu sampar dan hujan es, dikatakan bahwa seluruh hewan orang Mesir mati, namun lagi-lagi ternyata tidak.
Alkitab telah menunjukan bahwa Yahwe tidak sesakti yang Musa anggap, terbukti dari tidak mati-matinya, ternak orang Mesir walaupun telah terkena tulah Yahwe - Islam: Musa dibekali 9 mukizat (AQ 27.12, 7.101), 2 diantaranya adalah tongkat jadi ular dan tangan dimasukan baju jadi putih bersinar (AQ 27.10,12) juga 5 lainnya: banjir (al-ṭūfāna), belalang, kutu, katak dan (air) darah (AQ 7.133), ke-8: kemarau panjang dan kekuarang buah-buahan (AQ 7.130) dan ke-9: kehilangan harta (AQ 10.88). Tentang tafsir untuk kata "al-ṭūfāna"/banjir: Dari Ibnu Abbas: yang dimaksud dengan topan ini adalah hujan besar yang menenggelamkan dan merusak semua tanaman dan buah-buahan. Juga dari Ad-Dahhak ibnu Muzahim. Riwayat lain dari Ibnu Abbas: yang dimaksud ialah banyaknya kematian. Juga dari Ata. Sedangkan Mujahid: yang dimaksud dengan topan ialah air bah dan penyakit taun/kolera. Dari Ibnu Jarir - (Ibnu Hisyam Ar-Rifai; Yahya ibnu Yaman; Al-Minhal ibnu Khalifah) - dari Al-Hajjaj - Al-Hakam ibnu Mina - Siti Aisyah - Rasulullah Saw: Topan artinya kematian. Juga dari Ibnu Murdawaih - Yahya ibnu Yaman, tetapi hadis ini garib. [Ibn Kathir untuk AQ 7.133]. Di Tabari: dari al-Suddi,: Allah mengirimkan banjir, yang adalah HUJAN LEBAT, semua harta mereka tenggelam [Tabari, vol.3, hal.59]. Di Jalalain: "air yang menembus rumah mereka selama 7 hari, hingga ke leher orang-orang ketika duduk". Di Tanwîr al-Miqbâs min Tafsîr Ibn ‘Abbâs : "hujan terus-menerus, siang dan malam, dari Sabtu hingga Sabtu"
Sementara di Quran sendiri kata "al-ṭūfāna" merujuk pada banjir dahsyat sebagaimana tertulis di AQ 29.14, "..Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka 1000 tahun kurang 50 tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar (al-ṭūfānu)...
Jadi di Islam, "al-ṭūfāna"/BANJIR DAHSYAT telah terjadi 2x yaitu di jaman NUH dan kemudian ternyata terjadi juga di jaman MUSA sebelum eksodusnya kaum Israel.
Populasi Mesir VS Populasi kaum Israel
Jika Musa hidup dikisaran 1250-an SM, perkiraan populasi Mesir waktu itu:
- Herodotus (abad ke-5 SM): jaman firaun Amasis (abad ke-5 SM), populasi kota: 20.000 orang [History, buku ke-2.177]. Diodorus Siculus (90 SM-30 SM): Populasi Mesir abad ke-1 SM: 7 juta orang [Historical Library, buku ke-1 31.8]. Josephus: Populasi Mesir abad ke-1 M: 7.5 juta orang [War of the Jews, buku 2, 16.4]
- Robert Feather: Populasi Mesir pada 3000 SM adalah 870.000 orang, pada 1250 SM adalah 2.6 juta orang [Robert Feather, The Copper Scroll Decoded: One Man's Search for the Fabulous Treasures of Ancient Egypt. London, Thorsons/HarperCollins, 1999]
- Kathryn A. Bard: Populasi Mesir 1250 SM adalah 3 juta s/d 3.5 juta orang [Encyclopedia of the archaeology of ancient Egypt, Kathryn A. Bard]
Jumlah turunan Yakub disebutkan bervariasi jumlahnya (Yakub juga disebut Israel, Kej 32.23):
- Sewaktu eksodus: 600.000 pria tidak termasuk anak-anak juga orang berbagai bangsa dan mereka pergi dengan membawa hewan (kambing, domba, lembu dan sapi) dan adonan kue, tidak bawa bekal makanan (Kel 12-37-39), membawa perhiasan emas, perak dan kain-kain (Kel 11.2-3; Kel 12.35-36, 33.4-6),
- Di tahun ke-2 (Bil 1.1): 603.550 laskar pria berusia 20 tahun ke atas (Bil 1.20-46; 2.32, tidak termasuk suku Lewi).
Di Islam, Quran tidak menyebutkan jumlah orang yang eksodus bersama Musa, namun ada dalam tafsir Tabari, riwayat Musa [b.Harun] - 'Amr [b.Hammad - Asbat - al-Suddi]: 620.000 laskar pria, yang dihitung hanya yang berusia di atas 20 tahun sampai di bawah 60 tahun, sebagai tambahan anak-anak dan perempuan [Tabari, Vol 3. hal.64-65] - Di tahun ke-2: Bangsa yang bersama Musa berjumlah 600.000 (Bil 11.21), jumlah ini adalah sesudah 3000 orang suku Lewi tewas saling berbunuhan sendiri pasca tragedi lembu emas di tahun ke-1 (Kel 32.28) dan sebelum Yahwe membunuhi kaum Israel dengan tulah, pada tragedi makan burung puyuh, yang di beberapa ayat berikutnya, sebagai hukuman tragedi burung, mereka akan mengembara 40 tahun lamanya (Bil 14.33-34)
- Note:
Karena jumlahnya dianggap ganjil, maka terdapat argumen bahwa kata eleph pada "šêš mê’ōwṯ ’elep̄ ūšəlōšeṯ ’ălāp̄îm waḥămêš mê’ōwṯ waḥămiššîm" (603.550), seharusnya diartikan = "kepala/suku/pasukan/keluarga" BUKAN "ribuan/seribu". Namun argumen ini terganjal penggunaannya kata elep di frase "jumlah lelaki sulung suku Lewi yang berusia 1 bulan ke atas" = 22.000 (Bil 3.39) vs "jumlah lelaki sulung suku Israel yang berusia 1 bulan ke atas" = 22.273 (Bil 3.43) yang selisihnya = 273 orang (Bil 3.46)
Di sebelum kelahiran Musa, Firaun khawatir terhadap besarnya populasi Israel di Mesir, "Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita" (Kel 1.9), namun, jika merujuk pada jumlah di point ke-1 dan ke-3, sebagai jumlah populasi, maka kekhawatiran Firaun jelas berlebihan, kecuali jika merujuk ke point ke-2 (alkitab), yang mengindikasikan sebagai jumlah parsial, maka jika masing-masing-nya adalah anggota dari sebuah keluarga, sejumlah kurang lebih ada 4 orang lagi selain mereka [adik (1), istri (1), anak (1) dan orang tua (1 ibu-ayah atau salah satunya], maka populasi Israel saat terjadinya eksodus adalah 3 jutaan orang dan kekhawatiran Firaun menjadi benar adanya.
Dengan populasi sebesar itu (3 juta), kaum Israel seharusnya tidak perlu takut pada bangsa Mesir, tidak perlu juga eksodus, dengan jumlah sebesar itu, mereka dapat dengan mudahnya merebut kerajaan Firaun, bukan? (Selama 40 tahun eksodus di padang gurun dan juga setelahnya, tercatat bahwa mereka berperang dengan suku lainnya). Dengan jumlah sebesar itu, kaum Israel seharusnya merupakan suku yang sangat penting, anehnya tidak ada catatan tentang mereka dalam sejarah/inskripsi/tablet Mesir kuno.
- Note:
Di hari eksodus dilakukan penyembelihan 1 ekor anak domba/kambing berusia 1 tahun per keluarga sebagai kurban bagi Allah (Kel 12.2-11), jika keluarga ini jumlahnya kecil, agar bergabung dengan tetangga terdekat, jika dianggap per 10 orang = 1 domba/kambing, maka para Israel yang katanya susah ini menyembelih anak domba/kambing sejumlah: 60 ribu (untuk 600 ribuan orang) atau 300 ribu (untuk 3 juta orang). Ritual kurban kaum Israel ada banyak, sekurangnya 3x setahunnya (Penebusan dosa, untuk Allah dan untuk pendamaian), Oleh karenanya, saat eksodus, per keluarga juga membawa ternak (kambing, domba, sapi lembu dan juga unggas), sekurangnya sepasang dari masing-masingnya, maka panjang barisan eksodus itu akan PULUHAN/RATUSAN KILOMETER panjangnya.
- Note:
Dalam aturan baris berbaris, ref SK Pangab no.611/X/1985, disebutkan lebar langkah lambat = 40 cm, dari sini kita dapat mengukur jarak antar baris, yaitu 40 cm antar depan dan belakangnya + diri sendiri agar tidak bertabrakan saat melangkah, jadi, jarak antar baris 40 cm x 3 /2 = 60 cm
Berapa populasi Israel?
Musa adalah Piutnya Yakub: Levi (anak: wafat 137 tahun) - Kehat (cucu: wafat 133 tahun) - Amram (cicit/buyut: wafat 137 tahun) - Musa (Piut: 80 tahun saat eksodus) [Kej.46.11; Kel 6.15-19].
Yakub mengawini 2 anak perempuan Laban, yaitu: kakak (Lea) dan adik (Rahel). Lea melahirkan terlebih dahulu 6 anak laki dan 1 anak perempuan, setelah Lea tidak beranak lagi, barulah Rahel melahirkan Yusuf (Kej 30.19-21). Lewi adalah anak ke-3-nya Lea (Kej 29.31.34), Ia lebih tua dari Yusuf. Karena usia sapih menyusui adalah 3 tahun (2 Makabe 7:27 dan 2 Taw 31.16), maka selisih usia antara Lewi dan Yusuf adalah sekitar 12 tahun (4x3 tahun).
Yakub berusia 130 tahun saat tiba di Mesir (Kej 47.9) = Usia Yusuf 39 tahun (usia 30 tahun bertemu Firaun, Kej 41.46 + 7 tahun masa berlimpah, Kej 41.53 + 2 tahun masa kelaparan, ketika Yakub sekeluarga tiba di Mesir, Kej 45.6) dan Yakub wafat di Mesir pada usia 147 tahun (Kej 48.28).
Jumlah Yakub sekeluarga saat tiba di Mesir = 70 orang (kita abaikan perbedaan jumlah antara PL VS PB (KPR 7.14), bahwa jumlah = 75 orang), yaitu dari istri: Lea (33 orang) + Zilpa (16 orang) + Rahel (14 orang) + Bilha (7 Orang) [Kejadian 46.5-27; Keluaran 1.1-5] yaitu: 68 Pria (Yakub + 12 anak + 51 cucu + 4 cicit) dan 2 wanita (Dina anak perempuannya dan Serah cucunya dari Asyer), Yakub tidak disebutkan beranak lagi setelah di Mesir, sehingga hanya 67 pria yang kemungkinan beranak-pinak sampai eksodus di jaman Musa:
- saat Yusuf lahir, Yakub berusia 91 tahun (130 - 39 tahun),
- saat Lewi lahir, Yakub berusia 79 tahun (91 - 12 tahun),
- saat tiba di Mesir, Yakub berusia 130 tahun, Lewi berusia 51 tahun (130-79 tahun) atau 48 tahun ("Wasiat Levi" no.58),
- saat Kehat lahir, Lewi berusia 35 tahun (Wasiat Lewi no.51), saat di Mesir, Kehat berusia 13/16 tahun (48/51 - 35),
- saat Amram (cucu Levi dari Kehat) dan Yokhebed (anak perempuan Lewi) lahir, Lewi berusia 64 tahun (Wasiat Lewi no.55, 57), Kehat berusia 29 tahun (64 - 35 tahun), Jarak tahun saat tiba di Mesir sampai Amran/Yokhebed lahir = 13/16 tahun
- saat Amram mengawini Yokhebed, Lewi berusia 94 tahun (Wasiat Lewi no.57), Kehat berusia 49 tahun (94 - 35 tahun), Amram berusia 30 tahun,
- saat Musa lahir, Yokhebed berusia 130 tahun (Midrash Rabbah 1.19), artinya kaum Israel sudah 143/146 tahun di Mesir (13/16 + 130 tahun) atau menurut sumber lain, jarak waktu antara wafatnya Levi - Musa = 48 tahun ("The Annals of the World", James Ussher, hal.34), artinya saat Musa lahir: kaum Israel sudah 134/137 tahun di Mesir (137 - 48/51 + 48) dan Yokhebed berusia 121 tahun (137 - 64 + 48). Usia Yokhebed melahirkan ini bahkan jadi lebih tua dari Sarah (istri Abraham, yaitu 90 tahun, Kej 17.17)
- Tabari: Riwayat Ibn Humayd - Salamah b.Al-Fadl - Muhammad b.Ishaq: Seseorang selain Ibn Ishaq berkata: Lewi lahir ketika Yakub 89 tahun, Kohat lahir ketika Lewi berusia 46 tahun, Izar/Yizhar lahir dari Kohat, Amram lahir dari Izar/Yizhar. Amram dan Jochebed lahir, ketika Izar/Yizahar berusia 60 tahun..Musa lahir dari Amram ketika Amran berusia 70 tahun.. [Tabari, Vol.3, hal.30-31. Di Alkitab, Amram dan Izar adalah saudara kandung karena keduanya anak Kohat, Kel.6.17], maka maka jaraknya adalah 210 tahun [60+70+80 tahun].
- Josephus: Jarak wafatnya Yusuf dan Musa adalah 4 generasi sejumlah hampir 170 tahun ["Against Apion" buku ke-1 no.35], oleh karena Yusuf wafat di usia 110 tahun [Kej 50.22, 26], Ia hidup 71 tahun (110-39 tahun) sejak Yakub sekeluarga tiba di Mesir, sehingga lama waktu kaum Isrel di Mesir sampai eksodus, jika mengikuti Josephus, maka hanya: 241 tahun
- Generasi ke-1/Lewi (Yakub, anak, cucu dan cicit) = 68 pria;
- Generasi ke-2/Kehat: 67 x 4.25 = 280 pria;
- Generasi ke-3/Amran: 280 x 4.25 = 1,168 pria;
- Generasi ke-4/Musa: 1,168 x 4.25 = 4,869 pria
"yam suph"
Kata ini ditranslasi ke Yunani menjadi "laut merah" padahal "Suph" artinya bukan "merah" namun "alang-alang" [Kenneth Kitchen, "On the Reliability of the Old Testament" (Eerdman's, 2003), pp.261-263], jadi seharusnya adalah "lautan alang-alang" [sea of the reeds]. Terjemahan menjadi laut merah adalah terjemahan bahasa Yunani (Erythra Thalassa/Ἐρυθρὰ Θάλασσα) dan Latin (Mare Rubrum; Sinus Arabicus; arti literal = "teluk Arab"). Ada yang mengkaitkan nama "laut merah" dengan musim ramainya sejenis alga [Trichodesmium erythraeum] yang berwarna merah (lihat foto), warnanya tidak merah. Lainya mengatakan nama laut merah berasal dari suatu suku lokal yang mempuyai nama "merah" yaitu Himyarit. Lainnya lagi dan lebih digemari para ahli adalah kata "merah" digunakan untuk "arah selatan" mata angin. Warna arah utara adalah "hitam", di mana laut hitam berada. Dasar argumen warna karena warna sebagai arah telah digunakan luas di beberapa kebudayaan tua dunia [Asia, Amerika, Turki] yang menggunakan warna sebagai arah mata angin. Herodotus memberikan nama laut di selatan sebagai "laut merah/Erythraian" (Buku ke-1.11; ke-4.37).
Berikut petikan kisah Musa di Islam dan Ibrani/Nasrani ketika membelah laut dan menenggelamkan Firaun dan tentaranya:
- Kemudian (Firaun) HENDAK MENGUSIR MEREKA dari bumi (Mesir) itu, maka Kami tenggelamkan dia serta orang-orang yang bersama-sama dia seluruhnya, dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Israil: "Diamlah di negeri ini, maka apabila datang masa berbangkit, niscaya Kami datangkan kamu dalam keadaan bercampur baur (dengan musuhmu)" [AQ 17.103-104]
ALLAH QURAN VS ALLAH ALKITAB, pastilah berbeda, karena di Alkitab, FIRAUN TIDAK MENGUSIR ORANG ISRAEL:
..Tetapi AKU TAHU, RAJA MESIR TIDAK AKAN MEMBIARKAN KAMU PERGI, kecuali dipaksa tangan yang kuat..sesudah itu IA AKAN MEMBIARKAN KAMU PERGI. Dan AKU AKAN MEMBUAT ORANG MESIR BERMURAH HATI KEPADA BANGSA INI, sehingga, apabila kamu pergi, kamu tidak pergi dengan tangan hampa,..[Kel.3.19-21] - Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu[933], kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)".Maka Firaun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka. [AQ 20:77-78]
[933]Membuat jalan yang kering di dalam laut itu ialah dengan memukul laut itu dengan tongkat. Lihat ayat 63 surat Asy Syu'araa. - Maka Firaun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit. Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku." Lalu Kami wahyukan kepada Musa: 'Pukullah lautan itu dengan tongkatmu' Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar".Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain. Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.[AQ 26:60-66]
- Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang Mesir dan tentara orang Israel; dan oleh karena awan itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu. Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. Orang Mesir mengejar dan menyusul mereka--segala kuda Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda--sampai ke tengah-tengah laut. Dan pada waktu jaga pagi, TUHAN yang di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya tentara orang Mesir itu. Ia membuat roda keretanya berjalan miring dan maju dengan berat ... Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu ke atas laut, supaya air berbalik meliputi orang Mesir, meliputi kereta mereka dan orang mereka yang berkuda." Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir lari menuju air itu; demikianlah TUHAN mencampakkan orang Mesir ke tengah-tengah laut. Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka. Tetapi orang Israel berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut, sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. [Keluaran 14.20-29]
Kereta Firaun dan pasukannya dibuang-Nya ke dalam laut; para perwiranya yang pilihan dibenamkan ke dalam Laut Teberau. Samudera raya menutupi mereka; ke air yang dalam mereka tenggelam seperti batu. [Kel.15.4-5]
Dalam rekonstruksinya Carl Drews dan Weiqing Han:
- Kecepatan angin 101 Km/jam harus terjadi selama 12 jam, agar laut dengan kedalaman 1.8 M dapat terdorong dan membentuk dataran kering sepanjang 3.2km - 4km dengan lebar 4.8km yang akan bertahan selama 4 Jam
- Angin tersebut hanya akan menyibak 1 bagian saja, yaitu bagian yang berisi air, di mana angin hanya mendorong air menjauh dari sisi lainnya namun tidak membelah dua air laut
- Note:
Tahun 1912 kapal TITANIC yang mengangkut 1553 orang, tenggelam dan 73 tahun tahun kemudian, dilakukan penyelaman dengan peralatan modern namun TIDAK DITEMUKAN 1 tulangpun, karena habis oleh biota laut dan asinnya air laut. Jika 73 tahun seperti itu, maka di 3000 tahun, tidak mungkin ditemukan 1 tulang utuh. William H. Shea, dari Institut riset Alkitab tentang Roda kereta perang: Itu BUKAN dari bangsa Mesir tapi dari bangsa Assyrian/abad ke-8 SM, ada perbedaan ketebalan roda dan janggal setelah 3000 tahunan terbenam di laut, ditemukan masih sangat terawat.
- Note:
Tidak satupun ahli (Taurat, Alkitab, Bahasa, apalagi Arkeolog) yang tahu lokasi keberadaan Sukot dan Etam di padang gurun (oleh karenanya banyak variasi pendapat tentang rute eksodus dan jaraknya), namun yang pasti adalah seluruh tempat singgah sebelum menyeberang laut, berada dalam lingkup Mesir.
- Jalan: lambat [4km/jam]; normal [6.5km/jam] dan cepat [8-10km/jam]
- Berlari: 13 to 21 km/jam.
Pada jam 02.00 s/d 06.00 [Waktu jaga pagi], Tuhan mengacaukan tentara Mesir sehingga kereta-kereta tentara Mesir menjadi rusak dan menjadi kesulitan bergerak (Kel 14.24). Di sepanjang malam, Musa, dengan bantuan angin Timur membelah laut dan membuat laut menjadi tanah kering (Kel.14.21), sementara tentara Mesir bergerak ke laut sekitar jam 02.00 malam (Kel 14.24) sampai ke tengah laut di menjelang pagi (kel 14.27), karena tidak tersusul-susul hingga tengah laut, kecepatan Firaun dan tentaranya tentunya kurang lebih menjadi sama dengan rombongan kaum Israel, yaitu 4 KM/jam, oleh karenanya, rombongan kaum Israel, berangkat sekitar 4 jam-an sebelumnya Allah merusak roda tentara Mesir dan upaya Musa, mulai sekitar 4 jam-an saja sebelum rombongan kaum Israel mulai menyebrang.
- Note:
Di area sekitar teluk Aqaba, laut Merah dan Sinai angin yang bertiup BUKAN angin Timur. 95% angin yang bertiup adalah angin Utara, sisanya angin Selatan. Yang lebih keras bertiup adalah angin Selatan, mereka menyebutnya "Hamasin" [lihat di sini, di sini dan di sini]
- "..Allah berfirman pada Musa: "pukul laut dengan tongkatmu!" Musa mengikuti yang diperintahkan. Angin dahsyat bertiup..dan dalam sekejab laut terbelah, gelombang laut tegak berdiri setinggi gunung di setiap sisinya ["Stories of The Prophets", Ibn Kathir]. Setelah air terpisah menjadi seperti gunung yang besar, Allah mengirim angin untuk mengeringkan dan mengeraskan daratan agar bisa dilalui [Tafsir Ibn Kathir AQ 20.77-79]
- Ibn Mas`ud, Ibn `Abbas, Muhammad bin Ka`b, Ad-Dahhak, Qatadah dan lainnya: "laut terbelah seperti Gunung yang besar". `Ata' Al-Khurasani: "ini seperti sebuah jalan di antara 2 gunung". 'Ibn `Abbas: "Laut terbelah menjadi 12 jalur, setiap jalur untuk setiap suku'' As-Suddi menambahkan, "di dalamnya ada jendela-jendela yang mereka bisa melihat satu dengan lainnya dan airnya menegak seperti dinding" [Tafsir Ibn kathir AQ 26.63-66]
Kecepatan angin sekeras apa yang harus bertiup selama 4 jam agar dapat menghasilkan ketinggian tembok air seperti 'gunung yang besar' dan/atau bahkan menjadi 12 jalur?! Bagaimana mungkin tidak ada satu manusia-pun yang beterbangan oleh kekuatan angin yang sangat gila ini, padahal tentara Mesir bukan kesayangan Tuhan, mengapa mereka dapat sampai ke tengah laut TANPA tersapu angin? [Untuk kejanggalan lainnya buka di sini dan di sini]
Drews dan Han pun RAGU BAHWA rombongan kaum Israel mampu berjalan melintasi laut di bawah kuatnya tekanan angin sekuat itu, tapi mereka tidaklah sendirian, bahkan Rabbi Yahudipun ragu, misalnya Rabbi David Wolpe, di artikel "L.A Times" tahun 2001, yaitu "Doubting the Story of Exodus", Ia mengakui bahwa kisah MUSA membelah LAUT MERAH tidak benar-benar terjadi
Sementara beberapa lainnya, menjadikan kisah Musa membelah laut dan tenggelamnya Firaun, sebagai klaim syiar, misal "Republika" (dan situs lainnya) bahwa gara-gara ditemukannya unsur garam di jazad mumi Firaun, maka Bucaille masuk Islam[↓]. Klaim ini sangatlah menggelikan, karena disamping Bucaille adalah dokter medis yang berpengalaman selama 37 tahun, Ia juga ahli pencernaan. Ia tahu pasti kegunaan unsur garam (garam umum: Sodium Klorida; Natron: campuran Sodium Karbonat, sodium bikarbonat dan sodium sulfat) PADA PROSES pengawetan/Pembalseman sebagai unsur utama mengatasi proses pembusukan akibat kelembaban. Dalam teknik pembalseman Mesir kuno, tubuh para mumi Mesir dikeringkan dengan menggunakan Natron [Garam], yaitu: Sodium/natrium karbonat [agen pengering], Sodium/natrium bikarbonat [Ketika mengalami kelembaban, akan meningkatkan pH dan menghambat bakteri pembusuk], natrium klorida [garam, penyeimbang asam-basa] dan natrium sulfat [Osmo regulator]. Natron tersedia melimpah di sepanjang sungai Nil. Herodotus (484 - 425 SM) menyampaikan penggunaan garam pada proses pembalseman, "...mereka menyimpannya untuk pembalseman menutupinya dengan natron/garam selama 70 hari..." ["The History of Herodotus", Buku ke-2: Euterpe, no.86]
G. Elliot Smith (yang namanya dikutip Bucaille dibukunya), menyatakan ‘Dapat dengan yakin dinyatakan bahwa di sebagian besar periode, garam umum adalah bahan pengawet penting yang digunakan orang Mesir untuk membalsem' ["A Contribution to the Study of Mummification in Egypt", G. Elliot Smith, p.18. Lihat: "ANCIENT EGYPTIAN MATERIALS & INDUSTRIES", A. Lucas, hal.313]. Dari beberapa sample yang diteliti A. Lucas, Ia menyampaikan:
- Mumi yang mengandung garam umum, misalnya: 2 mumi dinasti ke-12, Firaun ke-13 dinasti ke-18: Tutankhamun [hal.314], Firaun ke-4 dinasti ke-19: Mernetaph, untuk mumi ini, A.Lukas bahkan menyatakan: "Garam, ada, tetapi dalam jumlah yang sangat kecil, sebagian besar tidak terlihat mata telanjang, meski ada beberapa area yang sangat kecil di mana terdapat kemekaran kristal garam kecil, begitu kecilnya sehingga tidak segera dapat hanya dilihat tanpa lensa", mumi dinasti ke-17, mumi perempuan, Nsikhonsou dinasti ke-21, mumi abad ke-5 M [Hal.315].
- Mumi yang mengandung Natron, misalnya: mumi dinasti ke-11/12 (kerajaan tengah, Mesir), mumi dinasti ke-12, 2 mumi perempuan dan 1 mumi anak kecil dinasti ke-18 [hal.319].
Untuk teknik pembalseman lain, misalnya mumi Rosalia Lombardo, berusia 2 tahun, dari Palermo, sisilia). Ia wafat 6 December 1920 akibat pneumonia/radang paru. Ia terlihat segar bagaikan tidur. Proses pembalsemannya menggunakan teknik modern, salah satu unsur yang digunakan adalah garam seng. Apakah karena ada unsur garam seng, maka mumi manis ini juga tenggelam di laut, juga?
Mayat Firaun: Tenggelam atau Tidak?
- serupa dengan keadaan Fir'aun dan pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Tuhannya maka Kami membinasakan mereka disebabkan dosa-dosanya DAN KAMI TENGGELAMKAN Firaun dan pengikutnya (wa-aghraqnaa aala fir'awna)..[AQ 8.54, turun di urutan ke-88]
Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu DAN KAMI TENGGELAMKAN Firaun dan pengikutnya (wa-aghraqnaa aala fir'awna) sedang kamu sendiri menyaksikan[47] [AQ 2.50, turun di urutan ke-87]
- [47] Waktu Nabi Musa a.s. membawa Bani Israil ke luar dari negeri Mesir menuju Palestina dan dikejar oleh Firaun, mereka harus melalui laut Merah sebelah Utara. Maka Tuhan memerintahkan kepada Musa memukul laut itu dengan tongkatnya. Perintah itu dilaksanakan oleh Musa hingga belahlah laut itu dan terbentanglah jalan raya ditengah-tengahnya dan Musa melalui jalan itu sampai selamatlah ia dan kaumnya ke seberang. Sedang Firaun dan pengikut-pengikutnya melalui jalan itu pula, tetapi di waktu mereka berada di tengah-tengah laut, kembalilah laut itu sebagaimana biasa, lalu tenggelamlah mereka [Tafsir Jalalain]
Hari Ashura [Arab = kesepuluh] diperingati kaum Yahudi dan Sunni atas selamatnya Musa dan kaum Yahudi dari kejaran musuh [Tafsir Ibn kathir; Hadis Bukhari 3.31.222] tapi Kaum Syiah merayakan Ashura adalah sebagai peringatan atas wafatnya Husain bin Ali [cucu nabi Muhammad] yang dimutilasi sesama Muslim pada perang Karbala [10 Muharam, 61 H]
dan biarkanlah laut itu tetap terbelah. Sesungguhnya mereka adalah tentara yang AKAN DITENGGELAMKAN [AQ 44.24, turun di urutan ke-64]
Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka LALU KAMI TENGGELAMKAN MEREKA SEMUA (fa-aghraqnaahum ajma'iina), [AQ 43.55, turun di urutan ke-63]
Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Firaun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Firaun itu TELAH HAMPIR TENGGELAM (adrakahu al-gharaqu) berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu[704] supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. [AQ 10.90-92, turun di urutan ke-51]
- [704] Yang diselamatkan Allah ialah tubuh kasarnya, menurut sejarah, setelah Firaun itu tenggelam mayatnya terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir lalu dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di musium Mesir
Tafisr Ibn Kathir untuk AQ 10.90-92:
Ibnu Abbas dan para salafi lainnya: "Beberapa Bani Israel meragukan kematian Firaun sehingga Allah memerintahkan lautan untuk melemparkan tubuhnya - utuh, tanpa jiwa - lengkap dengan baju besinya yang terkenal. Tubuh itu dilemparkan ke tempat yang tinggi di tanah itu sehingga Bani Israel dapat memastikan kematian dan kehancurannya" [Juga tafsir Jalalain AQ 10.92]
Kemudian (Firaun) hendak mengusir mereka (Musa dan pengikut-pengikutnya) dari bumi (Mesir) itu, MAKA KAMI TENGGELAMKAN DIA (Firaun) (fa-aghraqnaahu) dan orang-orang yang bersamanya seluruhnya (waman ma'ahu jamii'aan) [AQ 17.103, turun di urutan ke-50]
Dan KAMI TENGGELAMKAN (aghraqnaa) GOLONGAN YANG LAINNYA (al-aakhariina). [AQ 26.66, turun di urutan ke-47]
Kemudian Kami menghukum mereka, MAKA KAMI TENGGELAMKAN MEREKA (fa-aghraqnaahum) di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu [AQ 7.136, turun di urutan ke-39]
Di Islam terdapat prinsip Nash [Pembatalan] dan Manshuk [Penggantian] (misal di: AQ 2:106, 16:101, 13:39 17:86, dan 22:52) yang diterapkan jika terdapat hukum yang saling bertentangan dan bukan melengkapi, bahwa yang diturunkan belakangan MEMBATALKAN hukum sebelumnya. AQ 43.55 TURUN LEBIH BELAKANGAN dari AQ 10.92 dan di ayat tersebut Firaun dinyatakan tenggelam, maka AQ 43.55, MEMBATALKAN AQ 10.92.
Konsekuensinya, seluruh kitab Abrahamik, berada pada posisi sama yaitu mayat firaun tetap tenggelam.
Benarkah Dr Bucaille Mualaf?
Sampai wafat di tanggal 17 Februari 1998, Bucaille tetap non-Muslim. [Juga lihat di sini, di sini. Juga lihat di sini, Ia tidak tercantum sebagai Muslim dan di sini]
Apa yang sebenarnya ditemukan oleh Bucaille?
Di "The Bible, The Qur'an and Science" [1976], Bucaille menyampaikan informasi tentang kondisi mumi Merneptah (anak Ramesses II), namun sampai buku tersebut dicetak, HASIL PEMERIKSAANNYA BELUM ADA:
- Elliot Smith membuka lapisan pembungkus mumi pada tanggal 8 Juli 1907. Ia jelaskan rinci deskripsi pengerjaan dan pemeriksaannya atas mayat di bukunya The Royal Mummies (1912).
Pada waktu itu mumi dalam keadaan terawetkan baik walaupun ada beberapa bagian yang rusak/memburuk. Sejak itu mumi dipamerkan kepada pengunjung Musium Kairo dengan kepala dan leher terbuka, sedangkan bagian lainnya tertutup...
Pada tahun 1975 para penguasa tinggi Mesir mengijinkan saya memeriksa bagian-bagian tubuh Firaun ... Jika kita dibandingkan keadaan mumi sekarang dan pada 60 tahun lalu, sangat jelas bahwa Ia mengalami kerusakan dan bagian-bagiannya hilang. Kain pembalut mumi banyak yang hancur, baik karena tangan manusia ataupun oleh waktu.
Kerusakan alami ini mudah dijelaskan karena perubahan kondisi penyimpanan ketika ditemukan di akhir abad ke-19 setelah terbaring 3000an tahun lebih di makam Nekropolis, Thebes. Jaman ini mumi dipamerkan dalam wadah kaca sederhana yang tidak kedap udara, juga tidak terlindungi dari polusi mikroorganisme. Mumi terpapar fluktuasi suhu dan perubahan kelembaban musiman: adalah sangatlah jauh dari kondisi-kondisi yang memungkinkannya tetap terlindungi terhadap sumber kerusakan apapun selama sekitar 3000 tahun. Ia mengalami kehilangan perlindungan yang diberikan pembungkusnya dan dari keuntungan karena tetap dalam lingkungan makam tertutup yang suhunya lebih konstan dan lebih sedikit udara lembab daripada di Kairo pada musim-musim tertentu. Tentu saja, ketika di Necropolis sendiri, mumi harus bertahan dari kedatangan penjarah kuburan (mungkin di saat awal) dan pengutil/hewan pengerat: Penyebab sejumlah kerusakan, tetapi biar bagaimanapun keadaannya (tampak) jauh lebih untung baginya untuk bertahan di ujian waktu daripada sekarang.
Atas saran saya, dilakukan investigasi khusus selama pemeriksaan mumi di bulan Juni 1975, sebuah studi radiografik yang sangat baik telah dilakukan dokter El Melegy dan Ramsys, dan pemeriksaan Thorax melalui celah pada dinding dada dilakukan dokter Mustafa, juga pemeriksaan perut. Ini adalah kali pertamanya endoskopi diterapkan pada mumi. Teknik ini memungkinkan kita untuk melihat dan memotret beberapa detil penting dalam tubuh. Profesor Ceccaldi melakukan studi forensik medik umum (general medico-legal yang akan dilengkapi pemeriksaan mikroskopis untuk beberapa fragmen kecil yang terjatuh spontan dari tubuh mumi, yang akan dikerjakan oleh Profesor Mignot dan Dokter Durigon. DENGAN MENYESAL SAYA KATAKAN BAHWA PERNYATAAN PASTI TIDAK DAPAT DIBUAT KETIKA BUKU INI DICETAK [note: November 1975, edisi pertama Perancis]
Apa yang mungkin dapat diturunkan dari pemeriksaan adalah ditemukan banyak lesi (kerusakan jaringan) tulang dengan lubang luas, beberapanya mungkin terjadi setelah kematian yang meski BELUM MUNGKIN UNTUK DAPAT DIPASTIKAN apakah beberapa terjadi sebelum atau setelah kematian Firaun. Besar kemungkinan Ia wafat karena tenggelam, MENURUT NARASI KITABIAH, atau dari guncangan sangat keras yang mengawali saat tenggelamnya, atau sekaligus keduanya.
Hubungan kerusakan-kerusakan jaringan ini dengan kerusakan yang sebab-sebabnya telah disinggung di atas membuat pelestarian yang benar terhadap mumi Firaun ini entah bagaimana bermasalah, kecuali jika tindakan pencegahan dan pergaikan tidak segera dilakukan ... ["5. Pharaoh Merneptah's Mummy". Juga: PDF dan alternatif terjemahan Indonesia]
- Dalam rangka memperoleh data komparatif yang berhubungan dengan penemuan medik, kami memperluas riset pada mumi-mumi yang berkuasa di periode lainnya. Riset menempatkan kita pada posisi membawakan data yang berhubungan dengan poin-poin tertentu..,pada cara tertentu yang saat ini banyak hipotesa yang berasal dari komentar kitab-kitab sebelum tahun 1976, tidak dapat di gunakan lagi. sejauh berhubungan dengan eksodus, sebagaimana yang saya tekankan di bab 9, Ramses II tidak memungkinkan dalam posisi mengepalai tentara Mesir untuk mengejar kaum Yahudi. Dikarenakan Ia menderita penyakit yang menyebabkan ia tidak berdaya -seperti ditunjukan dari hasil sinar x- Ia tidak dapat ikut mengejar. Ramesses II tidak mungkin ikut pada bagian terakhir eksodus.Di lain pihak, kita dapat menyebutkan tanpa keraguan, penerusnya yaitu Merneptah, jelas cedera karena hentakan-hentakan yang berakibat luka berat yang cepat atau seketika mematikan. Tanpa mengesampingkan kematian akibat di air, yang ditekankan oleh kitab-kitab suci, Studi medis memperlihatkan bahwa luka-luka timbul dari kekerasan brutal
Kenapa Firaun yang dirujuk adalah Ramesses II?
Alkitab berkali-kali menyebut kota Rameses/Raamses, pertama kalinya, saat Yusuf berusia 39 tahun, Yakub sekeluarga baru saja tiba di Mesir (Kej 47.11), kemudian setelah Yusuf wafat dan muncul Firaun baru (Kel 1.8) yang tidak kenal nama Yusuf lagi diwaktu dekat kelahiran Musa saat mendirikan kota perbekalan (Kel 1.11), Firaun ini masih hidup beberapa tahun ketika Musa di Midian dan kemudian wafat (Kel 2.23, 4.19), setelahnya Musa diperintah Allah ke Mesir untuk bertemu Firaun berikutnya dan membawa kaum Yahudi keluar Mesir, dari tanah Gosyen/kota Raamses/Rameses ke Sukot (Kel 12.37; Bil 33.3,5), sehingga jika disusun cocokloginya, maka:
- Penamaan kota dengan namanya wajar terjadi di masa pendiri dinasti baru, oleh karenanya, kota Rameses/Raameses, mulai ada di jaman Ramesses I (1292-1290 SM, pendiri dinasti ke-19 Mesir) [Yaitu saat Yakub sekeluarga tiba di Mesir, mereka menetap di Rameses],
- Setelahnya, digantikan anaknya, Seti I (1290-1279 SM), wafat di bawah usia 40 tahun,
- Setelahnya, digantikan anaknya, Ramesses II naik tahta (1279-1213 SM, menjadi pewaris tahta diusia 14 tahun, Ia memerintah 66 Tahun dan 2 bulan, Ia wafat di umur 90/91-99 tahun) [Musa di Midian],
- Penerusnya adalah Merneptah (1213 - 2 May 1203 SM, anak ke-13 dari Istri ke-2 Ramesses II, wafat di usia 70/80 tahun. Kakak kandungnya, Khaemwaset, ke-3 dari 5 bersaudara atau ke-4 dari seluruh ibu lainnya. Khaemwaset wafat diusia 61 tahun tahun 1224 SM/11 tahun sebelum wafatnya Ramesses II. 12 kakak lainnya juga sudah wafat. Merneptah sebagai pangeran penerus tahta adalah 11 tahun) [Peristiwa eksodus]
Ada berapa Firaun di kehidupan Musa?
Versi Islam: Hanya mengenal 1 Firaun selama jaman Musa.
- Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai ... Maka dipungutlah ia oleh keluarga Firaun ... Sesungguhnya Firaun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. Dan berkatalah isteri Firaun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak",...Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya).. .maka berkatalah saudara Musa: "Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu..?." Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita..[AQ 28.7-13]
Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya,..Dan Musa masuk ke kota.., maka didapatinya..dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya dan seorang dari musuhnya. Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya,..lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu..Dan datanglah seorang laki-laki..seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah.." Maka keluarlah Musa dari kota itu..sampai di sumber air negeri Madyan.. datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan...Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku 8 tahun dan jika kamu cukupkan 10 tahun maka itu adalah dari kamu.. Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng gunung..Maka tatkala Musa sampai ke api itu, diserulah dia dari pinggir lembah.., yaitu: "Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam.. [AQ 28.14-15, 20-23, 25, 28,30-35]
Dan ketika Tuhanmu menyeru Musa: "Datangilah kaum yang zalim itu kaum Firaun... Berkata Musa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku takut bahwa mereka akan mendustakan aku.. maka utuslah kepada Harun.. , maka aku takut mereka akan membunuhku." Allah berfirman: "Jangan takut, maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami;.., Maka datanglah kamu berdua kepada Firaun dan katakanlah olehmu: "Sesungguhnya Kami adalah Rasul Tuhan semesta alam, lepaskanlah Bani Israil beserta kami.". FIRAUN MENJAWAB: "BUKANKAH KAMI TELAH MENGASUHMU DI ANTARA KAMI, WAKTU KAMU MASIH KANAK-KANAK DAN KAMU TINGGAL BERSAMA KAMI BEBERAPA TAHUN DARI UMURMU. dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu... BERKATA MUSA: "Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf. LALU AKU LARI MENINGGALKAN KAMU KETIKA AKU TAKUT KEPADAMU kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul.[AQ 26.11-22]
- Tafsir Ibn kathir:
"..Ia diperintahkan pergi ke Firaun, yang Ia pernah lari darinya, untuk menyampaikan pesan Allah..[Stories of the Prophets, Ibn Kathir, hal.182] ... Firaun sudah, sebelum kelahiran Musa, mengeluarkan perintah yang keji untuk memusnahkan seluruh kaum Israel. [hal.188]". Hal ini menunjukkan bahwa Firaun yang dulunya pernah mengasuh Musa di rumahnya adalah Firaun yang menjadi sasaran dakwah Musa. Informasi ini berbeda dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Ahli Kitab yang menyatakan bahwa Firaun sudah meninggal ketika Musa pergi meninggalkannya. [Kisah Para Nabi, Ibn Kathir, hal.417]
- Menurut Ibn Thalabi dalam "'Ara'is Al-majalis Fi Qisas Al-anbiya", ada TIGA Firaun SEBELUM Musa, yaitu ke-1, Al-Rayyan bin Al-Walid bin Tharwan; ke-2, Qâbus bin Mus`ab bin Al-Rayyân; ke-3, adik Qabus yaitu Abu-Al-`Abbâs Al-Walid bin Mus`ab bin Al-Rayyân dan yang ke-4, adalah firaun pada jaman Musa. Firaun ini mengawini Asiyah binti Muzahim bin`Ubayd bin al-Rayyan bin al-Walid, Firaun pertama jaman Yusuf. Dikatakan Firaun ini berumur sangat panjang (beberapa mengatakan 400 tahun) (hal.279). Di Muruj Al-Ðahab: Musa lahir jaman Firaun ke-4 Mesir yang bernama Al-Walid bin Mus`ab bin Mu`âwiyah. Musa hidup selama 240 tahun. Al-Baydhâwi: Musa tinggal di kediaman Firaun hingga usia 30 tahun. Ali bin Abi Tâlib: Musa di Midian selama 50 Tahun. Abdul Wahab Al-Najjâr dan di Muruj Al-Ðahab: dan Tuhan mengambil jiwa Harun ... 7 bulan sebelum kematian Musa. Tuhan mengambil jiwa Harun ketika berusia 123 tahun dan juga dikatakan Ia wafat diusia 120 tahun, Musa wafat 3 tahun setelah Harun. ["THE PROPHETS, THEIR LIVES AND THEIR STORIES", Abdul-Sâhib Al-Hasani Al-'âmili].
- Riwayat Ibn Humayd – Salamah - Ibn Ishaq: ..sampai jaman Firaun, yaitu orang yang Tuhan utus Musa kepadanya. Di antara seluruh Firaun, dia yang paling lama umur dan juga masa pemerintahannya, namanya Al-Walid bin Musab, istrinya perempuan bani Israel bernama Asiyah bt.Muzahim… waktu dekat kelahiran Musa, para peramal memberitahu firaun bahwa seorang anak yang dilahirkan orang Israel akan menghancurkannya dan kerajaannya, Lalu Firaun memerintahkan pembunuhan terhadap setiap anak laki-laki yang baru lahir.. [Tabari, Vol.3, hal.31-32]. Riwayat Ibn Humayd - Salamah - Muhammad b.Ishaq - `Abdallah b.Abi Najih - Mujahid: .. (Firaun) memerintahkan jarak membunuh bayi laki-laki selang setahun, Harun lahir di tahun tidak ada pembunuhan, Musa lahir di tahun ada pembunuhan. Harun lebih tua setahun dari Musa (juga dari riwayat Al-Suddi - Musa b. Harun - Asbat'; Al-Suddi - Abu Malik dan Abi Salih - Ibn Abbas; juga dari Murrah al-Hamdani - Ibn Mas`Ud dan dari para sahabat Nabi) [ibid, hal.33]. Riwayat Humayd - Salamah b.Al-Fadl - Muhammad b.Ishaq: ..Seseorang selain Ibn Ishaq berkata: ... saat Musa lari ke Midian, umurnya 41 tahun, saat Tuhan memanggilnya di gunung Sinai, umurnya 80 tahun, Nama Firaun adalah Qabus b.Mus`ab, istrinya bernama Asiyah binti Muzahim bin`Ubayd bin al-Rayyan bin al-Walid, Firaun pertama jaman Yusuf ... (Di Midian) Musa diberitahu Tuhan, bahwa Qabus b.Mus`ab telah wafat digantikan saudaranya Al-Walid b.Musab ... Dikatakan bahwa al-Walid menikahi Asiyah binti Muzahim setelah saudaranya ... 80 tahun sejak lahirnya Musa sampai eksodus. 40 tahun di Padang gurun. 120 tahun sejak Musa lahir hingga wafat [ibid, hal.30-31]
Note:
Asiyah bukan dari kalangan bani Israel. Firaun dan bani Mesir turunan Imlak bin Lud bin Sem bin Nuh [Tabari, Vol.2, hal.16] sedangkan bani Israel turunan Eber/Hebrew/Ibrani bin Arpaksaad bin Sem bin Nuh (Ibid, hal.16) [Lihat: NUH]
- Ketika Musa kembali ke Mesir di usia 80/83 tahun, yaitu tahun ke-11/14 pemerintahan Firaun ini yang berusia 17/20 tahun, saat Musa lahir, maka usia anak perempuan Firaun ini masih kecil 3/6 tahun, tidak cocok untuk dibolehkan mandi di sungai;
- Manetho juga menyebutkan tentang keberadaan kerajaan Hyksos (dinasti ke-13) dan Hykos belumlah ada pada jaman Firaun ini, sementara keberadaan Mosheh baru ada setelah 393-an tahun dari Hyksos [Josephus, "Against Apion, 1.14);
- Dari variasi pendapat para ulama Islam di atas tentang jarak tahun antara Musa - Isa, jika kelahiran Yesus di tahun 0 Masehi, maka Kehidupan Musa TIDAK LEBIH dari abad ke-19 SM
- Tidak ada satupun literatur non kitabiah bahwa di masa Neferkare (ataupun di Firaun periode dinasti manapun) telah terjadi 9 tulah/mukjizat: tongkat, tangan, belalang, kutu, katak, darah, taupan, laut, dan bukit Thur (AQ 17.101)
Versi Nasrani dan Ibrani: Terdapat 2 Firaun berbeda pada kisaran hidupnya Musa:
- Perjanjian Baru: Musa tinggal di istana Pharaoh sampai umur 40 tahun [KPR 7.23-24], di Midian selama 40 tahun, hingga memperanakan dua anak lelaki dan kembali ke Mesir [KPR 7.29-30]. Musa dan bangsa Israel keluar Mesir mengembara di padang gurun selama 40 tahun [KPR 7.43], Jadi ia wafat diusia 120 tahun.
Perjanjian Lama: Muncul seorang Firaun baru yang tidak mengenal Yusuf. Bangsa Israel telah membesar jumlahnya, memenuhi Mesir dan melebih jumlah jumlah penduduk Mesir, oleh karenanya Firaun itu memerintahkan bidan agar setiap bayi laki-laki dari bangsa Israel harus dibunuh, jika perempuan dibiarkan hidup. [Kel 1.6-22]
Seorang perempuan suku Lewi, bernama Yokhebed melahirkan, saat anaknya berusia 3 bulan, Ia masukan peti dan dihanyutkan di sungai Nil. kakak perempuannya (Miriam) mengawasi dari kejauhan. Saat itu Puteri Firaun sedang mandi di sungai dan dayangnya berjalan di tepian sungai, dilihatnya peti itu, dayangnya disuruh menariknya, ada bayi yang sedang menangis. Miryam menyarankan pada sang Putri Firaun untuk mengambil seorang inang penyusu, ibu bayi itu dipanggil untuk menyusuinya. Setelah tumbuh (gâdal) anak kecil (yeled) dibawa ke (bô') puteri Firaun menjadi anaknya (hayah lah ben) panggilan mengingat/nama (qârâ' shêm) anak (môsheh), katanya ('âmar): "Karena (kı̂y) dari air (min mayim) diangkat/tarik (mâshâh)" [Kel 2.1-10]
- Note:
Harun lebih tua 3 tahun dari Musa (Kel 7.7. Usia sapih menyusui 3 tahun ref 2 Mac 7:27; 2 Trw 31.16). Miryam lebih tua dari Harun/Musa (Bil 26.59), saat kejadian tampak dewasa, karena kata-katanya tertata baik ketika mendekati Putri Firaun dan memberikan solusi: "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?" [Kel 2.7]. Ketidakcanggungan dan mudahnya mendekati tuan putri, bisa jadi karena usia mereka tidak terpaut jauh. Usia sapih menyusui 3 tahun, membuat jarak lahir Miryam - Harun - Musa, tidak kurang dari 7 tahun, dalam tradisi Ibrani, seseorang dianggap dewasa setelah Bat Mitzvah, yaitu 12 tahun (perempuan/bat) atau 13 tahun (pria/bar) [1 Raja 2.2-3], maka usia Miryam dan sang putri Firaun terpaut tidak jauh, bisa jadi berusia 15 tahunan juga.
Ketika Musa telah dewasa, Ia kemudian membunuh seorang Mesir dan kabur ke Midian [Exodus 2:11-15] dikatakan bahwa Musa telah "telah dewasa" dan masih bujang [exodus 2:16-22]. Umur di frase "telah dewasa", terdapat banyak variasi tahun: "12 (Sh'moth Rabbah 5:1), 18 (Sefer HaYashar), 20 (Sh'moth Rabbah 1), 21 (Yov'loth 47:10), 29 (Shalsheleth HaKabbalah), 32 (BeMidbar Rabbah 14:40), 40 (Sh'moth Rabbah 1), 50 (Artapanus, loc. cit.), atau 60 tahun (Rabbi Moshe HaDarshan, Bereshith Rabathai, p.13)".
Menurut JewishEncylopedia dan kitab Jasher: "Musa kabur dari Mesir menuju Kush/Ethiopia, saat berusia 18 tahun, menjadi raja Ethiophia/Kush di usia 27 tahun memerintah selama 40 tahun, keluar dari Kush ke Midian diusia 66/77 tahun [76.12/73.2]. Di Median bertemu Zipporah dan Ruel adalah bapaknya, Ia memenjarakan Musa 10 tahun, saat tahun ke-9 Musa di penjara, Firaun Melol wafat [77.28], diusia 94 tahun [77.3] dan digantikan Firaun Adikam yang berusia 20 tahun dan memerintah selama 4 tahun [77.1]. Setelah berakhir tahun ke-10, Ruel mengawinkan Zipporah kepada Musa [77.51], usia Musa saat itu 76/77 tahun.
Allah menyampaikan bahwa Firaun dan semua yang ingin dia mati telah wafat (Kel 2.23, 4.19), mengutusnya bertemu Firaun dan membawa kaum Israel keluar Mesir, Saat bertemu, Usia Musa 80 tahun, Harun 83 tahun [Kel 7.7] dan Firaun Adikam 24 tahun. Kaum Israel keluar Mesir mengembara 40 tahun lamanya, Musa wafat diusia 120 tahun [Ulangan 34.7] dan Harun wafat diusia 123 tahun [Bilangan 33.39]
Oleh karenanya, baik dari versi Islam maupun versi Ibrani/Nasrani, dapat disimpulkan bahwa TIDAK ADA satu Firaun-pun yang dapat dikaitkan dengan Musa-nya kaum Abrahamik.
Bagaimana dengan makanan mereka selama 40 tahun di gurun Sinai?
- Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti (lehem) bagimu...petangnya berduyun-duyun burung puyuh (has selaw) datang menutupi perkemahan mereka dan paginya sesuatu tergeletak di sekeliling perkemahan mereka...Kaum Israel menyebutkan namanya: manna, warnanya putih seperti ketumbar dan rasanya seperti rasa kue madu...Orang Israel makan manna empat puluh tahun lamanya, sampai mereka tiba di tanah yang didiami orang; mereka makan manna sampai tiba di perbatasan tanah Kanaan" [Kel 16.1-35]
..dan Kami turunkan kepada kalian manna dan salwa (almanna waalssalwaa). Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepada kalian. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri [AQ 2.57, 7.160 dan 20.80]
Tafsir Ibn kathir untuk AQ 2.57:
Para ahli tafsir berbeda-beda sehubungan dengan hakikat dan manna. All ibnu Abu Talhah - Ibnu Abbas: manna turun di pohon-pohon, lalu mereka menaikinya dan memakannya dengan sepuas-puasnya. Mujahid: adalah getah. Ikrimah: adalah makanan yang diturunkan seperti hujan gerimis. As-Saddi: manna turun, terjatuh di pohon zanjabil/jahe. Qatadah: manna turun di tempat mereka berada seperti turunnya salju, bentuknya lebih putih dari susu dan rasanya lebih manis dari madu; dari terbitnya fajar hingga matahari terbit. Seseorang mengambil sekadar bagi keperluannya di hari itu. Apabila mengambil lebih, maka manna menjadi busuk dan tidak tersisa. hari yang ke-6, mengambil untuk hari itu dan besoknya... Ar-Rabi' ibnu Anas: adalah minuman yang diturunkan, rupanya seperti madu; mereka mencampurnya dengan air, lalu meminumnya. Wahb ibnu Munabbih: adalah roti lembut seperti biji jagung atau seperti dedak. Abu Ja'far ibnu Jarir - Muhammad ibnu Ishaq - Abu Ahmad - Israil - Jabir - dari Amir (yaitu Asy-Sya'bi): madu kalian ini merupakan 1/70 dari manna. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam: adalah madu. Dalam syair Umayyah ibnu Abu Silt: "Allah melihat bahwa mereka berada di tempat yang tandus, tiada tanaman dan dada buah-buahan. Maka Dia menyirami mereka dengan hujan, dan mereka melihat hujan yang menimpa mereka berupa tetesan madu dan air yang jernih serta air susu yang murni lagi cemerlang". An-natif artinya cairan, sedangkan al-halibul mazmur artinya susu yang murni lagi jernih
Mengenai salwa, Ali ibnu Abu Talhah - Ibnu Abbas: adalah sejenis burung yang mirip dengan burung samani yang biasa mereka makan. [Juga dari Riwayat As-Saddi - (Abu Malik dan Abu Saleh, Ibnu Abbas, dari Murrah, Ibnu Mas'ud, sejumlah sahabat Nabi Saw); Riwayat Ibnu Abu Hatim - Al-Hasan ibnu Muhammad ibnus Sabah - Abdus Samad ibnu Abdul Wari§ - Qurrah ibnu Khalid - Jandam - Ibnu Abbas; Riwayat dari Mujahid, Asy-Sya'bi, AdDahhak, Al-Hasan, Ikrimah, dan Ar-Rabbi' ibnu Anas]. Ikrimah: adalah sejenis burung seperti burung yang kelak ada di surga, bentuknya lebih besar daripada burung pipit atau sama dengannya. Qatadah: adalah sejenis burung yang berbulu merah yang datang digiring oleh angin selatan. Seorang dari mereka menyembelih dalam kadar yang cukup untuk keperluan hari itu; dan apabila melampaui batas dalam pengambilannya, maka daging burung itu membusuk dan tak tersisa. Tetapi di hari yang keenam, maka ia mengambil untuk keperluan hari itu dan hari esoknya. Wahb ibnu Munabbih: adalah burung yang gemuk seperti burung merpati, burung-burung tersebut datang kepada mereka dengan berbondong-bondong dari Sabtu ke Sabtu. Di riwayat lain dari Wahb:..Allah mengirimkan angin kepada mereka, lalu berjatuhanlah salwa di tempat tinggal mereka; salwa adalah samani yang berbondong-bondong terbang setinggi tombak. Mereka menyimpan daging burung samani itu untuk keesokan harinya, tetapi daging itu membusuk...
Apa arti "Manna"?
TIDAK ADA cacatan keberadaan kaum Ibrani di Mesir, namun terdapat beberapa kata-kata Mesir digunakan, misalnya "manna/Mennu" (arti: makanan) dalam frase "Inikah makanan?" (maan huu) [Kel 16.15] yang menunjukan bahwa bahasa Mesir adalah bahasa Ibu mereka, jadi, baik Tuhan, Musa dan kaum Yahudi TIDAKLAH berbahasa Ibrani tapi berbahasa Mesir. Kata "Mennu" muncul sebulan setelah eksodus, ketika itu, kelaparan hampir membunuh mereka, membuat mereka menyesal meninggalkan Mesir, karena sewaktu di Mesir, mereka "duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang!" [Kel 16.3] menjadi berubah drastis akibat terbujuk iming-iming Musa.
Mennu apa yang diberikan Tuhan pada mereka?
Setelah mereka bersungut-sungut kesal, Musa menyatakan bahwa besok "Pada waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti [Kel 16.12] tapi yang terjadi adalah "petangnya berduyun-duyun burung puyuh (has selaw) datang menutupi perkemahan mereka dan paginya sesuatu tergeletak di sekeliling perkemahan mereka" [Kel 16.13].
- Note:
Tapi di Bil 11.5-32, dikatakan bahwa makan burung puyuh baru terjadi di tahun ke-2, dengan awal narasi yang sama, yaitu penderitaan kelaparan mereka, kenangan mereka akan kehidupan makan mereka di Mesir, juga bersungut-sungut, dalam keadaan kurus kering, namun kali ini ada tambahan kalimat bahwa mereka hanya makan manna saja tanpa daging. Ini aneh, karena kaum Israel melakukan variasi penyembelihan hewan ternak bagi ragam upacara, termasuk bakar-bakaran untuk makanan tuhan mereka yang dilakukan tiap hari, pagi dan sore. Ini menunjukan bahwa ternak mereka melimpah ruah [lihat juga: Food for Israel]
"Manna" di atas, tidak cocok menjadi "Roti dari langit", karena tidak seperti hujan lumut di Persia jaman kelaparan besar tahun 1854, Masyarakat saat itu begitu gembiranya, segera bergegas mengumpulkannya, memasaknya dan menjadikannya roti di hari itu juga. Contoh lainnya misalnya hujan binatang dari langit seperti: Ikan, Sapi, katak, ular, cacing dan bahkan telur rebus yang terjadi di beberapa belahan dunia. Kejadian unik ini terjadi karena adanya TORNADO/ANGIN TOPAN di tempat lainnya.
Sayang sekali, kaum Israel kurang beruntung, tidak mendapatkan hujan telur rebus, ikan dan sapi, tapi malah hujan sesuatu yang menyerupai TAHI BURUNG dan itu mereka makan selama 40 tahun.
Berapa kebutuhan logistik perhari mereka?
Berikut sebagai pembanding adalah logistik yang diperlukan dalam ketentaraan:
- Tahun 1958: 160.000 tentara dari angkatan ke-7 ... lebih dari 1.500 ton makanan ditangani setiap bulan ... Ini termasuk sekitar 700.000 pon (350 ton) sayuran segar dan beku, hampir 1.000.000 pon (500 ton) makanan kaleng dan kering dan sekitar 400.000 pon (200 ton) daging dan makanan beku [2nd Quartermaster. Makanan = 280 gram/prajurit/hari]. Untuk 600 ribu orang = 187.5 ton/hari; Untuk 3 juta orang = 937.5 ton/hari.
- Tahun 1942: 120.000 prajurit selama 30 hari, 4000 ton makanan (2500 ton daging dan 1500 ton sayuran, sec II. hal.53) [Quratermaster Field Manual: Makanan = 1001 g/prajurit/hari]. Untuk 600 ribu orang = 666.7 ton/hari; Untuk 3 juta orang = 3333.3 ton/hari
- Perang dunia ke-1: ..di saat awal, tentara Inggris diberikan 18 ons/hari (511 g/hari) makanan (10 ons daging dan 8 ons sayuran)... dan di tahun 1916 dipotong menjadi 6 ons/hari (171 g/hari) daging [Trench Food]. Untuk 600 ribu orang = 133 ton/hari - 338 ton/hari; Untuk 3 juta orang = 565.6 ton/hari - 1689 ton/hari
- situs ini [dan puluhan situs lainnya]: Keperluan harian 2 juta s/d 3.5 juta orang ini sekurang-kurangnya setara dengan 1500 ton makanan, 4000 ton kayu untuk api membuat makanan, 11 juta galon air dan juga perkemahan seluas 750 Mil2
- Studi situasi dehidrasi terjadi dalam 5 hari pada tentara dengan konsumsi air minum 1 liter/hari ["Water Requirements and Soldier Hydration", Scott J.Montain dan Matthew Ely, hal.8]. Oleh karenanya, air minum TIDAK BOLEH KURANG SECARA KONSISTEN selama 5 hari. Untuk 600 ribu orang = 158503 galon/hari (600 ton/hari); Untuk 3 juta orang = 792516 galon/hari (3000 ton/hari).
Dalam 40 tahun pengembaraan, mereka HANYA 5x MENDAPATKAN AIR. Setelah menyeberang laut, mereka telah kekurangan air, berjalan 3 hari ke Syur tidak menemukan air. (Kel 15.22), melanjutkan ke Mara (1) tapi air tidak dapat minum karena pahit, setelah Musa melempar sepotong kayu baru air bisa diminum. Kemudian ke Elim (2) ada 12 mata air (Kel 15.23-27). Kemudian, selewat tengah bulan ke-2 dan sebelum bulan ke-3, ke Rafidim (3), tidak ada air, Musa memukul tongkat pada batu, keluar air, menamakan tempat itu Masa dan MERIBA (Kel 17.1-6), sisanya, selama 39 tahun berikutnya, hanya 2x pengambilan air, yaitu di Kadesh (4), dengan pengulangan narasi kejadian di Rafidim, tidak ada air, memukul tongkat pada batu, keluar air, menamakan tempat itu MERIBA (lagi) (Bil 20.1-13) dan terakhir mendapatkan air di Beer (5) (Bil 21.16).
Mereka ini tentunya luar biasa, keperluan air 3000 ton/hari (baru ukuran untuk manusia posisi minim, belum termasuk untuk ternak, kebutuhan upacara, dan lainnya) diangkut sekaligus di 5x pemberhentian air untuk dipakai selama 40 tahun.
Berbicara tentang gersang dan tandus, maka tentunya jarang ada pepohonan, maka, darimanakah Musa dan 3 jutaan kaum Israel mendapatkan kayu bakar untuk keperluan bakar-bakaran, entah untuk membuat makanan sendiri, ataupun makanan bagi Allah ataupun untuk memasak manna di hari ke-6 ataupun untuk sekedar menghangatkan diri di malam dingin sepanjang 40 tahun di pengembaraan? Sayangnya Allah membungkam diri, tidak menyampaikannya, agar dapat diceritakan pada turunan mereka.
Yang tidak kalah menakjubkannya kemudian adalah tentang bagaimana mereka menangani permasalahan sampah 40 tahun di gurun sinai. Saking menakjubkannya tata kelola mereka, hingga tidak ditemukan 1 (satu) artifak-pun untuk mengabadikan peristiwa ajaib tersebut.
Apa hasil keluar dari Mesir?
YHWH berjanji kepada Musa akan memberikan tanah KANAAN, jika kaum Israel keluar dari Mesir (Ulangan 4.2), NAMUN, hingga 40 tahun kemudian, sampai Musa wafat di tanah MOAB (Yosua 5.6) [juga lainnya yang wafat karena tua, terkena Tulah Allah, sebagai tumbal menenangkan kemarahan Allah (dalam kasus kaum Lewi, misalnya) dan juga dalam peperangan], janji ini TIDAK PERNAH terpenuhi, malah kaum Israel hanya terlunta-lunta hidup sengsara di padang pasir Moab.
Setelah wafatnya Musa, Yosua bin Nun menggantikannya, mereka menyebrangi sungai Yordan, di tanah Kanaan, Yahwe berjanji akan menghalau suku Yebusit (turunan Kanaan, Kej 10.15-16) penduduk asli Yerusalem (Yos 3.10). NAMUN, sampai tahun ke-5 setelah wafatnya Musa (Yos 14.10), walau disebutkan Yosua bin Nun berhasil membunuh Adoni-Sedek, raja Yerusalem (Yos 10.26), NAMUN hingga Yosua wafat dan digantikan kaum Yehuda, TERNYATA Yerusalem masih juga milik kaum Yebusit, kaum Yehuda tidak mampu menghalau mereka (Yos 15.65) dan Kanaan, juga masih milik bangsa lain (Hakim 1.1). Jika sebelumnya Adoni-SEDEK, dikatakan mati ditangan Yosua, namun di kitab hakim-hakim, dinyatakan mati ditangan kaum Yehuda dan namanya, berubah menjadi Adoni-BEZEK (Hakim 1.7), kemudian dikatakan kaum Yehuda membakar musnah Yerusalem (Hakim 1.8), namun Yebusit tetap juga menduduki Yerusalem (Hak 1.21).
Bahkan di 436 tahun kemudian, yaitu jaman Raja Daud/David-pun, Yebusit tetap sebagai penduduk asli Yerusalem (2 Sam 5, 1 Taw 11.4) dan David hanya mampu menguasai bagian bawah Timur gunung Sion (= benteng/kota david dan Istana David) (2 sam 5.6-9, 1 Taw 11.5-6) dan 44 tahun kemudian, di jaman Raja Shlomo, lokasi kuil Sulaiman-pun hanya di arah Utara kota David, yaitu tempat tertinggi pada bagian Timur gunung Sion. Sementara, bagian Baratnya, tetap milik Yebusit.
..bahkan janji Allah-pun ternyata kosong belaka..
Mengapa kisah suci pada kitab yang "suci" ini kacau?
Para ahli yang menyelidiki kitab Kejadian, menemukan bahkan di halaman yang sama, ditulis oleh 2 atau 3 orang berbeda dan juga ada pengeditnya, yang memotong dan menggabungkan beberapa dokumen dari penulis berbeda menjadi satu cerita; sehingga terdapat kontribusi 4 orang berbeda untuk menghasilkan satu halaman Alkitab. (hal.24) ... 5 Buku Musa disusun dan digabungkan dari 4 dokumen berbeda menjadi satu sejarah berkelanjutan ... Dokumen yang merujuk pada nama ilahi Yahweh / Yehuwa disebut J. Dokumen yang merujuk pada dewa sebagai Tuhan (dalam bahasa Ibrani, Elohim) disebut E. Dokumen ke-3, yang terkonsentrasi pada hukum dan para imam, disebut P. Dan yang hanya ditemukan di kitab Ulangan disebut D. (hal.25) ... Dokumen J, E, dan P ditemukan di 4 kitab dari 5 Kitab Musa: Kejadian, Keluaran, Imanat dan bilangan. (hal.53) ... setidaknya ada 4 tangan sebagai pembuat 5 buku pertama Alkitab (perjanjian lama). Juga, terdapat tangan kolektor/redaktor, yang menggabungkan dan mengorganisir dokumen-dokumen yang terpisah ini menjadi sebuah karya tunggal agar dapat dibaca sebagai narasi berkelanjutan. (hal.60) ["WHO WROTE THE BIBLE?", Richard Elliott Friedman, 2nd Ed., 1989]
Sekarang kita pun menjadi paham, mengapa kisah Musa dan kaum Israel tidak pernah muncul dalam catatan/inskripsi/tablet bangsa Mesir, mengapa para arkeolog tidak pernah menemukan apapun di gurun Sinai, mengapa isinya penuh kontradisi dan berada di luar nalar, karena ternyata, kitab yang dianggap suci ini, hanyalah sekedar dongeng untuk kalangan sendiri belaka.
Kisah Musa TANPA Adegan Membelah Laut
Bahasa Mesir adalah bahasa ibu dan bahasa keseharian penduduk Mesir. Orang asing yang tinggal di Mesir ketika berbicara dengan penduduk Mesir akan juga berbahasa Mesir, oleh karenanya, ketika Miryam kakak perempuan Musa menyapa ataupun berbicara dengan PUTRI KERAJAAN MESIR, adalah dalam bahasa Mesir. Kata "Mosheh" berasal dari bahasa Mesir, artinya "anak laki-laki". Suffix Mosheh (Yunani: Mosis) digunakan di banyak nama Firaun dinasti ke-18, misalnya Ka-mosh (Che-Mosh/Ka-Mosis, 'anak'-dewa Ka), Ach-Mosh/Ah-Mosis ('anak'-dewa Bulan), Tuth-Mosh/Tuth-Mosis ('anak'-dewa Tuth. Menariknya, Josephus menyatakan nama anak perempuan Firaun adalah Thermuthis di Ant-2, 9.5). Jadi kata "Musa/Mosh/Mosheh" bukanlah nama. ["Atlantis and the Ten Plagues of Egypt", Graham Phillips; lihat juga: "Did Pharaoh’s Daughter Name Moses? In Hebrew?", Dr. Rabbi David J. Zucker]
Terdapat variasi lain dari kisah Musa yang ketika meninggalkan Mesir, yang TIDAK ADA adegan membelah laut dan/atau menenggelamkan Firaun, bahkan Musa di sini adalah orang Mesir asli dalam artian etnis dan budaya. Josephus (37-100 M), sejarahwan Yunani dari etnis Yahudi, menyatakan: "orang Yahudi pada awalnya adalah orang Mesir..inilah yang dikatakan Strabo" ("Antiquities of the Jews", 14.7.2). Strabo (64/63 SM - 24 M, sejarahwan Yunani, di "Geography" buku 16, Ch.2.35-37. Link ini text Yunani):
- Terkait kuil [dan penduduk] Ierosolýmois (Ἱεροσολύμοις/Yerusalem), orang Mesir adalah nenek moyang orang Yahudi saat ini. Seorang pendeta Mesir bernama Mosis (Musa), pemilik porsi daerah di Mesir Bawah, karena tidak puas dengan institusinya, Ia menginggalkannya dan pergi ke Judæa bersama sekelompok besar para penyembah keilahian, Ia mengajarkan orang Mesir dan Afrika. Dengan ajarannyam Musa membujuk sekelompok besar orang, menuju tempat di mana Hierosolyma sekarang berdiri. Ia dengan mudah memperolehnya, tempat itu tidak menimbulkan kecemburuan karena berbatu-batu dan meski terdapat air, namun dikelilingi wilayah tandus tanpa air. Musa mendapatkan reputasi baik, tidak membentuk pemerintahan namun bangsa sekitarnya, mau mempersatukan diri dengannya karena terpikat wacana dan janjinya
Josephus dalam bukunya mengutip Manetho (abad ke-3 SM, Imam Mesir, penulis sejarah Mesir jaman Ptolemeus II. Karyanya yang asli sudah tidak ada lagi):
- Kaum gembala (Hyksos) menaklukan Mesir dan memerintah selama 511 tahun, sampai muncul raja Mesir Alisphragmuthosis yang menaklukan dan mengusir mereka ke bagian lain Mesir, yaitu Avaris. Mereka membangun tembok di sekeliling tempat itu namun Raja Thummosis putra Alisphragmuthosis, mengusir mekeka, maka sejumlah 240.000 orang keluar Mesir pergi membawa seluruh keluarga dan barang-barangnya menuju negara yang disebut Yudea [1.14] kemudian berlalu 393 tahun sampai ke jaman raja Amenophis [1.15-16] yang ketika itu, kerajaannya dipenuhi penderita kusta/lepra dan orang-orang tidak murni (cacat tubuh) sejumlah 80.000 orang, Ia kirim mereka kota yang sebelumnya milik para gembala/Hyksos, yaitu Avaris, mereka memilih seorang Imam dari Heliopolis, membangun tembok disekitar tempat mereka dan bersiap perang dengan raja Amenophis. Imam ini kelahiran Heliopolis, bernama Osarsiph, (seph/siph = anak, Osar = Osiris, dewa Heliopolis), tetapi Ia mengubah namanya dan menyebut dirinya Mosheh. Imam ini mengirim kabar ke para gembala (Hyksos) agar membantu dengan imbalan akan mengembalikan Avaris dan kemudian terjadilah pertempuran melawan Mesir. Raja Amenophis mundur ke Ethiophia, 13 tahun kemudian kembali, mengalahkan dan memburu para Hyksos dan kaum lepra sampai ke perbatasan Suriah [1.26-28]
Josephus dalam bukunya mengutip Cheremon (dari Alexandria, lahir 10 M, sejarahwan dan ahli Mesir, hidup sejaman dengan Josephus):
- Raja Amenophis bermimpi bahwa Dewi Isis marah dan bersedih, saat bangun, Ia berkonsultasi ke Phritiphantes yang berkata bahwa Mesir harus dibersihkan. Amenophis kemudian memilih 250 ribu orang yang berpenyakit, mengusirnya dari negara. Diantara mereka terdapat penulis kitab suci bernama Tisithen (Mungkin seharusnya Petisithen, "Ia yang diberkahi Isis". mengandung kata "Iten" = lingkaran Matahari/Halo. Aton dalam tulisan seharusnya Iten/dewa matahari) dan Peteseph (seph = anak. Ptah = Dewa Ptah. Anak Ptah. mungkin seharusnya Peteseth, "Ia yang diberkahi Seth") dan nama meeka kemudian berubah, Tisithen menjadi Mosheh dan Petesheph menjadi Yuheph (Iu/Iuhu-Shep, anak dewa Iuhu/dewa matahari). Mereka menuju Pelusium, berhasil membujuk 380 ribu orang yang ditinggalkan disana oleh Amenophis untuk menyerang Mesir. Amenophis mundur ke Ethiophia, namun kemudian kembali mengalahkan dan mengejar orang Yahudi sampai ke Suriah [I.32].
Kemudian, Tactitus (56-120 M), sejarahwan Yunani yang hidup sejaman Josephus, dalam "Histories", buku 5. 2-5 (atau ini):
- Asal-usul Yahudi, ada yang berkata berasal: dari buronan/pengungsi pulau Kreta yang menetap di pantai terdekat Afrika/perbatasan Libya saat Saturnus digulingkan Jupiter, merujuk nama gunung Ida di Kreta yang dihuni kaum Idaei (Idae adalah mahluk supranatual pelayan Juptiter/Saturnus) kemudian menjadi Yudaei; lainnya: dari masa pemerintahan Isis di Mesir dan populasi berlebihan, Hierosolymus dan Yuda memimpin mereka pergi ke daerah-daerah tetangga; lainnya: dari turunan Ethiopia/Aethiopia (Punisia) bermigrasi karena takut/tidak suka pada Raja Cepheus (Ayah dari Andromeda, raja Iope/Joppa); Lainnya: dari pengungsi Asyur, mereka tidak punya tanah sendiri, menduduki daerah di Mesir dan membangun kota; lainnya: dari turunan Solymi (nama Pahlawan di epik/itihasa-nya Homer, anak-nya Zeus/Ares), mendirikan kota yang disebut Hiero-solyma.
Sebagian besar penulis sepakat bahwa ada suatu penyakit mengerikan yang mengubah bentuk tubuh melanda Mesir. Setelah raja Bocchoris (dinasti ke-24, Mesir, abad ke-8 SM, memerintah 5/6 tahun) berkonsultasi dengan peramal dari Amon/Hamon, mereka mengumpulkan para penderita penyakit tersebut mengangkutnya ke tempat lain dan ditinggalkan di Padang pasir, ketika dalam kesedihan, salah satunya bernama Musa/Moyses menyatakan agar mereka tidak minta bantuan kepada dewa atau manusia, karena keduanya telah meninggalkan mereka, agar percaya pada diri sendiri. Ia kemudian menjadi pimpinan mereka, setelah berjalan panjang, di hari ke-7, sampai di sebuah kota, mengusir penduduknya dan mendirikan kota dan kuil. Moyses mengenalkan kultus baru, kebalikan dari semua agama saat itu. Di kuil mengkuduskan hanya satu binatang (yaitu keledai), mengurbankan domba jantan olok-olok bagi Dewa Amon/Hamon, Lembu jantan karena Mesir menghormati Dewa Apis, tidak makan Babi, karena derita mereka terinfeksi kusta dan dianggap berasal dari hewan ini, Puasa mengenang peristiwa kelaparan panjang yang mereka alami, Roti tanpa ragi mengenang peristiwa perebutan jagung, hari ke-7 penghentian kerja, mengenang Dewa Saturnus, karena berasal dari Idaei terkait terusirnya Saturnus, atau dari 7 benda langit, orbitnya terjauh. (Hari Sabbath/ke-7, di Midrash kitab Kejadian/abad ke-5 M: benda langit ke-7 Saturnus/Saturn shabtai. Penyair Latin bernama Tibulus, abad ke-1 SM: "dies Saturni sacra"/hari saturnus/ke-7 keramat)
Diodorus Siculus (90-30 BC) menyampaikan sejarah yang diantaranya dikutip dari Hecataeus orang Abdera (Sekitar 300 SM. Josephus juga mengutip Hecataeus dalam "Againsts Apion" namun bukan tentang Musa):
- Setelah para dewa, Firauan Mesir pertama adalah Menas (Μηνᾶν) [Bibliotheca Historica, buku ke-1, Ch 45.1]... Pemberi hukum tertulis pertama adalah Mneves (Μνεύην), diberikan oleh Dewa Hermes.. Minos di Kreta diberikan oleh Zeus... Lycurgus di Lacedaemonia diberikan oleh Apollo...Zathraustes kaum Arian diberikan oleh Roh Baik... Zalmoxis di Getae diberikan oleh dewi Hestia... Moyses di kaum Yahudi diberikan oleh dewa yang disebut Yahu.. [ibid, buku ke-1, Ch.94.1. Menes = Mneves]... pemberi hukum ke-2 adalah Sasychis...ke-3 adalah Firaun Sesoösis...Ke-4 adalah Firaun Bocchoris [Ibid, Ch.94.3-6]...setelahnya adalah Firaun Amasis [Ibid, Ch.95.1]... Para Dewa tersinggung dan menurunkan wabah penyakit di Mesir karena banyak orang asing dari berbagai ras tinggal di Mesir, mempraktikkan ritual dan pengorbanan berbeda dan tidak menggunakan ritual Mesir dalam menghormati para Dewa, kecuali mengusir para orang asing ini, maka masalah tidak akan pernah selesai, Oleh karenanya, para orang asing diusir dari Mesir, diantaranya dipimpin oleh Danaus dan Cadmus, tapi jumlah terbesar dipimpin Mosis menuju Yudea dan menetap di Hierosolyma. [Ibid, buku ke-40, Ch-3.1-2. Link ini text Yunani]. Dari Mesir mereka tersebar ke seluruh dunia. Belus putera Poseidon memimpin menuju Babel, Danaus memimpin menuju Argos, kota tertua Yunani...ini yang dikatakan oleh Hecataeus dari Abdera terkait dengan orang Yahudi [Ibid, buku ke-40, Ch-3.3-8]
Para penulis Yunani, kebanyakan membawakan latar kejadian tentang adanya wabah penyakit luar biasa yang melanda Mesir jaman kuno. Namun menariknya, Herodotus di bukunya, TIDAK SATU KALIPUN menulilskan adanya kejadian tersebut pernah melanda Mesir, padahal Herodotus hidup lebih awal dari para penulis yang dikutip Josephus, malah di bukunya, Herodotus menyampaikan bahwa kebijakan pengasingan/Pengusiran terhadap penderita kusta/lepra dilakukan oleh negara Persia BUKAN Mesir:
- "siapa pun di antara penduduk kota terkena kusta atau kulit dengan bercak putih, tidak diperkenankan ada di kota bergaul dengan orang PERSIA lainnya, karena punya penyakit ini mencemari dewa Matahari, TETAPI ORANG ASING YANG TERKENA PENYAKIT INI, DI DISTRIK MANAPUN, MEREKA DIUSIR DARI NEGARA ITU" [Ibid, Buku ke-1.137]
Herodotus TIDAK PERNAH menyebutkan keberadaan kaum Yahudi, malah secara berulang, menyebutkan keberadaan kaum PALESTINA:
- "Colchia..mereka berkulit gelap dan memiliki rambut keriting..orang Kolochia, Mesir, dan Ethiopia dari semua ras, sejak dulu melakukan sunat. Orang Fenisia dan Suriah yang tinggal di Palestina mengakui mempelajarinya dari orang Mesir, dan orang Suriah yang tinggal di sungai: Thermodon, Parthenios, dan orang Macron, yang bertetangga dengan mereka mengakui bahwa mereka belakangan ini mempelajarinya dari Colchians. Ini adalah satu-satunya ras yang melakukan sunat dan mempraktikkannya dengan cara yang sama seperti orang Mesir" [Herodotus: Buku ke-2.104]. "Suriah yang disebut Palestina" [buku ke-1.105; buku ke-3.5, 91; buku ke-4.39]. "Bangsa Asyur...oleh bangsa Yunani disebut Suriah, tetapi oleh bangsa barbar, mereka disebut Asyur" [Buku ke-7.63]. "orang-orang Fenisia, bersama-sama orang-orang Suriah yang tinggal di Palestina..Orang-orang Fenisia..Melewati Laut Erythraian, tinggal di sepanjang pantai laut Suriah; dan bagian Suriah ini dan seluruh area hingga sampai Mesir dikenal dengan nama Palestina" [Buku ke-7.89]
Kemudian, terkait kata Hierosolyma, Josephus menyatakan bahwa Jerusalem dahulu disebut "SOLYMA" ("Antiquities Of The Jews" VII 3.2) atau "SALEM" ("War Of The Jews", VI 10.1). Mitologi Yunani menyampaikan bahwa musuh BELLEROPHON adalah para SOLIMI (Iliad.6, Homer/8 SM), yang merupakan anak-anak SALMA/SALEM, Dewi musim Semi dan sebagai maskulin, Ia adalah Dewa Matahari Solyma atau Selim, Salomo, atau Ab-Salom ["The Greek Myths", Robert Graves, hal.363]. Solyma tinggal di area pegunungan (Odyssey.5, Homer) di Lykia (Iliad.6). Di Krete, Minos (anak Zeus-Europa) mengusir Sarpedon (anak Zeus-Laodamia) dan lainnya hingga menyingkir ke Milya di Asia, area yang dulu dihuni bangsa Lykia disebut Milya, dan waktu itu bangsa Milyus disebut Solymoi (History of Herodotus, 1.173)
Hiero biasanya diartikan suci/sakral/keramat. Namun tampaknya Hiero berasal dari hēr = "penjaga/pelayan/pelindung". Dalam epik-nya homer no.75: Sebutan untuk Anchises, Pria kecintaan Aphrodite; Bentuk feminim Hera = ciri-ciri yang menonjolkan/terlihat.
SALEM/"שלם", di kebudayaan Ugarit/kanaan adalah Dewa SENJA. Kata “SALEM” muncul di tablet EBIA, abad ke-24 SM, di Tell Mardik, Syria, juga di teks Mesir, abad ke-18/19 SM, dalam kata "RUSHALIMUM", di surat Armana abad ke-14 SM, permintaan bantuan raja Abdi-Heba, “URUSALIM” ke Raja Mesir untuk melawan Habiru dan di teks Assyria, Sennachrib abad ke-8 SM dalam kata "URSALIMMU". Arti Yeru = "diletakan", dari kata Yeru-el, "Diletakkan Tuhan", jadi Yerusalem = "Diletakkan Salem", salah satu dari 2 dewa kaum Ugarit (Shahar/Dewa Fajar dan Shalim/Dewa Senja). Dalam Sumeria, tanda URU di "URUSALIM" = KOTA. Dalam latin, "Ieroysalem" dan "HeieroSOLyma". Di mana, SOL = Dewa Matahari ["Cities of the Biblical World: An Introduction to the Archaeology, Geography, and History of Biblical Sites", LaMoine F. DeVries, hal.200, juga di "The Archaeology of the Jerusalem Area, W. Harold Mare, hal.20, juga "The International Standard Bible Encyclopedia, Vol.2, Geoffrey W. Bromiley, hal.1000 dan "Getting Back Into the Garden of Eden", Edward Conklin, hal.22].
Salem, Dewa senja Kanaan, adalah Dewa KETERATURAN dan KEADILAN. Baik David maupun Shlomo menghindari friksi, tidak hanya antar dua kebudayaan, yaitu Kanaan dan kaum pendatang baru Yahudi, namun juga antar Dewa SALEM dan Dewa YAHWE, Dewa perang kaum Yahudi. Untuk menghormati Salem, Shlomo mengubah kuil yang asalnya terbuka menjadi beratap dan mengayomi dua grup kepercayaan berbeda. Bernhard Lang, menambahkan dalam catatan kakinya, tulisan Keel, "Die Geschichte Yerusalem undi Entstehung des Monotheismus", vol. 1, hlm. 264-333: "bukti yang berasal dari nubuat alkitabiah yang kata-kata aslinya, meski dikaburkan dalam teks Ibrani, dapat direkonstruksi berdasarkan teks Septuagiant/Yunani: 'Matahari tahu dari langit bahwa Yahweh akan tinggal dalam kegelapan. Jadi, bangunlah rumah bagiku, sebuah rumah yang agung sehingga aku dapat tinggal di dalamnya lagi' (direkonstruksi dari 1 Raja-raja 8:53 teks Yunani; bahasa Ibrani hanya memiliki fragmen yang diedit dalam 1 Raja-raja 8: 12-13). Implikasinya adalah Dewa matahari butuh sebuah kuil dengan ruang gelap untuk menampung tamunya, Yahweh" ["Hebrew Life and Literature: Selected Essays", Bernhard Lang].
Di bukunya. Josephus memuat 3 nama dalam satu jaman yaitu "Amon/Hamon", Musa dan firaun (Bocchoris, dinasti ke-24). Menariknya, Quran juga mempunyai 3 rangkaian nama yaitu Firaun, Haman/(هامان) dan Qarun/(قارون) di kisah Musa (AQ 29.39, AQ 40.23-24). Haman adalah nama orang Mesir dan Qarun adalah orang Israel yang sangat kaya dan bangga dengan kekayaannya (AQ 28.76), berilmu (AQ 28.77) namun entah sebesar apa kesalahan Qarun, karena Ia beserta rumahnya berakhir di dibenamkan Allah SWT ke dalam bumi (AQ 28.81). Kisah orang kaya, arogan dan ditelan bumi beserta kekayaan ada juga di Alkitab (Bil 16.1-13, 16.28-34, 26.10) yaitu tentang turunan Lewi (Korah) dan turunan Ruben (Datan, Abiram dan On), mereka kerap membantah turunan Lewi (Musa dan Harun) akibatnya mereka dan kekayaannya ditelan bumi (Bil 26.9-10, 106.17, Ulangan 11.6). Komentar Rabbi di Bamidbar Rabbah 22.7 menyatakan "Dua orang kaya muncul di dunia, Korah dari Israel dan Haman dari bangsa-bangsa di dunia", namun Haman dan Korah TIDAK HIDUP di satu jaman yang sama, karena di 20.1, "Dan dia memberi Haman kekayaan, dan dia mengambil seluruh bangsa untuk dibantai" yang merujuk kitab Ester 4.7. Sehingga bagi Alkitab, dari 3 nama, hanya 2 nama (Qarun/Korah dan Firaun) ada di jaman Musa, tapi Haman TIDAK, yang menurut kitab Esther, Ia ada di jaman raja Xerxer I (abad ke-5 SM). [lihat: Korah]
Beberapa situs Islam [Harun Yahya dari Islamic Awareness (dan Bucaille); Islamic Awareness dari Bucaille] mengklaim bahwa Haman yang ada di Quran tercantum dalam Hierograph Mesir dan ini tidak benar karena Haman yang tertera di Hieroglif adalah nama dewa, HEMEN-HETEP yang disingkat HMUNHU/HEMEN-H.
Kepala pemahat bernama Userhat hidup di akhir dinasti ke-18/awal dinasti ke-19 disebut: "penyebab patung-patung pemujaan beristirahat di kuil mereka". (Dewa) Hemen di Hefat adalah salah satu dewa yang menjadi tanggung jawab Userhat [Biographical texts from Ramessid Egypt,Elizabeth Frood, John Baines, 2007] [Lihat: Pharaoh, Haman, Contradictions & The Qur'an atau Haman Hoax, adalah hoax-hoax yang berasal dari: Maurice Bucaille, Islamic Awareness, Harun Yahya dan Caner Taslaman]
Entah apa sebabnya Allah SWT menyebutkan Korah sebagai Qarun dan fatalnya Allah tampak jelas tidak tahu bahwa Haman-nya Esther, TIDAK SATU JAMAN dengan Musa, juga Allah tampaknya tidak tahu bahwa Hamannya Musa adalah dewa Mesir[↑].
Yang dapat dirangkum di sini adalah bahwa keberadaan raja-raja Mesir yang disebutkan di atas merupakan fakta sejarah, namun keberadaan Musa orang Yahudi yang pergi dari Mesir sampai perlu membelah laut dan menenggelamkan Firaun yang tercantum di Quran dan Alkitab adalah FIKTIF, tidak satupun arkeolog mampu memastikan kebenaran adanya eksodus, lokasi dan juga penyeberangannya. William G. Dever (Profesor dan Arkeolog) menyatakan TIDAK ADA satupun temuan arkeologi yang mendukung pernah terjadi eksodus dari Mesir ("Who Were the Early Israelites, and where Did They Come From?", hal.5) dan juga Ia menyatakan bahwa TIDAK ADA 1 teks Mesir-pun yang menyinggung adanya "Ibrani" atau "Israel" di Mesir (Hal.13).
Malah, saking tidak adanya, temuan-pun sengaja diubah dan dipalsukan, misalnya pada klaim kata "Israel" di prasasti Merneptah (raja ke-4 dinasti ke-19), sebagaimana disampaikan Professor Joseph Davidovits, di artikel, "Error or forgery on the Stele of Merneptah, known as Israel Stele":
-
...Saya telah tunjukan bahwa "iisii-r-iar" sebenarnya adalah kalimat Mesir yang artinya: "mereka diasingkan karena dosa mereka". Pharaohs Ramses II dan Merneptah menggunakan kalimat ini ketika berbicara tentang pengasingan para pengikut Akhenaton, yang dipaksa meninggalkan Mesir. Nama kaum ini "iisii-r-iar" diubah menjadi "israël", melalui perubahan huruf 'r' menjadi 'l'.
..Ini berkaitan dengan kalimat "Yanoam menjadi tidak ada", yang ada sebelum menyebutkan “iisii-r-iar ”. Akan saya tunjukan di sini, terjemahan ini seluruhnya salah, karena merupakan hasil pemalsuan satu dari tanda hieroglyphic. Sebagai permulaan, mari kita lihat terjemahan baris ke-27 dari prasasti yang di terbitkan pada tahun 1909 (cf: P. Lacau, Steles of the new empire (general Catalogue of Egyptian antiquities of the Museum of Cairo, Cairo, 1909):
..Kita temukan bahwa kalimat "yanom menjadi tidak ada" sekelompok hieroglyphs (mata "Re" + burung Nasar "aa") tidak diterjemahkan, namun ditandai "sic" (error). Transkrip kalimat hieroglyph yang diwakili burung nasar menjadi meragukan, sama seperti kalimat "Yanoam menjadi tidak ada". Konsekuensinya, Signifikansi dari seluruh sisa baris, terutama pada bagian yang mengandung “iisii-r-iar”, Israel, juga menjadi meragukan.
..Ketika saya mulai mempelajari prasasti ini, pada akhir tahun sembilan puluhan, saya bertanya-tanya mengapa transripsi burung nasar ini bermasalah, dan tidak diterjemahkan..
Pada photo di bawah perbandingan huruf "aa" (burung nasar) pada atas baris ke-26, ditandai "A", dengan huruf yang sama di baris ke-27 (sic), ditandai "B".
Kita lihat bahwa untuk huruf yang ditandai A, goresan kapur putihnya sempurna mengikuti ukiran hieroglyph (burung nasar). Sebaliknya, untuk huruf (sic) yang ditandai B, goresan kapur pada leher dan kepala burun nasar itu terus diluar ukiran. Dengan demikian, ukiran tidak sesuai dengan huruf "aa". Ini adalah PEMALSUAN.
Sekarang, mari kita lihat lebih dekat ukiran pada huruf bertanda "B" (sic) dan sorotan warna merah pada kontur ukiran dari ini huruf sic
Kontur berwarna merah di ukiran hieroglyph menunjukan bahwa itu adalah seekor burung hantu, yaitu hurum "m" dan bukan huruf "aa" (burung nasar). Kita sekarang dapat menuliskan pembacaan dari huruf yang hilang yang TIDAK DITERJEMAHKAN sampai sekarang. Kita membaca "rem-m" dan kita terjemahkan sebagai tangisan/air mata.
Grup hieroglyph "m tem wun" terpisah menja didua bagian karena keberadaan rol papyrus roller yang mendahului kelinci (wun). Kalimat "Yanoam menjadi tidak ada" berubah menjadi "/iinaamm rem-m tem/wun iisii-r-iar (kaum)/", dan terjemahan baru menjadi: tangisan Yanoam telah habis; yang tersisa adalah iisi-r-iar, suatu kaum.
Terjemahan baru baris ke-27 dengan sorotan tanda baca (kotak persegi)
Pemalsuan huruf m (burung hantu) menjadi huruf aa (burung nasar) kemungkinan adalah fakta dari penemuan prasasti, Flinders Petrie, di tahun 1896. Sejak dari awal, ia dan para rekannya melakukan penelurusan goresan kapur di hieroglyph ini dengan cara seperti ini, karena, dipikiran mereka, Firaun Merneptah harus menyerang dan menghancurkan bangsa Kanaan, dalam pengejarannya pada bangsa yang mengungsi/keluar, Israel...
Juga terdapat kisah Musa di literatur Hindu yang tercantum di dongeng Bhavisya/Bhavisya purana dan hanya memuat sekelumit seperti ini:
- Ketika Kaliyuga berlalu 2000 tahun, Dinasti Mleccaha [kaum barbar, tak paham tradisi India] meningkat. Mereka menciptakan dan tumbuhnya banyak jalan [pandangan/ajaran] dan secara bertahap seluruh bumi menjadi penuh orang-orang Mleccaha. Pemimpin spritual dan guru mereka bernama Musa. Ia tinggal di pinggiran sungai Sarasvati, dan menyebarkan doktrinnya keseluruh dunia.
Walah..
Tradisi Hindu menceritakannya sebagai dongeng [arti dari Purana] dan kitab Purana masuk dalam kelompok Smerti [non wahyu] bahkan dalam dongengnya pun tidak ditambahkan lagi dengan adegan membelah laut, sementara tradisi ajaran yang menyatakan bahwa kisah Musa adalah wahyu Tuhan malah memuatnya dengan adegan membelah laut.[↑]
Mengherankan..
Gambar di ambil dari sini, sini, sini, sini, sini, sini, dan sini
Note:
(Klik Buka/Tutup!) Republika online: Maurice Bucaille tak Ragu dengan Kebenaran Alquran [↑]
(Klik Buka/Tutup!) Antaranews.com: Anginkah Yang Membelah Laut Merah buat Musa? [↑]
Rabu, 22 September 2010 10:57 WIB,
Washington, AS (ANTARA News) - Angin dari timur yang berhembus kencang dikabarkan membantu terbelahnya Laut Merah oleh Nabi Musa seperti yang tertulis pada kitab suci agama Samawi, kata para ilmuwan Amerika Serikat, Selasa.
Simulasi komputer memperlihatkan bagaimana angin dapat menghempaskan air laut sehingga mencapai dasar lautan dan membentuk laguna, kata kelompok peneliti di Badan Nasional Penelitian Atmosfir dan Universitas Colorado di Boulder, sebagaimana dikutip dari Reuters.
"Simulasi tersebut hampir cocok dengan bukti pada rombongan Musa," kata pemimpin penelitian itu, Carl Drews dari NCAR.
Menurut Carl, berdasarkan ilmu fisika, angin dapat menghempaskan air menjadi sebuah jalur yang aman untuk dilintasi karena sifatnya yang luwes, kemudian kembali mengalir seperti semula.
Menurut tulisan dari kitab suci Kristen dan Islam, Nabi Musa, memimpin umat Israel keluar dari Mesir atas kejaran Firaun pada 3.000 tahun yang lalu.
Laut Merah saat itu terbelah sementara untuk membantu rombongan Musa melintas dan langsung menutup kembali, menenggelamkan balatentara Firaun.
Drews dan kelompoknya meneliti tentang angin topan yang berasal dari Samudera Pasifik menciptakan badai besar yang dapat menghempaskan air di laut dalam.
Kelompoknya menunjukkan kawasan selatan Laut Mediterania yang diduga menjadi tempat penyeberangan itu, dan memaparkan bentuk tanah yang berbeda karena terbentuk setelahnya serta memicu isu mengenai lautan yang terbelah.
Pemaparan tersebut membutuhkan bentuk tapal kuda Sungai Nil dan laguna dangkal di sepanjang garis pantai.
Hal ini memperlihatkan angin berkecepatan sekitar 101 kilometer per jam yang berhembus selama 12 jam, dapat menghempaskan air pada kedalaman sekitar dua meter.
"Laguna itu memiliki panjang sejauh 3-4 kilometer dan lebar sejauh lima kilometer yang terbelah selama empat jam," kata mereka di dalam Jurnal Perpustakaan Umum Ilmu Pengetahuan, PloS ONE.
"Masyarakat telah dibuat kagum atas cerita pembelahan laut itu, membayangkan bahwa hal itu terjadi secara nyata," kata Drew menambahkan bahwa penelitian ini menjelaskan tentang pembelahan laut tersebut berdasarkan hukum fisika. (ANT/A024) [↑]
(Klik Buka/Tutup!) Parting the waters: Computer modeling applies physics to Red Sea escape route [↑]Washington, AS (ANTARA News) - Angin dari timur yang berhembus kencang dikabarkan membantu terbelahnya Laut Merah oleh Nabi Musa seperti yang tertulis pada kitab suci agama Samawi, kata para ilmuwan Amerika Serikat, Selasa.
Simulasi komputer memperlihatkan bagaimana angin dapat menghempaskan air laut sehingga mencapai dasar lautan dan membentuk laguna, kata kelompok peneliti di Badan Nasional Penelitian Atmosfir dan Universitas Colorado di Boulder, sebagaimana dikutip dari Reuters.
"Simulasi tersebut hampir cocok dengan bukti pada rombongan Musa," kata pemimpin penelitian itu, Carl Drews dari NCAR.
Menurut Carl, berdasarkan ilmu fisika, angin dapat menghempaskan air menjadi sebuah jalur yang aman untuk dilintasi karena sifatnya yang luwes, kemudian kembali mengalir seperti semula.
Menurut tulisan dari kitab suci Kristen dan Islam, Nabi Musa, memimpin umat Israel keluar dari Mesir atas kejaran Firaun pada 3.000 tahun yang lalu.
Laut Merah saat itu terbelah sementara untuk membantu rombongan Musa melintas dan langsung menutup kembali, menenggelamkan balatentara Firaun.
Drews dan kelompoknya meneliti tentang angin topan yang berasal dari Samudera Pasifik menciptakan badai besar yang dapat menghempaskan air di laut dalam.
Kelompoknya menunjukkan kawasan selatan Laut Mediterania yang diduga menjadi tempat penyeberangan itu, dan memaparkan bentuk tanah yang berbeda karena terbentuk setelahnya serta memicu isu mengenai lautan yang terbelah.
Pemaparan tersebut membutuhkan bentuk tapal kuda Sungai Nil dan laguna dangkal di sepanjang garis pantai.
Hal ini memperlihatkan angin berkecepatan sekitar 101 kilometer per jam yang berhembus selama 12 jam, dapat menghempaskan air pada kedalaman sekitar dua meter.
"Laguna itu memiliki panjang sejauh 3-4 kilometer dan lebar sejauh lima kilometer yang terbelah selama empat jam," kata mereka di dalam Jurnal Perpustakaan Umum Ilmu Pengetahuan, PloS ONE.
"Masyarakat telah dibuat kagum atas cerita pembelahan laut itu, membayangkan bahwa hal itu terjadi secara nyata," kata Drew menambahkan bahwa penelitian ini menjelaskan tentang pembelahan laut tersebut berdasarkan hukum fisika. (ANT/A024) [↑]
September 21, 2010,
BOULDER—The biblical account of the parting of the Red Sea has inspired and mystified people for millennia. A new computer modeling study by researchers at the National Center for Atmospheric Research (NCAR) and the University of Colorado at Boulder (CU) shows how the movement of wind as described in the book of Exodus could have parted the waters.
The computer simulations show that a strong east wind, blowing overnight, could have pushed water back at a bend where an ancient river is believed to have merged with a coastal lagoon along the Mediterranean Sea. With the water pushed back into both waterways, a land bridge would have opened at the bend, enabling people to walk across exposed mud flats to safety. As soon as the wind died down, the waters would have rushed back in.
Red Sea
The physics of a land bridge. This illustration shows how a strong wind from the east could push back waters from two ancient basins--a lagoon (left) and a river (right)--to create a temporary land bridge. New research that such a physical process could have led to a parting of waters similar to the description in the biblical account of the Red Sea. (Illustration by Nicolle Rager Fuller.)
The study is intended to present a possible scenario of events that are said to have taken place more than 3,000 years ago, although experts are uncertain whether they actually occurred. The research was based on a reconstruction of the likely locations and depths of Nile delta waterways, which have shifted considerably over time.
“The simulations match fairly closely with the account in Exodus,” says Carl Drews of NCAR, the lead author. “The parting of the waters can be understood through fluid dynamics. The wind moves the water in a way that’s in accordance with physical laws, creating a safe passage with water on two sides and then abruptly allowing the water to rush back in.”
The study is part of a larger research project by Drews into the impacts of winds on water depths, including the extent to which Pacific Ocean typhoons can drive storm surges. By pinpointing a possible site south of the Mediterranean Sea for the crossing, the study also could be of benefit to experts seeking to research whether such an event ever took place. Archeologists and Egyptologists have found little direct evidence to substantiate many of the events described in Exodus.
The work, published in the online journal, PLoS ONE, arose out of Drews’ master’s thesis in atmospheric and oceanic sciences at CU. The computing time and other resources were supported by the National Science Foundation.
Wind on the water
The Exodus account describes Moses and the fleeing Israelites trapped between the Pharaoh's advancing chariots and a body of water that has been variously translated as the Red Sea or the Sea of Reeds. In a divine miracle, the account continues, a mighty east wind blows all night, splitting the waters and leaving a passage of dry land with walls of water on both sides. The Israelites are able to flee to the other shore. But when the Pharaoh's army attempts to pursue them in the morning, the waters rush back and drown the soldiers.
Wind setdown in the Nile Delta. Sustained winds can cause an event known as a wind setdown in which water levels are temporarily lowered. This animation shows how a strong east wind over the Nile Delta could have pushed water back into ancient waterways after blowing for about nine hours, exposing mud flats and possibly allowing people to walk across. (Animation by Tim Scheitlin and Ryan McVeigh, NCAR. News media terms of use*)
Scientists from time to time have tried to study whether the parting of the waters, one of the famous miracles in the Bible, can also be understood through natural processes. Some have speculated about a tsunami, which would have caused waters to retreat and advance rapidly. But such an event would not have caused the gradual overnight divide of the waters as described in the Bible, nor would it necessarily have been associated with winds.
Other researchers have focused on a phenomenon known as “wind setdown,” in which a particularly strong and persistent wind can lower water levels in one area while piling up water downwind. Wind setdowns, which are the opposite of storm surges, have been widely documented, including an event in the Nile delta in the 19th century when a powerful wind pushed away about five feet of water and exposed dry land.
A previous computer modeling study into the Red Sea crossing by a pair of Russian researchers, Naum Voltzinger and Alexei Androsov, found that winds blowing from the northwest at minimal hurricane force (74 miles per hour) could, in theory, have exposed an underwater reef near the modern-day Suez Canal. This would have enabled people to walk across. The Russian study built on earlier work by oceanographers Doron Nof of Florida State University and Nathan Paldor of Hebrew University of Jerusalem that looked at the possible role of wind setdown.
The new study, by Drews and CU oceanographer Weiqing Han, found that a reef would have had to be entirely flat for the water to drain off in 12 hours. A more realistic reef with lower and deeper sections would have retained channels that would have been difficult to wade through. In addition, Drews and Han were skeptical that refugees could have crossed during nearly hurricane-force winds.
Reconstructing ancient topography
Studying maps of the ancient topography of the Nile delta, the researchers found an alternative site for the crossing about 75 miles north of the Suez reef and just south of the Mediterranean Sea. Although there are uncertainties about the waterways of the time, some oceanographers believe that an ancient branch of the Nile River flowed into a coastal lagoon then known as the Lake of Tanis. The two waterways would have come together to form a U-shaped curve.
An extensive analysis of archeological records, satellite measurements, and current-day maps enabled the research team to estimate the water flow and depth that may have existed 3,000 years ago. Drews and Han then used a specialized ocean computer model to simulate the impact of an overnight wind at that site.
They found that a wind of 63 miles an hour, lasting for 12 hours, would have pushed back waters estimated to be six feet deep. This would have exposed mud flats for four hours, creating a dry passage about 2 to 2.5 miles long and 3 miles wide. The water would be pushed back into both the lake and the channel of the river, creating barriers of water on both sides of newly exposed mud flats.
As soon as the winds stopped, the waters would come rushing back, much like a tidal bore. Anyone still on the mud flats would be at risk of drowning.
The set of 14 computer model simulations also showed that dry land could have been exposed in two nearby sites during a windstorm from the east. However, those sites contained only a single body of water and the wind would have pushed the water to one side rather than creating a dry passage through two areas of water.
“People have always been fascinated by this Exodus story, wondering if it comes from historical facts,” Drews says. “What this study shows is that the description of the waters parting indeed has a basis in physical laws." [↑]
BOULDER—The biblical account of the parting of the Red Sea has inspired and mystified people for millennia. A new computer modeling study by researchers at the National Center for Atmospheric Research (NCAR) and the University of Colorado at Boulder (CU) shows how the movement of wind as described in the book of Exodus could have parted the waters.
The computer simulations show that a strong east wind, blowing overnight, could have pushed water back at a bend where an ancient river is believed to have merged with a coastal lagoon along the Mediterranean Sea. With the water pushed back into both waterways, a land bridge would have opened at the bend, enabling people to walk across exposed mud flats to safety. As soon as the wind died down, the waters would have rushed back in.
Red Sea
The physics of a land bridge. This illustration shows how a strong wind from the east could push back waters from two ancient basins--a lagoon (left) and a river (right)--to create a temporary land bridge. New research that such a physical process could have led to a parting of waters similar to the description in the biblical account of the Red Sea. (Illustration by Nicolle Rager Fuller.)
The study is intended to present a possible scenario of events that are said to have taken place more than 3,000 years ago, although experts are uncertain whether they actually occurred. The research was based on a reconstruction of the likely locations and depths of Nile delta waterways, which have shifted considerably over time.
“The simulations match fairly closely with the account in Exodus,” says Carl Drews of NCAR, the lead author. “The parting of the waters can be understood through fluid dynamics. The wind moves the water in a way that’s in accordance with physical laws, creating a safe passage with water on two sides and then abruptly allowing the water to rush back in.”
The study is part of a larger research project by Drews into the impacts of winds on water depths, including the extent to which Pacific Ocean typhoons can drive storm surges. By pinpointing a possible site south of the Mediterranean Sea for the crossing, the study also could be of benefit to experts seeking to research whether such an event ever took place. Archeologists and Egyptologists have found little direct evidence to substantiate many of the events described in Exodus.
The work, published in the online journal, PLoS ONE, arose out of Drews’ master’s thesis in atmospheric and oceanic sciences at CU. The computing time and other resources were supported by the National Science Foundation.
Wind on the water
The Exodus account describes Moses and the fleeing Israelites trapped between the Pharaoh's advancing chariots and a body of water that has been variously translated as the Red Sea or the Sea of Reeds. In a divine miracle, the account continues, a mighty east wind blows all night, splitting the waters and leaving a passage of dry land with walls of water on both sides. The Israelites are able to flee to the other shore. But when the Pharaoh's army attempts to pursue them in the morning, the waters rush back and drown the soldiers.
Wind setdown in the Nile Delta. Sustained winds can cause an event known as a wind setdown in which water levels are temporarily lowered. This animation shows how a strong east wind over the Nile Delta could have pushed water back into ancient waterways after blowing for about nine hours, exposing mud flats and possibly allowing people to walk across. (Animation by Tim Scheitlin and Ryan McVeigh, NCAR. News media terms of use*)
Scientists from time to time have tried to study whether the parting of the waters, one of the famous miracles in the Bible, can also be understood through natural processes. Some have speculated about a tsunami, which would have caused waters to retreat and advance rapidly. But such an event would not have caused the gradual overnight divide of the waters as described in the Bible, nor would it necessarily have been associated with winds.
Other researchers have focused on a phenomenon known as “wind setdown,” in which a particularly strong and persistent wind can lower water levels in one area while piling up water downwind. Wind setdowns, which are the opposite of storm surges, have been widely documented, including an event in the Nile delta in the 19th century when a powerful wind pushed away about five feet of water and exposed dry land.
A previous computer modeling study into the Red Sea crossing by a pair of Russian researchers, Naum Voltzinger and Alexei Androsov, found that winds blowing from the northwest at minimal hurricane force (74 miles per hour) could, in theory, have exposed an underwater reef near the modern-day Suez Canal. This would have enabled people to walk across. The Russian study built on earlier work by oceanographers Doron Nof of Florida State University and Nathan Paldor of Hebrew University of Jerusalem that looked at the possible role of wind setdown.
The new study, by Drews and CU oceanographer Weiqing Han, found that a reef would have had to be entirely flat for the water to drain off in 12 hours. A more realistic reef with lower and deeper sections would have retained channels that would have been difficult to wade through. In addition, Drews and Han were skeptical that refugees could have crossed during nearly hurricane-force winds.
Reconstructing ancient topography
Studying maps of the ancient topography of the Nile delta, the researchers found an alternative site for the crossing about 75 miles north of the Suez reef and just south of the Mediterranean Sea. Although there are uncertainties about the waterways of the time, some oceanographers believe that an ancient branch of the Nile River flowed into a coastal lagoon then known as the Lake of Tanis. The two waterways would have come together to form a U-shaped curve.
An extensive analysis of archeological records, satellite measurements, and current-day maps enabled the research team to estimate the water flow and depth that may have existed 3,000 years ago. Drews and Han then used a specialized ocean computer model to simulate the impact of an overnight wind at that site.
They found that a wind of 63 miles an hour, lasting for 12 hours, would have pushed back waters estimated to be six feet deep. This would have exposed mud flats for four hours, creating a dry passage about 2 to 2.5 miles long and 3 miles wide. The water would be pushed back into both the lake and the channel of the river, creating barriers of water on both sides of newly exposed mud flats.
As soon as the winds stopped, the waters would come rushing back, much like a tidal bore. Anyone still on the mud flats would be at risk of drowning.
The set of 14 computer model simulations also showed that dry land could have been exposed in two nearby sites during a windstorm from the east. However, those sites contained only a single body of water and the wind would have pushed the water to one side rather than creating a dry passage through two areas of water.
“People have always been fascinated by this Exodus story, wondering if it comes from historical facts,” Drews says. “What this study shows is that the description of the waters parting indeed has a basis in physical laws." [↑]
Penelitiannya tentang Mumi Firaun membawanya pada kebenaran Alquran
Suatu hari di pertengahan tahun 1975, sebuah tawaran dari pemerintah Prancis datang kepada pemerintah Mesir. Negara Eropa tersebut menawarkan bantuan untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Firaun. Tawaran tersebut disambut baik oleh Mesir. Setelah mendapat restu dari pemerintah Mesir, mumi Firaun tersebut kemudian digotong ke Prancis. Bahkan, pihak Prancis membuat pesta penyambutan kedatangan mumi Firaun dengan pesta yang sangat meriah.
Mumi itu pun dibawa ke ruang khusus di Pusat Purbakala Prancis, yang selanjutnya dilakukan penelitian sekaligus mengungkap rahasia di baliknya oleh para ilmuwan terkemuka dan para pakar dokter bedah dan otopsi di Prancis. Pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian mumi ini adalah Prof Dr Maurice Bucaille.
Bucaille adalah ahli bedah kenamaan Prancis dan pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris. Ia dilahirkan di Pont-L'Eveque, Prancis, pada 19 Juli 1920. Bucaille memulai kariernya di bidang kedokteran pada 1945 sebagai ahli gastroenterology. Dan, pada 1973, ia ditunjuk menjadi dokter keluarga oleh Raja Faisal dari Arab Saudi.
Tidak hanya anggota keluarga Raja Faisal yang menjadi pasiennya. Anggota keluarga Presiden Mesir kala itu, Anwar Sadat, diketahui juga termasuk dalam daftar pasien yang pernah menggunakan jasanya.
Namanya mulai terkenal ketika ia menulis buku tentang Bibel, Alquran, dan ilmu pengetahuan modern atau judul aslinya dalam bahasa Prancis yaitu La Bible, le Coran et la Science di tahun 1976.
Ketertarikan Bucaille terhadap Islam mulai muncul ketika secara intens dia mendalami kajian biologi dan hubungannya dengan beberapa doktrin agama. Karenanya, ketika datang kesempatan kepada Bucaille untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Firaun, ia mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menguak misteri di balik penyebab kematian sang raja Mesir kuno tersebut.
Ternyata, hasil akhir yang ia peroleh sangat mengejutkan! Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh sang mumi adalah bukti terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam. Jasadnya segera dikeluarkan dari laut dan kemudian dibalsem untuk segera dijadikan mumi agar awet.
Penemuan tersebut masih menyisakan sebuah pertanyaan dalam kepala sang profesor. Bagaimana jasad tersebut bisa lebih baik dari jasad-jasad yang lain, padahal dia dikeluarkan dari laut?
Prof Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang diyakininya sebagai penemuan baru, yaitu tentang penyelamatan mayat Firaun dari laut dan pengawetannya. Laporan akhirnya ini dia terbitkan dengan judul Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern, dengan judul aslinya, Les momies des Pharaons et la midecine. Berkat buku ini, dia menerima penghargaan Le prix Diane-Potier-Boes (penghargaan dalam sejarah) dari Academie Frantaise dan Prix General (Penghargaan umum) dari Academie Nationale de Medicine, Prancis.
Terkait dengan laporan akhir yang disusunnya, salah seorang di antara rekannya membisikkan sesuatu di telinganya seraya berkata: ''Jangan tergesa-gesa karena sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya mumi ini''. Bucaille awalnya mengingkari kabar ini dengan keras sekaligus menganggapnya mustahil.
Menurutnya, pengungkapan rahasia seperti ini tidak mungkin diketahui kecuali dengan perkembangan ilmu modern, melalui peralatan canggih yang mutakhir dan akurat.
Hingga salah seorang di antara mereka berkata bahwa Alquran yang diyakini umat Islam telah meriwayatkan kisah tenggelamnya Firaun dan kemudian diselamatkannya mayatnya.
Ungkapan itu makin membingungkan Bucaille. Lalu, dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Bahkan, mumi tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898 M, sementara Alquran telah ada ribuan tahun sebelumnya.
Ia duduk semalaman memandang mayat Firaun dan terus memikirkan hal tersebut. Ucapan rekannya masih terngiang-ngiang dibenaknya, bahwa Alquran--kitab suci umat Islam--telah membicarakan kisah Firaun yang jasadnya diselamatkan dari kehancuran sejak ribuan tahun lalu.
Sementara itu, dalam kitab suci agama lain, hanya membicarakan tenggelamnya Firaun di tengah lautan saat mengejar Musa, dan tidak membicarakan tentang mayat Firaun. Bucaille pun makin bingung dan terus memikirkan hal itu.
Ia berkata pada dirinya sendiri. ''Apakah masuk akal mumi di depanku ini adalah Firaun yang akan menangkap Musa? Apakah masuk akal, Muhammad mengetahui hal itu, padahal kejadiannya ada sebelum Alquran diturunkan?''
Prof Bucaille tidak bisa tidur, dia meminta untuk didatangkan Kitab Taurat (Perjanjian Lama). Diapun membaca Taurat yang menceritakan: ''Airpun kembali (seperti semula), menutupi kereta, pasukan berkuda, dan seluruh tentara Firaun yang masuk ke dalam laut di belakang mereka, tidak tertinggal satu pun di antara mereka''.
Kemudian dia membandingkan dengan Injil. Ternyata, Injil juga tidak membicarakan tentang diselamatkannya jasad Firaun dan masih tetap utuh. Karena itu, ia semakin bingung.
Berikrar Islam
Setelah perbaikan terhadap mayat Firaun dan pemumiannya, Prancis mengembalikan mumi tersebut ke Mesir. Akan tetapi, tidak ada keputusan yang mengembirakannya, tidak ada pikiran yang membuatnya tenang semenjak ia mendapatkan temuan dan kabar dari rekannya tersebut, yakni kabar bahwa kaum Muslimin telah saling menceritakan tentang penyelamatan mayat tersebut. Dia pun memutuskan untuk menemui sejumlah ilmuwan otopsi dari kaum Muslimin.
Dari sini kemudian terjadilah perbincangan untuk pertama kalinya dengan peneliti dan ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang kehidupan Musa, perbuatan yang dilakukan Firaun, dan pengejarannya pada Musa hingga dia tenggelam dan bagaimana jasad Firaun diselamatkan dari laut.
Maka, berdirilah salah satu di antara ilmuwan Muslim tersebut seraya membuka mushaf Alquran dan membacakan untuk Bucaille firman Allah SWT yang artinya: ''Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.'' (QS Yunus: 92).
Ayat ini sangat menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan bahwa ayat Alquran tersebut masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir seraya menyeru dengan lantang: ''Sungguh aku masuk Islam dan aku beriman dengan Alquran ini''.
Ia pun kembali ke Prancis dengan wajah baru, berbeda dengan wajah pada saat dia pergi dulu. Sejak memeluk Islam, ia menghabiskan waktunya untuk meneliti tingkat kesesuaian hakikat ilmiah dan penemuan-penemuan modern dengan Alquran, serta mencari satu pertentangan ilmiah yang dibicarakan Alquran.
Semua hasil penelitiannya tersebut kemudian ia bukukan dengan judul Bibel, Alquran dan Ilmu Pengetahuan Modern, judul asli dalam bahasa Prancis, La Bible, le Coran et la Science. Buku yang dirilis tahun 1976 ini menjadi best-seller internasional (laris) di dunia Muslim dan telah diterjemahkan ke hampir semua bahasa utama umat Muslim di dunia.
Karyanya ini menerangkan bahwa Alquran sangat konsisten dengan ilmu pengetahuan dan sains, sedangkan Al-Kitab atau Bibel tidak demikian. Bucaille dalam bukunya mengkritik Bibel yang ia anggap tidak konsisten dan penurunannya diragukan. [↑]