Rabu, 20 Juli 2011

Memberi tidaklah pernah Merugi..


Melakukan kebaikan dan tidak mengharapkan balasan, merupakan manifestasi dari semacam keluhuran moral. Orang-orang yang berwibawa tinggi dan dihormati khalayak umum mau berkorban untuk segala hal serta tidak mengharapkan balasan dari orang lain. Oleh karena itu sudah sewajarnya jika mereka juga menerima budi kebaikan tersebut.

Alkisah di akhir abad ke-19, di Amerika ada dua orang anak miskin lulus dari ujian dan masuk di universitas Stanford. Demi mendapatkan biaya hidup dan uang kuliah, mereka mulai bekerja sambil kuliah.

Di tahun 1896, 2 orang mahasiswa universitas Stanford tersebut, mengundang komposer dan pianis Polandia bernama Ignacy Jan Paderewski [18 November 1860 – 29 Juni 1941] yang ketika itu sedang melakukan tur ke-3nya di US. Manager Paderewski mengadakan kesepakatan dengan dua anak muda tersebut dan honor untuk Paderewski adalah US$ 2000,-. Angka tersebut merupakan angka yang kurang pantas bagi seorang pianis ternama seperti Paderewski, tetapi angka ini sudah merupakan jumlah yang sangat besar bagi dua anak muda tersebut.

Sebagai perbandingan, 2 konser terakhir di US, Paderewski menghasilkan US$ 160.000.

Kedua anak muda ini berpikir, jika hasil konser yang mereka adakan ini tidak bisa mencapai dua ribu dollar, dapat dipastikan mereka akan mengalami kerugian. Akhirnya dua orang anak muda tersebut berjuang mati-matian hingga konser berakhir dengan sempurna namun karena persoalan jadwal dan publisitas, hanya sedikit orang yang hadir. Melihat keadaan itu, satu dari anak itu meminta sang pianis untuk tidak bermain, namun tetap tidak di indahkan dan sang pianispun tetap manggung.

Seusai konser dan setelah pembukuan dihitung didapatkan bahwa konser tersebut hanya menghasilkan US$ 1600,- saja. Uang sebanyak US$ 1600,- tersebut mereka serahkan seluruhnya kepada Paderewski, masih disertai selembar cek yang bernominal empat ratus dollar, serta berjanji akan secepatnya melunasi empat ratus dollar tersebut.

Hati Paderewski tergerak melihat kedua anak muda miskin tersebut.

Secara tak diduga, dia menyobek lembaran cek itu lalu menyodorkan seribu enam ratus dollar tersebut kepada kedua anak muda ini serta berkata,
    Dari uang ini potongkan dulu uang kuliah dan biaya hidup kalian berdua. Ambillah 10% dari sisa uang yang ada untuk honor kalian, sisanya baru berikan untuk saya
Ketika itu dua orang anak muda ini meneteskan air mata karena terharu.

Ketika Paderewski mengetahui bahwa pemuda itu berhutang ribuan dollar untuk menyewa ruang konser, musisi itu malah yang menutupi biayanya. bahkan di akhir tur ke-3nya ini, sebelum pergi ke Eropa, sang pianis itu mendirikan yayasan Paderewski, yang diperuntukan bagi para komposer muda Amerika.

Bertahun-tahun berlalu...

Kemudian pecahlah perang dunia ke-1 di tahun 1914, Paderewski menetap di Swiserland, namun Ia yang mempunyai kemurahan hati tidaklah bisa berdiam diri. Di tahun berikutnya, bersama dengan pemenang nobel Henryk Sienkiewicz, dengan persetujuan pemerintah Swis, Ia mengorganisir komite umum untuk membantu korban perang Polandia dan menjabat sebagai ketuanya. Ia secara pribadi me-lobby semua anggota komite di Perancis dan Inggris.

Pada tahun 1915, Ia melakukan turnya ke-10nya di US, konser itu bertujuan untuk amal dan dihadapan 15.000 orang Polandia yang menetap di Amerika, Ia memita mereka membantu Polandia. Ia juga melakukan serial 300 konser selama 2 tahunan kemudian yang bertujuan sebagai penggalian dana korban perang Polandia.

Di tahun 1916, di hadapan presiden Amerika Woodrow Wilson, Ia pun memberikan pidato di Gedung Putih dan kemudian sang presiden memintanya menjadi penasehat, menulis tentang Polandia dan argumen untuk pemulihannya.

Di tahun 1917, di Pittsburgh, Ia juga meminta agar agar tentara Polandia berjuang bersama Amerika dalam perang dunia ke-1.

Pada bulan January 1918, President Amerika, Wilson mengumumkan 14 keputusan, salah satunya mengenai pembangunan kembali Polandia. Di tahun itu juga, di bulan April, Amerika menerjunkan diri pada konflik perang dunia ke-1.

Perang dunia ke-1 akhirnya berakhir pada jam 11, tanggal 11/11/1918. Tanggal itu kemudian diperingati di seluruh belahan dunia sebagai Remembrance Day (atau juga Poppy Day, Armistice Day atau di amerika dikenal dengan nama Veteran Day).

Di bulan Desember, Paderewski pulang ke Polandia dan menerima penghargaan sebagai Pahlawan. Ketika sampai di Warsawa, Marshal Pilsudski, Kepala negara Polandia saat itu, memintanya untuk menerima jabatan rangkap sebagai perdana menteri dan mentri luarnegeri Polandia.

Benturan dari peperangan mengakibatkan kesulitan ekonomi di Polandia. Teriakan meminta bantuan yang terus-menerus dari puluhan ribu rakyat yang kelaparan, membuat Paderewski yang telah berusaha kian kemari tetap tidak bisa mengatasi krisis besar ini.

Akhirnya, Ia meminta bantuan American Food Administration (AFA) dan American Relief (ARA).

Saat itu, Hobert Hoover, yang nantinya menjadi presiden Amerika ke-31 ,menjabat sebagai kepala AFA dan atas perintah dari presiden Woodrow Wilson, berdasarkan keputusan kongres tanggal 24 Februari 1919, dengan berbekal anggaran USS 100 juta dolar, ARA di bentuk dan Hoover ditunjuk sebagai Direktur Programnya.

Hoover kemudian menerima berita permohonan bantuan ini, dengan tanpa keraguan sedikitpun dia segera menyetujui memberi bantuan makanan dalam jumlah yang besar. Tidak lama kemudian, puluhan ribu ton makanan dikirim ke Polandia yang membuat 1.5 juta orang rakyat Polandia terhindar dari bahaya kelaparan dalam 6 bulan sejak ARA masuk ke Negara itu di tahun 1918.

Guna menyampaikan sendiri rasa terima kasihnya kepada Herbert Hoover, PM Paderewski mengadakan perjanjian untuk bertemu di Paris. Tidak terduga ketika mereka berdua bertemu muka, Herbert Hoover langsung berkata,
    Tidak perlu Anda berterima kasih kepada saya, justru sayalah yang harus berterima kasih kepada Anda! Tuan, ada satu hal yang mungkin sudah tidak teringat oleh Anda, tetapi bagi saya peristiwa itu tidak akan saya lupakan untuk selamanya! Ketika Anda masih berada di Amerika, Anda pernah menolong dua orang mahasiswa miskin, saya adalah salah satu dari dua mahasiswa miskin itu.
20% lebih pendanaan ARA diperuntukan bagi Polandia dan itu berlanjut hingga tahun 1922!

Kemurahan dari Paderewski tidaklah berhenti hingga di situ!

Di tahun 1923, Ia melakukan konsernya yang ke-13 di US. Banyak penghargaan Ia perloleh selama turnya, diantaranya adalah penghargaan kehormatan, gelar pendidikan, medali, kehormatan sebagai Ksatria termasuk dari raja George V, Inggris dan Ia pun menyumbangkan banyak dari hasil konsernya bagi korban perang dunia ke-1, Liga Amerika, pengangguran di Amerika, musisi dan lain-lain.

Dimenjelang akhir hidupnya, Pecahlah perang dunia ke-2, pada bulan September 1939, Polandia di duduki, Ia pun pergi ke Liga dunia (PBB) di Jenewa meminta bantuan bagi Polandia. Ia menjadi Kepala Dewan Nasional di pengasingan. Pada tahun 1941, Ia menerima undangan dari President Roosevelt. Di sanapun, Ia masih membuat penggalian dana di "minggu" Paderewski. Eleanor Roosevelt pun sempat mengunjungi kediamannya di Florida. Di tahun itu pula, Paderewski wafat. Atas perintah kongres Amerika, Ia dikuburkan di kuburan nasional Arlington. Jenasahnya, baru tiba kembali ke Polandia setelah 50 tahun berlalu, yaitu 5 Juli 1992.

Hoover selama perang dunia ke-2, memimpin Komisi bagi pembangunan kembali Polandia, yang membantu ratusan ribu orang Polandia dan di tahun 1946, Ia juga mengunjungi Polandia, merancang bantuan bagi Polandia untuk 3 dekade ke depan!

Ya..Ketulusan dan kebaikan hati yang pernah dilakukan setiap orang, ditambah dengan pengorbanan yang telah dikeluarkan, tidaklah lekang oleh waktu.


[Tulisan ini merupakan hasil modifikasi dari beberapa sumber tulisan yaitu dari sini, yang merupakan artikel translasi ke bahasa Indonesia dari bahasa Inggris yang asalnya adalah karya dari Guan Ming di tahun 2005. Material lainnya berasal dari sini, oleh: Teresa Gessner dan juga dari sini, oleh: Lisa Trei. Foto salah satunya berasal dari Wikipedia]