Senin, 18 Februari 2008

Isra’ Mira’j dan Batu Melayang


Pengantar
Isra' Mira'j adalah peristiwa Nabi Muhammad menuju langit ke 7, dari peristiwa ini umat Islam mulai menunaikan shalat 5 waktu. Dibaliknya, terdapat perdebatan keabsahan Isra' Mira'j baik itu tentang kesaksian, Buraq yang mengantarkannya, hadis yang meriwayatkan, sejarahnya dan dibeberapa bulan ini, terdapat klaim photo dan email tentang batu melayang di +/- 1280 website, 284 di antaranya mencantumkan asal photo dan tulisannya. Artikel ini mengulas seputar:
  1. Klaim Batu Melayang
  2. Peristiwa Isra'a Mira'j
Setelahnya, dapat anda simpulkan sendiri terkait dua hal di atas. Selamat membaca.


Batu Melayang
Berikut klaim batu melayang sebagai keajaiban Isra'a Mira'j dari: ady_chy@yahoo.com
    Ini foto dari teman saya sewaktu melawat Al Aqsa (yg sebenarnya) di Jerusalem,

    Subhanallah ??

    Foto ini bisa lolos karena tidak diketahui oleh pihak israel yg menjaga tempatnya dengan sangat ketat.

    Bukti kebesaran Allah SWT batu tempat duduk Nabi Muhammad SAW Isra Mi'raj

    sampai kini masih tetap melayang di udara. Pada saat Nabi Muhammad mau Mi'raj batu tsb ikut, tetapi Nabi SAW menghentakan kakinya pada batu tsb, maksudnya agar batu tsb tak usah ikut. Kisah Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW tentang batu gantung tsb yang berada dalam masjid Umar (Dome of the Rock?) di Lingkungan Masjidil AQSHA di Yerusalem.

    Sampai sekarang mesjid dome of rock ditutup untuk umum, dan Yahudi membuat mesjid lain Al Sakhra tak jauh disebelahnya dengan kubah "emas" (yg sering terlihat di poster2 yg disebarkan ke seluruh dunia dimana2) dan disebut sebagai Al Aqsa, untuk mengelabui ummat islam dimana mesjid Al Aqsa yang sebenarnya, yang Nabi Muhammad SAW pernah sebutkan Al Aqsa sebagai "mesjid kubah biru".

    Saat ini mesjid Al Aqsa yg sebenarnya sudah di ambil-alih oleh israel dan rencananya mau dihancurkan untuk diganti sebagai tempat ibadah mereka karena bersebelahan dengan tembok ratapan.

Dari Muhammad Nashiruddin al-Albani, Buku ke-3, Silsilah Hadits Dha'if dan Maudhu, Gema Insani Press 1999 halaman 584 - 585 hadis nomor 1252:
    "Batu besar adalah batu yang di Baitul Maqdis diatas pohon korma, dan pohon korma berada ditepi sungai dari sungai-sungai didalam surga, dan dibawah pohon korma ada Asiyah istri Fir'aun dan Maryam binti Imron, keduanya mengatur kalung-kalung penghuni surga hingga hari kiamat."
Saat melihat photo, tentunya ada peningkatan suasana religius di diri anda dan segera menyampaikan puja-puji pada yang kuasa, terlebih lagi ada hadisnya, semakin yakinlah pada kebesaran Islam. Sayang sekali, hadis itu Maudhu', diriwayatkan Ibnu Asakir (I/274/19):
    dari Ibrahim bin Muhammad, "Telah memberitakan kepada kami Muhammad bin Mukhallad, memberitakan kepada kami Ismail bin Ayyasy dari Tsa'labah bin Muslim al-Khats'ami dari Su'ud bin Abdir Rahman dari Khalid bin Mi'dan dari Ubadah bin Shaamit secara marfu'", kemudian Ibnu Asakir berkata, "Telah diriwayatkan oleh lainnya yang juga dari Khalid, seraya menjadikannya sebagai ucapan Ka'ab."

    Adz-dzahabi menuturkan hadis ini dalam rangka mengutarakan otobiografi Muhammad bin Mukhallad ar-Ra'aini al-Himshi. Kemudian ia berkata : "Telah diriwayatkan oleh Abu Bakar Muhammad bin Ahmad al-Wasithi al-Khatib dalam 'Fadhail Bait al-Maqdis' dengan sanad gelap kepada Ibrahim bin Muhammad, dari Muhammad bin Mukhallad dan merupakan berita kedustaan yang jelas" Lebih jauh tentang Muhammad bin Mukhallad ini, adz-Dzahabi berkata: Ia telah menyampaikan hadis-hadis batil; seraya menuturkan bahwa hadis ini adalah salah satunya.

    Didalam kitab al-Lisan Ibnu Hajar mengatakan bahwa menurut Ibnu Adi, Muhammad bin Mukhallad mungkar periwayatannya, dari siapapun diriwayatkannya. Sedangkan ad-Daruquthni mengatakan di kitab Gharaa'ib Maalik, "Orang ini ditinggalkan periwayatannya"
Mungkin anda berkata: "So what?!, Photo itu saksi!". Sayang sekali, batu itu aslinya tidak melayang. Photo itu hasil rekayasa (lihat di bawah) []



Peristiwa Isra'a Mira'j

Isra' wal Mi'raj adalah dua peristiwa, namun secara tradisi kalangan Islam, dianggap terjadi dalam satu rangkaian perjalanan Muhamad SAW dari Masjidil Haram ke Masdil Aqsa (Bayt Al-Maqdis) dan berlanjut ke langit ke-7.

Peristiwa Isra'a:
    Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan(asrā, "أَسْرَىٰ") hamba-Nya (biʿabdihi, "بِعَبْدِهِ") pada suatu malam [laylan, "لَيۡلاً۬") dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha (mesjid terjauh) yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [AQ 17.1]
Peristiwa mi'raj, yaitu naik ke langit ke-7, dianggap tersurat dalam ayat berikut ini:
    Maka apakah hendak membantahnya/meragukannya (afatumārūnahu) tentang (ʿalā) apa (mā) yang dilihatnya (yarā)? Dan sesungguhnya (walaqad) Ia telah melihatnya (raāhu) waktu turun (nazlatan) lainnya (ukh'rā), dekat (ʿinda) Sidratil Muntaha, Di dekat itu (ʿindahā) taman/surga (jannatu) tempat tinggal (al-mawā).. [AQ 53.12-15]
Pada waktu itu, Allah memberikan perintah kepada Muhammad untuk wajib mendirikan shalat 50 kali sehari namun sukses ditawar Nabi hingga tersisa 5 kali sehari
    Ibn Hazm dan Anas bin Malik berkata: Nabi berkata, "Kemudian Allah memerintahkan shalat 50x pada para pengikutku ketika Aku kembali dengan perintah Allah ini, Aku bertemu dengan Musa yang bertanya padaku, 'Apa yang telah Allah perintahkan pada para pengikutmu?' Aku jawab, 'Ia memerintahkan shalat 50x pada mereka' Musa berkata, 'Balik kembali pada Tuhanmu (kata yang digunakan adalah rabbika "رَبِّكَ" (rabb-mu) bukan rabbana "رَبَّنَا" (rabb kita)) untuk para pengikutmu yang tidak akan mampu menanggung itu'

    (Jadi Aku kembali pada Allah dan memohonkan pengurangan) dan Ia mengurangi itu menjadi setengahnya. Ketika aku bertemu Musa kembali dan mengabarkannya tentang itu, Ia berkata, 'Kembali ke Tuhanmu karena pengikutmu tak akan kuat menanggungnya'

    Jadi, Aku kembali pada Allah dan memohonkan pengurangan lebih lanjut dan setengahnya di kurangi. Lagi aku bertemu dengan Musa dan Ia berkata pada ku: 'Kembali kepada Tuhanmu, Para pengikutmu tidak akan kuat menanggungnya.

    Jadi aku kembali pada Allah dan Allah berkata, 'Shalatlah 5x dan ini setara dengan 50 x [dalam ganjaran] dalam kataku tak akan berubah.' Aku kembali ke Musa dan Ia berkata padaku untuk kembali sekali lagi. Aku menjawab, 'Sekarang Aku merasa malu untuk memohon pada Tuhanku lagi'" [Bukhari 1.8.345; 4.54.42; 5.58.227; dan 9.93.608]
Ibn Kathir dalam tafsir AQ 50.39 (..sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam..): Sebelum Isra; Mira'j, shalat fardhu (wajib) yang diperintahkan adalah 2x, yaitu sebelum terbit matahari pada waktu fajar dan sebelum matahari tenggelam, yaitu pada waktu 'ashar...yang keduanya dilakukan sebelum matahari terbit dan sebelum matahari tenggelam. [Tafsir Ibn Kathir jilid 7, Juz 26, hal.523]. Ibn Kathir dalam tafsir AQ 7.205 (.. diwaktu pagi dan petang..): Hal ini terjadi sebelum diwajibkannya shalat 5 waktu pada malam Isra' Mi'raj. Ayat ini termasuk ayat Makkiyyah. [Ibid, Jilid 3, Juz 9, hal.517] dan Ibn Kathir dalam tafsir AQ 11.114 (..Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi hari .. Dan pada bagian permulaan daripada malam): Kemungkinan ayat ini turun sebelum diwajibkannya shalat 5 waktu pada malam Isra', karena sesungguhnya shalat yang diwajibkan hanyalah 2, yaitu shalat sebelum terbit matahari dan shalat setelah terbenamnya matahari.. [Ibid, jilid 4, juz 12, hal.388]

Riwayat 'Abdullah bin Yusuf - Malik - Shalih bin Kaisan - 'Urwah bin Az Zubair - 'Aisyah: Allah telah mewajibkan shalat, dan awal diwajibkannya adalah 2 raka'at 2 raka'at, baik saat mukim atau saat dalam perjalanan.." [Bukhari no.337]. Riwayat Ya'qub - Ayahku - Ibnu Ishaq - Shalih bin Kaisan - Urwah bin Az Zubair - Aisyah: "Yang pertama kali diwajibkan kepada Rasulullah SAW adalah shalat 2 raka'at, 2 raka'at kecuali maghrib, karena terdiri dari 3 raka'at. Kemudian Allah menyempurnakan duhur, ashar, dan isya' menjadi 4 raka'at ketika bermukim dan Allah menetapkan seperti kewajiban shalat yang pertama bagi orang yang sedang berpergian." [Ahmad no. 25133]

→ Shalat 2x sebelum Isra' Mi'raj tampaknya terdiri dari 2 raka'at. Ketika shalat 5x menjadi wajib, awalnya terdiri dari 10 raka'at: 2 x 5 (subuh, duhur, ashar, isya, maghrib), kemudian menjadi 17 rakaat: 2 (subuh) + 3 x 4 (duhur, ashar, isya) + 3 (maghrib).

Shalat (dalam 'aram = zelota) Nasrani dan Yahudi Pra-Islam:
Jika mengikuti Musa dan Harun, dilakukan 2x dengan persembahan kurban binatang dan dupa, pada pagi dan senja (Kel. 29.38-39, 30.7-8); Jika mengikuti Daniel, dilakukan 3x, pada pagi, tengah dan sore hari (Dan 6.11-12, Mzm 55.18); Jika mengikuti David/Daud, dilakukan 7x sehari (Mzm 119.164), tidak diketahui waktunya. Gereja Kristen Ortodok (sekitar abad ke-3 M), melakukan 7x pada:
(1) jam ke-1/setara subuh (jam 5-6), merujuk Kel. 29.38-41 dan Yoh 8.12;
(2) jam ke-3/setara dhuha (jam 9-11 pagi), merujuk KPR 2.1,15, Mrk15.25 dan Kis 2.1-12,15;
(3) jam ke-6/setara duhur (jam 12-13), merujuk KPR 10.9 dan Luk 23.44-45;
(4) jam ke-9/setara ashar (jam 15-16), merujuk Kis 3, 1 dan Mrk 15.34-38;
(5) senja/setara maghrib (jam 18), merujuk Kel 29.38-41;
(6) pasca senja/setara isya (jam 18-24), merujuk Mzm 4.9;
(7) tengah malam/setara tahajud, merujuk Kis 16.25, Mat 24.42, Luk 21.26, Why 16.15 dan 2 Kor 6.4-5

Ritual zelota/shalat Kristen Ortodok dilakukan menghadap ke Yerusalem. Setiap shalat terdiri 3 raka'at: Di raka'at ke-1 hanya qiyam/berdiri. Di raka'at ke-2 rukuk/membungkuk, sujud + gerakan tanda salib + doa dan qari’ah/pujian dari kitab Mazmur dan di raka'at ke-3 pembacaan syahadat/pengakuan kepada Tuhan.

Shalat kaum Sabiin:
Tabari dalam tafsir AQ 2.62, Riwayat Muhammad bin abdul A'la - Al Mu'tamir bin Sulaiman - Bapaknya - Al Hasan - Ziyad: Orang-orang Sabiin shalat 5 waktu dan menghadap Qiblat. [Tafsir Al Tabari, jilid 2, Pustaka Azzam, hal.23. Di catatan kaki no.53 merujuk juga ke Ibn Abi Hatim dalam tafsirnya (1/128) dan Al Mawardi dalam An-Nukat wa al uyun (1/133)]

→ Ketika kaum Muslim masih shalat 2x, kaum Sabiin telah shalat 5 waktu, tampaknya jumlah shalat kaum Sabiin, diadopsi Allah.

5 nama waktu shalat kaum Muslim:
Hanya tercantum dalam hadis dan tafsir, sedangkan Quran, hanya menyebutkan 3 nama waktu shalat, yaitu AQ 24.58: (1) Shalat Al-Fajr/Subuh, (2) shalat Al-Isya/malam; dan AQ 2.238: (3) shalat wusta.

Tentang shalat "wusta/wustha"
Penjelasan "waktu" shalat wusta di AQ 17.78: "aqimi alshshalaata (dirikan shalat)" + "liduluuki alsysyamsi ilaa ghasaqi allayli (dari tergelincirnya matahari sampai gelap malam)" dan di AQ 11.114: "wa-aqimi alshshalaata (dan dirikan shalat)" + "tharafayi alnnahaari wazulafan mina allayli (dua ujung hari dan dekat-dekat dari malam)", karena ayat ini turun sebelum Isra' mi'raj, maka merujuk 2 waktu shalat, yaitu waktu shalat subuh (dekat malam di ujung hari terbitnya matahari) dan waktu shalat isya (dekat malam di ujung hari terbenamnya matahari). Ibn Kathir maupun Ath-Tabari dalam tafsirnya untuk AQ 2.238: Para ulama berselisih pendapat tentang maksud shalat wusta/wustha. Sebagian berpendapat shalat wusta adalah:
  • Shalat Ashar [Tafsir Ath-Thabari, Naskah: Syaikh Ahmad Muhammad Syakir dan Syaikh Mahmud Muhammad Syakir, Vol.4, Pustaka Azzam, hal.182-201]
  • Shalat Zhuhur/lohor [Ibid, hal.202-210]
  • Shalat Magrib [Ibid, hal.210-212]
  • Shalat Subuh [Ibid, hal.212-216]
  • Salah satu dari shalat 5 waktu tapi kita tidak mengetahuinya dengan pasti [Ibid, hal.216-217]
  • Semua shalat 5 waktu. Pendapat ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari Ibnu Umar. Akan tetapi, kesahihan dari riwayat ini pun masih perlu dipertimbangkan. Yang mengherankan, pendapat ini dipilih oleh Syekh Abu Amr ibnu Abdul Bar An-Numairi, seorang imam di negeri seberang laut. Sesungguhnya hal ini merupakan salah satu dosa besar, mengingat ia memilihnya, padahal ia memiliki wawasan luas lagi hafal semuanya, selagi ia tidak dapat menegakkan hujah yang memperkuat pendapatnya, baik dari Al-Qur'an atau sunnah atau asar. [Tafsir Ibn Kathir]
  • Pendapat yang lain: shalat Isya dan shalat Subuh. Lainnya: shalat berjamaah. Lainnya: shalat Jumat. Lainnya: shalat Khauf. Lainnya: shalat Idul Fitri. Lainnya: shalat Idul Adha. Lainnya: shalat witir. lainnya: shalat Duha. Sementara ulama lainnya bersikap abstain, mengingat menurut mereka dalilnya simpang siur dan tidak jelas mana yang lebih kuat di antaranya. Sedangkan ijma' belum pernah ada kesepakatan mengenainya dalam satu pendapat, bahkan perbedaan pendapat masih tetap ada sejak zaman sahabat hingga masa sekarang. [Tafsir Ibn Kathir]
Rangkaian raka'at shalat:
takbir, berdiri, doa/iftitah (hanya rakaat ke-1, tidak semua mazhab), membaca Al Fatihah, membaca surat lain, ruku/membungkuk, meluruskan diri dari ruku, sujud, bangkit dari sujud, sujud ke-2x, duduk dalam doa (rakaat ke-2) dan pada rakaat terakhir: salam.

Kapan turunnya surat Al Fatihah?
Ibn Kathir: (1) Pendapat Ibn Abbas, Qatadah dan Abu Al Aliyah, diturunkan di Mekah; (2) Pendapat Abu Huraira, Mujahid, Atha bin Yasar dan Az zhuri, diturunkan di Medinah [Tafsir Ibn Kathir, jilid ke-1, juz 1, hal.7-8]

→ Muhammad hijrah ke Medina tahun 622 M, Ibn Abbas. lahir tahun 619 M, sehingga saat itu bahkan baru berusia 3 tahun, sementara Abu Huraira lahir tahun 603 M. Menurut Ad-Dhahabi: Tufayl bin Amr ad-Daus datang ke Mekkah, setelah bertemu Muhammad, Ia masuk Islam. Menurut Ibn Hajar al-'Asqalani: "Abu Hurairah menemani Tufayl ke Mekah untuk bertemu Muhammad, kemudian Abu Huraira diberi nama Abdurrahman". Jadi keislaman Abu Huraira terjadi sebelum hijrah.

Ibn Kathir dalam tafsir AQ 15.87: Ulama berbeda pendapat tentang maksud sab’ul matsani/tujuh yang berulang. Ibnu Mas’ud, Ibnu `Umar, Ibnu `Abbas, Mujahid, Sa’id bin Jubair, adh-Dhahhak lain-lain mengatakan: “as-sab’ul matsani adalah tujuh surat yang panjang, yaitu: al-Baqarah, Ali `Imran, an-Nisaa’, al-Maa-idah, al-An’aam, al-A’raaf dan Yunus” Adapun pendapat kedua, sab’ul matsani itu ialah al-Fatihah yang terdiri dari tujuh ayat. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir ath-Thabari" [Tafsir Ibn Kathir, jilid ke-5, juz 14, hal.28].

Sementara Tabari dalam Tafsir AQ 15.87: "Ahli takwil berbeda pendapat tentang makna 'as-sab’ul matsani'... Sebagian berpendapat bahwa maksud kata "as-sab’ul/tujuh" adalah 7 surat awal Qur'an, yang dikenal sebagai surat-surat panjang... yang berpendapat demikian, berbeda pendapat mengenai makna kata "matsani/berulang". Sebagian berpendapat bahwa maksudnya adalah angka 7 tersebut. Ia disebut matsani karena terdapat pengulangan berbagai perumpamaan, berita, dan pelajaran" [Tabari, Tafsir Quran, jilid ke-15, hal. 875]... yang berpendapat ("Maksudnya adalah 7 surah yang panjang") adalah Ibn Mas'ud, Ibn Umar, Ibn Abbas, Ali bin Abu Talib, Sa'd bin Jubair, Mujahid dan adh-Dhahhak [hal.875-883]. Ahli takwil lain maksud "as-sab’ul matsani": adalah surah Al Fatiha, karena terdiri dari 7 ayat, tapi mereka juga berbeda pendapat mengenai makna "matsani". Sebagian berpendapat karena ia diulang-ulang dalam setiap rakaat shalat [hal.883], yang berpendapat ("as-sab'ul matsani adalah surah Al Fatihah") adalah: Ali, Ibn Mas'ud, Hasan, Ibn Abbas [hal.885-888], sementara Ibn Abbas juga berkata "tujuh, yaitu, الـحَمْدُ لِلّهِ رَبّ العالَـمِينَ/(alhamdulillaahi rabbi al'aalamiina, Segala pujian bagi Allah, pemilik semesta alam) serta Al Quran Al Azhim. Dikatakan bahwa maksudnya adalah 7 surat yang panjang, jumlah ayatnya ratusan" [Hal.887. Note: ayat di hadis ini hanya ayat ke-2 Al-fatiha]. Dari Yahya bin Ya'mur dan Abu Fatkhitah "adalah Ummul Kitab/Induk kitab" [hal.888]. Dari Ali, Ubay bin Ka'b "alhamdulillaahi rabbi al'aalamiina, itulah as-sab’ul matsani" [hal 888-889]. Ahli takwil lain tentang as-sab'u al matsani: adalah makna-makna Al Qur'an [hal.894], adalah surat Al Fatihah [hal. 895], adalah Al Qur'an Al Azhim [hal.895-896]. Tabari: yang paling mendekati benar adalah hadis nabi (note: tapi redaksinya pun berbeda-beda), dari Abu Huraira dan Ubay bin Ka'b, "(Nabi:)"Jika kau mengawali slalat, dengan bacaan apa kamu mengawalinya?" (Ubay:) "ummul Quran" (Nabi:) "ummul Quran adalah As-Sab'u Al Maisani yang diberikran kcpadaku" [Hal.896] atau "..surah yang seperti itu tidak diturunkan di Taurat, tidak pula di Injil, tidak pula di Zabur, dan tidak pula di Al Furqan (Note: nama lain Quran). Itulah as-sab'ul al matsani dan Al Qur'an Al Azhim" [hal.898], namun hadis Nabi dari Ubay bin Ka'b: "..Ubay: "Dengan kalimat, segala puji bagi Allah, pemilik semesta alam, hingga akhir" Rasulullah SAW: "Itulah As-Sab'ul Al Matsani dan Al Qur'an Al Azhim yang diberikan kcpadaku" [hal. 898. Note:: tapi tidak tertulis ayat ke-1:"bismiallaahi alrrahmaani alrrahiimi"]. Hadis nabi dari Abu Sa'id bin ma'la:"...Segala puji bagi Allah pemilik semesta alam. Itulah As-Sab'ul Al Matsani dan Al Qur'an Al 'Azhim yang diberikan kepadaku" [Hal.903-904]. Tabari: "Bisa saja maknanya seperti yang disampaikan Ibnu Abbas, Adh-Dhahhak,.. bahwa Al Qur'an disebut al matsani karena berbagai kisah dan berita di dalamnya diulang-ulang...Hasan Al Bashri: karena ia diulang dalam setiap bacaan... Ibnu Abbas: karena Allah SWT mengecualikannya untuk Muhammad SAW, tidak diberikan-Nya kepada nabi-nabi lain" [hal.905]

→ Nama Ubay bin Ka'b, tidak ada dalam baiat Aqaba pertama dan kedua (sesuai list nama peserta di Sirat rasulnya Ibn Ishaq), sehingga keislamannya, seharusnya di setelah hijrah. Abu Huraira, juga mengutip Ubay terkait peristiwa Nabi dengan Ubay, sehingga tata cara shalat dengan bagian/seluruh Al fatiha juga bentuk final al fatiha, terjadi di setelah hijrah.

Mengingat bahkan para pendapat itupun bervariasi, sehingga tidaklah mengherankan apabila terdapat mushaf, yang bahkan tidak mencantumkan Al-fatiha di dalamnya, misalnya dari Ibn Nadim (abad ke-10 M), dalam "The fihrist" (translasi oleh Bayard Dodge, vol.1, 1970, Ch.I, bagian 3): "Al Fadl Ibn Shadhan: "Aku temukan dalam Mushaf Abdullah Ibn Mas'ud, yang urutan surat-suratnya adalah ... (list surat-surat Quran) ..., inilah 110 surat-suratnya (di catatan kaki, disampaikan hanya sejumlah 106)". Ibn Shadan menyatakan bahwa Ibn Sirin berkata: Abdullah Ibn Mas'ud tidak memasukan Al-Muwwidhatan (Surah 113 dan 114) dan PEMBUKAAN KITAB (Al-Fatiha)". Ibn Nadim: "Aku melihat banyak mushaf Quran dari mushaf Mas'ud, tidak ada dua copy Quran yang sama, kebanyakan dari mereka, perkamennya telah rusak. Aku juga menemukan mushaf Mas'ud berusia sekitar 200 tahun yang mencantumkan Al-Fatiha di dalamnya" [Hal.53-58].


Peristiwa Isra' Mi'raj:
Video ini tentang klaim cincin besi tempat Buraq ditambatkan Muhammad yang terletak dibawah mesjid Aqsa, Yerusalem:



Benarkah sedari dulu dinding ratapan ini disebut mesjid Buraq? Benarkah cincin besi tambatan Buraq telah ada sejak jaman Nabi? Tidak.

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu, terdapat dalam laporan komisi penyelidikan kerusuhan tahun 1929 di Yerusalem:
    "Laporan komisi atas penunjukan dari YM pemerintah Inggris dan Irlandia Utara, yang mendapat persetujuan dari Dewan liga bangsa-bangsa, dalam menentukan hak-hak dan klaim para Muslim dan Yahudi sehubungan dengan tembok barat atau tembok ratapan di Jerusalem, December, 1930":

    Permasalahan tentang Buraq.
    1 Orang-orang Yahudi menolak bahwa dinding depan jalanan setapak dan pojokan Moghrabi (Maroko) dianggap sebagai tempat suci Muslim. Menurut kaum Yahudi, orang Islam sendiri tidak menganggapnya demikian, jika tidak, mereka tidak akan mencemari dinding itu dengan kotoran..yang kaum muslim telah lakukan di kejadian-kejadian tertentu, juga tidak akan mengijinkan pembangunan kakus dekat dinding yang langsung bersambungan dengan tembok ratapan di Selatan dan juga sebagai bagian luar Harem.

    2 ..legenda dimaksud hanya berasal dari periode beberapa abad setelah jaman Muhammad dan bahwa Buraq tidak disebutkan di Al Qur'an. Karenanya tidak beralasan, mereka katakan, untuk mengkaitkan sebuah karakter suci dengan jalanan di depan dinding karena Nabi melewatinya di perjalanan surgawi, Karena kitab suci umat Islam tidak mengatakan apapun tentang itu. Selain itu, rute yang Muhamad ambil sebelum memasuki area kuil tidak pernah, mereka nyatakan, gambaran tepatnya, dan hanya baru-baru ini saja umat Islam mulai membuat-buat bahwa Nabi lewat di sana dan bahwa tunggangan bersayapnya ditambatkan pada cincin besi di dinding yang sekarang menjadi bagian dari Masjid Buraq. Terlebih lagi, kaum muslim tidak pernah, hingga di tahun-tahun ini sajalah, menyebut tembok tersebut Al Buraq. Panduan resmi untuk Harem yang diterbitkan di tahun 1914 oleh otoritas muslim tidak menyebutkan kesucian khusus apapun yang diatributkan pada dinding.
Lantas bagaimana tradisi Islam tentang terjadinya peristiwa Mira'j?
    Ibn Ishaq/Ibn Hisyam:
    Ibnu Ishaq berkata, "--Seperti disampaikan kepadaku bahwa hadits tentang isra' Rasulullah SAW berasal dari Abdullah bin Mas'ud, Abu Sa'id al-Khudri, Aisyah istri Rasulullah SAW, Muawiyah bin Abu Sufyan, Al-Hasan bin Al-Hasan, Ibnu Syihab Az-Zuhri, Qatadah dan ulama-ulama lainnya, serta Ummu Hani' binti Abu Thalib. Mereka semua meriwayatkan dari Rasulullah SAW sebagian dari apa yang beliau sebutkan tentang peristiwa isra' yang beliau alami. [Sirat Nabawiyah Ibn Ishaq/Ibn Hisyam, Jilid 1, Bab 74, Hal. 358]

    [...]

    Al-Hasan berkata dalam hadisnya, "..Orang-orang yang tadinya telah masuk Islam banyak yang menjadi murtad...Ibnu Ishaq berkata bahwa Al-Hasan berkata, "Allah menurunkan ayat tentang orang-orang Islam yang murtad karena peristiwa isra' [AQ 17.60] [Ibid, hal. 359-361]

    [...]

    Ibnu Hisyam berkata bahwa seperti disampaikan kepadaku dari Ummu Hani' binti Abu Thalib (nama aslinya Hindun) tentang isra' Rasulullah SAW di-isra'-kan ketika beliau sedang berada di rumahku. Pada malam itu, beliau tidur dirumahku. Beliau shala Isya' akhir, kemudian tidur dan kita juga tidur. Menjelang Shubuh, beliau membangunkan kita. Setelah beliau shalat Shubuh dan setelah kami shalat Shubuh bersamanya, beliau berkata, 'Wahai Ummu Hani', sungguh aku telah shalat Isya' akhir di lembah ini seperti yang sedang engkau lihat, kemudian aku datang ke Baitul Maqdis dan shalat di dalamnya, kemudian aku mengerjakan shalat Shubuh bersama kalian sekarang seperti yang kalian lihat.'

    Kemudian Rasulullah SAW keluar dan aku tarik ujung pakaiannya hingga perut beliau terlihat dan perut beliau seperti kain Mesir yang dilipat. Aku berkata kepada beliau, 'Wahai Nabi Allah, jangan ceritakan peristiwa ini kepada manusia, sebab nanti mereka mendustakanmu dan menyakitimu.'

    Rasulullah SAW bersabda, 'Demi Allah, aku pasti menceritakan peristiwa ini kepada mereka..." [Ibid, Hal. 363-364]

    Haekal:
    Masa berkabung terhadap Khadijah itupun sudah pula berlalu. Terpikir olehnya akan beristeri,... Itu sebabnya ia segera melamar puteri Abu Bakr, Aisyah. Oleh karena waktu itu ia masih gadis kecil yang baru berusia 7 tahun, maka yang sudah dilangsungkan baru akad nikah, sedang perkawinan berlangsung 2 tahun kemudian, ketika usianya mencapai 9 tahun. Sementara itu ia kawin pula dengan Sauda, seorang janda yang suaminya pernah ikut mengungsi ke Abisinia dan kemudian meninggal setelah kembali ke Mekah.

    Pada masa itulah Isra' dan Mi'raj terjadi. Malam itu Muhammad sedang berada di rumah saudara sepupunya, Hindun puteri Abu Talib yang mendapat nama panggilan Umm Hani'. Ketika itu Hindun mengatakan:

    "Malam itu Rasulullah bermalam di rumah saya. Selesai salat akhir malam, ia tidur dan kamipun tidur. Pada waktu sebelum fajar Rasulullah sudah membangunkan kami. Sesudah melakukan ibadat pagi bersama-sama kami, ia berkata: 'Umm Hani', saya sudah salat akhir malam bersama kamu sekalian seperti yang kaulihat di lembah ini. Kemudian saya ke Bait'l-Maqdis (Yerusalem) dan bersembahyang di sana. Sekarang saya sembahyang siang bersama-sama kamu seperti kaulihat."

    Kataku: "Rasulullah, janganlah menceritakan ini kepada orang lain. Orang akan mendustakan dan mengganggumu lagi!"

    "Tapi harus saya ceritakan kepada mereka," jawabnya...Apa yang dikatakan Muhammad kemudian menimbulkan kesangsian juga pada beberapa orang pengikutnya, pada orang-orang yang tadinya sudah percaya...Tidak sedikit mereka yang sudah Islam itu kemudian berbalik murtad..." [Hayat Muhammad, Muhammad Husayn Haykal, Hal. 189]

Apa yang menarik dari peristiwa Isra' Miraj di atas?

Pertama,
Waktu Peristiwa dan tempat Muhammad berada saat berangkatpun laporannya bervariasi:

Waktu terjadinya Isra' Mi'raj:
  1. Isra: (5 rantai perawi, lihat di bawah)..Malam ke-17 Rabiul Awal dan 1 tahun sebelum blokade pada jalan bukit Abu Talib ["Tabaqat Al-Kabir", vol.1. buku 56.1 hal.144]
    Mi'raj: Muhammad Ibn `Umar - Abu Bakr Ibn 'Abd Allah Ibn Abi Sabrah dan lainnya, mereka berkata:..Pada malam sabtu, 27 Ramadhan, 18 bulan sebelum Hijrah ["Tabaqat Al-Kabir", vol.1. book 55.1. hal.143]

  2. Musa ibn 'Uqbah dari Az-Zuhri: 1 tahun sebelum Hijrah (juga pendapat dari 'urwah). As-Suddi: 16 bulan sebelum Hijrah [Tafsir Ibn kathir utk AQ 17.1]

  3. William Muir: Sebagian besar penulis sepakat bahwa naik ke Surga (Mi'raj) terjadi pada malam yang sama dengan perjalanan ke Jerusalem (Isra'): tetapi Katib al Wackidi, ..membuat yang pertama pada Ramadhan ke-17, 1.5 tahun sebelum Hijrah, dan yang belakangan pada tanggal 17 Rabi I, 6 bulan kemudian [Muir, Vol.2, Ch.6, hal.222]

  4. Imam al-Qurtubi dalam tafsirnya menyatakan bahwa narasi penanggalam mi'raj berbeda-beda. Musa ibn 'Uqbah: lewat 6 bulan sebelum Hijrah ke Medina. A'ishah: Khadijah telah meninggal sebelum turun perintah shalat diwajibkan. Imam Zuhri: Kepergian Khadijah terjadi 7 tahun setelah masa kenabian. Menurut beberapa redaksi hadis: Mi'raj terjadi 5 tahun setelah masa kenabian. Ibn Ishaq: Peristiwa mi'raj terjadi ketika Islam telah tersebar secara umum di mekkah (Ibn Ishaq/Hisyham, Guillaume, Hal. 181)..Al-Harbi: Isra' dan Mi'raj terjadi malam ke-27 Rabi'ath-Thani, 1 tahun sebelum Hijrah dan Ibn al-Qasim adh-Dhahabi: Peristiwa ini terjadi 18 bulan setelah masa kenabian.. [Story of Isra/Miraj, Mariful Qur'aan by Mufti Mohammed Shafi]

  5. Ibnu Hajar al-Asqalani: Isra': "Ibnu Dihyah berkata, "lmam Bukhari cenderung kepada pendapat yang mengatakan bahwa malam isra' bukan malam mi'raj. Karena dia menyebutkan keduanya dalam bab tersendiri". Saya (Ibnu Hajar) katakan bahwa hal itu tidak menunjukkan sikap Imam Bukhari, bahwa keduanya terjadi pada malam yang berbeda. Bahkan perkataannya di awal pembahasan tentang shalat sangat jelas menunjukkan keduanya terjadi pada malam yang sama. Sebab dia menyebutkan, bab "Bagaimana Shalat Difardhukan Pada Malam Isra"', padahal shalat difardhukan pada malam Mi'raj. Maka hal ini menunjukkan keduanya terjadi pada malam yang sama menurut pandangannya. Hanya saja dia menyebutkan keduanya pada bab terpisah, karena masing-masing memiliki kisah tersendiri, meskipun terjadi pada malam yang sama". [Fathul Baari, Ibn Hajjar al-Asqalani, Peneliti: Syaikh Abdul Aziz Abdullah bin Baz, Penerbit Pustaka Azzam, jilid ke-19, Kitabu Manaqib Al Anshar, Bab 63, 41. Cerita Isra', hal.282-283].
    Mi'raj: "Para ulama berbeda pendapat tentang waktu terjadinya mi'raj. sebagian mengatakan, terjadi sebelum kenabian. Namun, pandangan ini cukup ganjil kecuali bila dikatakan bahwa mi'raj saat itu terjadi dalam mimpi.. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa hal itu terjadi sesudah kenabian. Namun, mereka kembali berbeda dalam menentukan waktunya. Sebagian mengatakan 1 tahun sebelum hijratr. Pendapat ini dikemukakan Ibnu Sa'ad dan selainnya serta ditegaskan (dirajihkan) oleh An Nawawi. Bahkan Ibnu Hazm berlebihan dengan mengklaim bahwa pendapat ini telah menjadi ijma' (kesepakatan). Tentu saja pernyataan Ibnu Hazm tertolak, karena dalam masalah ini ada lebih dari 10 pendapat. Diantaranya: Pertama, ..terjadi 8 bulan sebelum hijrah. Kedua, ..terjadi 6 bulan sebelum hijrah. Pendapat ini dinukil Abu Ar-Rabi' bin Salim. Kemudian Ibnu Hazm mengutip pernyataan yang mengindikasikan pendapat pertama. Dia berkata, 'Mi'raj terjadi di bulan Rajab tahun ke-12 setelah kenabian". Ketiga, ..terjadi I I bulan sebelum hijrah. Pendapat ini ditegaskan Ibrahrim bin Al Harbi, dia berkata, 'Mi'raj terjadi pada bulan Rabi'ul Akhir satu tahun sebelum hijrah." Lalu Ibnu Al Manayyar menguatkan dalam krtab syarh As-sirah karya Ibnu Abdil Barr. Keempat, ..terjadi 1 tahun 2 bulan sebelum hijrah seperti dinukil Ibnu Abdil Barr. Kelima, ..terjadi I tahun 3 bulan sebelum hijrah seperti dikutip Ibnu Faris. Keenam, ..terjadi I tahun 5 bulan sebelum hijrah. Pendapat ini dikatakan As-sudi, dan dari jalurnya dinukil Ath-Thabari serta Al Baihaqi. Berdasarkan pendapat ini berarti mi'raj terjadi pada bulan Syawal, atau bulan Ramadhan bila dihitung secara genap. Ketujuh, ..terjadi di bulan Rabi'ul Awal seperti ditegaskan Al waqidi. Pendapat ini pula yang menjadi konsekuensi riwayat Ibnu Qutaibah dan dikutip Ibnu Abdil Barr, bahwa mi'raj terjadi 18 bulan sebelum hijrah. Kedelapan. ..terjadi pada bulan Ramadhan 18 bulan sebelum hijrah. Pendapat ini dinukil dari Ibnu saad dari Ibnu Abi Sabrah. Kesembilan, ..terjadi pada bulan Rajab. Pendapat ini diriwayatkan Ibnu Abdil Barr dan An-Nawawi di kitab Ar-Raudhah. Kesepuluh,..terjadi 3 tahun sebelum hijrah. Pendapat ini diriwayatkan Ibnu Atsir. Kesebelas, mi'raj terjadi 5 tahun sebelum hijrah. Pendapat ini diriwayatkan Iyadh serta diikuti Al Qurthubi dan An-Nawawi dari Az Zuhri. Iyadh mengukuhkannya bersama orang-orang yang mengikutinya. Mereka berhujjah; tak ada perbedaan bahwa Khadijah turut shalat bersama beliau SAW sesudah shalat diwajibkan, dan tidak ada perbedaan bahwa Khadijah mungkin wafat 3 tahun sebelum hijrah dan sekitar itu, atau 5 tahun sebelum hijratr. Lalu tidak ada perbedaan bahwa penetapan kewajiban shalat terjadi di malam isra'.". Ibn Hajjar tidak menyatakan pendapatnya sendiri terkait kapan terjadinya mi'raj, hanya secara khusus membahas pendapat kesebelas terkait hal-hal yang dinafikan Iyadh, "Adapun masalah pertama, disebutkan Al Askari bahwa Khadijah wafat 7 tahun sebelum hijrah, dan sebagian lagi mengatakan 4 tahun. Dari Ibnu Al Arabi dikatakan dia wafat pada tahun hijrah. Mengenai masalah kedua, waktu penetapan kewajiban shalat diperselisihkan oleh para ulama. Ada yang berpendapat, bahwa ia diwajibkan sejak awal kenabian dan jumlahnya 2 rakaat di pagi hari dan 2 rakaat sore hari. Adapun yang diwajibkan pada malam isra' adalah shalat 5 waktu. Sedangkan masalah ketiga, sudah disebutkan pada biografi Khadijah ketika membahas hadits Aisyah tentang awal mula penciptaan. Aisyah menegaskan bahwa Khadijah wafat sebelum shalat difardhukan (diwajibkan).. pernyataan Aisyah, 'Dia wafat sebelum shalat difardhukan', maksudnya shalat 5 waktu..sehingga konsekuensinya Khadijah wafat sebelum isra'. Kemudian masalah keempat, mengenai tahun wafatnya Khadijah terdapat perbedaan lain. Al Askari menukil dari Az-Zuhri, Khadijah wafat 7 tatrun sesudah kenabian. Artinya dia wafat 6 tahun sebelum hijrah. Al Askari menyimpulkan hal ini dari pendapat yang mengatakan antara kenabian dan hijrah adalah 10 tahun" [Ibid, 42. Mi'raj, hal.305-307]
Oleh karena banyaknya perbedaan pendapat, maka terkait Isra' Mi'raj, Ibn Taimiyah sampai menyatakan bahwa tidak ada dalil kuat yang menunjukkan bulan dan tanggalnya, bahwa pemberitaannya munqathi’ (terputus), masih diperselisihkan, tidak ada yang dapat memastikannya [Zaadul Ma'aad, Ibn Al-Qayyim, Beirut: Darul Kutub, 2002, Jilid 1, hal. 57]

Tempat keberadaan Muhammad:
  1. Di rumahnya (Bukhari 1.8.345, 4.54.429, Ibn Sa'd: Ketika rasulullah SAW tidur sendirian di rumahnya, Jibril dan Michael datang dan berkata: Mari (ke tempat yang) kamu telah doakan pada Allah. Keduanya membawanya ke antara maqam (Ibrahin) dan Zamzam dan ada tangga yang dibawa. ["Tabaqat Al-Kabir", vol.1. book 55.1. hal.143]

  2. Bersama Aisyah dan tubuh Muhammad tidak kemanapun [Ibn Ishaq/Hisyham, Guillaume, hal.183]. Ini mengindikasikan juga bahwa Aisyah ditiduri Muhammad sebelum Hijrah dan berusia 6 - 7 tahun!

  3. Sedang berbaring antara Al-Hatim atau Al-Hijr (Bukhari 5.58.227)

  4. Di rumah saudari sepupunya, Umm Hani [Hind atau Fathiha], hingga jauh malam (dekat subuh), berikut ringkasan kehidupan percintaan Umm Hani dan Muhammad dari Tabaqat, 8:151-153; Usd al-ghaba, 5:624[1]; Tabari; Musnad Ahmad; Muslim; dan lainnya:

    Umm Hani 'Binti Abi Thalib: Ibnu Abbas meriwayatkan: "Nabi MEMOHON pada Abu Thalib untuk dapat mengawini putrinya, Umm Hani', DI JAMAN JAHILIYYA Tapi Hubaira melamar dan menikah dengannya. Nabi berkata," Pamanku, Engkau menikahkan Hubaira dan megabai kan ku! "Ia menjawab, 'Ponakanmu, kita telah menjadi kerabat karena perkawinan, dan orang terhormat mendapatkan [di hadiahi] orang terhormat.' [Tabari Vol. 39. Hal 196]

      Note:
      Jaman Jahiliyah artinya Jaman belum muncul Islam dan Muhammad belum menjadi Nabi. Kemungkinan ini terjadi SEBELUM menikahi KHADIJAH. Berikut petikan "The Prophet Muhammad: A Biography", Barnaby Rogerson, Bab 4 "Muhammad: Man Husband Father Seeker", Hal. 71:

      "Di tahun-tahun ini, Muhammad di usia 20-an..Muhammad jatuh cinta. Ia telah lama mengaggumi Fakhita..sepupunya..anak perempuan Abu Talib..hubungan ini tidak berlanjut..Ia memberanikan diri melamar, namun Fakhita telah dilamar oleh Hubayra dari bani Makzum"

      Saat dilamar Muhammad dan Hubaira, tidak diketahui statusnya Umm Hani apakah janda atau tidak.

    Akhirnya, [Hamdun Dagher: "Ia Masuk Islam dan Islam memisahkannya dari Hubaira". Tabari: "Ia masuk islam, sebuah fakta yang memisahkannya dari Hubaira"]. Kemudian Rasulullah melamarnya. Ia berkata, 'Demi Allah! Jika aku mencintaimu di jaman Jahiliyah, maka lebih banyak lagi sejak Islam!' [Hamdun: "Tapi aku seorang wanita dengan anak-anak". Tabari: "Tapi anak-anakku masih kecil"] dan aku tidak suka mereka akan [Hamdun: "menyakitimu". Tabari: "Mengganggumu"]. Rasulullah berkata, "Wanita-wanita terbaik yang menunggangi kuda adalah wanita kaum Quraisy, mereka lembut pada ANAK-ANAK KECIL mereka dan merawat harta suami mereka."

      Note:
      Tidak terdapat keterangan KAPAN lamaran di atas terjadi lagi, apakah SESUDAH/SEBELUM HIJRAH namun hadis berikut ini memberikan kejadian di setelah Hijrah dan merupakan asbabunuzul AQ 33.50

      Abu Kurayb [Muhammad b. Al-Ala] - Ubaydallah - Isra'il -Al Suddi [Ismail b. ABD. Al-Rachman] - Abu Salih [Badham] - Umm Hani: Nabi memintaku mengawininya, namun aku punya alasan menolaknya, Nabi menerima alasanku. Allah kemudian menurunkan: "Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri- isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan..yang turut hijrah bersama kamu"[AQ 33.50]. Jadi aku menjadi tidak halal karena aku tidak Hijrah bersamanya. Aku adalah satu dari mereka yang menjadi muslim bukan karena kehendak sendiri [Tulaqa merujuk pada mereka yang menjadi muslim SETELAH penaklukan kota Mekkah[2] (Catatan kaki Tabari no.857, hal 197)] [Tabari Vol.39.Hal 197]

      Riwayat Abu Hurairah: Bahwa Nabi SAW melamar Umma Hani binti Abi Thalib, Ummu Hani pun menjawab: "Wahai Rasulullah, AKU SUDAH TUA, selain itu aku mempunyai anak", Nabi SAW bersabda: "Sabaik-baik wanita yang menaiki unta adalah wanita Quraisy, yang paling sayang kepada anak pada masa kecilnya, dan yang paling memelihara hak-hak suaminya". [Musnad Ahmad 2/269]

      Dari Harmalah bin Yahya - Ibnu Wahb - Yunus - Ibnu Syihab - Sa'id bin Al Musayyab - Abu Hurairah berkata; 'Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: 'Para wanita Quraisyy adalah sebaik-baik wanita dalam mengendarai unta, yang paling sayang kepada anak, dan paling setia kepada suaminya. Setelah itu Abu Hurairah berkata; "Maryam binti Imran tidak pernah mengendarai unta sama sekali." Driwayatkan Muhammad bin Rafi' dan Abad bin Humaid - Abad berkata; Diriwayatkan pada kami. Ibnu Rafi berkata Diriwayatkan pada kami dari Abdur razak - Ma'mar dari Az Zuhri - Ibnu Al Musayyab - Abu Hurairah bahwa Nabi SAW meminang Ummu Hani binti Abu Thalib. Lalu dia berkata; 'Ya Rasulullah, Sesungguhnya AKU SUDAH TUA dan aku sudah mempunyai beberapa anak.' Rasulullah SAW kemudian bersabda: Sebaik-baik wanita adalah yang mengendarai??-Lalu perawi menyebutkan Hadits yang serupa dengan Hadits Yunus.- Namun dia berkata; 'Yang paling sayang pada ANAKNYA KETIKA MASIH KECIL.' [Muslim no. 4590]

      Di dua Riwayat di atas ini tidak menginformasikan apakah HUBAIRA masih hidup atau telah wafat. Namun dari asbabunuzul versi lain AQ 33.50 berikut ini memberikan alur PERIODE PANJANG kisah yang MENEGASKAN bahwa Umm Hani memang PERNAH MENJANDA di TINGGAL MATI SUAMI:

      (Sura al-Ahzab AQ 33.50. Kaum Ulama berbeda pendapat mengenai ayat ini mengenai kisah Umm Shuraik di bawah[1])

      Abu Shalih, WALI DARI (guardian of) Umm Hani' meriwayatkan: "Rasulullah MELAMAR Umm Hani', Putri Abu Thalib, mengatakan, 'Oh Rasulullah, SAYA ADALAH IBU DARI PARA ANAK YATIM dan ANAK-ANAK SAYA MASIH MUDA/KECIL'

      [Note: Kata "WALI DARI" Umm Hani mengindikasikan ayahnya yaitu ABU TALIB, sudah tidak ada. Saat itu anak-anak Umm Hani masih kecil dan YATIM]

      Kemudian, KETIKA ANAK-ANAKNYA MENCAPAI MASA PUBER, IA TAWARKAN DIRINYA pada Nabi, namun Nabi berkata, "JANGAN, JANGAN SEKARANG" karena Allah telah menurunkan, "Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu.."[AQ 33.50]

      Note:
      Karena TABARI dalam catatan kaki menyatakan HUBAYRA masih hidup di penaklukan kota mekkah, pergi ke NAJRAN dan meninggal di sana sebagai KAFIR (Tabari Vol 39, Catatan kaki no.852, hal 196) serta ada JEDA WAKTU MENJANDA cukup panjang, yaitu usia anak belum puber (suami wafat) hingga puber (masih janda, yaitu saat Ia menawarkan diri dan surat AQ 33.50 telah turun), maka jika tradisi ini benar semua, alurnya ceritanya adalah Umm Hani, setelah menikah dengan Hubayra (suaminya di waktu muda), Ia menjanda, kemudian menikah lagi dengan seseorang namun suami barunya wafat, ia menjanda karena ditinggal mati.

      Alur di atas juga sekaligus menjadi penjelasan mengapa 3 referensi dibawah ini saling berlainan menyatakan berapa jumlah anak Hubayra:

      Dua anak [A Treasury of Virtues: Sayings, Sermons and Teachings of ?Al? Al-Q??? Al-Qu???i, Jahiz, Glossary Names and Term]
      Tiga anak [Abu 'Ubayda: "Umm Hani', anak Abi Talib, melahirkan Hubayra TIGA anak lelaki yaitu Ju'da, Hani' dan Yousuf." ("THE LIFE OF IMAMAL-HASAN AL-MUJTABA, Chapter 12, Hal 378, catatan kaki no.1)]
      Empat anak [Yang lain berkata, 'Ia melahirkan untuk Hubaira Ibn Abi Wahb: Ja`da, `Umar, Yusuf, dan Hani?' [Tabaqat, 8:153ff]

      Rujukan pertama tidak menyebutkan nama 2 anak lainnya. Rujukan ke-2 tidak menyebutkan UMAR (amr) sebagai anak Hubayra. Sehingga jika ia kemudian di akui juga sebagai anak dari Hubayra adalah merujuk pada peristiwa Kakek muhammad (Mutallib) dan anaknya (abdullah bin mutalib) MENIKAH pada WAKTU YANG SAMA dengan kakak+adik (Hala dan Amina), Hala melahirkan Hamza, sedangkan Amina melahirkan Muhammad. Hamza lebih tua dari Muhammad dan perbedaan umur mereka adalah 4 tahun padahal Ayahanda MUHAMMAD, wafat, HANYA BEBERAPA BULAN SETELAH MENIKAH atau dengan kata lain: SIAPA AYAHNYA MUHAMMAD sehingga ia lahir 4 tahun SETELAH Abdullah meninggal?" [Detailnya kontroversi ini, lihat: di sini].

      Ini dapat terjadi karena di jaman jahiliyah (atau mungkin saja masih terjadi juga di jaman Islam baru muncul) tidak dipermasalahkan, para wanitanya, melakukan hubungan seksual dengan lebih dari 1 orang. Misalnya: "Al-Sirah Al-Halabiyah" menceritakan bahwa Amr Ibn al-As di Mekkah tidak tahu siapa ayahnya, karena empat pria memiliki hubungan seksual dengan ibunya. Ketika ia bertanya kepada ibunya siapa ayahnya, ia memilih al-As dan Amr Ibn al-As menganggapnya sebagai ayahnya.

      Merujuk pada hal ini maka bisa di maklumi jika ke-4 anaknya, menggunakan nasab Hubayra yang sama.
      ------

      Referensi:

      1. Position of women in Islam, Hamdun Dagher
      2. Women in Islam and Muslim Society, Dr. Hassan Abdalla Al Turabi atau Umm Hani, Untuk sample reference lain bahwa Umm hanni masuk islam setelah Penaklukan kota mekkah

    Dari Tabaqat Al Kabir, Ibn Sa'd: (Rantai perawi ke-1) Muhammad Ibn `Umar al-Aslami - Usamah Ibn Zayd al-Laythi - `Amr Ibn Shu`ayb - ayahnya ('Amr) - kakeknya ('Amr);
    (Rantai perawi ke-2) Ibn Sa`d - Musa Ibn Ya`qub al-Zam`i - ayahnya (Musa) - kakeknya (Musa) - Umm Salamah;
    (Rantai perawi ke-3) Musa - Abu al-Aswad -`Urwah - `Aisyah;
    (Rantai perawi ke-4) Muhammad Ibn `Umar - Ishag Ibn Hazim - Wahb Ibn Kaysan - Abu Murrah wali dari `Aqil - Umm Hani anak perempuan Abu Talib
    (Rantai perawi ke-5) Ibn Sa`d - `Abd Allah Ibn Ja`far - Zakariya Ibn `Amr - Abu Mulaykah - Ibn `Abbas dan yang lainnya; Narasi konsolidasi mereka adalah:
    ...
    beberapa dari mereka (para perawi) berkata: Umm Hani berkata: Ia dibawa dalam perjalanannya dari rumah kami. Ia tidur bersama kami malam itu; Ia melakukan shalat al-`Isha, kemudian ia tidur. Ketika menjelang pagi kami bangunkan dia (untuk) subuh (shalat). Ia bangun dan ketika ia melakukan shalat subuh ia berkata: 0 Umm Hani! Aku melakukan shalat al-Isha BERSAMA MU sebagaimana KAU SAKSIKAN, kemudian aku sampai di Bayt al-Muqaddas dan mendirikan shalat di sana; Kemudian Aku mendirikan shalat subuh sebelum mu. Setelah itu, Ia pergi keluar; Aku katakan padanya: Jangan sampaikan ini pada orang-orang karena mereka mendustaimu dan menyakitimu. Ia berkata: Demi Allah aku akan sampaikan ini pada mereka dan menginformasikan pada mereka...Allah, yang maha besar menurunkan: (Qur'an, 17:63)...[Tabaqat Al Kabir, Ibn Sa'd Vol.1, Parts 1.56.1]

    Tafsir AQ 17.1 dari:
    Tanwir al-Miqbas min Tafsar Ibn 'Abbas: dari narasi Ibnu 'Abbas sendiri..Ia bawa hamba-Nya Muhammad, saw, (pada malam hari) di awal malam..dari rumah Umm Hani 'putri Abu Thalib..
    Tabari (w.310): Ibn Hamid - Salamah - Muhammad bin Ishaq - bend Mohammed bin massal - Abu Saleh bin Bamam - Umm Hani, anak perempuan Ibn Abu Talib berkata: Ia dibawa dalam perjalanannya dari rumah kami. Ia tidur bersama kami malam itu; Ia melakukan shalat al-`Isha, kemudian ia tidur...
    Para penafsir lainnya misal: Zamakhshalli (w. 538), Razi (w.606 H) juga menyampaikan salah satu pernyataan bahwa Muhammad berangkat Isra dari rumah Umm Hani
Kedua,
Keadaan nabi sesaat sebelum berangkat:
  1. Tertidur/mimpi (Bukhari 9.93.608),
  2. Diantara keduanya (Bukhari 4.54.429),
  3. Tidak tidur/Sadar (Ibn Sa'd's Al-Tabaqat Al-Kabir Vol.I, Bukhari 1.8.345, 5.58.228, 5.58.227, Tafsir Ibn Kathir: Hal. 572-573)
Ketiga,
Perjalanan menuju Baitul Maqdis dan langit ke 7 dilakukan dengan mengendari Buraq:
  1. Riwayat dariSyaiban bin Farrukh - Hammad bin Salamah - Tsabit al-Bunani - Anas bin Malik - Rasulullah SAW: "Aku telah didatangi Buraq. Yaitu seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bagal. Ia merendahkan tubuhnya sehingga perut buraq tersebut mencapai ujungnya." Beliau bersabda lagi: "Maka aku segera menungganginya sehingga sampai ke Baitul Maqdis." Beliau bersabda lagi: "Kemudian aku mengikatnya pada tiang masjid sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para Nabi... [Muslim 1.309/no.234]

  2. Riwayat dari Muhammad bin al-Mutsanna - Ibnu Abu Adi - Sa'id - Qatadah - Anas bin Malik - Malik bin Sha'sha'ah - Nabi SAW:..lalu dibawa pula kepadaku seekor binatang tunggangan berwarna putih yang disebut Buraq, ia lebih besar daripada keledai dan lebih kecil daripada bagal. Ia mengatur langkahnya sejauh mata memandang, sementara itu aku dibawa di atas punggungnya. Kemudian kami pun memulai perjalanan hingga sampai ke langit dunia, setelah itu Jibril meminta agar dibukakan pintunya, lalu ditanyakan kepadanya, 'Siapa? ' Jawabnya, 'Jibril'. Kemudian ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Lalu Jibril menjawab, 'Muhammad SAW'. Lalu ditanya lagi, 'Apakah dia orang yang telah diutuskan? ' Jawabnya, 'Ya. Lalu malaikat yang menjaga pintu tersebut membuka pintu sambil berkata, 'Selamat datang, sungguh tamu utama telah tiba'. Lalu kami mengunjungi Nabi Adam..." [Muslim 1.313/no.238]

  3. Riwayat dari Hudbah bin Khalid - Hammam - Qatadah dan riwayat dari Khalifah - Yazid bin Zurai' - Sa'id dan Hisyam - Qatadah - Anas bin Malik - Malik bin Sha'sha'ah - Nabi SAW:..Kemudian aku diberi seekor hewan tunggangan putih yang lebih kecil dari pada bagal namun lebih besar dibanding keledai bernama al-Buraq. Maka aku berangkat bersama Jibril, hingga sampai di langit dunia... [Bukhari, 4.54.429/no.2968]

  4. Riwayat dari Hudbah bin Khalid - Hammam bin Yahya - Qatadah - Anas bin Malik - Malik bin Sha'sha'ah - Nabi SAW:.. Kemudian aku didatangkan seekor hewan tunggangan berwarna putih yang lebih kecil dari pada bagal namun lebih besar dibanding keledai." Al Jarud berkata kepadanya; "Apakah itu yang dinamakan al Buraq, wahai Abu HAmzah?". Anas menjawab; "Ya. Al Buraq itu meletakan langkah kakinya pada pandangan mata yang terjauh"."Lalu aku menungganginya kemudian aku berangkat bersama Jibril hingga sampai di langit dunia... [Bukhari 5.58.227/no.3598, juga Musnad Ahmad no.17165]

  5. RIwayat dari Ishaq bin Manshur - Abdurrazzaq - Ma'mar - Qatadah - Anas: Nabi SAW ketika di Isra`kan, beliau diberi Buraq yang lengkap dengan tali (kendali) dan pelana, tetapi ia mempersulit beliau (tidak mau ditunggangi) lalu Jibril berkata padanya: Patutkah kamu lakukan ini pada Muhammad, padahal belum ada yang menunggangimu paling mulia disisi Allah selain Muhammad? Beliau bersabda: Lantas mengalirlah keringatnya. Abu Isa mengatakan bahwa hadits ini HASAN GHARIB., kami hanya mengetahuinya dari hadits Abdurrazzaq. [Tirmidhi no.3056]

  6. Riwayat dari Ibnu Umar - Sufyan - Mis'ar - Ashim bin Abu An Najud - Zirr bin Khubais bekata: Saya bertanya kepada Hudaifah bin Yaman: Apakah Rasulullah SAW shalat di baitul maqdis? dia (Hudaifah) menjawab: Tidak. Aku berkata: Ya. Dia berkata: Kamu berkata demikian wahai botak, atas dasar apa kamu mengatakan hal itu? Aku katakan hal itu dengan al Qur`an yang ada (untuk menghukumi) di antara aku dan kamu. Hudzaifah berkata: Siapapun yang berhujjah dengan al Qur`an sungguh ia telah beruntung. Sufyan berkata: Sungguh ia berhujjah dengan (alasan yang benar) atau ia mengatakan: Sungguh ia telah beruntung. Lalu ia (Zirr bin Hubaisy) membacakan "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha." (Al Israa`: 1) ia bertanya: Apakah engkau melihat beliau shalat di dalamnya? Aku menjawab: Tidak, seandainya beliau shalat di dalamnya, pasti hal itu akan diwajibkan sebagaimana diwajibkannya shalat di Masjidil Haram. Hudzaifah mengatakan bahwa Rasulullah SAW didatangi seekor hewan yang punggungnya panjang dan lebar dan langkahnya sejauh mata memandang dan selagi keduanya (Nabi dan Jibril) di atas punggung Buraq keduanya melihat surga, neraka, dan semua janji (peristiwa) akhirat. Lalu keduanya pulang ke tempat semula mereka pergi. Ia berkata: Mereka mengatakan bahwa beliau mengikatnya (buraq) karena khawatir lari meninggalkannya, padahal sesungguhnya Dzat yang maha mengetahui hal ghaib (Allah) telah menjinakkannya. Abu Isa mengatakan bahwa hadits ini HASAN SAHIH [Tirmidhi no.3072, juga ahmad no. 22197, 22243, 22253]

  7. Riwayat dari Hasan bin Musa - Hammad bin Salamah - Tsabit Al-Bunani - Anas bin Malik - Rasulullah SAW: "Didatangkan kepadaku Buraq yaitu hewan putih tinggi yang lebih tinggi dari keledai dari lebih pendek dari kuda, yang bisa meletakkan kakinya sejauh pandangannya, saya menaikinya dan berjalan bersamanya hingga sampai di Baitul Maqdis, lalu saya mengikatnya dengan tali yang biasa dipakai oleh para Nabi, kemudian saya masuk ke Baitul Maqdis dan shalat di dalamnya dua rakaat, kemudian saya keluar ..kemudian Buraq tersebut membawaku naik menuju langit dunia.. kemudian Buraq itu membawa kami naik menuju langit yang ke-2.. langit yang ke-3.. langit ke-4.. langit ke-5.. langit yang ke-6.. langit ke-7.. Kemudian Buraq tersebut pergi bersamaku menuju sidrotul muntaha yang lebar dedaunannya seperti telinga gajah, dan besar buahnya seperti tempayan besar, tatkala perintah Allah memenuhi sidrotul muntaha, dia berubah dan tidak ada seoarangpun dari mahluk Allah yang bisa menjelaskan sifat-sifat sidratul muntaha karena begitu indahnya.." {Ahmad no.12047]
Walaupun kepergiannya ke langit berkendaraan Buraq ramai diberitakan di hadis dan sirah (Muslim 1:309, Bukhari 4.54.429, 5.58.227, Al-Tabaqat Al-Kabir, Ibn Sa'd, Vol.I, dll) namun anehnya TIDAK ADA 1 pun ayat Quran yang menyinggung itu, padahal Quran menyebutkan keberadaan banyak binatang, misalnya: semut, ular, kuda, domba, unta, kera, babi dan lainnya, atau mahluk tak tampak: Jin, Setan dan Malaikat atau bahkan matahari yang tenggelam di laut hitam sekalipun. Seharusnya, Buraq juga merupakan suatu yang istimewa, namun entah mengapa Allah koq tidak berkenan menyebutkannya.

Keempat,
Terdapat informasi menarik di peristiwa Isra dan Mi'raj Muhammad,
Yaitu di setiap langit yang disinggahinya, beliau bertemu banyak Nabi lain yang telah lama wafat dan juga keturunan Adam, yaitu di langit ke-:
  1. Adam, beserta keturunannya: di kanan dan kiri Adam, di mana yang sebelah kanan adalah para penghuni Surga dan yang sebelah kiri adalah para penghuni neraka [Muslim 1.313; Bukhari 1.8.345].
  2. Yesus [Muslim 1.314]. Isa dan Yahya [Muslim 1.309 dan Bukhari 4.54.429; 5.58.227]. Idris [Bukhari 9.93.608]
  3. Yahya dan Yusuf [Muslim 1.314]. Yusuf [Muslim 1.309 dan Bukhari 4.54.429, 5.58.227]
  4. Idris [Muslim 1.309, 314 dan Bukhari 4.54.429, 5.58.227]. Harun [Bukhari 9.93.608]
  5. Harun [Muslim 1.309, 314 dan Bukhari 4.54.429, 5.58.227]
  6. Abraham [Muslim 1.313 dan Bukhari 1.8.345, 9.3.608]. Musa [Muslim 1.309,314 dan Bukhari 4.54.429, 5.58.227]
  7. Musa [Bukhari 9.93.608]. Abraham [Muslim 1.314 dan Bukhari 4.54.429, 5.58.227]
Informasi di atas ini seharusnya membingungkan. Mengapa?

Qur'an menyatakan bahwa mereka yang meninggal tidak otomatis mendapat kan penempatan surga atau neraka, namun MASIH berada di alam barzakh/"بَرْزَخٌ" [AQ 6:93, 9:101, 18:99, 22:7, 23:101-104, 27:82-90, 39:67-75, 40:46, 56:1-56, 75:1-14, 79:34-41, 101:1-11] hingga saat kiamat. Tafsir Ibn Kathir untuk ALAM BARZAH:
    Mujahid berkata, "Al-Barzakh adalah penghalang antara dunia dan akhirat". Muhammad bin Ka `b berkata, "Al-Barzakh adalah apa antara dunia dan akhirat, Bukan orang-orang di dunia ini, makan dan minum, atau orang-orang di akhirat, yang mendapatkan pahala atau hukuman karena perbuatan". Abu Sakhr berkata, "Al-Barzakh mengacu pada kuburan. Mereka tidak di dunia ini maupun akhirat, dan mereka akan tinggal di sana sampai hari kiamat"
Setelah itu mereka dibangkitkan. Hadis menginformasikan di hari kiamat, Muhammad-lah orang pertama yang akan dibangkitkan dari alam kubur [Bukhari 9.93.524, 564 4.56.732, Dari Usman bin Affan; dari Ibnu Umar (Al-Fakihy: 111/70-71)].

Kemudian manusia dikumpulkan, matahari mendekati bumi hingga sebatas 1 atau 2 mil dan manusia berkeringat deras:
    Al Hasan bin Sawwar - Laits bin Sa'ad dari Mu'awiyah bin Shalih - Abu 'Abdur Rahman - Abu Umamah - Rasulullah SAW:

    "Pada hari kiamat matahari mendekat seukuran 1 mil, panasnya ditambahkan sekian dan sekian, serangga-serangga akan mendidih layaknya tungku, mereka mengeluarkan keringat berdasarkan kesalahan-kesalahan mereka, diantara mereka ada yang mencapai dua mata kaki, ada yang mencapai dua betis, ada yang mencapai pertengahannya dan ada yang dikekang keringat." [Ahmad no.21162]

    ***
    Riwayat [Tirmidhi: (Suwaid bin Nashr - Ibnu Al Mubarak)/Muslim: (Al Hakam bin Musa Abu Shalih - Yahya bin Hamzah)] - Abdurrahman bin Jabir - Sulaim bin Amir - Al Miqdad bin Al Aswad - Rasulullah SAW:

    "Pada hari kiamat, matahari didekatkan ke manusia [Tirmidhi: "hingga sebatas 1 atau 2 mil"/Muslim: "hingga sebatas 1 mil"] -berkata Sulaim bin Amir: Demi Allah, aku tidak tahu apakah beliau memaksudkan jarak bumi ataukah mil yang dipakai bercalak mata- (Timirdhi: "lalu matahari melelehkan mereka,") lalu mereka berada dalam keringat sesuai amal perbuatan mereka, di antara mereka ada yang berkeringat hingga tumitnya, ada yang berkeringat hingga lututnya, ada yang berkeringat hingga pinggang dan ada yang benar-benar tenggelam oleh keringat." [Tirmidhi: "Aku melihat"/Muslim: "Al Miqdad berkata:"] Rasulullah SAW menunjuk dengan tangan ke mulut beliau. [Tirmidhi: + "maksudnya benar-benar tenggelam. Berkata Abu Isa: Hadits ini hasan shahih dan dalam hal ini ada hadits serupa dari Abu Sa'id dan Ibnu Umar"] [Muslim no.5108/40.6852 dan Tirmidhi no.2354/4.11.2421]

    ***
    Abdul 'Aziz bin Abdullah - Sulaiman - Tsaur bin Yazid - Abul Ghaits - Abu Hurairah - Rasulullah SAW: "Pada hari kiamat manusia berkeringat, hingga keringat mereka di bumi setinggi 70 hasta dan menenggelamkan mereka hingga telinga dan mulut." [Bukhari no.6051/8.76.539]
Sejumlah orang akan ada yang masuk surga tanpa hisab (jumlahnya 70.000 orang saja), namun sisanya sebelum masuk surga akan dihisab dulu. Dalam tafsir Ibn Kathir jus 8/381-382, mengutip sahih Bukhari yang berasal dari riwayat Abu Sa'id Al Khudri:
    nabi berkata jika orang-orang BERIMAN telah selamat dari neraka mereka tertahan di jembatan yang ada antara surga dan neraka. Di sana mereka diqishaskan untuk setiap perbuatan zalim ketika di dunia, setelah bersih maka diijinkan masuk surga.
Jembatan antara surga dan neraka ini juga di sebut Al A'raaf [AQ 57.13 dan AQ 7.46]. Dalam jus 8/385 disebutkan bahwa:
    Al A'raaf adalah bentuk jamak dari urf. Setiap bentuk dataran tinggi disebut urf..jengger ayam di sebut urf. Al araaf itu mempunyai pintu. Dari riwayat yang disampaikan oleh Ats Tsauri dari Jabir, dari Mujahid, dari Ibn abbas, "al Araaf adalah dinding spt jengger ayam jantan". Riwayat lain dari ibn abbas menyatakan bukit antara surga dan neraka disana orang-orang berdosa ditahan diantara surga dan neraka. As Suddi mengatakan al A'raaf tempatnya tinggi karena disana penghuninya dapat menyaksikan orang-orang. ["Lubaabut Tafsiir Min Ibni Katsir", Penerbit Mu-assasah Daar Al-Hilaal Kairo, cetakan ke-1, 1994, pustaka Imam Asy-sayfi'i, Bogor, cetakan ke-2, Mei 2003]
Tafsir Ibn kathir menyatakan:
    Ibn jarir menyampaikan hadis dari Hudhayfah yang ditanya oleh orang-orang tentang Al A'raaf dan berkata, "Mereka yang kebaikan dan kejahatannya setara. perbuatan buruknya mencegah dirinya termasuk golongan surga dan perbuatan buruknya mencegahnya masuk neraka. karena itu mereka dihentikan di sana pada sebuah dinding hingga allah menghakiminya.
Memperhatikan ini, maka, mereka semua, harusnya TIDAK SEDANG ADA Kanan (Surga) dan Kiri (Neraka) ADAM, bukan?!

Juga,
terdapat hal menarik lain yang berkenaan dengan kejadian di LANGIT KE-1.

Jibril yang di setiap langit, MAMPU mengenali Nabi-nabi yang telah wafat lama namun entah mengapa di langit ke-1, beliau ini malah TIDAK MAMPU mengenali: Ayah, Ibu dan Kakek Nabi yang masuk neraka. BAHKAN juga TIDAK MAMPU mengenali paman Nabi Abu Thalib dan Khadijah (istri pertama nabi) yang wafat HANYA di kisaran 1 tahunan sebelum peristiwa Isra' Mira'j!

Saat Ayahanda muhammad wafat, Muhammad belumlah lahir. Saat Ibundanya wafat, Muhammad masihlah seorang kafir berusia 6 tahunan. Pasca meninggal Ibunya, Muhammad yang masih kafir ini dirawat Kakeknya, Abu Muttalib dan wafat ketika Muhammad berusia 8 tahun. Sejak itu ia dirawat pamannya, Abu Talib, yang kemudian menikahkannya dengan Khadijah. Hanya khadijjah yang menerima Allahnya Muhammad dan menerima Muhammad sebagai Rasullullah. Sehingga KECUALI KHADIJJAH, mereka semua, harusnya ada di sebelah kiri Adam [golongan yang masuk neraka].

Herannya mereka ini tidak ada yang dikenali JIBRIL, TIDAK ADA YANG DIINGAT dan DIRINDUKAN MUHAMMAD.

TIDAK ADA satupun dari mereka ini sempat DICERITAKAN KEBERADAANNYA ketika membawakan perjalanan Mi'raj kepada orang-orang
  1. Riwayat Musa bin Isma'il - Hammad - Tsabit - Anas: Seorang laki-laki bertanya, "Ya Rasulullah! Di manakah ayahku?" beliau menjawab, "Di Neraka!" [Abu Dawud no.4095/41.4700]. Ketika orang itu pergi, beliau memanggilnya seraya berkata, "Sesungguhnya bapakku dan bapakmu di neraka" [Muslim no.302/1.398 (Riwayat Abu Bakar bin Abu Syaibah - Affan - Hammad - Tsabit - Anas). Ahmad no.11747, 13332, Juga "Qaa'idatun Jalilah At-Tawassul wal Wasilah", Cetakan 1977, Hal.8, Lahore-Pakistan, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah]

  2. "Riwayat Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Zuhair bin Harb - Muhammad bin Ubaid - Yazid bin Kaisan - Abu Hazim - Abu Hurairah: Nabi SAW menziarahi kubur ibunya, lalu beliau menangis sehingga orang yang di sekelilingnya pun ikut menangis. Kemudian beliau berkata: "Aku mohon izin Rabb-ku untuk memintakan ampunan baginya, namun tidak diperkenankanNya, dan Aku meminta izin untuk menziarahi kuburnya lalu diperkenankanNya. Karena itu, berziarahlah kubur karena akan mengingatkan kalian akan kematian" [Muslim no.1622/4.2130, 1621/4.2129, Abu Daud no.2815/20.3228, Nasa'i no.2007/3.21.2036, Ibnu Majah no.1561/1.6.1572, Ahmad no.9311, Baihaqi (4/76). Tafsir Ibnu Katsir jilid 2 hal.393-395]

  3. Riwayat Hasan bin Musa dan Ahmad bin 'Abdul Malik - Zuhair - Zubaid bin Al Harits - Muharib bin Ditsar - 'Abdullah bin Buraidah - ayahnya: Kami bersama Nabi SAW, beliau singgah di tempat kami, saat itu beliau bersama sekitar seribu tentara berkuda, beliau shalat dua rakaat kemudian beliau menghadapkan wajah ke arah kami bercucuran air mata. Umar bin Al Khaththab menghampirinya berkata: Wahai Rasulullah! Ada apa denganmu? Rasulullah SAW berkata: "Aku memintakan ampunan untuk ibuku pada Rabbku AzzaWaJalla tapi Ia tidak mengizinkanku, aku pun bercucuran air mata karena iba padanya dari Api (Neraka) (مِنْ النَّارِ)" [Ahmad no.21925, Ibnu Abi Syaibah, Hakim (1/376), Ibnu Hibban (no. 791), Baihaqi (4/76) dan Tirmidzi]

  4. Juga dari 2 (dua) hadis mursal di bawah ini, sebagai asbabunuzul AQ 2.119,

    "Sesungguhnya Kami telah mengutusmu dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka"

    Hadis Mursal:
    Rasulullah SAW bersabda: "Betapa inginnya aku tahu nasib ibu bapakku." Maka turunlah ayat (AQ 2.119). Rasulullah SAW tidak menyebut-nyebut lagi kedua ibu bapaknya hingga wafatnya [Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dari atTsauri, dari Musa bin 'Ubaidah yang bersumber dari Muhammad Ibnu Ka'b al-Qarzhi]
    Rasulullah SAW pada suatu hari berdoa. "Di mana kedua ibu bapakku kini berada?" Maka Allah turunlah ayat (AQ 2.119) [Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Juraiz yang bersumber dari Dawud bin Abi 'Ashim]

  5. Abu Talib (Pelindung sekaligus paman Muhammad) ketika wafat tetap tidak mau memeluk Islam, tidak mau mengakui Muhammad sebagai rasullullah juga menolak menerima Allahnya Muhammad dan menyatakan mengikuti agamanya Abu Muttalib (Kakeknya Nabi) [Riwayat Said bin Al-Musaiyab - Ayahnya (Bukhari no.2.23.442 (turunnya At taubah 9.113), 5.58.223, 6.60.295, Sahih Muslim no.1.36 dan Nasai no.3.21.2037 [turunnya Attaubah 9.113 dan Al qasash 28:56]). Muslim no.1.37, 1.38 (Riwayat Abu huraira, turunnya Al Qasash 28.56)]
Kenapa Ayah+ibu, kakek dan paman nabi masuk neraka? Karena TAKDIR. Ya! Sudah takdir mereka untuk MASUK NERAKA.
  1. Beberapa dari mereka, sebelum kedatangan Islam, berjasa melahirkan, merawat dan membesarkan muhammad, namun karena hingga sebelum wafatnya tidak menyembah Allah SWT yang juga disebutkan di ajaran ahlul kitab, maka mereka tetap masuk neraka.
  2. Beberapa dari mereka, telah beramal dan melakukan perbuatan baik namun karena hingga sebelum wafatnya tidak menyembah Allah SWT, maka mereka tetap masuk neraka
  3. Beberapa dari mereka. hidup di jaman Muhammad menjadi nabi dan bahkan ikut berdarah-darah untuk Muhammad dan juga Islam, namun karena hingga sebelum wafatnya tidak menyembah Allah SWT maka mereka tetap masuk neraka.
Mereka ini telah disesatkan Allah dan/atau Iblis sehingga berakhir hidupnya dalam keadaan tidak beriman pada Allah SWT dan menjadi bahan bakar Neraka.

Jadi,
tidak perduli apakah mereka kenal/tidak, tahu/tidak dengan Allah SWT, pokoknya selama sebelum wafat tidak memuja Allah, maka akan berada di neraka
    Riwayat Muhammad bin al-Mutsanna dan Ibnu Basysyar - Muhammad bin Ja'far - Syu'bah - Washil al-Ahdab - al-Ma'rur bin Suwaid - Abu Dzar - Nabi SAW:

    "Jibril mendatangiku lalu memberikan kabar gembira kepadaku, bahwa orang yang meninggal dari umatmu dalam keadaan tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu apa pun niscaya masuk surga." Maka aku bertanya: "Meskipun dia berzina dan mencuri?" Jibril menjawab, "Walaupun dia berzina dan mencuri." [Muslim: no.137/1.171, 138/1.172. Bukhari: no.1161, no.2983, no.5379/7.72.717, no.6933/9.93.579]
Walaupun terdapat klaim seperti di atas ini, anda-anda para MUSLIM dan/atau para MUALAF, tetaplah tidak berada di posisi aman, karena TIDAK SEMUA muslim masuk surga, malah HAMPIR SELURUH MUSLIM juga akan berakhir, SELAMANYA di NERAKA.

Allah, yaitu sesaat sejak ADAM diciptakan, telah menetapkan siapa-siapa saja dan juga telah menetapkan jumlah quota surga dan nerakanya, BAHKAN, jika quota tersebut tidak terpenuhi, Allah akan mengisinya dari suku Arab Badui (suku kesukaan allah):
  1. "Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya" [AQ 35.8; 14.4; 16.93; 13.27; 47.1,8] NAMUN di ayat lainnya malah disampaikan yang menyesatkan manusia sdalah IBLIS! [misal: AQ 15:39, 36:26, 38:82]

  2. "dari setiap 1000, 999 dijebloskan neraka!" [Bukhari no.3099, 4372, 6049. Muslim no.327, 5233. Ahmad no.6268, 10854]

  3. Riwayat 'Amru bin 'Utsman bin Sa'id bin Katsir bin Dinar Al Himshi - 'Abbad bin Yusuf - Shafwan bin 'Amru - Rasyid bin Sa'd - 'Auf bin Malik - Rasulullah SAW:

    "Yahudi akan terpecah menjadi 71 golongan, 1 golongan akan masuk surga dan yang 70 golongan akan masuk neraka. Nashrani terpecah menjadi 72 golongan, yang 71 golongan masuk neraka dan yang 1 golongan akan masuk surga. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada ditangan-Nya, sungguh ummatku akan terpecah menjadi 73 golongan, yang 1 golongan masuk surga dan yang 72 golongan akan masuk neraka." Lalu beliau ditanya, "Wahai Rasulullah, siapakah mereka (yang masuk surga)?" beliau mennjawab: "Yaitu Al Jama'ah."

    [Ibn Majjah no.3982 (Komentar ulama terhadap Abbad bin Yusuf: Ibnu Hibban: tsiqaat, Ibnu Hajar al 'Asqalani: Maqbul, Adz Dzahabi: Shaduuq yaghrib). Abu Dawud 3981 ([Riwayat Ahmad bin Hanbal dan Muhammad bin Yahya - Abu Al Mughirah] dan [Amru bin Utsman - Baqiyyah] - Shafwan - Azhar bin Abdullah Al Harazi - Abu Amir Al Hauzani - Mu'awiyah bin Abu Sufyan - Rasulullah SAW: "orang-orang sebelum kalian dari kalangan ahlu kitab berpecah belah menjadi 72 golongan, dan umatku akan berpecah menjadi 73 golongan; 72 golongan masuk neraka dan 1 golongan masuk surga, yaitu Al Jama'ah."). Tirmidhi no.2656 (Riwayat Mahmud bin Ghailan - Abu Daud Al Hafari - Sufyan Ats Tsauri - Abdurrahman bin Ziyad - Abdullah bin Yazid dari Abdullah bin Amru - Rasulullah SAW: ..bani Israil terpecah menjadi 72 golongan dan ummatku akan terpecah menjadi 73 golongan semuanya masuk ke dalam neraka KECUALI 1 golongan," ..Abu Isa berkata; 'Hadits ini hasan gharib mufassar)]

    ***

    Riwayat Qa'nabi - Malik - Zaid bin Unaisah - Abdul Hamid bin 'Abdurrahman bin Zaid Ibnul Khaththab - Muslim bin Yasar Al Juhani - Umar Ibnul Khaththab pernah ditanya tentang ayat ini:

    (Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka) -Qs. Al A'raf: 172- Al Qa'nabi membaca ayat tersebut, lalu Umar berkata, "Aku juga pernah mendengar Rasulullah SAW ditanya tentang ayat itu, lalu beliau menjawab; "Sesungguhnya Allah menciptakan Adam,

    lalu ALLAH MENGUSAP PUNGGUNGNYA (sulbi) DENGAN TANGAN KANAN-Nya hingga keluarlah keturunan Adam dari punggungnya. Kemudian Allah berfirman: "AKU MENCIPTAKAN MEREKA UNTUK MASUK SURGA, dan mereka akan beramal dengan amalan-amalan penduduk surga."

    kemudian ALLAH KEMBALI MENGUSAP PUNGGUNG ADAM hingga keluarlah keturunan Adam dari punggungnya. Setelah itu Allah berfirman: "AKU MENCIPTAKAN MEREKA UNTUK MASUK NERAKA, dan mereka akan beramal dengan amalan-amalan penduduk neraka."

    Seorang laki-laki bertanya, "Wahai Rasulullah, lalu untuk apa gunanya beramal?"

    Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya jika Allah menciptakan seorang hamba untuk masuk ke dalam surga maka Ia akan menjadikannya beramal dengan amalan penduduk surga, sehingga ia mati dengan amalan penduduk surga lalu memasukkannya ke dalam surga.

    Dan jika Allah menciptakan seorang hamba untuk masuk ke dalam neraka maka Ia akan menjadikannya beramal dengan amalan penduduk neraka, sehingga ia mati dengan amalan penduduk neraka lalu memasukkannya ke dalam neraka."

    [Abu Dawud no.4081, Juga di Tirmidhi no.3001 (Hadis Hasan), 3002 (Hadis Hasan sahih). Malik no.1395. Ahmad no. 294, 2157, 17000. Kemudian di hadis Ahmad no. 26216, Riwayat Haitsam - Abu Ar Rabi' - Yunus - Abu Idris - Abu Darda' - Nabi SAW bersabda: "Ketika Allah menciptakan Adam, Allah memukul bahu kanan Adam, maka keluarlah keturunan berkulit putih seperti molekul, dan memukul bahu kirinya keluar keturunan berkulit hitam seperti arang, Allah berkata pada yang di bagian kanannya, 'Masuklah ke Surga dan Aku tidak perduli'. berkata pada yang di bagian kirinya, 'Masuklah ke dalam Neraka dan Aku tidak perduli'"]

    ***

    Riwayat (Abu Bakr bin Abu Syaibah - Abu Mu'awiyah dan Waki' atau dari jalur lainnya riwayat Muhammad bin 'Abdullah bin Numair Al Mahdani - Bapakku dan Abu Mu'awiyah dan Waki') - Al A'masy - Zaid bin Wahb - 'Abdullah - Rasulullah SAW (Ash Shadiq Al Mashduq, seorang yang jujur menyampaikan dan berita yang disampaikannya adalah benar):

    'seorang manusia mulai diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari. Kemudian menjadi segumpal daging pada 40 hari berikutnya. Lalu menjadi segumpal daging pada 40 hari berikutnya. Setelah 40 hari berikutnya, Allah pun mengutus seorang malaikat untuk menghembuskan ruh ke dalam dirinya dan diperintahkan untuk menulis empat hal: rezekinya, ajalnya, amalnya, dan sengsara atau bahagianya.'

    ..seseorang darimu yang mengerjakan amal perbuatan ahli surga, hingga jarak antara dirinya dan surga hanyalah satu hasta, namun SURATAN TAKDIR rupanya ditetapkan baginya hingga ia mengerjakan amal perbuatan ahli neraka dan akhirnya ia pun masuk neraka.

    Ada pula orang yang mengerjakan amal perbuatan ahli neraka, hingga jarak antara ia dan neraka hanya satu hasta, namun SURATAN TAKDIR rupanya ditetapkan baginya hingga kemudian ia mengerjakan amal perbuatan ahli surga dan akhirnya ia pun masuk surga.' [Muslim no.4781. Bukhari no.3085]

    ***

    Riwayat [Qutaibah atau Hasyim bin Qasim] - [Al Laits atau Bakr bin Mudhar] - Abu Qabil/Huyaiy bin Hani - Syufayyi bin Mati' - 'Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash:

    Rasulullah SAW keluar menemui kami sementara di tangan beliau terdapat dua kitab. Kemudian beliau pun bertanya: "Apakah kalian tahu kitab apakah kedua kitab ini?" Maka kami pun menjawab: "Tidak wahai Rasulullah, kecuali Anda mengabarkannya pada kami."

    Akhirnya beliau pun bersabda terkait dengan kitab yang berada pada tangan kanannya: "Ini adalah kitab yang berasal dari Rabb semesta alam. Di dalamnya terdapat nama-nama penduduk surga dan juga nama-nama orang tua serta kabilah mereka. Jumlahnya telah ditutup dengan orang yang terakhir dari mereka, dan tidak akan ditambah dan jumlah mereka tidak pula dikurangi lagi."

    Kemudian beliau bersabda terkait dengan kitab yang berada di tangan kirinya: "Adapun ini, ia adalah kitab yang juga berasal dari Rabb semesta alam. Di dalamnya telah tercantum nama-nama penghuni neraka, dan juga nama-nama bapak mereka serta kabilah mereka, dan telah dijumlah dengan orang yang terakhir dari mereka. Sehingga jumlah mereka tidak lagi akan bertambah dan tidak pula akan berkurang selama-lamanya."

    Kemudian para sahabat pun berkata, "Kalau begitu, dimanakah letaknya amalan wahai Rasulullah jika memang perkara sudah habis?" beliau menjawab: "Berusahalah dan mendekatlah, karena sesungguhnya penduduk surga akan ditutup dengan amalan penduduk ahli surga, meskipun ia mengamalkan amalan apa saja. Dan sesungguhnya penduduk neraka akan ditutup pula dengan amalan penduduk neraka, meskipun ia mengerjakan amalan apa saja." Kemudian Rasulullah SAW bersabda dengan kedua tangannya lalu menghempaskannya dan bersabda: "Sesungguhnya Allah telah selesai terhadap urusan para hamba-Nya. Satu golongan di dalam surga dan satu kelompok pula di dalam neraka.". Abu Isa berkata; Hadits semakna juga diriwayatkan dari Ibnu Umar. Dan hadits ini adalah Hasan Shahih Gharib. [Tirmidhi no. 2067/4.6.2141. Ahmad no.6275]

  4. Jumlah mereka yang terpilih dan menjadi barisan surgawan banyaknya adalah 120 baris dan 80 barisnya merupakan umat muhammad [Tirmidi no.3469, Tirmidhi berkata, "Ini hadis Hasan" (Fatwa no.4203) atau lihat di Tirmidhi no.2469 (Dua jalur perawi). Musnad Ahmad no.4100, 21862, 21983 dan 21924. Juga di Sunan Darimi no.2713]. sehingga tentunya sisanya adalah umat-umat lain termasuk non Ahlul kitab.

    Dalam sahih Bukhari no.6059/8.76.549 dari perawi Ibn Abbas dan muslim no.278/1.367 dari Abu Zubair, ada memuat kalimat "..‘Wahai Jibril, apakah mereka itu ummatku? Jibril menjawab, ‘Bukan, tapi lihatlah ke ufuk!’ Maka aku pun melihat ternyata ada sejumlah besar manusia. Jibril berkata, ‘Mereka adalah ummatmu, dan mereka yang di depan, 70.000 orang tidak akan dihisab dan tidak akan diadzab."

  5. "Rabbku berjanji padaku untuk memasukkan 70.000 orang dari ummatku tanpa hisab dan adzab, setiap 1000nya bersama 70.000.." [Tirmidhi no.2361 (2624) dari Abu Umamah. Pendapat Abu Isa: Hadits ini hasan gharib]

    note:
    "حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ، حَدَّثَنَا اِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ الاَلْهَانِيِّ، قَالَ سَمِعْتُ اَبَا اُمَامَةَ، يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ ‏"‏ وَعَدَنِي رَبِّي اَنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ مِنْ اُمَّتِي سَبْعِينَ اَلْفًا لاَ حِسَابَ عَلَيْهِمْ وَلاَ عَذَابَ مَعَ كُلِّ اَلْفٍ سَبْعُونَ اَلْفًا وَثَلاَثُ حَثَيَاتٍ مِنْ حَثَيَاتِهِ ‏"‏ ‏.‏ قَالَ اَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ ‏.‏".

    (Hadis dengan narasi seperti di atas juga yang juga dari riwayat Abu Umamah ada di Ibn Majah no.4276 (4427) "..70.000 orang dari ummatku ke dalam surga tanpa hisab dan siksa. Dan setiap 1000 orang dengan 70.000 orang" dan Ahmad no. 21271 "70.000 dari ummatku akan masuk surga tanpa hisab dan adzab, setiap 1000nya bersama 70.000", juga di Ahmad no.21135) -> Jika ini di hitung: Per 1000 surgawan dari (poin ke-1) akan membawa lagi: 70.000 orang -> 70 x 70.000 = 4.9 juta orang + (point ke-1) = 4.97 juta orang (1/3-nya adalah pria).

  6. Jika quota tidak terpenuhi akan di isi ras Arab Badui:
    "Aku memohon kepada Rabbku 'azza wajalla, lalu Allah memberiku janji untuk memasukkan dari umatku sebanyak 70.000 semisal bulan di malam purnama, lalu aku meminta tambahan, dan Dia memberiku tambahan bahwa setiap 1000 orang akan membawa 70.000 orang.

    Lalu aku berkata; 'Wahai Rabb, BAGAIMANA JIKA JUMLAH ITU TIDAK TERPENUHI dari orang-orang yang berhijrah dari umatku? '

    ALLAH BERFIRMAN: 'KALAU BEGITU AKAN AKU PENUHI JUMLAH ITU DARI ARAB BADUI
    '"

    Hadis di atas menunjukan:

    Kata hijrah yang dimaksud jelas bukanlah hijrah dari Mekkah ke Medina, karena kita tahu jumlah yang hijrah ke Medina ketika itu tidak sampai 100 orang dan juga, jumlah quota yang Allah janjikan adalah jumlah final 4.97 juta dan pun sudah diberikan kepastian bahwa jika quota tidak terpenuhi maka akan di isi dari ras Arab Badui BUKAN dari ras lainnya.
Memperhatikan seluruh jumlah manusia dari jaman dulu sampai sekarang, maka jumlah quota surga ini jelas TELAH LAMA TERPENUHI. Apalagi jika hingga kiamat. Sungguh tersia-sia jika sampai wafat bahwa ini hanya omong kosong belaka.

Kelima,
Dalam Peristiwa Mi'raj, Nabi juga melihat sungai Nil dan Efrat:
  1. Di langit ke-1 [Bukhari no.6963]
  2. Di langit ke-2 [Bukhari 9.93.608]
  3. Di langit ke-7 [Muslim 1.314; dan Bukhari no.4.54.429; 5.58.227]
  4. Di langit, namun tidak disebutkan langit keberapa [Muslim 40.6807 dan Bukhari 7.69.514]
Bagaimana mungkin sungai Nil dan Efrat sumbernya dari langit?

Ini hanya dimungkinkan jika Langit hanya berbentuk kubah di bumi yang datar, yaitu:

Bahwa bumi ini berada di atas punggung: seekor ikan yang sangat besar dan seekor lembu/sapi. Kelak setelah kiamat: 70.000 surgawan (kelompok pertama) yang masuk surga tanpa dihisab (siksa neraka), akan dijamu Allah dengan lauk "lembu/sapi (balaam) dan hati ikan paus (nun)" [Bukhari no.6039/8.76.527 (arab). Atau di Muslim no.5000/39.6710 (arab: terdapat penjelasan: "أَمَّا ( النُّون ) فَهُوَ الْحُوت بِاتِّفَاقِ الْعُلَمَاء", artinya "Nun adalah Ikan paus menurut konsensus para ulama")]

Singgasana Allah di atas air:
"Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, dan adalah singgasana-Nya di atas air[1] ("عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ", arsyuhu ala al-mai).." [AQ 11.7]. Allah bersemayam di atas arsy (istawaa 'alaa al'arsyi) [AQ 7.54, AQ 57.4, AQ 32.4, AQ 25.59, AQ 20.4, AQ 10.3]. Yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya [AQ 40.7]. Hadis meriwayatkan arsy yang berada di atas air:
    Abdan - Abu Hamzah - Al A'masy - Jami' bin Syidad - Shafwan bin Muhriz - 'Imran bin Hushain:

    ...Nabi menjawab: 'Allah telah ada dan tidak ada sesuatu pun terjadi sebelum-Nya, arsy-Nya berada di atas air, kemudian Allah mencipta langit dan bumi dan Allah menetapkan segala sesuatu dalam alquran'. [Bukhari no. 6868, 2953. Ibn Majah no.178 (Riwayat Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Ash Shabbah - Yazid bin Harun - Hammad bin Salamah - Ya'la bin 'Atho` - Waki' bin Hudus - pamannya Abu Razin ia berkata; Aku bertanya; "Wahai Rasulullah, di manakah Rabb kita sebelum menciptakan makhluk-Nya?" beliau menjawab: "Dia berada di ruang kosong, di bawah dan di atasnya tidak ada udara, dan di sana tidak ada makhluk. Setelah itu Ia menciptakan 'Arsy-Nya di atas air"). Tirmidhi no.3034 ("Wahai Rasulullah dimanakah Allah sebelum Dia menciptakan makhlukNya? beliau menjawab: "Dia berada di awan yang tinggi, di atas dan di bawahnya tidak ada udara dan Dia menciptakan 'arsyNya di atas air."). Ahmad no.15599, 15611]
Perlu juga diketahui bahwa: Singgasana Iblis juga di atas air:
    Riwayat Abu Kuraib, Muhammad bin Al Ala` dan Ishaq bin Ibrahim, teks milik Abu Kuraib -- Abu Mu'awiyah - Al A'masy - Abu Sufyan - Jabir - Rasulullah SAW:

    "Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air lalu mengirim bala tentaranya, (setan) yang kedudukannya paling rendah bagi Iblis adalah yang paling besar godaannya." [Muslim no. 5032 dan Riwayat Abu Mu'awiyah - Al 'A'masy - Abu Sufyan - Jabir - Rasulullah SAW: "Iblis meletakkan istananya di atas air kemudian mengutus pasukannya.." [Ahmad no. 13858, 11490, 14632]
Tentang pengertian ‘arsy (عَرْش), ulama memberikan penjelasan yang berbeda-beda.
  1. Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar menjelaskan bahwa ‘arsy (عَرْش) merupakan ”pusat pengendalian segala persoalan makhluk-Nya di alam semesta”. Penjelasan Rasyid Rida di antaranya berdasarkan AQ 10.3, "Kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy (عَرْش = singgasana) untuk mengatur segala urusan".

    Jalaluddin as-Suyuthi (pengarang tafsir Ad-Durr al-Mantsur fi Tafsir bi al-Ma'tsur) mengutip hadis dari Ibnu Abi Hatim - Wahhab ibnu Munabbih bahwa Allah SWT menciptakan `arsy dan kursi dari cahaya-Nya. `Arsy melekat di kursi. Para malaikat berada di tengah-tengah kursi tersebut. `Arsy dikelilingi oleh empat buah sungai dan Para malaikat berdiri di setiap sungai sambil bertasbih/memuliakan Allah.

  2. Kursi [kur'siyyuhu (AQ 2.55)/kur'siyyihi (AQ 38.34)] TIDAK SAMA dengan arsy/. Arti kursi adalah BUKAN "pengetahuan allah", BUKAN arsy, BUKAN "bukan kekuasaan dan kekuatan Allah" NAMUN "pijakan kedua kaki Allah".

    Ibnu ‘Abbas berkata: "الكرسي موضع قدميه و العرش لا يقدر قدره" ["Al-Kursi adalah pijakan kedua kaki (Allah), dan ‘Arsy tidak ada yang tahu ukurannya kecuali Allah."] (‘Abdullah Bin Ahmad, as-Sunnah no. 586, isnadnya hasan – Tahqiq Muhammad Sa’id Salim al-Qahthani. Al-Hakim (al-Mustadraknya 2/310: Hadis ini sahih menurut Bukhari dan Muslim walaupun mereka tidak meriwayatkannya. Disepakati adz-Dzahabi). Fathul Bari Ibn Hajjar (8/199 : Dari Ibnu ‘Abbas bahawa al-Kursi adalah pijakan kedua kaki (Allah) sanadnya sahih). Al-Albani, Mukhtasar al-‘Uluw lil ‘aliyyil Ghoffar, Adz-Dzahabi (1/75: Perkataan ibn Abbas Sahih mauquf). Hadis ibn Abbas juga termuat di Musnad Ahmad, lihat Ibn Kathir dan "ask the scholar"]
Sementara itu,
terdapat klaim bahwa Quran dan hadis menyatakan 'Arsy Allah dan Allah ada di langit, misal:
  1. Apakah kamu merasa aman (a-amintum) siapa (man) di (fii) langit (tunggal: Al-samāi) bahwa/yang (an) membenamkan (yakhsifa) dengan mu (bikumu) bumi (al-ardha) ketika (fa-idzaa) Ia (hiya, feminim tunggal) bergoncang (tamuuru)? atau (am) apakah kamu merasa aman siapa di langit yang mengirimkan (yursila) padamu ('alaykum) badai batu (hasiban). Maka kelak kalian tahu (fasata'lamuuna) bagaimana (kayfa) peringatanku [nadziiri]? [AQ 67.16-17 -> Kalimat ini dapat juga mengindikasikan itu adalah malaikat yang di langit]

  2. "Tidak tahukah kamu bagaimana Allah itu? Sungguh, Arsy-Nya ada di atas semua langit-Nya seperti ini -lalu isyarat tangannya beliau mengatakan, 'Seperti Kubah, dan Arsy itu berteriak dan menyeru kepada Allah seperti tunggangan berteriak kepada pengendara karena berat-." [Abu dawud no.4101, juga statement Ibnu Taimiyah: "Adapun Al Arsy maka dia berupa kubah sebagaimana diriwayatkan dalam As Sunan karya Abu Daud dari jalan periwayatan Jubair bin Muth’im, dia berkata: "Telah datang menemui Rasulullah SAW seorang A’rab dan berkata: "Wahai Rasulullah jiwa-jiwa telah susah dan keluarga telah kelaparan- dan beliau menyebut hadits- sampai Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah diatas ArsyNya dan ArsyNya diatas langit-langit dan bumi, seperti begini dan memberikan isyarat dengan jari-jemarinya seperti kubah" (Ibnu Abi Ashim dalam As Sunnah 1/252)]

  3. Termasuk hadis yang merupakan pernyataan seorang budak wanita (di hadis lain, Ia menyatakan tidak dengan ucapan namun dengan isyarat tangan):

    Riwayat Yahya - Al Hajjaj Ash Shawwaf - Yahya bin Abu Katsir - Hilal bin Abu Maimunah - 'Atha` bin Yasar - Mu'awiyah bin Al Hakam As Sulami:

    Wahai Rasulullah, terdapat seorang budak wanita yang telah aku pukul dengan keras. Kemudian Rasulullah SAW menganggap hal tersebut sesuatu yang besar terhadap diriku, lalu aku katakan; tidakkah saya memerdekakannya? Beliau berkata: "Bawa dia kepadaku!" Kemudian aku membawanya kepada beliau.

    Beliau bertanya: "Dimanakah Allah?" Budak wanita tersebut berkata; di langit. Beliau berkata: "Siapakah aku?" Budak tersebut berkata; engkau adalah Rasulullah."Beliau berkata; bebaskan dia! Sesungguhnya ia adalah seorang wanita mukmin." [Abu Dawud no.2856. Muslim no.836. Abu dawud no.2857 (Riwayat Ibrahim bin Ya'qub - Yazid bin Harun - Al Mas'udi - 'Aun bin Abdullah - Abdullah bin 'Utbah - Abu Hurairah bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW dengan membawa seorang budak wanita hitam, kemudian ia berkata; wahai Rasulullah, sesungguhnya saya berkewajiban membebaskan budak mukmin. Kemudian beliau bersabda: "Di manakah Allah?" kemudian ia mengisyaratkan ke langit dengan jari-jarinya. Kemudian beliau berkata kepadanya: "Siapakah aku?" kemudian ia menunjuk kepada Nabi SAW dan ke langit yang maksudnya adalah engkau adalah Rasulullah. Maka beliau berkata: "Bebaskan dia, sesungguhnya ia adalah wanita mukminah.")]
Menyatakan bahwa Allah ada di langit TIDAKLAH TEPAT karena hadis juga telah menginformasikan bahkan malaikatpun duduk di atas kursi yang terbentang diantara langit dan bumi, misal:
    Riwayat Yahya bin Bukair - Al Laits - 'Uqail - Ibnu Syihab (riwayat Abdullah bin Muhammad - Abdurrazzaq - Ma'mar - Az Zuhri - Abu Salamah bin Abdurrahman Jabir bin Abdullah:

    Aku mendengar Nabi SAW bersabda menceritakan peristiwa Fatratul Wahyu (Masa-masa kevakuman wahyu): "Ketika aku tengah berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara yang berasal dari langit, maka aku pun mengangkat pandanganku ke arah langit, ternyata di atas terdapat Malaikat yang sebelumnya mendatangiku di gua Hira tengah duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Aku merasa ketakutan hingga aku jatuh tersungkur ke tanah. Lalu aku pun segera menemui keluargaku seraya berkata, 'Selimutilah aku, selimutilah aku.' Maka keluargaku pun segera menyelimutiku. Akhirnya Allah Ta'ala menurunkan ayat: [AQ 74.1-5]. Yakni sebelum perintah shalat diwajibkan. Ar Rijz adalah berhala. [Bukhari no.4544, 4545, 4543, 3, 2999, 4572, 5746]
PETA LENGKAP KOSMOLOGI adalah: di atas 7 langit ada laut - di atas laut ada Arsy - dan allah berada di atas Arsy.
    Riwayat [(Muhammad bin Ash Shabbah - Al Walid bin Abu Tsaur) dan (Ahmad bin Abu Suraij - 'Abdurrahman bin Abdullah bin Sa'd dan Muhammad bin Sa'id - Amru bin Abu Qais) dan (Ahmad bin Hafsh - Bapaknya - Ibrahim bin Thahman)] - Simak - Abdullah bin Amirah - Al Ahnaf bin Qais - Al Abbas bin Abdul Muthallib:

    ..Beliau (SAW) lalu bertanya: "Apakah kalian tahu berapa jarak antara langit dan bumi?" mereka menjawab, "Kami tidak tahu." Beliau bersabda: "Sesungguhnya jarak antara keduanya adalah bisa 71, atau 72, atau 73 tahun perjalanan -perawi masih ragu-. kemudian langit yang di atasnya juga seperti itu." Hingga beliau menyebutkan 7 langit. Kemudian setelah langit ke-7 terdapat lautan, jarak antara bawah dan atasnya seperti jarak antara langit dengan langit (yang lain). Kemudian di atasnya terdapat 8 malaikat yang jarak antara telapak kaki dengan lututnya sejauh langit dengan langit yang lainnya. Dan di atas mereka terdapat Arsy, yang antara bagian bawah dengan atasnya sejauh antara langit satu dengan langit yang lainnya. Dan Allah Tabaraka Wa Ta'ala ada di atasnya." [Abu Dawud no.4100, Tirmidhi no.3242 (hasan gharib). Ibn Majjah no.189]
Walaupun Arsy Allah ada di atas air yang ada di atas langit ke-7,
Namun Quran memberikan 3x PENEGASAN FINAL lokasi keberadaan Allah, yaitu: TIDAK di langit namun di Mesjidil Haram:
  1. Ke-1: "Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Al Kitab memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya.." [AQ 2.144].
  2. Ke-2: "Dan dari mana saja kamu, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan"[AQ 2.149].
  3. Ke-3: "Dan dari mana saja kamu, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka.." [AQ 2.150]
Nabi berkata:
Kenapa orang-orang mengarahkan pandangan mereka ke langit ketika mereka sedang shalat? Suara beliau SEMAKIN TINGGI beliau bersabda: "Hendaklah mereka menghentikannya atau Allah benar-benar akan menyambar penglihatan mereka." [Bukhari no. 708 atau di Muslim 4.862 dari riwayat Jabir bin samura. Atau di Muslim 4.863 riwayat dari Abu huraira, "Orang2 diharuskan menghindari memandang langit di saat sedang sembahyang (See: KBBI. "الصَّلاَةِ" = Al sallata = salat], atau mata mereka akan direnggut"]

Bahwa (Allah-lah yang menciptakan tujuh langit) satu di atas yang lainnya seperti KUBAH, (dan seperti itu pula bumi) tujuh bumi tapi mereka DATAR. [Tanwîr al-Miqbâs min Tafsîr Ibn ‘Abbâs untuk AQ 65.12. Dalil bahwa bumi BUKAN bulatan lihat juga: di sini]

"Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap (saqfan) yang terpelihara,[..]" [AQ 21.32] [Tafsir Ibn Kathir: Artinya, menutupi bumi seperti kubah di atasnya.]

"Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit kanopy/kubah/atap (binaa-an) [AQ 2.22, juga di AQ 40.60, tentang "dan langit kanopy/kubah/atap (binaa-an)]. Tafsir Ibn kathir untuk AQ.2.22,29:
    Bahwa Allah mulai dengan menciptakan BUMI dulu baru kemudian membuat LANGIT menjadi 7 langit. Ini adalah bagaimana bangunan biasanya di mulai, lantai dulu baru kemudian bagian atapnya [Ini juga pendapat Mujahid, Ibn Abbas bahwa bumi diciptakan terlebih dahulu.
"Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya)..[AQ 13.2]. Tafsir Ibn kathir untuk AQ 13.2:
    Berkenaan dengan kalimat (menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan) adalah seperti yang Allah maksudkan di surat 36:38 (dan matahari berjalan di tempat peredarannya) [Ada dua pendapat dan keduanya menyatakan Matahari dan bulan yang bergerak terus menerus]. 'arsy adalah atap dari ciptaan dan tidak berbentuk BULATAN seperti di klaim banyak astronomer. Lebih seperti KUBAH yang di topang oleh pilar. Ditandu oleh para malaikat dan di atas dunia, di atas kepala-kepala orang. Hadis Nabi dari riwayatkan Abu Dharr:

    Ketika senja [magrib], Nabi bertanya padaku, "Apakah kau tau kemana Matahari itu pergi (saat Magrib)?!

    Aku jawab, "Allah dan rasulnya yang lebih tau."

    Ia jawab, "Ia berjalan hingga berhenti pada tempatnya di bawah Arsy lalu menyungkur sujud dan mohon ijin untuk terbit kembali, dan diijinkan dan kemudian (waktunya akan tiba) dia minta agar terus saja bersujud namun tidak diperkenankan dan minta izin namun tidak diizinkan dan dikatakan kepadanya: "Kembalilah ke tempat asal kamu datang" dan ia akan terbit dari tempatnya terbenamnya tadi (barat).

    Itulah penafsiran dari sabda Allah "dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (AQ 36:38) [Bukhari: no.2960/4.54.421, no.4428/6.60.327, no.6874/9.93.520 dan no.6881/9.93.528. Juga Muslim: no.228/1.297. Juga di Hadis Qudsi Imam Ahmad no.91 (penguatnya di Abu Dawud 3991, 4002]

    'Ada pilar namun tidak dapat kamu lihat' menurut Ibn `Abbas, Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan beberapa lainnya.

    Iyas bin Mu`awiyah, "Langit itu seperti kubah di atas bumi', artinya tanpa tiang. Serupa seperti Qatadah katakan.

    Ibn Kathir menyatakan bahwa pendapat terakhir [Iyas bin Mu'awiyah] adalah lebih baik mengingat Allah juga menyatakan di ayat lainnya [22:65] yaitu ‘Dia menahan langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya?’
Allah menyampaikan, kisah perjalanan Zulkarnaen dari ufuk timur hingga ufuk barat:
    "Mereka menanyaimu [wayas-aluunaka] tentang Dzulkarnain. Katakanlah Aku bacakan [qul sa-atluu] padamu [ʿalaykum] cerita tentangnya. Sesungguhnya telah diberikannya kekuasaan [makkannaa lahu] di bumi, dan Kami telah berikan [waaataynaahu] dari tiap suatu [min kulli shayin] jalan [sababaan].
    Maka iapun berjalan [fa-atba'a sababaan].
    Hingga [ḥattaa] ketika [idhaa] sampai [balagha] di tempat terbenam [maghriba] matahari [al shamsi], MENDAPATI itu [WAJADAHAA] terbenam [taghrubu] di [fii] mata air yang berlumpur hitam [ayyin hamiatin], dan mendapati [wawajada] DI DEKAT ITU/SEKITAR/SISI [indahaa] segolongan umat [qawman]...
    Hingga ketika sampai ke tempat terbit [mathli'a] matahari [al shamsi], MENDAPATI itu [WAJADAHAA] menyinari [tathlu'u] pada ['alaa] segolongan umat [qawmin]...
    Hingga ketika sampai [balagha] di antara [bayna] dua gunung [alssaddayni], MENDAPATI [WAJADA] di [min] sebelahnya [duunihimaa] suatu kaum [qawman].." [AQ 18.83-86, 90, 93]
Karena Allah sendirilah yang menceritakan perjalanan Zulkarnaen, maka ini bukanlah sebuah kiasan.

Tafsir ibn kathir AQ 18.86 menyatakan "Ia menemukan matahari terbenam di laut hitam, bukan KIASAN karena ia menyaksikan sendiri. kata "al hami-ah" di ambil dari salah satu dua arti yaitu dari AQ 15.28, "lumpur hitam" (ini pendapat ibn Abbas). Ali bin abi thalhah "zulkarnaen mendapati matahari terbenam di laut yang panas" (juga pendapat Al Hasan Al basri). Ibn Jarir mengatakan keduanya benar yang mana saja boleh.

Kosmologi bumi dan langit di atas Ikan paus ini benar-benar dapat menjelaskan banyak hal dalam logika berpikir yang islami, diantaranya adalah:
  1. Adalah sangat wajar bumi ini didatarkan atau digepengkan seperti martabak dan gunung-gunung dipancang sebagaimana maksud surat:

    1. Luqman 31:10, "Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu"
    2. Al-Anibiya') 21:31, "Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka (tamida bihim**)."
    3. Al-Nahl 16:15, "Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu" (tamida bikum**)
    4. An Naba' 6-7, "Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? dan gunung-gunung sebagai pasak?"

    Dalam tafsir Ibnu kathir surat 21:30-33,
    (Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh,) artinya, gunung-gunung yang menstabilkan bumi dan menjaganya agar tetap kokoh dan memberikannya berat, jika tidak itu seharusnya goncang bersama orang-orang, misal, bergerak dan bergetar sehingga mereka tidak dapat berdiri tegak di atasnya -- karena ini diliputi oleh air, bagian dari 1/4 permukaannya.

    mengapa?

    Adalah demi mencegah daratan ikut-ikutan bergerak-gerak liar dan bahkan dapat berakibat terguling ketika sang ikan bergerak-gerak.

    Ini Sungguh suatu yang sangat cerdas dan brilian, bukan?!

  2. Mengapa sangat wajar terjadinya banjir Nuh yang dapat menenggelamkan seluruh dunia hingga puncak tertinggi dunia sebagaimana terekam pada riwayat dibawah ini:

    Ibn Abbas mengatakan, [..]seluruh air menutupi seluruh permukaan bumi hingga akhirnya mengelilingi puncak2 gunung dan bahkan main tinggi melebihnya setinggi 15 hasta. Dikatakan juga bahwa gelombang itu tingginya 80 mil melampaui gunung-gunung. Perahu tersebut terus berlayar dibawah perlindungan Allah…[Tafsir Ibn Kathir untuk surat 11:40-43]

    Mengapa?

    Adalah karena bumi ini ada di atas punggung IKAN! Ikan hidupnya di air sehingga kebutuhan VOLUME AIR yang luarbiasa besar bukanlah menjadi persoalan dan sudah tersedia dengan sangat MELIMPAHnya. Jangankan cuma 80 mil, bahkan 2x dari itupun masih sangat melimpah, bukan?!

    Ini sungguh suatu yang sangat cerdas dan brilian, bukan?!
Jika melihat sejarah terbentuknya Islam, rupanya beberapa ayat yang mengandung kalimat-kalimat: meninggikan langit dengan tiang tidak kelihatan, meletakan bulan di tengahnya, sebagai penerangan di malam hari, menerbitkan matahari di pagi hari, menghamparkan bumi, memancangkan bumi dengan gunung agar tidak berguncang dan menumbuhkan tanaman TERNYATA semua ini berasal dari puisinya Zaid bin Amr bin Nufail ["Riwayat Hidup Muhammad", Ibn Ishaq, diterjemahkan: A.Guillaume, Oxford University Press, Karachi, tenth impression, 1995 Hal. 101, 102; atau liat versi terjemahan Indonesia]

Zaid bin Amr bin Nufail adalah seorang Hanif (Bukhari 5.58.169: Agama Abraham, bukan Yahudi dan bukan Kristen, tidak menyembah selain Allah. Agama ini diketahuinya di perjalanan ke Syiria/Sham ketika mencari ajaran dan di perjalanan pulangnya, Ia terbunuh). Zaid sebelumnya menetap di gua Hira (gunung Hira). Di Gua itulah Zaid bertemu Muhammad yang di sebelum menjadi Nabi kerap menyepi di gua Hira (Bukhari, 7.67.407; Ishaq hal.102). Sekurangnya sekarang, kita menemukan titik terang asal usul statement-stament tersebut.

Keenam,
Terdapat hadis yang mengatakan bahwa Bayt Al Maqdis (Masjid Al Aqsa) dibangun oleh Sulayman:
    Al Wasiti dan Ibn Al-Muragga:
    Peletakan dasar Bayt Al-Maqdis dilakukan oleh Daud dan Pembangunannya sampai tuntas oleh Sulaiman ["The Ḥaram of Jerusalem, 324-1099: Temple, Friday Mosque, Area of Spiritual Power", Andreas Kaplony, hal 231-233, catatan kaki no.3. Di hal 391, Kaplony mengatakan daud membangun fondasi (asas) Mesjid terjauh].

    Riwayat 'Amr bin Manshur - Abu Mushar - Sa'id bin 'Abdul 'Aziz - Rabi'ah bin Yazid - Abu Idris Al-Khaulani - Ibnu Ad-Dailami dari 'Abdullah bin 'Amr - Rasulullah SAW: "Sulaiman bin Daud AS ketika membangun Baitul Maqdis meminta kepada Allah Azza wa Jalla tiga hal:.." [Nasa'i no. 686, juga di Ibn Majjah no.1398, "Ubaidullah Ibnul Jahm Al Anmathi - Ayyub bin Suwaid - Abu Zur'ah As Saibani Yahya bin Abu Amru - Abdullah bin Ad Daili - Abdullah bin Amru - Nabi SAW: "Ketika Sulaiman bin Dawud selesai membangun Baitul Maqdis ia meminta Allah tiga hal"]
Kemudian,
Muhammad menyatakan bahwa Mesjid Aqsa dibangun 40 tahun lebih belakangan dari Masjidil Haram.
    Riwayat Al A'masy - Ibrahim at-Taymiy - bapaknya - Abu Dzarr: Aku bertanya pada Rasulullah SAW, masjid apakah yang pertama di bangun di muka bumi ini?". Beliau menjawab: "al-Masjidil Haram" (Mekah). aku tanya lagi; "Kemudian apa?". Beliau menjawab: "al-Masjidil Aqsa" (Yerusalem). Aku bertanya lagi; "Berapa lama selang waktu antara keduanya?". Beliau menjawab: "40 tahun".. [Bukhari no.3115/4.55585, no.3172/4.55.636. Muslim no.808, no.809]
..dan ketika Muhammad pergi Isra ke masjid Aqsa (Bayt Al-Maqdis), bangunan MESJID itu MASIH ADA.

Problemnya,
sejarah telah menjadi saksi bahkan hingga wafatnya Muhammad, Mesjidil Aqsa masih BELUM ADA. Konon bangsa Romawi yang menghancurkan kuil di 70 Masehi, sejak saat itu, tidak ada kuil, gereja apalagi masjid di tempat itu. Saat Umar bin Khatab menaklukan Jerusalem di tahun 638 M, tidak ada 1 (satu)-pun mesjid di sana dan Ia menjadi orang pertama yang shalat di sebuah tempat yang Ka'b al-Ahbar perkirakan sebagai bait Sulaiman:
    Saat Umar Shalat pun tidak di dalam bangunan namun diruang terbuka, sebagaimana disampaikan hadis dari riwayat Aswad Bin 'Amir - Hammad Bin Salamah - Abu Sinan - [Ubaid Bin Adam dan Abu Maryam dan Abu Syu'aib] bahwa ketika Umar Bin Khaththab di Jabiyah, dia menyebutkan pembebasan kota Baitul Maqdis. Aswad - Abu Salamah - Abu Sinan - 'Ubaid Bin Adam:

    aku mendengar Umar Bin Al Khaththab bertanya kepada Ka'ab; "Di mana menurutmu aku melaksanakan shalat (صَلِّيَ)?" Ka'ab menjawab; "Jika kamu menerima pendapatku shalatlah kamu di belakang batu besar, maka Al Quds semuanya akan berada di hadapanmu, " Umar berkata; "Kamu menyerupai orang-orang Yahudi, tidak, akan tetapi aku akan shalat seperti Rasulullah SAW." Dia maju dan menghadap ke arah Qiblat dan melaksanakan shalat, dia bentangkan selendangnya dan menyapu dengan selendangnya, kemudian orang-orang pun mengikuti menyapu juga

    [Musnad Ahmad no.252 atau I/268-269 no. 261, tahqiq Ahmad Syakir, dan beliau berkata, “Isnadnya hasan..". Juga lihat di "The History of al-Tabari". Vol. 12, hal.194-195].

    Ibn Taymiyya:
    Sehubungan dengan batunya, tidak satupun baik itu Umar maupun para sahabat shalat di situ dan tidak ada kubah di atasnya pada jaman Khulafa’ al-Rashidin. Tanpa ada atapnya selama masa Khilafah Umar, Uthmaan, Ali, Muʿawiyah, Yazid dan Marwaan. Namun sampai pada masa pemerintahan anaknya, Abdul Malik Al-Sham, dan terdapat peristiwa fitnah antara dia dan Ibnu Al-Zubair, Masyarakat melakukan haji dan bergabung dengan Ibn Al-Zubair [yang menguasai kota mekah saat itu], Abdul Malik ingin mengalihkan perhatian publik dari Ibn Al-Zubair, Maka ia bangun kubah di atas batunya dan menutupnya di musim dingin dan panas dengan tujuan mengarahkan masyarakat agar datang ke Jerusalem (untuk berhaji), dan menahan mereka dari bergabung dengan Ibnu Al-Zubair. [Majmoo'a al-Rasaa'il al-Kubraa 2/61: Ziyaarah Bait al-Maqdis atau lihat: Taqi al-Din Ibn Taimiyah]

    Batu pada dome of rock (Qubbat (kubah) As-Sakhrah (batu), "kubah di atas batu") adalah batu yang berbeda dengan batu Yakub yang disebutkan Alkitab: "..Ia mengambil sebuah batu yang terletak di tempat itu dan dipakainya sebagai alas kepala, lalu membaringkan dirinya di tempat itu..Keesokan harinya pagi-pagi Yakub mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikan itu menjadi tugu dan menuang minyak ke atasnya. Ia menamai tempat itu Betel; dahulu nama kota itu Lus." [Kej 28.11, 18-19, lokasi tempat itu ada diantara Batsyeba dan Haran (Kej 28.10-11), Baryeba - Yerusalem: 74 Km. Yerusalem - Haran: 890 Km]
Masjidil Al Aqsa dibangun di atas (tempat yang diperkirakan sebagai) Temple Mount di akhir abad 7 ("The Concise Encyclopedia of Islam", Harper & Row, 1989, halaman 46-102) dan mesjid itu tidak dibangun oleh Umar bin Khattab. Lantas siapa yang membangunnya? dan apakah Mesjid ini yang disebutkan di AQ 17.1?

Berikut beberapa sebab mengapa mesjid Al Aqsa di Jerusalem bukan mesjid yang dibangun Umar dan bukan pula mesjid yang dimaksudkan dalam AQ 17.1:
  1. Menurut Quran Syria/Damaskus itu dekat ketika menyatakan bangsa Romawi dikalahkan di negeri terdekat (AQ 30.3: fii adnaa al-ardhi → merujuk pada Suriah/Damaskus) sementara Al Aqsa berarti "terjauh", (AQ 17.1: almasjidi al-aqshaa = Mesjid terjauh), karena Suriah/Damaskus letaknya LEBIH JAUH LAGI dari Jerusalem, maka menyatakan Al Aqsa ada di Jerusalem adalah KELIRU.

  2. Pendapat-pendapat ada yang mengatakan bahwa Mesjid dibangun oleh Khalifah Abdul Malik, ada pula yang mengatakan anaknya Al-Walid yang membangun ke-2 nya dan bahkan Al Walid sendiri yang memberikan nama Al-Aqsa pada mesjidnya tersebut. Pastinya pembangunan Mesjid Al Aqsa baru terjadi PULUHAN tahun setelah Umar shalat di tanah terbuka. Gempa yang terjadi di tahun 746 M menghancurkan seluruh masjid ini namun pada 754 M dibangun kembali oleh khalifah Abbasiyah Al-Mansur dan di tahun 780 M mesjid ini diperluas lagi oleh penggantinya, Al-Mahdi. Gempa tahun yang terjadi di tahun 1033 M menghancurkan sebagian besar mesjid ini namun dua tahun kemudian, khalifah Fatimiyyah Ali Azh-Zhahir, membangunnya kembali dan tetap berdiri hingga kini. [Detail lainnya lihat: "Medieval Jerusalem and Islamic Worship: Holy Places, Ceremonies, Pilgrimage", Oleh Amikam Elad, mulai hal.23 dan "The Muslim Claim to Jerusalem", Daniel Pipe].

    Islamweb: "Memory of Arson at Al-Aqsa Mosque" menjelaskan bahwa yang membangun Al Aqsa bukanlah Umar: "..Masjid Al-Aqsa dibangun oleh khalifah Umayyah Al-Waleed bin 'Abdul Malik antara 90 dan 96 AH (709-714 M), yang dibuktikan dengan dokumen papirus yang berisi korespondensi antara gubernur Umayyah Mesir, Qurrah ibn Shareek (90-96 AH / 709-714 M) dan salah satu penguasa Mesir bagian atas. Korespondensi ini termasuk daftar nama-nama pekerja yang berpartisipasi membangun mesjid Al Aqsa, yang menegaskan bahwa itu dibangun oleh Khalifah Al-Walid bin 'Abdul-Malik.." [Lihat juga: "Medieval Jerusalem and Islamic Worship: Holy Places, Ceremonies, Pilgrimage", Amikam Elad, hal.26, hal.37].

    Fakhr Al-Din Al-Razi: "Masjid Al Aqsa pertama kali dibangun di Jerusalem di jaman Abd Al-Malik [685-705] atau Al-Walid [705-715], yang diidentifikasikan dengan AQ 17.1, tidak ada di jaman kunjungan Nabi Muhammad". ["Moses in the Qur'an and Islamic Exegesis", Brannon M. Wheeler, hal.111]

    Sehingga menyebutnya sebagai Mesjid Umar-pun: keliru.

  3. Berikut beberapa teori tentang Al Aqsa [Selain ini, lihat juga: "Crossovers: Anti-Zionism and Anti-Semitism", Shlomo Sharan, Dāwid Bûqay, hal.142]:

    1. Nama yang dialamatkan pada sebuah tempat shalat yang berlokasi 20 km Timur Laut Mekah. Al waqidi menyampaikan dari isnad (rantai perawi) otentik yang menyatakan Mesjid Al Aqsa di jaman Muhammad relatif berada di dekat Mekah. Ulama lain menyampaikan lokasi Mesjid adalah 16 km dari Mekah ke arah Medina, di tempat yang disebut Ji'aranah.
    2. Ibn Hisham menyatakan ada tambahan kesaksian perjalanan malam Muhammad yang diangkut ketika ia sedang tidur dan tidak masuk di Quran. Perjalanan ini tidak termasuk mengunjungi tempat-tempat lainnya diluar Mekah. Ibn Hisham menyampaikan ucapan Aisyah bahwa Muhammad sedang berbaring di sebelahnya sepanjang malam dan Allah membawa jiwanya ke langit saat itu
    3. Ibn Sa'd berpendapat bahwa kejadian AQ 17.1 terjadi 18 bulan sebelum Hijrah di tempat yang dinamakan Maqam Ibrahim dekat sumur Zam-Zam di Mekah. Hadis yang sama tercantum di Bukhari dan Nasa'i
    4. Egyptian Ministry of Culture Publication, 5 Agustus 2003, menyampaikan tulisan Ahmad Muhammad 'Arafa, kolumnis mingguan Mesir Al-Qahira yang diterbitkan Departemen Kebudayaan Mesir:

      Bahwa perjalanan malam di AQ 17.1 tidak merujuk pada perjalanan ajaib dari Mekah ke Yerusalem namun dalam konteks tentang hjrah dari Mekah ke Medinah [Memri.org, 13 Sep 2003, Spesial Dispacth no.564: "The Prophet Muhammad's 'Night Journey' was Not to Jerusalem but to Medina". Pendapat senada juga disampaikan oleh Dr. Shabbir Ahmed lihat di sini (bab.8, no.26, hal.63), di sini (tanggapan hadis #339) dan di sini ].

      Dua minggu kemudian, Ahmad Muhammad 'Arafa juga menuliskan:

      Pembangunan Aqsa adalah dalam konteks persaingan politik antara Khalifa baru 'Abd Al-Malik VS Ibn Al-Zubayr yang menguasai Hijaz, (jalan ke Mekah dan Medinah), yang dikhawatirkan Ibn Al-Zubayr akan mendapatkan janji kesetiaan dari mereka yang pergi Haji/Umrah. Untuk itu 'Abd Al-Malik mulai membangun mesjid di Jerusalem agar orang tidak pergi haji sampai Ibn Al-Zubayr dapat dikalahkan; karena tempat itu adalah kiblat pertama; karena lebih jauh lagi dari Medina agar sesuai dengan AQ 17.1 dan karena Jerusalem disebut juga tanah suci (al-ard al muqadassah) atau tanah yang diberkati (al-ard al mubarakah), maka mesjid baru yang tadinya disebut 'Aelia' diubah menjadi 'Al-Aqsa' dan menjadi mesjid paling suci ke-3 setelah mesjid di Mekah dan Medina. [Spesial Dispacth no.583: "The Al-Aqsa Mosque and Dome of the Rock were Built to Divert The Pilgrimage from Mecca; Jerusalem was Not the Center of Worship for the Followers of the Prophet Muhammad"]
Sumber islam mengkaitkan antara mesjidil Haram di Mekkah dan Mesjid terjauh (entah yang mana yang dimaksud)? Ibn Hajjar dalam Fath al-Bari mengutip Ibn al-Jawzi:
    Sulaiman - SAW - yang membangun mesjid terjauh (Masjid Al Aqsa) diriwayatkan al-Nasâ'î dari hadis `Abd Allah Ibn `Amr Ibn al-`As yang bersandar pada ucapan nabi dengan rantai perawi yang otentik bahwa "Ketika Sulaiman membangun Bait Al-Maqdis Ia memohon Allah yang maha besar 3 hal dsb." dan dalam Tabarânî dari hadis Râfi' Ibn 'Umayrah bahwa "Daud - SAW - mulai membangun Bayt Al-Maqdis namun Allah menginspirasikanya: Aku selesaikan bangunan ini bersama Sulaiman". dan hadis punya kisahnya.

    Ibn al-Jawzi:
    "Jawaban untuk itu adalah semua pernyataan itu berkenaan dengan konstruksi awal dan fondasi masjid dan bukan Abraham yang pertama membangun Kabbah juga bukan Salomo yang pertama membangun Bayt al-Maqdis. Betul, kami telah diriwayatkan bahwa yang pertama membangun Ka'bah adalah Adam. Kemudian keturunannya tersebar di bumi. Oleh karenanya, adalah mungkin bahwa salah satu dari mereka membangun Bayt al-Maqdis. Kemudian, Abraham membangun Ka'bah sesuai dengan Al Qur'an." Juga, al-Qurtubi mengatakan: hadits tidak menunjukkan bahwa Abraham dan Salomo yang pertama untuk membangun dua masjid. Itu hanya renovasi apa yang telah didirikan orang lain

    Ibnu Hajar:
    Tapi kemungkinannya yang disebutkan Ibn al-Jawzi adalah lebih relevan. Dan aku menemukan bukti yang mendukung orang-orang yang mengatakan bahwa itu adalah Adam yang mendirikan kedua masjid. Misalnya, Ibn Hisham dalam "Kitab al-Tijan" menyebutkan bahwa ketika Adam membangun Kabah, Allah memerintahkannya pergi ke Bayt al-Maqdis dan membangunnya dan itu dilakukannya dan shalat di dalamnya. Dan pembangunan rumah [Arab: al-Bayt, yaitu Ka'bah] adalah terkenal dan telah kami sebutkan sebelumnya hadis dari 'Abd Allâh Ibn ' Amr bahwa rumah diangkat pada saat banjir sampai Allah menunjukkan lokasinya pada Abraham. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Mamar dari Qatadah: Allah membangun rumah bersama Adam ketika ia diturunkan. Tapi Adam merindukan suara para malaikat dan doa-doa mereka. Oleh karenanya, Allah mengatakan kepadanya: Aku turunkan Rumah yang disekitarnya [orang-orang] akan mengelilinginya seperti yang dilakukan ditahtaku, jadi lakukan itu. Adam berangkat ke Makkah - Dia diturunkan di India, dan langkah kakinya besar sampai ia mencapai rumah dan mengelilinginya. Juga dikatakan bahwa ketika ia berdoa di Ka'bah, ia diperintahkan ke Yerusalem untuk membangun sebuah masjid dan shalat di dalamnya sehingga menjadi kiblat dari sebagian keturunannya

    [Tulisan Ibn Hajjar di atas ini diambil dari bagian perdebatan INI vs INI]
Menyatakan Kabah dibangun oleh Ibrahim adalah bertentangan dengan Quran:
    Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah BAITULLAH yang di BAKKAH (Mekkah) ("بِبَكَّةَ" = bi-bakkata) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia [AQ 3.96]. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) MAQAM IBRAHIM; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah...[AQ 3.97]

    Dan, ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud" [AQ 2.125].

    Dan ketika Ibrahim mengangkat (yarfaʿu) Baitullah bersama Ismail: "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" [AQ 2.127]
Peristiwa Ibrahim dan Ismail ketika membangun kabah:
    Riwayat Ibn Abbas:
    ..Abu Al-Qa-sim (yaitu Nabi) berkata, "Karena panggilan Abraham ada berkah (di Mekkah)". Sekali lagi Abraham berpikir untuk berkunjung ke keluarganya yang telah ia tinggalkan (di Mekkah), Jadi ia sampaikan pada istrinya (Sarah) tentang keputusannya. Ia pergi dan temukan Ismail di belakang sumur Zam-zam, meraut anak panahnya. Abraham berkata, "Hai Ismail, Tuhanmu telah memerintahkan aku untuk membangun rumah bagi-Nya". Ismail berkata, "Taatilah (perintah) Tuhanmu". Abraham berkata, "Allah juga memerintahkan ku bahwa engkau harus membantu saya". Ismail berkata, "Aku akan lakukan."

    Kemudian keduanya bangkit dan Abraham mulai membangun (Ka'bah), sementara Ismail menangani batu-batu dan keduanya berkata, "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (AQ 2.127). Ketika bangunan menjadi tinggi dan orang tua (Abraham) tidak lagi dapat mengangkat batu-batu (pada posisi yang tinggi), Abraham berdiri di atas batu dari maqam dan Ismail membawa batu-batu yang diserahkannya, dan keduanya berkata, 'Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (AQ 2.127). [Bukhari 4.55.584]

    Riwayat Ibn Abbas:
    ..Nabi menambahkan, "Semoga Allah melimpahkan rahmat pada ibunya Ismail! Apakah Ia membiarkan Zam-zam (mengalir tanpa berusaha mengendalikannya) (atau Ia tidak meraup airnya) (untuk mengisi kantung air kulit), Zam-zam akan menjadi sungai yang mengalir di permukaan bumi."

    Nabi lebih lanjut menambahkan, "Lalu Ia minum dan menyusui anaknya Malaikat berkata padanya, 'Jangan takut diabaikan, karena ini adalah Rumah Allah yang akan dibangun oleh anak ini dan ayahnya dan Allah tidak pernah mengabaikan umat-Nya". Rumah ini (yaitu Kaba; PADA WAKTU ITU ADA DI TEMPAT TINGGI YANG MENYERUPAI SEBUAH BUKIT KECIL, dan banjir datang, mengalir ke kanan dan kiri...

    ..Lalu Abraham tinggal jauh dari mereka untuk jangka waktu yang Allah kehendaki dan mendatangi mereka lagi setelah beberapa waktu. Ia lihat Ismael dibawah pohon di dekat Zamzam, sedang mengasah anak panahnya. Ketika ia lihat Abraham, ia bangkit untuk menyambutnya (dan saling menyapa seperti seorang ayah kepada anaknya atau seperti anak kepada ayahnya). Abraham berkata, 'Hai Ismail! Allah telah memerintahkanku.' Ismail berkata, 'Lakukan apa yang Tuhanmu perintahkan engkau untuk lakukan" Abraham bertanya, 'Maukah engkau membantuku?'. Ismail berkata, 'Aku akan membantumu' Abraham berkata, 'Allah telah memerintahkanku untuk membangun rumah di sini' sambil dia MENUNJUK KE BUKIT TINGGI ("أَشَارَ إِلَى أَكَمَةٍ مُرْتَفِعَةٍ عَلَى") dari SEKITARNYA'

    Nabi menambahkan, "Kemudian mereka mengangkat fondasi rumah (yaitu Ka'bah). Ismail membawa batu-batu dan Abraham yang membangun, dan ketika dinding menjadi tinggi, Ismail membawa batu ini dan meletakkannya untuk Abraham yang berdiri di atasnya dan melanjutkan membangun, sedangkan Ismail menyerahkan batu, dan keduanya berkata, 'Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

    Nabi menambahkan, "Lalu mereka berdua terus membangun dan berkeliling Ka'bah berkata: 'Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui' (2,127) [Bukhari 4.55.583]
Ibn Kathir mengatakan Ibrahim-lah orang pertama yang membangun Ka'bah:
    Dinyatakan bahwa Adam adalah yang pertama membangunnya, statemen seperti itu diturunkan dalam hadis yang marfu' dan berasal dari otoritas 'Abd Allah b. ' Amr; Ibn Lahi'a adalah satu dari otoritas rantai perawi dan ia dianggap daif, lemah.

    Statement-statemen yang paling kredibel adalah Abraham, al-Khalil, "sahabat sejati", SAW, adalah yang pertama membangun itu, sebagaimana laporan di atas. Simak b. Harb - Khalid b. 'Ar'ara - 'Ali b. Abu Thalib yang berkata "Kemudian itu runtuh, dibangun kembali oleh al-'amaliqa 'kaum raksasa', runtuh dan dibangun kembali oleh Jurhum; kemudian runtuh kembali dan dibangun lagi oleh Quraysh." [Ibn Kathir, The Life of the Prophet Muhammad (Al-Sira al-Nabawiyya), translated by Professor Trevor Le Gassick, reviewed by Dr. Ahmed Fareed, Vol.I, p. 119]
Juga di tafsir Ibn Kathir untuk AQ 17.39:
    ...Banyak ulama mengambil ini sebagai bukti untuk menudukung pandangan bahwa Ibrahim ADALAH ORANG PERTAMA yang membangun kabah dan ITU TIDAK DI BANGUN SEBELUM JAMANNYA..(Tafsir Ibn Kathir-Abridged Vol. 6 Surat Al-Isra', Verse 39 to the end of Surat Al-Mu'minun, first edition July 2000, p. 554)
Sehingga,
Jika keberadaan Ibrahim dianggap nyata ada yang hidup dikisaran tahun 2000 SM dan telah membangun kabah, kemudian, Bayt al Maqdis (Masjidil Aqsa) yang dianggap dibangun tahun 958-951 SM oleh Sulaiman (dan daud), maka kedua bangunan ini berselisih ± 1040-an tahun dan BUKAN 40 tahun, bukan?!

Berikut ringkasan dan kutipan tulisan Dr. Rafat Amari.

Menurut penelitiannya, yang membangun Ka'bah BUKANLAH Ibrahim namun seorang yang bernama Asa'd Abu Karb, pemimpin suku yaman yang memerintah antara tahun 410 M - 435 M [Al-Azruqi, Akhbar Mecca, 1:173; Yaqut al-Hamawi, Mujam al-Buldan, 4:463].

Ia juga menyatakan bahwa tulisan penulis sejarah Islam yaitu Ibn Ishaq dan rekan-rekannya TIDAK BENAR dalam menceritakan kisah suku Jurhum:
    Setelah Nabaioth, suku Jurhum adalah penghuni Mekah pada jaman Abraham, bertangungjawab melayani tempat pemujaan di Mekah. Menurut kisah tersebut, mereka melayani sampai suku Khuzaa'h datang dari Yaman. Hal itu terjadi setelah dam di Ma'rib mulai menunjukan tanda2 kerusakan dan terusirlah mereka.

    Kisah itu berlanjut bahwa ketika suku Khuzaa'h tiba di Mekah, mereka mengalahkan Jurhum. Jurhum kemudian meninggalkan Mekah untuk menyembunyikan batu hitam dari kuil pemujaan dan 2 rusa emas. Mereka menyembunyikan benda2 tersebut di mata air yang disebut sebagai Zamzam, kemudian menutupi mata air tersebut, batu tersebut dan rusa2 dengan tanah sehingga tidak terlihat [Tarikh al-Tabari, I, page 524]
Hari di mana hal ini terjadi sangat penting. Menurut kisah tersebut, Jurhum tinggal di Mekah sampai dengan dam Ma'rib rusak dan suku Khuzaa'h meninggalkan Yaman. Kita tahu bahwa hal2 ini terjadi sekitar tahun 150 setelah masehi.

Argumen Dr. Rafat Amari:
  1. Tidak ada penulis klasik yang berkunjung dan menulis tentang wilayah Barat Arabia menyinggung keberadaan suku jurhum dan juga MEKAH.

  2. Setelah suku Jurhum dikalahkan, adalah tidak mungkin mereka mengubur 2 rusa emas yang sangat berharga dan sebuah batu yang sangat dipuja yang dimiliki tempat pemujaan di Mekkah tanpa diketahui para penghuni lainnya? Setiap suku yang meninggalkan Mekah sudah pasti membawa harta pusakanya dan tidak menguburnya di tempat umum, diketahui secara umum. Dan mata air tersebut adalah mata air satu2nya di Mekah.

  3. Batu hitam adalah sebuah batu yang dipuja. Tidaklah mudah untuk memindahkannya dari lokasi di dalam kuil pemujaan tanpa diketahui. Menurut pengakuan kaum muslim, perang pecah dikarenakan perebutan hak pengelolaaan atas tempat pemujaan tersebut. Bagaimana mungkin sebuah suku Jurhum yang dikalahkan berhasil memindahkan batu tersebut tanpa dicegah oleh suku Khuzaa'h sang pemenang atau paling tidak mengetahui tempat disembunyikannya si batu ?

  4. Terpusat pada keberadaan mata air itu sendiri. Jika ia berada di jazirah arab bagian barat, maka lokasinya pasti penting untuk diingat. Di atas semua itu, air , secara khusus sangatlah penting bagi bangsa arab yang hidup di gurun pasir. Tradisi Islam mengklaim keberadaan mata air tersebut sejak jaman Abraham. Jika pada saat itu secara ajaib diadakan pada saat malaikat Gabriel memberikan air pada Hagar dan anaknya, Ismael, maka keberadaannya harusnya diketahui secara luas, bukan hanya di Mekah, tetapi juga di kota2 lain disekitar Mekah. Kaum Bedouin pasti akan datang ke mata air itu untuk memberi minum binatang ternak mereka. Para penghuni juga akan datang untuk menyegarkan diri mereka. Tidak seorangpun dapat menyembunyikan mata air tersebut, bahkan jika dapat ditutupi dengan tanah.
Kisah kaum Jurhum menyembunyikan barang di mata air pada abad kedua masehi diteruskan dengan mengklaim bahwa Abdel Mutaleb, kakek Muhammed, menemukan kembali mata air tersebut pada akhir abad kelima masehi. Kita hanya dapat menyimpulkan bahwa mata air itu tidak pernah ada sebelum masa Abdel Mutaleb, dan bahwa penggalian yang dilakukan oleh penghuni Mekah pada akhirnyalah yang menemukan sumber air bawah tanah yang kemudian menjadi sebuah mata air.

Fenomena penggalian untuk mendapatkan air yang mana kemudian menjadi mata air adalah hal umum di Timur Tengah.

Klaim bahwa sebuah mata air ada di sebuah kota selama 2,500 tahun sebelum Jurhum berhasil menutupnya dari semua orang selama tiga abad berikutnya adalah hal yang tidak mungkin terjadi, sejak mata air di jazirah Arab pada masa tersebut adalah bernilai dan sangat penting bagi para Bedouin dibandingkan dengan Laut Mati itu sendiri.

Anda mungkin dapat menyembunyikan laut dari mata suku-suku yang kehausan tetapi anda tidak dapat menyembunyikan sebuah mata air dan lokasinya selama itu.

Lanjutan dari tulisan ini anda bisa baca di sini dan di sini atau di PDFnya. Mengenai siapa Dr. Rafat Amari, anda dapat buka kilasannya di sini. Untuk kontroversi lanjutan apakah Kabah benar dibuat Ibrahim dan Apakah Ibrahim pernah ke Mekkah, silakan baca di sini

Ketujuh,
Inti dari peristiwa Mi'raj adalah turunnya perintah shalat, ini sangat mengherankan mengingat Allah biasanya hanya menyampaikan perintahnya via Jibril namun entah mengapa khusus dalam menerima perintah dan jumlah shalat ini, perlu kehadiran Muhammad dan Jibril di langit ke 7.

Keberhasilan Nabi dalam menawar perintah Shalat dari 50x menjadi hanya 5x, memang prestasi yang patut dibanggakan. Betapa tidak! Jika lama waktu 1 kali shalat berikut wudhu adalah 10 menit, maka total 50 x kejadian adalah 500 menit (8,3 Jam) dan itupun dilakukan secara marathon tanpa Jeda! Bayangkan, kegiatan marathon dengan waktu sepanjang itu jika ahrus dilakukan setiap hari, maka alangkah lelahnya umat yang diwajibkan ini. Mereka tidak lagi punya waktu untuk mencari nafkah dan keperluan lainnya. Tampaknya Allah benar-benar TIDAK MEMAHAMI kekuatan dan juga kebutuhan lain dari ciptaannya.

Tawar menawar yang terjadi sebanyak 4 kali (50, 25, 12.5 dan 5) juga merupakan suatu kemewahan tersendiri mengingat Adam saja bahkan tidak mendapatkan 1 kesempatan-pun untuk membela dirinya saat tertipu Iblis hingga memakan buah kuldi di Surga.

Yang terakhir dan mungkin "hanya Allah" saja yang tahu adalah entah mengapa Allah mesti bersabar sebelas tahun lamanya sejak Muhammad menjadi Nabi untuk menurunkan perintah shalat pada umat-umatnya kelak. Sulit menerima keabsahan peristiwa Isra' Mira'j berikut mahluk yang bernama Buraq ini dan juga bahwa keberadaan para nabi tersebut ternyata tidak berada di alam kubur dalam keadaan ditidurkan sebagaimana berita di Al'Quran.

Bagaimana menurut anda? []


Video, Photo & Gambar mengenai Ka'bah, situasi di dalam Ka'bah dan Hajar Aswad

Video isi dalam Kabah:


Foto perbaikan di dalam kabah tahun 1996, yang diambil dari sini:
Photo di dalam Ka'bah:

Gambar:

Hajar Aswad:
[]