Satrya Wibawa:
Saya bertanya-tanya pada diri sendiri..Saya mempercayai Tuhan (well, sampai saat mengetik ini. Tapi mulai guncang setelah mendengar pemaparan Bli Eka). Tapi dengan konsep ada dan tiada pada Tuhan menjadikan saya berpikir. benarkah saya percaya dengan eksistensi Tuhan? kalaupun selama ini saya beragama dan bersembahyang memuja Tuhan (atau dewa? atau bethara? atau leluhur?), bukankah saya memuja sebuah konsep ketiadaan? Konsep yang sisi faktualnya berasal dari sisi normatif.
apakah saya atheis?
----------------------------
Saya:
Saya pun mengalami guncangan tentang leluhur..dan anehnya saya tidak menyesal sama sekali..
saya menikmati sentakan yang tidak bisa saya didefinisikan dengan tepat antara jengkel dan senang...karena satu lagi sandaran saya untuk "bernaung/berlindung" dari definisi "aman" versi saya telah hancur kembali...
Pikiran dan ego saya telah dikalahkan dengan telak dan indahnya oleh tulisan IWDM (Lihat percakapan dengan IWDM dibawah)...dan anehnya saya malah mengakui itu benar..dan itu merupakan suatu yang sudah sangat jarang saya mau akui....
Tidak usah pikirkan bahwa anda itu apakah termasuk golongan A, Mono, Stereo, Trio, surround, atau Poly untuk Theis...
Kata Philip Kotler:
Puaskan kebutuhan bukan keinginan..
Ketika anda butuh lubang...maka jangan pedulikan caranya apakah itu dengan menggunakan bor, pestol, pisau, obeng, paku..pukulan dst...
Puaskanlah kesadaran anda...
Pertanyaan anda hanyalah pertanda bahwa anda masih senang digoda oleh "tahayul" lama tapi dengan kemasan baru..
Tidak ada satupun mahluk dimuka bumi ini sekarang dan dulu yang mampu/bersedia menjawab keberadaan dan ketidakberadaan tuhan...bahkan tidak juga para Buddha...
Mengapa?
Buat Buddha mencari Tuhan itu adalah pekerjaan sia2..
dan anehnya saya sengit pada saat awal mengetahui Buddha juga bukan Tuhan...dan tidak juga mau membicarakan Tuhan...
dan sekarang2 ini saya mulai merasakan bahwa mencari kepastian ada atau tidaknya Tuhan itu ternyata benar2 usaha yang sia2!
Ikuti saja pusaran kebingungan diri bagaikan berada diatas sampan di samudera tanpa dayung tanpa layar...
Anda sendirian...
tidak ada siapapun/apapun disekitar anda kecuali panas/dingin dan air laut yang terlihat tiada ujung ditambah anda tidak tahu mau kemana..
Jangan takut..jangan ragu..
biarkan pikiran anda berkelana..
percayakan saja pada kesempatan yang ada..
semua kesadaran mulai dari hal itu...
Buddha-pun demikian sebelum Beliau menjadi Buddha! Bayangkan saja, orang dengan kaliber sebesar itupun masih butuh 6 tahun, Bo!!
Jadi jangan khawatir anda bukan yang pertama dan jelas bukanlah yang terakhir di pusaran kebingungan...
Tahukah anda bahwa saat pikiran anda berkelana maka sampan dan tubuh andapun sudah mulai berlayar!
Maka bereksperimenlah dengan sepuas2nya!
Kabar baiknya cuma satu: Tidak ada lagi yang perlu ditakuti!
Dan ingatlah akan satu hal jangan takut akan gagal dan tidak sampai..karena toh anda sudah mulai berlayar..menuju satu arah...!
Note:
Unik dan menariknya menjadi manusia adalah boleh dan masih bisa berubah2.. karena prilaku manusia itu terdiri dari tiga karakter:
- Karakter yang ditunjukannya/dipamerkannya pada orang lain
- Karakter yang diinginkannya
- Karakter yang dipunyainya
Saya dimana, anda dimana dan semua orang dimana adalah mengikuti 3 karakter itu.
Kata saya ketika mencoba menghibur bos saya yang baru saja naik pangkat:
Keberhasilan adalah sebuah kegagalan yang gagal ditunda...
Mencari lebih adalah kodrat yang manusiawi...
Gelap ketika dimulai, terbiasa dengan kegelapan dan malah aneh dan kaget ketika menemukan titik terang...
Kesempatan dan ide terkadang tidak perlu dicari, kadang sengaja diupayakan dan terkadang datang menjajakan diri..
Sehingga kalau berhasil maka kita persingkat finish line kita di kehidupan ini saja..tidak lagi diperlukan etape/babak tambahan...
Dan lagi berita baikya adalah kita masih punya ekstra waktu dan kesempatan sebanyak jutaan tahun...
Kata saya ketika di tengah puncak nafsu birahi:
Kesempatan terbaik adalah saat ini dan bukan nanti..nanti
Karena ada kemungkinan bahwa di saat lahir kembali nanti...belum tentu lahir sebagai orang Hindu bali...siapa tahu lahir kembali menjadi orang Muslim/kristen...dan itu jelas bukanlah berita baik terutama pada kesempatan membebaskan kesadaran dari rasa takut...
Note:
Saya masih belum sanggup semedi/meditasi...tapi kelihatannya "cara" ini akan saya tempuh pelan2 menuju keras....karena setidaknya "cara" ini sudah terbukti efektif saat iseng2 saya coba ketika tidak tidur normal lagi sebagai manusia berbulan2 lamanya namun wajib beraktifitas tanpa rasa lemas/penat...
Atau mungkin karena beberapa campuran adonan dari beberapa eksperimen saya..
Jangan khawatir/takut jatuh atau hidup dalam kemiskinan atau kesusahan...Kemiskinan dan kesusahan sangat wajar terjadi...malah justru menjadi kaya itu suatu keanehan karena orang2 Kaya jumlahnya adalah sedikit dimuka bumi ini...
Maka janganlah bangga mengejar hidup menjadi orang aneh...hehehehe
Bagian percakapan dengan IWDM:
(di Ubah seperlunya untuk kepentingan artikel)
wirajhana eka <wirajhana@yahoo.com> wrote:
Saat ini saya hanya menghormati dengan menghaturkan sembah kepada Leluhur..tidak yang lain. La Ilah ha ileluhur....
Dan tidak penting buat saya orang percaya atau tidak...dan sayapun tidak mempercayai adanya tulah...
Menurut saya itu adalah keterlaluan..."pihak tak kelihatan" memaksakan bhakta untuk tetap percaya dan tidak berani/tidak berdaya ketika ada yang jadi mantan bhakta...
Menurut saya Dewa dan dewi itu pengecut.
Purana apakah kiasan atau tidak? dan jawabnya anda adalah ada/banyak yang bisa membedakannya
Baik saya mau tanya...pernah lihat dewa? dan dalam beberapa kisah dia melakukan hubungan seksual terlarang (definisi hukum agama)...so apakah itu bagus? dan apakah benar bahwa dewa diciptakan oleh who ever bertujuan untuk melayani manusia dengan mengabulkan dan menguji manusia?
Dewa berpoligami?
Dewa membunuh?
Dewa marah?
Dewa bersedih?
Dewa cemburu?
apakah saya bisa menerima?
saya jawab tidak..kenapa? saya saat ini percaya bahwa Dewa adalah upah sebagai karma kehidupan sebelumnya...so I could Be Dewa or Demon....itu menurut saya lebih fair...
IWDM:
orang bali menyembah langsung ke leluhur, sama benarnya dengan orang bali menyembah kepada dewa dan hyang widhi juga tidak menyembah kepada siapa-siapa, kalau ini kesimpulan saya sebagai orang bali yang besar di bali.
Saya:
Coba lihat sloka dari Bhagawad Gita:
sa tayâ úraddhayâ yuktas tasyârâdhanam îhate labhate ca tatah kaman mayaiva vihitân hi tân (Bhagavad Gîtâ, 7.22)
Arti:
Setelah diberi kepercayaan tersebut, mereka berusaha menyembah Dewa tertentu dan memperoleh apa yang diinginkannya. Namun sesungguhnya hanya Aku sendiri yang menganugerahkan berkat-berkat tersebut.
ye ‘py anya-devatâ-bhaktâ yajante úraddhayânvitâ te ‘pi mâm eva kaunteya yajanty avidhi-pûrvakam (Bhagavad Gîtâ, IX.23)
Arti:
Orang-orang yang menyembah Dewa-Dewa dengan penuh keyakinannya sesungguhnya hanya
menyembah-Ku, tetapi mereka melakukannya dengan cara yang keliru, wahai putera Kunti (Arjuna)
"Orang yang menyembah dewa akan dilahirkan di tengah masyarakat dewa, orang yang menyembah leluhur akan pergi ke leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan dilahirkan di tengah-tengah makhluk seperti itu, dan orang yang menyembah-Ku akan hidup bersama-Ku." (Bhagavad-gita 9.25)
Bhagavad Gita dalam adhyaya IV sloka 11 dan adhyaya VII sloka 21 yang berbunyi sebagai berikut:
Ye yatha mam prapadyante tams tathaiva bhajamy aham, mama vartmanuvartante manusyah partha sarvasah Yo-yo yam-yam tanum bhaktah sraddhayarcitum icchati, tasya-tasya calam sraddham tam eva vidadhamy aham
Artinya :
Jalan manapun ditempuh manusia kearah-Ku semuanya Ku-terima, dari mana - mana semua mereka menuju jalan-Ku, oh Parta Apapun bentuk kepercayaan yang ingin dipeluk oleh penganut agama, Aku perlakukan kepercayaan mereka sama supaya tetap teguh dan sejahtera
Pertanyaan saya kepada saya dan semua orang:
Apakah menerima Krisna sebagai Tuhan?
Dan apa betul Anugrah datangnya dari Krisna? mengapa ia biarkan 5 miliar lebih orang sengsara?
Dan saat berperang keduabelah pihak memuja Tuhan untuk menang...kenapa tuhan harus berpihak..dan membiarkan banyak yang mati karena tuhan?
Tentunya jawaban2 tersebut dapat dialamatkan pada alasan:
karma, belum waktunya, ditangguhkan, diberikan yang lebih baik lagi..saat nya sudah sampai...dst..dst
apa manfaat percaya itu? kecuali Mekanisme pertahanan diri untuk mendapatkan ketenangan...
pertanyaannya apakah itu ketenangan sejati?
Siapa yang tahu..toh semua adalah pendapat2...yang benar salahnya akan terbukti setelah mati..
padahal menurut saya agama abrahamic religion saja sudah menipu diri mereka sendiri dengan mempercayai surga dan neraka..
Setelah ubek2 dikitab2 mereka saya mengetahui pasti bahwa tidak ada satupun jiwa yang sudah diterima di surga atau neraka....ternyata mereka masih menunggu saat kiamat untuk penempatan surga dan neraka dan selama ini menanti di alam kubur...yang cilaka adalah yang disiksa kubur...hahahahahaha...ya kalau betul...bagaimana kalau salah? dan juga kalimat tanya sebaliknya....ya kalau salah...bagaimana kalau betul?
-----------------------------------------------------
From: ida wayan dudik mahendra <idawayan_dm@yahoo.com>
OM Svastyastu,
pagi bli, saya akan komentari beberapa yang saya anggap menarik untuk menambah pengetahuan saya... (saya tidak mendebat kepercayaan/keyakinan bli)
mengenai purana, saya bilang banyak yang bisa membedakan itu kiasan atau tidak dayananda dan vivekananda salah duanya orang yang bisa membedakan, apakah saya pernah lihat dewa or dewi? sering sekali bahkan saya sering duduk dengan dewi, bila dewa dan dewi ini adalah nama jelma. tetapi bila dewa sebagai div, sinar suci dari Hyang Widhi saya belum bisa merasakan bertatap muka langsung, ini menarik bagi saya ketika bli tidak percaya sama dewa dan dewi (terlepas karena penggambaraan dlm beberapa purana yg absurd) seharusnya bli tidak percaya juga dengan hyang widhi dengan tidak percaya kepadanya harusnya Bli juga ngga percaya dgn karma pala yang juga produkNya untuk Rta... ahh itu mungkin sudah terlalu njlimet...
beginni saja deh...saat ini bli hanya menghaturkan sembah kepada leluhur, leluhur yang mana Bli, karena diakhir bli bilang percaya hanya kepada leluhur dan karmapala. kepercayaan terhadap karmapala ini mengakibatkan Bli berkata "so I could Be Dewa or Demon" sangat betul kal;au kita mengacu pada purana karena begitulah dikisahkan disalah satu purana tersebut tentang Indra yang menjadi dewa dan mendapatkan sorganya karena karma ayah ibunya...(ayahnya seorang rsi/manusia dan ibunya manusia) (sayangnya bli udah antimati-matian sama purana, padahal dari 18 purana yg masih ada ngga semuanya nyeleneh kok, tetapi tetaplah diingat purana khan sebuah dongeng, dong ngengin masih)
kembali keatas dikit, leluhur manakah yang bli sembah ketika semua leluhur sudah kembali reinkarnasi menjadi entah manusia, hewan, gumatap gumitip atau bangsa taru? kalau leluhur yang sudah bebas dari proses reinkarnasi dia sudah ngga dialam leluhur lagi tetapi sudah bersatu dengan Tuhan atau Hantu atau Mahendra atau Hyang Widhi
terakhir, bli mengutip bhagawad gita dan bli mempertanyakan krisna dan juga pemakaian kata bhakta, menunjukan bli pernah dekat dengan sampradaya hare krisna ataui masih...
mengenai ketenangan sejati, katanya bisa dicapai saat bli sudah bisa membedakan purusa dan prakerti, realita dan maya, subtansi dan guna/kualitas
kalau mau tidak mempercayai apapun itu bagus, karena seperti kata Asimov (orang ini tidak percaya sama katanya, dia hanya percaya sama bukti yg bisa dibuktikan dan lebih ekstrem kudu dia lihat sendiri)
"Yes", I said. "I believe in evidence. I believe in observation, measurement, and reasoning, confirmed by independent observers. I'll believe anything, no matter how wild and ridiculous, if there is evidence for it. The wilder and more ridiculous something is, however, the firmer and more solid the evidence will have to be."
berarti bli seorang yang sangat ilmiah dan bukan seorang follower/pengikut agama (bukankah dulu saya pernah tawarkan untuk menerima agama dan kitab suci hanya buatan manusia?)
dudik
nb: ketika agama dipertanyakan maka keimanan terhadapnya sudah luntur
----------------------------------------------------------------------------
wirajhana eka <wirajhana@yahoo.com> wrote:
IWDM:
"mengenai purana, saya bilang banyak yang bisa membedakan itu kiasan atau tidak dayananda dan vivekananda salah duanya orang yang bisa membedakan, apakah saya pernah lihat dewa or dewi? sering sekali bahkan saya sering duduk dengan dewi, bila dewa dan dewi ini adalah nama jelma. tetapi bila dewa sebagai div, sinar suci dari Hyang Widhi..seharusnya bli tidak percaya juga dengan hyang widhi dengan tidak percaya kepadanya harusnya Bli juga ngga percaya dgn karma pala yang juga produkNya untuk Rta... ahh itu mungkin sudah terlalu njlimet..."
---
Tahu dari mana anda bahwa "salah duanya" itu bisa membedakan??
anda bisa, saya bisa dan semua orang di milis ini bisa!...kalau hanya ditataran pendapat yang dan dipicu untuk melogikan dan memberikan arti maksud dari cerita "kiasan"...namun jelas itu buah pikiran bukan kebenaran yang mutlak dan berdasarkan kepentingan!
Tahu dari mana yang bersama anda duduk adalah dewi(dewa) nama jelma...sesuatu yang suci..dan buat apa ia hadir untuk melayani..kalau memang ia sudah lepas dari keterikatan duniawi
Hyang Widhi ada? saya dan semua orang bisa menjelaskan fenomena penciptaan kalau ada ini maka begitu dst...tapi pertanyaannya tetap sama...itu bukan hyang widhi tapi logika atas phenomena penciptaan dan...misalkan tiba2 saya di"anugerahi" untuk tahu hyang widhi ada...apakah dengan menyembah dan "mencintai" dia lantas sudah bisa merasa berada pada golongan kaum yang "Ia" sukai dan kita lantas merasa bersih dan menjaga rapat kebersihan itu???
Bukannya menjadi lapang malah menjadi beban karena takut si "Ia" tidak suka dengan apa yang sudah kita lakukan...sehingga mulailah saya hati2 menjalani hidup...wah tidak me"bakti" jeg jelek sajan rasane...seng me trisandya jeq kuang...seng meketis 3 kali kurang sempurna..seng cuci tangan tidak bersih...seng ngaturang pejati...kurang...seng mesemedi...nyanan nge johang...
Jadi apa nikmatnya dengan ketahayulan baru versi kita sendiri atas persepsi kita???
bayangkan itu baru yang kita pikir....belum lagi yang Ia suruh!..(Aneh bukan Tuhan meminta kita melakukan a, b , c dan D)
Karmapala, masalahnya apa tidak percaya...toh logic..yang secara simplenya adalah apa yang ditanam itu yang dipetik..
IWDM:
leluhur manakah yang bli sembah ketika semua leluhur sudah kembali reinkarnasi menjadi entah manusia, hewan, gumatap gumitip atau bangsa taru? kalau leluhur yang sudah bebas dari proses reinkarnasi dia sudah ngga dialam leluhur lagi tetapi sudah bersatu dengan Tuhan atau Hantu atau Mahendra atau Hyang Widhi
----
Leluhur yang mana? kalau Leluhur sudah bebas dari proses tumimbal lahir ia bersatu di alam Tuhan/Mahendra/hyang widhi...
Pertanyaan dan Pernyataan bagus!
......dan pertanyaan itu harusnya bertambah..kalau leluhur sudah tumimbal lahir to be anything...maka siapa yang di Merajan/kawitan/pura/mandir!....
jadi mengapa perlu lagi menyembah leluhur!
Bagian yang paling menyenangkan adalah berharap (Stage Mekanisme Pertahanan Diri untuk ketenangan hati) bahwa masih ada yang masih ada/belum sempat tumimbal lahir atau ditugaskan untuk melinggih tanpa bentuk..
dan sebagai warga pasek..tentunya saya berharap yang melinggih itu adalah leluhur yang saya kenal..
itulah kenapa saya maklumi keterbatasan mereka...karena tujuan saya bukan meminta tapi mengenang keberadaan orang2 yang pernah ada...
sehingga saya mempunyai kesimpulan bahwa "saya ada karena mereka ada..dan kalau mereka tidak ada mungkin saya tidak ada"..
itu adalah statement ketidakpastian bahwa kelahiran saya mungkin ada hubungannya dengan leluhur2 itu dan sekarang thanks to pernyataan anda maka akhirnya saya bisa melangkah maju/mundur di keadaan bahwa "tidak penting mereka ada atau tidak saya akan tetap ada"..dan mereka sepenuhnya tidak melayani saya atau tidak hadir karena/untuk saya..serta tidak ada hubungannya dengan keadaan saya..(saya merasa aneh sekarang ini dengan kata kita melayani mereka...karena apasih yang mereka butuhkan dari calon2 bangkai ini?)
Note:
saya baru tahu arti reinkarnasi adalah istilah kristen yang berarti kembali menjadi darah dan benar itu tidak tepat untuk persepsi agama Jambudwipa dimana lahir kembali tidak harus jadi darah dan daging tapi bisa menjadi tanpa bentuk jadi kelahiran kembali adalah istilah yang pas.
IWDM:
mengenai ketenangan sejati, katanya bisa dicapai saat bli sudah bisa membedakan purusa dan prakerti, realita dan maya, subtansi dan guna/kualitas
----
masa sih...3 pasang itu bisa dibedakan maka ketenangan sejati bisa didapat?
kenapa tidak ambil pusing saja tidak memikirkan itu ada bedanya atau tidak just buang saja semua atau terima dan jangan pernah mempertanyakan apapun...
jadi menurut saya ketenangan sejati dapat diperoleh bukan saja dengan kemampuan membedakan (ini lebih ruwet...belajar dulu untuk mampu membedakan....)
namun justru bisa lebih mudah yaitu buang saja semua itu dan zip! ilang deh...atau terima saja tanpa bertanya..beres sudah!
Kalau agama dan kitab suci adalah buatan manusia, berarti Purana adalah juga ciptaan...jadi kenapa wajib percaya bahwa itu adalah kebenaran dan kenapa harus percaya bahwa itu adalah kiasan...bukan kah lebih logic kalau memandang bahwa rsi rsi itu benar "terbelakang" untuk berpikir bahwa kekaguman terhadap Dewa yang "supertinggi" namun bergelimang nafsu keinginan!
dan saya juga tidak percaya maksud purana itu dibuat untuk memudahkan "transfer" pengetahuan...
menurut saya purana itu tidak beda dengan Sin Tiauw Hiap Lu atau Sin tiauw Enghiong dimana Yo Ko dan Kwee ceng yang menarik kepribadiannya
atau seperti dragon ball dimana song go ku adalah jago di atas jago yang bisa kalah atau menang..
atau Power ranger yang menjadi sakti setelah merapal kan mantram "berubah!"
atau kisah-kisah kancil dan buaya...dimana sikancil kadang apes, curang, cerdik dsb...
...
sekali lagi thanks a lot telah membantu saya menghancurkan ketahayulan tentang leluhur!
--------------------------------------------------------------
From: ida wayan dudik mahendra <idawayan_dm@yahoo.com>
OM Svastyastu,
Bli eka dan semeton yg mengikuti ini saya mohon maaf, bila ternyata apa yg saya tulis telah menjauhkan semeton dari apa yang seharusnya didekati.
Buat Bli eka saya benar-benar kaget, kok bisa yaa ... disisa-sisa kepercayaan yg masih anda yakini terhadap leluhur.. tulisan saya membuat bli malah yakin untuk tidak meyakini leluhur... saya benar-benar mohon maaf...
terakhir, mencoba memahami apa yg kita kenal dengan hindu adalah dengan caranya sendiri, karena bila kita coba melakukan komparasi maka yg ada adalah ketersesatan. Hindu adalah sebuah filsafat yang berkembang, dia tidak mentok, dia membebaskan (atau memang tidak punya aturan baku) untuk melakukan tafsir
kalau beragama gunakanlah logika, wiweka. seperti kata vivekananda, yg tidak masuk akal dan aneh buang saja dan gunakanlah yang masuk akal dan baik (paling tidak bagi kita) cognito ergusum (maaf ngga hafal) kata descartes saya berpikir maka saya ada. ketika saya berpikir tentang tuhan, dewa, leluhur maka tuhan dewa leluhur itu ada (dalam pikiran saya) tetapi ketika saya tidak memikirkannya maka mereka pun tidak lagi eksis..
atau Bli eka bisa ikut si nietzsche dalam the gay sciencenya yang bilang kita telah membunuh Tuhan...bila tuhan telah kita bunuh maka para dewa pun telah hilang juga, asal jangan ikut-ikutan nantinya masuk rumah sakit jiwa.. hehehee
salam buat jiwa-jiwa yg terus gelisah
biarkanlah jiwa-jiwa yang "bodoh" ini larut dalam kebodohannya mencari Tuhan
dudik
---------------------------------------------------------------------
wirajhana eka <wirajhana@yahoo.com> wrote:
IWDM:
Bli eka dan semeton yg mengikuti ini saya mohon maaf, bila ternyata apa yg saya tulis telah menjauhkan semeton dari apa yang seharusnya didekati.
Buat Bli eka saya benar-benar kaget, kok bisa yaa ... disisa-sisa kepercayaan yg masih anda yakini terhadap leluhur.. tulisan saya membuat bli malah yakin untuk tidak meyakini leluhur... saya benar-benar mohon maaf...
----
Kenapa harus mohon maaf atas apa yang anda tuliskan?
saya malah merasa lebih beruntung.....dan merasa lebih tercerahkan serta lapang dari sebelumnya....Saya bersukur..bisa saya lepaskan satu tahayul lagi...
menjauhkan dari yang harus didekati?
lho kenapa malah anda jadi berpikir menjauhkan diri dari tahayul adalah salah?
Justru kalau anda percaya bahwa konsep Tumimbal lahir dan karmapala 100% maka jelas tidak ada yang patut disembah!
Mereka yang telah seda/mati....sudah bertumimbal lahir menurut karmanya! Mungkin saja saat ini almarhum ayah saya lahir kembali menjadi:
- Ayam...yang kita makan tadi pagi atau
- Tikus yang kita bunuh tadi sore...atau
- Wong Gamang yang mengganggu kita tadi malam...
- Sinar suci yang sedang bersenang2 dialamnya
Jadi apalagi yang patut disembah?
dan mengapa ketahayulan itu benar dan harus didekati?
------------------------------------------------------------