- Arjuna Wisada Yoga, menguraikan keragu-raguan dalam diri Arjuna
- Samkhya Yoga, menguraikan ajaran yoga dan samkhya
- Karma Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena karma, usaha, perbuatan
- Jnana Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena ilmu pengetahuan suci
- Karma Samnyasa Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena prihatin
- Dhyana Yoga, menguraikan tentang makna dhyana sebaga satu sistem dalam yoga
- Jnana Widnyana Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena budi
- Aksara Brahma Yoga, menguraikan hakikat akan kekekalan Tuhan
- Raja Widya Rajaguhya Yoga, hakikat Ketuhanan sebagai raja dari segala ilmu pengetahuan (widya)
- Wibhuti Yoga, menguraikan akan sifat hakikat Tuhan yang absolut, tanpa awal, pertengahan dan akhir
- Wiswarupa Darsana Yoga, kelanjutan dari Wibhuti Yoga, dijelaskan dengan manifestasi secara nyata
- Bhakti Yoga, menguraikan tentang cara yoga dengan bhakti
- Ksetra Ksetradnya Yoga, menguraikan hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa dalam hubungan dengan purusa dan prakrti
- Guna Traya Wibhaga Yoga, membahas Triguna - Sattwam, Rajas dan Tamas
- Purusottama Yoga, menguraikan beryoga pada purusa yang Maha Tinggi, Hakikat Ketuhanan
- Daiwasura Sampad Wibhaga Yoga, membahas akan hakikat tingkah-laku manusia, baik dan buruk
- Sraddha Traya Wibhaga Yoga, menguraikan kepercayaan dan berkeyakinan pada Triguna
- Moksa Samnyasa Yoga, merupakan kesimpulan dari semua ajaran yang menjadi inti tujuan agama yang tertinggi.
Bhagavad Gita - Bab XVII
Saptadaso’dhyayah
Bab XVII
Sraddhatraya Wibhaga Yoga
Tiga Macam Fenomena Keyakinan
17-1
arjuna uvaca
ye shastra-vidhim utsrjya
yajante shraddhayanvitah
tesham nistha tu ka krishna
sattvam aho rajas tamah
“Arjuna inquired: O Krishna, what is the situation of those who do not follow the principles of scripture but worship according to their own imagination? Are they in goodness, in passion or in ignorance?”
Arjuna bertanya:
Mereka yang melalaikan petunjuk kitab suci, mempersembahkan upacara kurban yang disertai dengan keyakinan, bagaimanakah kedudukan mereka ini, wahai Krsna? Apakah ini disebut sattva, rajas atau tamas?
17-2
sri-bhagavan uvaca
tri-vidha bhavati shraddha
dehinam sa svabhava-ja
sattviki rajasi caiva
tamasi ceti tam shrinu
“The Supreme Personality of Godhead said: According to the modes of nature acquired by the embodied soul, one’s faith can be of three kinds—in goodness, in passion or in ignorance. Now hear about this.”
Sri Bhagavan bersabda:
Keyakinan dari perwujudan roh ada tiga macam, yang berasal dari sifat, sattvam, rajas dan tama. Dengarlah tentang hal itu sekarang.
17-3
sattvanurupa sarvasya
shraddha bhavati bharata
shraddha-mayo ’yam purusho
yo yac-chraddhah sa eva sah
“O son of Bharata, according to one’s existence under the various modes of nature, one evolves a particular kind of faith. The living being is said to be of a particular faith according to the modes he has acquired.”
Keyakinan dari setiap pribadi, wahai Bharata (Arjuna), tergantung pada sifatnya. Manusia merupakan wujud dari keyakinannya; apapun keyakinannya itu, sesungguhnya demikian ia adanya.
17-4
yajante sattvika devan
yaksha-rakshamsi rajasah
pretan bhuta-ganams canye
yajante tamasa janah
“Men in the mode of goodness worship the demigods; those in the mode of passion worship the demons; and those in the mode of ignorance worship ghosts and spirits.”
Orang-orang sattvika memuja para dewa, yang bersifat rajasa memuja para raksasa dan para yaksa dan yang lainnya, yaitu para tamasa memuja roh-roh orang mati dan roh-roh halus lainnya.
17-5 & 17-6
ashastra-vihitam ghoram
tapyante ye tapo janah
dambhahankara-samyuktah
kama-raga-balanvitah
karsayantah sarira-stham
bhuta-gramam acetasah
mam caivantah sarira-stham
tan viddhy asura-niscayan
“Those who undergo severe austerities and penances not recommended in the scriptures, performing them out of pride and egoism, who are impelled by lust and attachment, who are foolish and who torture the material elements of the body as well as the Supersoul dwelling within, are to be known as demons.”
Orang-orang sombong dan angkuh dan didorong oleh kekuatan nafsu dan keterikatan, yang melakukan tapah kekerasan (dengan menyiksa badan), yang tidak mengikuti aturan kitab suci. Karena kebodohannya, dengan menekan kelompok unsur dalam badan dan Aku yang juga bersemayam dalam badan; ketahuilah bahwa tujuan mereka itu bersifat jahat.
17-7
aharas tv api sarvasya
tri-vidho bhavati priyah
yajnas tapas tatha danam
tesham bhedam imam shrinu
“Even the food each person prefers is of three kinds, according to the three modes of material nature. The same is true of sacrifices, austerities and charity. Now hear of the distinctions between them.”
Bahkan makanan yang umum dimakan semua orang ada tiga jenisnya. Demikian pula yajna, tapah dan dana (amal sedekah). Dengarkanlah perbedaan ketiganya itu.
17-8
ayuh-sattva-balarogya-
sukha-priti-vivardhanah
rasyah snigdhah sthira hrdya
aharah sattvika-priyah
“Foods dear to those in the mode of goodness increase the duration of life, purify one’s existence and give strength, health, happiness and satisfaction. Such foods are juicy, fatty, wholesome, and pleasing to the heart.”
Makanan yang meningkatkan kehidupan, kekuatan, vitalitas, kesehatan, kegembiraan dan kesenangan, yang terasa lezat, lembut, menyegarkan dan enak, disukai oleh para sattvika.
17-9
katv-amla-lavanaty-usna-
tiksna-ruksa-vidahinah
ahara rajasasyesta
duhkha-sokamaya-pradah
“Foods that are too bitter, too sour, salty, hot, pungent, dry and burning are dear to those in the mode of passion. Such foods cause distress, misery and disease.”
Makanan yang pahit, masam, asin, pedas, kebanyakan rempah-rempah (bumbu), keras dan hangus, yang menyebabkan penderitaan dan penyakit serta kesusahan, disukai oleh kaum rajasa.
17-10
yata-yamam gata-rasam
puti paryusitam ca yat
ucchistam api camedhyam
bhojanam tamasa-priyam
“Food prepared more than three hours before being eaten, food that is tasteless, decomposed and putrid, and food consisting of remnants and untouchable things is dear to those in the mode of darkness.”
Makanan yang basi, kehilangan rasa, busuk, berbau, bekas sisa dan tidak bersih adalah yang disukai para tamasa.
17-11
aphalakanksibhir yajno
vidhi-disto ya ijyate
yastavyam eveti manah
samadhaya sa sattvikah
“Of sacrifices, the sacrifice performed according to the directions of scripture, as a matter of duty, by those who desire no reward, is of the nature of goodness.”
Yajna yang dipersembahkan sesuai dengan aturan kitab suci oleh mereka yang tidak mengharapkan ganjaran dan sangat percaya bahwa itu merupakan kewajiban yang harus dilakukan, merupakan yajna sattvika.
17-12
abhisandhaya tu phalam
dambhartham api caiva yat
ijyate bharata-srestha
tam yajnam viddhi rajasam
“But the sacrifice performed for some material benefit, or for the sake of pride, O chief of the Bharatas, you should know to be in the mode of passion.”
Tetapi, yang dipersembahkan dengan mengharapkan ganjaran atau hanya untuk pamer saja, ketahuilah, wahai Bharatasrestha (Arjuna), bahwa yajna itu bersifat rajasa
17-13
vidhi-hinam asrstannam
mantra-hinam adaksinam
shraddha-virahitam yajnam
tamasam paricakshate
“Any sacrifice performed without regard for the directions of scripture, without distribution of prasadam [spiritual food], without chanting of Vedic hymns and remunerations to the priests, and without faith is considered to be in the mode of ignorance.”
Yajna yang tidak mengikuti aturan, di mana tak ada makanan yang dibagikan, tak ada mantra diucapkan dan tanpa pemberian amal sedekah dan tanpa keyakinan, dinyatakan sebagai yajna tamasa
17-14
deva-dvija-guru-prajna-
pujanam shaucam arjavam
brahmacaryam ahimsa ca
sariram tapa ucyate
“Austerity of the body consists in worship of the Supreme Lord, the brahmanas, the spiritual master, and superiors like the father and mother, and in cleanliness, simplicity, celibacy and nonviolence.”
Pemujaan para dewa, para dwijati, para guru dan orang-orang bijak, kemurnian, kejujuran, pengendalian nafsu dan tanpa kekerasan; ini dikatakan sebagai tapah badan.
17-15
anudvega-karam vakyam
satyam priya-hitam ca yat
svadhyayabhyasanam caiva
van-mayam tapa ucyate
“Austerity of speech consists in speaking words that are truthful, pleasing, beneficial, and not agitating to others, and also in regularly reciting Vedic literature.”
Pengucapan kata-kata yang tidak menyebabkan sakit hati, dapat dipercaya, menyenangkan dan berguna serta membaca Veda secara teratur, ini dikatakan sebagai tapah dalam perkataan.
17-16
manah-prasadah saumyatvam
maunam atma-vinigrahah
bhava-samsuddhir ity etat
tapo manasam ucyate
“And satisfaction, simplicity, gravity, self-control and purification of one’s existence are the austerities of the mind.”
Kedamaian pikiran, sopan santun, pendiam, pengendalian diri dan kemurnian pikiran, ini dikatakan tapah dari pikiran.
17-17
shraddhaya paraya taptam
tapas tat tri-vidham naraih
aphalakanksibhir yuktaih
sattvikam paricakshate
“This threefold austerity, performed with transcendental faith by men not expecting material benefits but engaged only for the sake of the Supreme, is called austerity in goodness.”
Tiga macam tapah yang dilakukan dengan penuh keyakinan orang-orang yang pikirannya seimbang tanpa mengharapkan balas jasa, disebut sattvika
17-18
satkara-mana-pujartham
tapo dambhena caiva yat
kriyate tad iha proktam
rajasam calam adhruvam
“Penance performed out of pride and for the sake of gaining respect, honor and worship is said to be in the mode of passion. It is neither stable nor permanent.”
Tapah yang dilaksanakan agar mendapat kehormatan, disegani dan dipuja-puja, serta demi untuk pamer semata dikatakan sebagai tapah rajasa, yang tidak stabil dan tidak kekal
17-19
mudha-grahenatmano yat
pidaya kriyate tapah
parasyotsadanartham va
tat tamasam udahrtam
“Penance performed out of foolishness, with self-torture or to destroy or injure others, is said to be in the mode of ignorance.”
Tapah yang dilaksanakan dengan pemahaman bodoh dengan cara penyiksaan badan atau yang menyebabkan penderitaan orang lain, dikatakan sebagai tapah tamasa
17-20
datavyam iti yad danam
diyate ’nupakarine
dese kale ca patre ca
tad danam sattvikam smrtam
“Charity given out of duty, without expectation of return, at the proper time and place, and to a worthy person is considered to be in the mode of goodness.”
Amal sedekah yang diberikan kepada seseorang yang dianggap tak mungkin dapat membalasnya kembali, dengan perasaan bahwa sudah merupakan kewajibannya untuk memberi dan yang diberikan pada tempat, waktu dan orang yang layak menerimanya, sedekah semacam itu dianggap sebagai sattvika.
17-21
yat tu pratyupakarartham
phalam uddisya va punah
diyate ca pariklistam
tad danam rajasam smrtam
“But charity performed with the expectation of some return, or with a desire for fruitive results, or in a grudging mood, is said to be charity in the mode of passion.”
Tetapi amal sedekah yang diberikan dengan harapan balasan kembali atau dengan harapan perolehan masa depan atau dengan perasaan keberatan untuk memberikannya, dipandang sebagai bersifat rajasa
17-22
adesa-kale yad danam
apatrebhyas ca diyate
asat-kritam avajnatam
tat tamasam udahrtam
“And charity performed at an impure place, at an improper time, to unworthy persons, or without proper attention and respect is said to be in the mode of ignorance.”
Dan amal sedekah yang diberikan pada tempat, waktu yang salah serta terhadap orang yang tidak layak menerimanya, tanpa aturan semestinya aatu dengan sikap menghina, hal itu dinyatakan sebagai tamasa
17-23
om tat sad iti nirdeso
brahmanas tri-vidhah smrtah
brahmanas tena vedas ca
yajnas ca vihitah pura
“From the beginning of creation, the three words om tat sat were used to indicate the Supreme Absolute Truth. These three symbolic representations were used by brahmanas while chanting the hymns of the Vedas and during sacrifices for the satisfaction of the Supreme.”
Kata “Aum Tat Sat” ini dipandang sebagai lambang tiga aspek Brahman. Dengan tiga kata ini telah ditetapkan tentang para Brahmana, kitab suci Veda dan yajna jaman dahulu.
17-24
tasmad om ity udahrtya
yajna-dana-tapah-kriyah
pravartante vidhanoktah
satatam brahma-vadinam
“Therefore, transcendentalists undertaking performances of sacrifice, charity and penance in accordance with scriptural regulations begin always with om, to attain the Supreme.”
Oleh karena itu, dengan pengucapan suku kata “aum”, kegiatan yajna, dana dan tapah seperti yang dinyatakan dalam kitab suci senantiasa dipergunakan oleh para penganut Brahman
17-25
tad ity anabhisandhaya
phalam yajna-tapah-kriyah
dana-kriyas ca vividhah
kriyante moksha-kanksibhih
“Without desiring fruitive results, one should perform various kinds of sacrifice, penance and charity with the word tat. The purpose of such transcendental activities is to get free from material entanglement.”
Dan dengan pengucapan suku kata “tat”, kegiatan yajna, tapah dan berbagai kegiatan dana dilaksanakan oleh para pencari kebebasan, tanpa tujuan untuk mendapat balas jasa.
17-26 & 17-27
sad-bhave sadhu-bhave ca
sad ity etat prayujyate
prasaste karmani tatha
sac-chabdah partha yujyate
yajne tapasi dane ca
sthitih sad iti cocyate
karma caiva tad-arthiyam
sad ity evabhidhiyate
“The Absolute Truth is the objective of devotional sacrifice, and it is indicated by the word sat. The performer of such sacrifice is also called sat, as are all works of sacrifice, penance and charity which, true to the absolute nature, are performed to please the Supreme Person, O son of Prtha.”
Suku kata “sat” dipergunakan dalam pengertian realitas, kebajikan, wahai Partha (Arjuna); dan kata “sat” juga dipergunakan dalam kegiatan yang patut dipuji. Kemantapan dalam melakukan yajna, tapah, dana juga disebut “sat” dan juga setiap kegiatan untuk tujuan itu disebut “sat”
17-28
ashraddhaya hutam dattam
tapas taptam kritam ca yat
asad ity ucyate partha
na ca tat pretya no iha
“Anything done as sacrifice, charity or penance without faith in the Supreme, O son of Pritha, is impermanent. It is called asat and is useless both in this life and the next.”
Persembahan dan dana apapun yang dilakukan, tapah apapun yang dilaksanakan dan yajna apapun yang dilakukan tanpa keyakinan, itu disebut “asat”, wahai Partha (Arjuna), tak ada artinya baik disini maupun di dunia sana nantinya.
Di sini berakhir bab XVII, percakapan yang berjudul: Sraddhatraya Wibhaga Yoga
[Kembali]
Bhagavad Gita - Bab XVIII
Astadaso’dhyayah
Bab XVIII
Samnyasa Yoga
Penyangkalan harus dilakukan pada Hasil Kegiatan, bukan pada Kegiatan itu sendiri.
18-1
arjuna uvaca
sannyasasya maha-baho
tattvam icchami veditum
tyagasya ca hrishikesha
prithak kesi-nisudana
“Arjuna said: O mighty-armed one, I wish to understand the purpose of renunciation [tyaga] and of the renounced order of life [sannyasa], O killer of the Keshi demon, master of the senses.”
Arjuna bertanya:
Wahai Mahabaho (Krsna), aku ingin mengetahui sifat sejati dari penyangkalan (samnyasa) dan pelepasan (tyaga), wahai Hrsikesa (Krsna), masing-masing dari padanya, wahai Kesinisudana (Krsna)
18-2
sri-bhagavan uvaca
kamyanam karmanam nyasam
sannyasam kavayo viduh
sarva-karma-phala-tyagam
prahus tyagam vicakshanah
“The Supreme Personality of Godhead said: The giving up of activities that are based on material desire is what great learned men call the renounced order of life [sannyasa]. And giving up the results of all activities is what the wise call renunciation [tyaga].”
Sri Bhagavan bersabda:
ORang-orang bijak mengartikan kata “penyangkalan” sebagai pelepasan terhadap kegiatan kerja yang didorong oleh keinginan; pelepasan hasil dari segala kegiatan kerja, para terpelajar menyatakan sebagai tyaga
18-3
tyajyam dosa-vad ity eke
karma prahur manisinah
yajna-dana-tapah-karma
na tyajyam iti capare
“Some learned men declare that all kinds of fruitive activities should be given up as faulty, yet other sages maintain that acts of sacrifice, charity and penance should never be abandoned.”
Kegiatan kerja hendaknya ditinggalkan sebagai kejahatan, demikian kata beberapa orang terpelajar, tetapi yang lainnya menyatakan bahwa kegiatan yajna, dana dan tapah jangan ditinggalkan.
18-4
niscayam shrinu me tatra
tyage bharata-sattama
tyago hi purusha-vyaghra
tri-vidhah samprakirtitah
“O best of the Bharatas, now hear My judgment about renunciation. O tiger among men, renunciation is declared in the scriptures to be of three kinds.”
Sekarang dengarkanlah dari Ku, wahai Bharatasattama (Arjuna), kebenaran tentang tyaga, tyaga itu, wahai Purusavyagrha (Arjuna), ada tiga macam.
18-5
yajna-dana-tapah-karma
na tyajyam karyam eva tat
yajno danam tapas caiva
pavanani manisinam
“Acts of sacrifice, charity and penance are not to be given up; they must be performed. Indeed, sacrifice, charity and penance purify even the great souls.”
Kegiatan yajna, dana dan tapah jangan ditinggalkan tetapi harus dilaksanakan; karena kegiatan itu memurnikan orang-orang bijaksana
18-6
etany api tu karmani
sangam tyaktva phalani ca
kartavyaniti me partha
niscitam matam uttamam
“All these activities should be performed without attachment or any expectation of result. They should be performed as a matter of duty, O son of Pritha. That is My final opinion.”
Tetapi kegiatan kerja inipun hendaknya dilaksanakan dengan melepaskan keterikatan dan keinginan pada hasilnya. Wahai Partha (Arjuna), hal ini merupakan keputusan-Ku dan pendapat-Ku yang terakhir.
18-7
niyatasya tu sannyasah
karmano nopapadyate
mohat tasya parityagas
tamasah parikirtitah
“Prescribed duties should never be renounced. If one gives up his prescribed duties because of illusion, such renunciation is said to be in the mode of ignorance.”
Sesungguhnya melepaskan kewajiban yang harus dilakukan adalah tidak benar. Meninggalkan kewajiban karena kebodohan dinyatakan sebagai sifat dari tamasa
18-8
duhkham ity eva yat karma
kaya-klesa-bhayat tyajet
sa kritva rajasam tyagam
naiva tyaga-phalam labhet
“Anyone who gives up prescribed duties as troublesome or out of fear of bodily discomfort is said to have renounced in the mode of passion. Such action never leads to the elevation of renunciation.”
Ia yang meninggalkan kewajiban karena kesusahan atau karena takut akan penderitaan fisik, hanya melakukan tyaga yang bersifat rajasa dan tak akan memperoleh hasil dari tyaga tersebut.
18-9
karyam ity eva yat karma
niyatam kriyate ’rjuna
sangam tyaktva phalam caiva
sa tyagah sattviko matah
“O Arjuna, when one performs his prescribed duty only because it ought to be done, and renounces all material association and all attachment to the fruit, his renunciation is said to be in the mode of goodness.”
Tetapi dia yang melaksanakan kewajiban yang diharuskan sebagai hal yang harus dilakukan dengan meninggalkan segala keterikatan dan juga hasilnya, tyaga ini dianggap sebagai bersifat sattvika
18-10
na dvesty akusalam karma
kusale nanusajjate
tyagi sattva-samavisto
medhavi chinna-samsayah
“The intelligent renouncer situated in the mode of goodness, neither hateful of inauspicious work nor attached to auspicious work, has no doubts about work.”
Orang bijaksana yang penyangkalan dan keragu-raguannya telah lenyap, yang sifatnya sattvika, tidak membenci melakukan kegiatan yang tak menyenangkan dan tidak terikat dengan kegiatan kerja yang menyenangkan.
18-11
na hi deha-bhrta sakyam
tyaktum karmany asesatah
yas tu karma-phala-tyagi
sa tyagity abhidhiyate
“It is indeed impossible for an embodied being to give up all activities. But he who renounces the fruits of action is called one who has truly renounced.”
Memang tak mungkin bagi mahluk berwujud untuk absen dari kegiatan kerja sama sekali; tetapi ia yang melepaskan hasil dari kegiatan kerja itu dikatakan sebagai tyagi sejati.
18-12
anistam istam misram ca
tri-vidham karmanah phalam
bhavaty atyaginam pretya
na tu sannyasinam kvacit
“For one who is not renounced, the threefold fruits of action—desirable, undesirable and mixed—accrue after death. But those who are in the renounced order of life have no such result to suffer or enjoy.”
Menyenangkan, tak menyenangkan dan campuran adalah tiga macam hasil dari kegiatan kerja yang tumbuh setelah kematian terhadap mereka yang belum menjadi tyagi; tetapi tak ada sesuatupun yang terjadi bagi mereka yang telah menjadi samnyasin
18-13
pancaitani maha-baho
karanani nibodha me
sankhye kritante proktani
siddhaye sarva-karmanam
“O mighty-armed Arjuna, according to the Vedanta there are five causes for the accomplishment of all action. Now learn of these from Me.”
Wahai Mahabaho (Arjuna), pelajarilah dari-Ku kelima faktor ini, guna menyelesaikan segala kegiatan kerja seperti yang dinyatakan dalam ajaran Samkhya.
18-14
adhisthanam tatha karta
karanam ca prithag-vidham
vividhas ca prithak cesta
daivam caivatra pancamam
“The place of action [the body], the performer, the various senses, the many different kinds of endeavor, and ultimately the Supersoul—these are the five factors of action.”
Tempat kedudukan kegiatan (badan) dan juga pelaku, alat berbagai jenis, segala macam usaha dan anugerah Tuhan sebagai yang kelima.
18-15
sarira-van-manobhir yat
karma prarabhate narah
nyayyam va viparitam va
pancaite tasya hetavah
“Whatever right or wrong action a man performs by body, mind or speech is caused by these five factors.”
Kegiatan kerja apapun yang dilakukan seseorang dengan badan, kata-kata atau pikirannya, apakah benar atau salah, kelima unsur inilah sebagai faktor penyebabnya
18-16
tatraivam sati kartaram
atmanam kevalam tu yah
pasyaty akrita-buddhitvan
na sa pasyati durmatih
“Therefore one who thinks himself the only doer, not considering the five factors, is certainly not very intelligent and cannot see things as they are.”
Demikianlah masalahnya dengan pikiran yang tak murni, yang disebabkan oleh pemahamannya yang tak terlatih, memandang dirinya sendiri sebagai satu-satunya pelaku, sebenarnya ia tidak melihat apapun
18-17
yasya nahankrto bhavo
buddhir yasya na lipyate
hatvapi sa imaĆ» lokan
na hanti na nibadhyate
“One who is not motivated by false ego, whose intelligence is not entangled, though he kills men in this world, does not kill. Nor is he bound by his actions.”
Ia yang bebas dari rasa keakuannya, yang pemahamannya tak tercemari, walaupun ia membunuh orang-orang ini, sebenarnya ia tak membunuh ataupun terbelenggu oleh kegiatannya.
18-18
jnanam jneyam parijnata
tri-vidha karma-codana
karanam karma karteti
tri-vidhah karma-sangrahah
“Knowledge, the object of knowledge, and the knower are the three factors that motivate action; the senses, the work and the doer are the three constituents of action.”
Pengetahuan, obyek pengetahuan dan yang mengetahui pengetahuan itu adalah tiga pendorong untuk melakukan kegiatan kerja; alat, kegiatan dan pelaku adalah tiga macam gabungan dari kegiatan
18-19
jnanam karma ca karta ca
tridhaiva guna-bhedatah
procyate guna-sankhyane
yathavac chrnu tany api
“According to the three different modes of material nature, there are three kinds of knowledge, action and performer of action. Now hear of them from Me.”
Pengetahuan, kegiatan kerja dan pelaku dikatakan dalam ilmu tentang sifat-sifat (guna) hanya tiga jenisnya, sesuai dengan perbedaan guna tersebut. Dengarkan tentang hal ini dengan sebenarnya.
18-20
sarva-bhutesu yenaikam
bhavam avyayam iksate
avibhaktam vibhaktesu
taj jnanam viddhi sattvikam
“That knowledge by which one undivided spiritual nature is seen in all living entities, though they are divided into innumerable forms, you should understand to be in the mode of goodness.”
Pengetahuan yang dipakai untuk melihat Keberadaan Abadi pada segala eksistensi, yang tak terbagi dalam yang terbagi, ketahuilah bahwa pengetahuan itu adalah sattvika
18-21
prithaktvena tu yaj jnanam
nana-bhavan prithag-vidhan
vetti sarveshu bhutesu
taj jnanam viddhi rajasam
“That knowledge by which one sees that in every different body there is a different type of living entity you should understand to be in the mode of passion.”
Pengetahuan yang melihat kejamakan keberadaan pada mahluk-mahluk yang berbeda, dengan alasan keterpisahannya, ketahuilah bahwa pengetahuan itu bersifat rajasa.
18-22
yat tu krtsna-vad ekasmin
karye saktam ahaitukam
atattvartha-vad alpam ca
tat tamasam udahrtam
“And that knowledge by which one is attached to one kind of work as the all in all, without knowledge of the truth, and which is very meager, is said to be in the mode of darkness.”
Tetapi yang bergantung hanya pada satu akibat seakan-akan keseluruhan tanpa perduli pada penyebab, tanpa mendapatkan yang sejati, dan sempit (picik) dinyatakan sebagai bersifat tamasa
18-23
niyatam sanga-rahitam
araga-dvesatah kritam
aphala-prepsuna karma
yat tat sattvikam ucyate
“That action which is regulated and which is performed without attachment, without love or hatred, and without desire for fruitive results is said to be in the mode of goodness.”
Suatu kegiatan yang bersifat wajib, yang dilaksanakan tanpa keterikatan, tanpa kasih sayang atau kebencian oleh orang yang tak mengharapkan hasil, itu dikatakan sebagai sattvika
18-24
yat tu kamepsuna karma
sahankarena va punah
kriyate bahulayasam
tad rajasam udahrtam
“But action performed with great effort by one seeking to gratify his desires, and enacted from a sense of false ego, is called action in the mode of passion.”
Tetapi kegiatan kerja yang dilakukan dengan usaha keras oleh seseorang yang mencari pemenuhan keinginannya atau yang didorong oleh keakuan, dikatakan sebagai bersifat rajasa
18-25
anubandham ksayam himsam
anapeksya ca paurusam
mohad arabhyate karma
yat tat tamasam ucyate
“That action performed in illusion, in disregard of scriptural injunctions, and without concern for future bondage or for violence or distress caused to others is said to be in the mode of ignorance.”
Kegiatan kerja yang dilakukan karena kebodohan, tanpa memperdulikan akibat atau kerugian dan melukai, serta tanpa memandang kemampuannya, kegiatan dikatakan bersifat tamasika
18-26
mukta-sango ’naham-vadi
dhrty-utsaha-samanvitah
siddhy-asiddhyor nirvikarah
karta sattvika ucyate
“One who performs his duty without association with the modes of material nature, without false ego, with great determination and enthusiasm, and without wavering in success or failure is said to be a worker in the mode of goodness.”
Si pelaku yang bebas dari keterikatan, yang tak memiliki rasa keakuan, penuh keteguhan hati dan bersemangat dan yang tak terpengaruh oleh kegagalan atau keberhasilan, dikatakan sebagai bersifat sattvika
18-27
ragi karma-phala-prepsur
lubdho himsatmako ’sucih
harsa-sokanvitah karta
rajasah parikirtitah
“The worker who is attached to work and the fruits of work, desiring to enjoy those fruits, and who is greedy, always envious, impure, and moved by joy and sorrow, is said to be in the mode of passion.”
Pelaku yang diombang-ambingkan oleh nafsu, yang sangat merindukan hasil dari kegiatannya, yang bersifat serakah dan bersifat menyakiti, tidak murni, yang dipengaruhi oleh rasa senang dan sedih, dikatakan sebagai bersifat rajasa
18-28
ayuktah prakritah stabdhah
satho naiskritiko ’lasah
visadi dirgha-sutri ca
karta tamasa ucyate
“The worker who is always engaged in work against the injunctions of the scripture, who is materialistic, obstinate, cheating and expert in insulting others, and who is lazy, always morose and procrastinating is said to be a worker in the mode of ignorance.”
Pelaku yang pikirannya tak seimbang, vulgar (biadab), sombong, tidak jujur, bersifat jahat, bebal, pengecut dan suka mengulur-ulur waktu, dikatakan sebagai yang bersifat tamasa
18-29
buddher bhedam dhrtes caiva
gunatas tri-vidham shrinu
procyamanam asesena
prithaktvena dhananjaya
“O winner of wealth, now please listen as I tell you in detail of the different kinds of understanding and determination, according to the three modes of material nature.”
Sekarang dengarkanlah tiga macam perbedaan pemahaman dan juga kemantapan, wahai Dhananjaya (Arjuna), sesuai dengan sifat (guna) yang dinyatakan secara keseluruhan dan masing-masing dari padanya.
18-30
pravrttim ca nivrttim ca
karyakarye bhayabhaye
bandham moksham ca ya vetti
buddhih sa partha sattviki
“O son of Pritha, that understanding by which one knows what ought to be done and what ought not to be done, what is to be feared and what is not to be feared, what is binding and what is liberating, is in the mode of goodness.”
Pengertian yang mengetahui makna kegiatan kerja dan tanpa kegiatan kerja, apa yang boleh dilakukan dan apa yagn tak boleh dilakukan, apa yang ditakuti dan apa yang tak harus ditakuti, apa yang membebaskan dan apa yang membelenggu, wahai Partha (Arjuna) pengertian tersebut bersifat sattvika.
18-31
yaya dharmam adharmam ca
karyam cakaryam eva ca
ayathavat prajanati
buddhih sa partha rajasi
“O son of Pritha, that understanding which cannot distinguish between religion and irreligion, between action that should be done and action that should not be done, is in the mode of passion.”
Pengertian yang mengetahui jalan yang salah dan benar, apa yang harus dilakukan dan apa yang boleh dilakukan, wahai Partha (Arjuna), pengertian itu bersifat rajasa
18-32
adharmam dharmam iti ya
manyate tamasavrta
sarvarthan viparitams ca
buddhih sa partha tamasi
“That understanding which considers irreligion to be religion and religion to be irreligion, under the spell of illusion and darkness, and strives always in the wrong direction, O Partha, is in the mode of ignorance.”
Pengertian yang tertutupi oleh kegelapan, menganggap yang salah sebagai benar dan melihat segala sesuatunya secara terbalik-balik (berlawanan dengan kebenaran), pengertian tersebut, wahai Partha (Arjuna), bersifat tamasa
18-33
dhrtya yaya dharayate
manah-pranendriya-kriyah
yogenavyabhicarinya
dhrtih sa partha sattviki
“O son of Pritha, that determination which is unbreakable, which is sustained with steadfastness by yoga practice, and which thus controls the activities of the mind, life and senses is determination in the mode of goodness.”
Kemantapan yang tak tergoyahkan dan dengan melalui konsentrasi seseorang mengendalikan kegiatan pikiran, nafas vital dan indra-indra, wahai Partha (Arjuna), kemantapan itu bersifat sattvika
18-34
yaya tu dharma-kamarthan
dhrtya dharayate ’rjuna
prasangena phalakanksi
dhrtih sa partha rajasi
“But that determination by which one holds fast to fruitive results in religion, economic development and sense gratification is of the nature of passion, O Arjuna.”
Kemantapan yang memandang kewajiban dengan ketat, kesenangan dan kekayaan dengan keinginan akan hasil dari padanya, wahai Partha (Arjuna), kemantapan itu bersifat rajasika
18-35
yaya svapnam bhayam sokam
visadam madam eva ca
na vimuncati durmedha
dhrtih sa partha tamasi
“And that determination which cannot go beyond dreaming, fearfulness, lamentation, moroseness and illusion—such unintelligent determination, O son of Pritha, is in the mode of darkness.”
Kemantapan yang membuat si bodoh tidak mau melepaskan kemalasan, takut, cemas, tertekan dan angkuh, wahai Partha (Arjuna), kemantapan ini bersifat tamasa
18-36
sukham tv idanim tri-vidham
shrinu me bharatarsabha
abhyasad ramate yatra
duhkhantam ca nigacchati
“O best of the Bharatas, now please hear from Me about the three kinds of happiness by which the conditioned soul enjoys, and by which he sometimes comes to the end of all distress.”
Dan sekarang dengarkanlah dari-Ku, wahai Bharatarsabha (Arjuna), tiga macam kebahagiaan. Dengan itu orang akan bergembira dan mencapai akhir dari kesedihan, melalui pelaksanaan yang lama.
18-37
yat tad agre visam iva
pariname ’mrtopamam
tat sukham sattvikam proktam
atma-buddhi-prasada-jam
“That which in the beginning may be just like poison but at the end is just like nectar and which awakens one to self-realization is said to be happiness in the mode of goodness.”
Kebahagiaan yang seperti racun pada awalnya dan seperti madu pada akhirnya, yang muncul dari pemahaman yang jelas tentang sang Diri, dikatakan kebahagiaan yagn bersifat sattvika
18-38
visayendriya-samyogad
yat tad agre ’mrtopamam
pariname visam iva
tat sukham rajasam smrtam
“That happiness which is derived from contact of the senses with their objects and which appears like nectar at first but poison at the end is said to be of the nature of passion.”
Kebahagiaan yang muncul dari hubungan indra-indra dan obyeknya dan yang seperti madu pada awalnya serta seperti racun pada akhirnya, kebahagiaan tersebut bersifat rajasa
18-39
yad agre canubandhe ca
sukham mohanam atmanah
nidralasya-pramadottham
tat tamasam udahrtam
“And that happiness which is blind to self-realization, which is delusion from beginning to end and which arises from sleep, laziness and illusion is said to be of the nature of ignorance.”
Kebahagiaan yang menipu sang roh, baik pada awal maupun pada akhirnya dan yang muncul dari kemalasan, tidur dan ketidakperdulian, dinyatakan sebagai kebahagiaan tamasa
18-40
na tad asti prithivyam va
divi devesu va punah
sattvam prakriti-jair muktam
yad ebhih syat tribhir gunaih
“There is no being existing, either here or among the demigods in the higher planetary systems, which is freed from these three modes born of material nature.”
Tak ada mahluk apapun, baik di bumi, apalagi diantara para dewa di surga, yang bebas dari ketiga sifat (guna) yang berasal dari prakrti ini
18-41
brahmana-kshatriya-visam
shudranam ca parantapa
karmani pravibhaktani
svabhava-prabhavair gunaih
“Brahmanas, kshatriyas, vaishyas and shudras are distinguished by the qualities born of their own natures in accordance with the material modes, O chastiser of the enemy.”
Di antara para Brahmana, para Ksatriya, Vaisya dan Sudra, wahai Paramtapa (Arjuna), kegiatan kerjanya dibedakan sesuai dengan sifat-sifat (guna) yang berasal dari prakrti mereka.
18-42
samo damas tapah shaucam
ksantir arjavam eva ca
jnanam vijnanam astikyam
brahma-karma svabhava-jam
“Peacefulness, self-control, austerity, purity, tolerance, honesty, knowledge, wisdom and religiousness—these are the natural qualities by which the brahmanas work.”
Ketenangan, pengendalian diri, tapah, kemurnian, kesabaran, kejujuran, kebijaksanaan, pengetahuan dan keyakinan dalam agama, semuanya ini merupakan kewajiban dari para Brahmana yang berasal dari sifatnya sendiri.
18-43
sauryam tejo dhrtir daksyam
yuddhe capy apalayanam
danam ishvara-bhavas ca
kshatram karma svabhava-jam
“Heroism, power, determination, resourcefulness, courage in battle, generosity and leadership are the natural qualities of work for the kshatriyas.”
Sifat kepahlawanan, pemberani, mantap, kemahiran, pantang mundur walaupun dalam pertempuran, kedermawanan dan kepemimpinan, semua ini merupakan kewajiban dari golongan Ksatriya, yang berasal dari sifatnya sendiri.
18-44
krsi-go-raksya-vanijyam
vaishya-karma svabhava-jam
paricaryatmakam karma
shudrasyapi svabhava-jam
“Farming, cow protection and business are the natural work for the vaishyas, and for the shudras there is labor and service to others.”
Pertanian, memelihara ternak dan perdagangan adalah kewajiban golongan Vaisya, yang berasal dari sifatnya; kegiatan kerja yang bercirikan pelayanan adalah kewajiban dari seorang Sudra yang berasal dari sifatnya.
18-45
sve sve karmany abhiratah
samsiddhim labhate narah
sva-karma-niratah siddhim
yatha vindati tac chrnu
“By following his qualities of work, every man can become perfect. Now please hear from Me how this can be done.”
Dengan mengabdikan kewajibannya sendiri manusia mencapai kesempurnaan. Bagaimana seseorang yang mengabdikan pada kewajibannya sendiri mencapai kesempurnaan, dengarkanlah ini.
18-46
yatah pravrttir bhutanam
yena sarvam idam tatam
sva-karmana tam abhyarcya
siddhim vindati manavah
“By worship of the Lord, who is the source of all beings and who is all-pervading, a man can attain perfection through performing his own work.”
Dari siapa seluruh mahluk ini muncul dan oleh siapa semuanya ini diliputi; dengan memuja-Nya melalui pelaksanaan kewajibannya sendiri, manusia mencapai kesempurnaan.
18-47
sreyan sva-dharmo vigunah
para-dharmat sv-anusthitat
svabhava-niyatam karma
kurvan napnoti kilbisam
“It is better to engage in one’s own occupation, even though one may perform it imperfectly, than to accept another’s occupation and perform it perfectly. Duties prescribed according to one’s nature are never affected by sinful reactions.”
Lebih baik dharmanya sendiri walaupun tak sempurna melakukannya dari pada dharma orang lain walaupun sempurna pelaksanaannya; karena orang tak akan melakukan dosa bila melakukan dharmanya sendiri yang ditentukan oleh sifatnya sendiri.
18-48
saha-jam karma kaunteya
sa-dosam api na tyajet
sarvarambha hi dosena
dhumenagnir ivavrtah
“Every endeavor is covered by some fault, just as fire is covered by smoke. Therefore one should not give up the work born of his nature, O son of Kunti, even if such work is full of fault.”
Seseorang hendaknya jangan meninggalkan kegiatan kerja yang cocok dengan sifatnya sendiri, wahai putra Kunti (Arjuna), walaupun itu mungkin tidak sempurna, karena semua perbuatan diliputi oleh kekurangsempurnaan bagaikan api yang diselimuti asap.
18-49
asakta-buddhih sarvatra
jitatma vigata-sprhah
naishkarmya-siddhim paramam
sannyasenadhigacchati
“One who is self-controlled and unattached and who disregards all material enjoyments can obtain, by practice of renunciation, the highest perfect stage of freedom from reaction.”
Ia yang pengertiannya tak terikat dimanapun juga, yang telah menaklukkan dirinya dan yang keinginannya telah lenyap, melalui pelaksanaan samnyasa ia sampai pada keadaan tertinggi yang melampaui segala kegiatan kerja.
18-50
siddhim prapto yatha brahma
tathapnoti nibodha me
samasenaiva kaunteya
nistha jnanasya ya para
“O son of Kunti, learn from Me how one who has achieved this perfection can attain to the supreme perfectional stage, Brahman, the stage of highest knowledge, by acting in the way I shall now summarize.”
Dengarkanlah dari-Ku secara ringkas, wahai putra Kunti (Arjuna), bagaimana setelah mencapai kesempurnaan ia mencapai Brahman, sebagai kesempurnaan kebijaksanaan tertinggi.
18-51, 18-52 & 18-53
buddhya vishuddhaya yukto
dhrtyatmanam niyamya ca
shabdadin visayams tyaktva
raga-dvesau vyudasya ca
vivikta-sevi laghv-asi
yata-vak-kaya-manasah
dhyana-yoga-paro nityam
vairagyam samupasritah
ahankaram balam darpam
kamam krodham parigraham
vimucya nirmamah santo
brahma-bhuyaya kalpate
“Being purified by his intelligence and controlling the mind with determination, giving up the objects of sense gratification, being freed from attachment and hatred, one who lives in a secluded place, who eats little, who controls his body, mind and power of speech, who is always in trance and who is detached, free from false ego, false strength, false pride, lust, anger, and acceptance of material things, free from false proprietorship, and peaceful—such a person is certainly elevated to the position of self-realization.”
Dilengkapi dengan pemahaman murni, dengan mantap mengendalikan dirinya, berpaling dari suara dan obyek-obyek indra lain serta membuang rasa senang dan benci. Berdiam di tempat terpencil, makan sekedarnya saja, dengan mengendalikan kata-kata, badan dan pikiran dan senantiasa tenggelam dalam meditasi dan konsentrasi serta berlindung pada kedamaian hati. Dan dengan mencampakkan rasa keakuan, kekuatan, keangkuhan, keinginan, kemarahan, kemilikan, tanpa keakuan dan ketenangan dalam pikiran, ia layak untuk menjadi satu dengan Brahman.
18-54
brahma-bhutah prasannatma
na socati na kanksati
samah sarveshu bhutesu
mad-bhaktim labhate param
“One who is thus transcendentally situated at once realizes the Supreme Brahman and becomes fully joyful. He never laments or desires to have anything. He is equally disposed toward every living entity. In that state he attains pure devotional service unto Me.”
Setelah menjadi satu dengan Brahman dan jiwanya telah tenang, ia tak lagi berduka atau berkeinginan. Dengan memandang semua mahluk sama ia mencapai pengabdian tertinggi pada-Ku.
18-55
bhaktya mam abhijanati
yavan yas casmi tattvatah
tato mam tattvato jnatva
visate tad-anantaram
“One can understand Me as I am, as the Supreme Personality of Godhead, only by devotional service. And when one is in full consciousness of Me by such devotion, he can enter into the kingdom of God.”
Melalui pengabdian ia mengetahui Aku, apa dan siapa Aku sebenarnya; lalu setelah mengetahui Aku yang sebenarnya, ia kemudian masuk ke dalam-Ku
18-56
sarva-karmany api sada
kurvano mad-vyapasrayah
mat-prasadad avapnoti
sasvatam padam avyayam
“Though engaged in all kinds of activities, My pure devotee, under My protection, reaches the eternal and imperishable abode by My grace.”
Dengan melaksanakan segala kegiatan terus menerus dan berlindung padaKu, ia mendapatkan anugerah-Ku berupa tempat kediaman yang kekal dan abadi.
18-57
cetasa sarva-karmani
mayi sannyasya mat-parah
buddhi-yogam upasritya
mac-cittah satatam bhava
“In all activities just depend upon Me and work always under My protection. In such devotional service, be fully conscious of Me.”
Dengan menyerahkan segala kegiatan kerja secara mental kepada-Ku, menganggap Aku sebagai Yang Tertinggi dan memasrahkan pada kemantapan dalam pemahaman, pusatkanlah pikiranmu senantiasa kepada-Ku
18-58
mac-cittah sarva-durgani
mat-prasadat tarisyasi
atha cet tvam ahankaran
na srosyasi vinanksyasi
“If you become conscious of Me, you will pass over all the obstacles of conditioned life by My grace. If, however, you do not work in such consciousness but act through false ego, not hearing Me, you will be lost.”
Dengan memusatkan pikiranmu pada-Ku, dengan anugerah-Ku engkau akan mengatasi segala kesulitan; tetapi bila karena kedengkian diri, engkau tidak mau mendengarkan Aku, engkau akan hancur.
18-59
yad ahankaram asritya
na yotsya iti manyase
mithyaisa vyavasayas te
prakritis tvam niyoksyati
“If you do not act according to My direction and do not fight, then you will be falsely directed. By your nature, you will have to be engaged in warfare.”
Bila dengan maksud memanjakan ahamkara engkau berpikir “Aku tak akan bertempur.” keputusanmu akan sia-sia saja; karena prakrti akan memaksa dirimu.
18-60
svabhava-jena kaunteya
nibaddhah svena karmana
kartum necchasi yan mohat
karishyasy avaso ’pi tat
“Under illusion you are now declining to act according to My direction. But, compelled by the work born of your own nature, you will act all the same, O son of Kunti.”
Yang engkau tak mau lakukan, karena khayalan, wahai putra Kunti (Arjuna), yang akan engkau lakukan walaupun bertentangan dengan kehendakmu, terbelenggu oleh kegiatanmu sendiri yang berasal dari sifatmu.
18-61
ishvarah sarva-bhutanam
hrd-dese ’rjuna tishthati
bhramayan sarva-bhutani
yantrarudhani mayaya
“The Supreme Lord is situated in everyone’s heart, O Arjuna, and is directing the wanderings of all living entities, who are seated as on a machine, made of the material energy.”
Tuhan bersemayam dalam hati segala mahluk, wahai Arjuanyang menyebabkan mereka berputar oleh kekuasaan-Nya, seakan-akan mereka terpasang pada sebuah mesin.
18-62
tam eva saranam gaccha
sarva-bhavena bharata
tat-prasadat param shantim
sthanam prapsyasi sasvatam
“O scion of Bharata, surrender unto Him utterly. By His grace you will attain transcendental peace and the supreme and eternal abode.”
Berlindunglah kepada-Nya dengan segenap jiwa ragamu, wahai Bharata (Arjuna). Dengan anugerah-Nya engkau akan mendapatkan kedamaian tertinggi dan tempat kediaman abadi.
18-63
iti te jnanam akhyatam
guhyad guhyataram maya
vimrsyaitad asesena
yathecchasi tatha kuru
“Thus I have explained to you knowledge still more confidential. Deliberate on this fully, and then do what you wish to do.”
Demikianlah kebijaksanaan yang lebih rahasia dari pada segala rahasia, telah Aku ajarkan kepadamu. Setelah mempertimbangkan semuanya ini sepenuhnya lakukanlah apa yang telah kamu pilih sendiri.
18-64
sarva-guhyatamam bhuyah
shrinu me paramam vacah
isto ’si me drdham iti
tato vaksyami te hitam
“Because you are My very dear friend, I am speaking to you My supreme instruction, the most confidential knowledge of all. Hear this from Me, for it is for your benefit.”
Dengarkanlah lagi ucapan suci-Ku, yang paling rahasia dari segalanya. Engkau sangat Ku sayangi, sehingga Aku akan memberitahumu apa yang baik bagimu.
18-65
man-mana bhava mad-bhakto
mad-yaji mam namaskuru
mam evaishyasi satyam te
pratijane priyo ’si me
“Always think of Me, become My devotee, worship Me and offer your homage unto Me. Thus you will come to Me without fail. I promise you this because you are My very dear friend.”
Pusatkanlah pikiranmu pada-Ku; mengabdilah pada-Ku; berkurban kepada-Ku; bersujud dihadapan-Ku; dengan demikian engkau akan sampai kepada-Ku. Aku berjanji sungguh-sungguh, karena engkau sangat Aku sayangi.
18-66
sarva-dharman parityajya
mam ekam saranam vraja
aham tvam sarva-papebhyo
mokshayisyami ma sucah
“Abandon all varieties of religion and just surrender unto Me. I shall deliver you from all sinful reactions. Do not fear.”
Lepaskanlah segala dharma, datanglah kepada-Ku saja untuk berlindung satu-satunya. Jangan bersedih, karena Aku akan membebaskanmu dari segala kejahatan
18-67
idam te natapaskaya
nabhaktaya kadacana
na casusrusave vacyam
na ca mam yo ’bhyasuyati
“This confidential knowledge may never be explained to those who are not austere, or devoted, or engaged in devotional service, nor to one who is envious of Me.”
Jangan pernah hal ini dibicarakan kepada orang yang tidak bertapa dalam kehidupannya atau pada seseorang yang tidak memiliki rasa pengabdian, atau pada orang yang tidak berminat atau yang menghina Aku.
18-68
ya idam paramam guhyam
mad-bhaktesv abhidhasyati
bhaktim mayi param kritva
mam evaishyaty asamsayah
“For one who explains this supreme secret to the devotees, pure devotional service is guaranteed, and at the end he will come back to Me.”
Dia yang mengajarkan rahasia tertinggi ini kepada para penganut-Ku, dengan memperlihatkan pengabdian tertinggi kepada-Ku, tanpa keraguan lagi akan sampai kepada-Ku
18-69
na ca tasman manusyesu
kascin me priya-krttamah
bhavita na ca me tasmad
anyah priyataro bhuvi
“There is no servant in this world more dear to Me than he, nor will there ever be one more dear.”
Tak seorangpun di antara manusia yang melakukan pelayanan yang lebih tulus kepada-Ku dan tak akan ada orang lain yang lebih Aku sayangi di dunia ini, kecuali dia.
18-70
adhyesyate ca ya imam
dharmyam samvadam avayoh
jnana-yajnena tenaham
istah syam iti me matih
“And I declare that he who studies this sacred conversation of ours worships Me by his intelligence.”
Dan, ia yang mempelajari percakapan suci kita ini, Aku akan dipujanya dengan pengorbanan pengetahuan, demikianlah pendapat-Ku
18-71
shraddhavan anasuyas ca
shrinuyad api yo narah
so ’pi muktah subhal lokan
prapnuyat punya-karmanam
“And one who listens with faith and without envy becomes free from sinful reactions and attains to the auspicious planets where the pious dwell.”
Dan orang yang mendengarkannya dengan penuh keyakinan dan tanpa mencela, merekapun akan dibebaskan dan akan mencapai kebahagiaan dunia kebajikan
18-72
kaccid etac chrutam partha
tvayaikagrena cetasa
kaccid ajnana-sammohah
pranastas te dhananjaya
“O son of Pritha, O conqueror of wealth, have you heard this with an attentive mind? And are your ignorance and illusions now dispelled?”
Wahai Partha (Arjuna), apakah engkau telah mendengar dengan pemikiran yang terpusatkan? Wahai Dhananjaya (Arjuna), apakah kekacauan pikiranmu yang disebabkan oleh kebodohan itu telah lenyap.
18-73
arjuna uvaca
nasto mohah smritir labdha
tvat-prasadan mayacyuta
sthito ’smi gata-sandehah
karisye vacanam tava
“Arjuna said: My dear Krishna, O infallible one, my illusion is now gone. I have regained my memory by Your mercy. I am now firm and free from doubt and am prepared to act according to Your instructions.”
Arjuna berkata:
Musnahlah sudah kekacauan pikiranku dan dengan anugerah-Mu aku telah menemukan kembali pemahamanku, wahai Acyuta (Krsna). Aku mantap berdiri dengan keragu-raguanku yang telah lenyap. Aku akan bertindak sesuai dengan ajaran-Mu
18-74
sanjaya uvaca
ity aham vasudevasya
parthasya ca mahatmanah
samvadam imam asrausam
adbhutam roma-harsanam
“Sanjaya said: Thus have I heard the conversation of two great souls, Krishna and Arjuna. And so wonderful is that message that my hair is standing on end.”
Sanjaya berkata:
Demikianlah telah kudengarkan percakapan yang luar biasa di antara Vasudeva (Krsna) dan Partha (Arjuna) sebagai roh mulia, yang menyebabkan bulu romaku merinding
18-75
vyasa-prasadac chrutavan
etad guhyam aham param
yogam yogeshvarat krishnat
sakshat kathayatah svayam
“By the mercy of Vyasa, I have heard these most confidential talks directly from the master of all mysticism, Krishna, who was speaking personally to Arjuna.”
Dengan anugerah bhagavan Vyasa, aku dapat mendengar rahasia tertinggi, berupa yoga yang diajarkan oleh Krsna sendiri sebagai Yogesvara (penguasa yoga) secara pribadi
18-76
rajan samsmrtya samsmrtya
samvadam imam adbhutam
keshavarjunayoh punyam
hrsyami ca muhur muhuh
“O King, as I repeatedly recall this wondrous and holy dialogue between Krishna and Arjuna, I take pleasure, being thrilled at every moment.”
Wahai sang Raja (Dhrtarastra), bila hamba ingat kembali akan percakapan yang suci dan luar biasa ini, antara Kesava (Krsna) dan Arjuna, hamba gemetar dengan kegembiraan demi kegembiraan
18-77
tac ca samsmrtya samsmrtya
rupam aty-adbhutam hareh
vismayo me mahan rajan
hrsyami ca punah punah
“O King, as I remember the wonderful form of Lord Krishna, I am struck with wonder more and more, and I rejoice again and again.”
Dan makin sering hamba ingat akan kehebatan wujud Hari (Krsna) yang luar biasa tersebut, sangat besar kekaguman hamba, wahai sang Raja (Dhrtarastra) dan hamba gemetar dengan kebahagiaan demi kebahagiaan
18-78
yatra yogeshvarah krsno
yatra partho dhanur-dharah
tatra srir vijayo bhutir
dhruva nitir matir mama
“Wherever there is Krishna, the master of all mystics, and wherever there is Arjuna, the supreme archer, there will also certainly be opulence, victory, extraordinary power, and morality. That is my opinion.”
Dimanapun ada Krsna, sebagai Yogesvara (Penguasa Yoga) dan Partha (Arjuna), pahlawan pemanah, aku yakin di sana ada keberuntungan, kemenangan, kesejahteraan dan kebajikan moral.
Disini berakhir bab ke-delapan belas dari Upanisad Bhagavadgita, ajaran tentang Brahmavidya dan Yogasastra, berupa percakapan antara Sri Krsna dan Arjuna, yang berjudul Samnyasa Yoga
Di sini kitab Bhagavadgita Upanishad, juga berakhir.
[Kembali]
Dh,
BalasHapusDari pengalaman saya mempelajari dafa dari Falun Dafa, sekarang saya menjadi jauh lebih mudah memahami dharma yang ada di dalam BhagawadGita karena seluruh dharmanya ada di dalam Falun Dafa.
PALGUNA
??? Pak wira tdk memgkoreksi bhagawad Gita? Tumben...??? Doaku bersamamu nak...
BalasHapus