Tampilkan postingan dengan label Kita Pasti Bisa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kita Pasti Bisa. Tampilkan semua postingan

Selasa, 09 September 2008

Tidak Ada Yang Mustahil!


Makan, minum, tidur, dan bernafas adalah pilar-pilar dasar yang menopang setiap kehidupan. Sementara organisme-organisme lain dapat bertahan hidup lebih lama tanpa memerlukan hal-hal yang mendasar ini, menurut ilmu pengetahuan, ketahanan manusia tanpa empat faktor yang sangat diperlukan ini adalah tidak mungkin.

Benarkah tidak mungkin?

NEW CATHOLIC ENCYCLOPEDIA, 2nd ED., 10, Mos–Pat, 2003, hal. 265-267 menyampaikan seorang wanita bernama Teresa Neumann yang diklaim sejak September 1927 hingga wafatnya (1962), tidak makan. Keluarga Theresa tidak pernah mengizinkan pemeriksaan menyeluruh tentang ini yang hierarki Katolik sangat bersikeras memintanya. Penolakan ini menimbulkan kecurigaan serius. Pengawasan terhadap puasa-nya Theresa dilakukan 4 biarawati Fransiskan selama 2 minggu di bulan Juli 1927 dan disimpulkan bahwa ini bukan puasa mutlak. (Ia makan 3 roti tidak beragi/hosti suci yang dicuci dengan 3 cm3 air/hari)

Jadi, benarkah tidak mungkin?



Pada 2005 seorang penganut Buddha Nepal yang masih muda, bernama Ram Bahadur Bomjo, lahir di Chaitra Purnima 9 April 1990 melakukan meditasi di bawah naungan sebuah pohon besar (mulai 6 May 2005, membuka matanya pada 24 Juli 2005 dan meneruskan hingga 11 maret 2006), tidak mengkomsumsi makanan dan miniuman selama lebih dari 10 Bulan.

Sebuah pagar memisahkan ratusan penonton/pengikut yang duduk untuk berdoa/memuji dan meneliti manusia yang ajaib ini.

Desa di mana Ram Bahdur Bomjo bermeditasi juga mendapat berkah dari ramainya pengunjung yang datang. Mereka bersedia mengeluarkan uang untuk membeli cenderamata dan donasi untuk menjaga ketenangan Ram Bahdur yang akhirnya menjadi obyek dari komersialisasi desa dan orang-orang disekitarnya (dilaporkan oleh Discovery channel bahwa keluarganya tidak mengambil sedikitpun keuntungan atas hal tersebut)

Derasnya berita Manusia ajaib ini menimbulkan keraguan bahwa berita ini hoax. Maka pada Desember 2005, 9 orang anggota komite yang dibentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang Lhama yaitu Gunjaman memperhatikan Bomjon secara seksama selama 48 Jam dan tidak ditemukan bahwa ia mendapatkan/mengambil makanan selama periode pengawasan itu.

Sebuah rekaman video dibuat menyertai test itu dari jarak sekitar 3 Meter. Sebuah group Peneliti kesehatan mencoba melakukan penelitian independent namun tidak diperkenankan untuk memasang lampu sorot saat malam.

Pada tahun 2007, "the Discovery Channel" membuat dilm dokumenter yang berjudul "The Boy With Divine Powers" [part 1,2,3,4,5]. Pembuatan filem dokumentasi itu dilakukan Discovery sebanyak 2 kali dan selama 4 hari pengamatan mereka positif menyatakan bahwa Ram tidak mendapatkan/diberi makan diwaktu malam.

Di hari kedua pembuatan Film, Ram dilaporkan mengeluarkan keringat yang banyak, Seorang ahli meditasi lokal yang menyertai crew, mengidentifikasi itu sebagai salah satu metoda yoga disebut ‘tumo’ yaitu orang yang melakukan meditasi mengurangi kehilangan panas tubuh dan mempertahankan suhu tubuh (Demonstrasi mengenai hal itu juga dilakukan sanga ahli dengan bermeditasi didepan Ram). Pada malam hari, suhu udara dilaporkan mencapai 10 derajar C.

Kepada Crew Discovery, penduduk juga melaporkan bahwa beberapa waktu sebelumnya Ram pernah pernah di gigit oleh Ular berbisa yang dapat mematikan manusia seketika, Ram secara simple ‘mengeluarkan racun itu keluar lewat pori-porinya’ sambil terus melanjutkan mediatasinya

Di hari ketiga, terjadi kekacauan, aliran listrik putus, pengambilan film terhenti dan mereka pulang.

Pada upaya kedua beberapa minggu kemudian, kru film bisa memfilmkan Ram nonstop selama 96 jam, siang dan malam, selama itu dia tidak minum atau makan apa pun. Menurut para ilmuwan yang ada di dokumenter, rata-rata manusia diperkirakan akan mati karena gagal ginjal setelah empat hari tanpa minum cairan apa pun. Sebuah inspeksi lebih dekat yang dilakukan kru film di sekitar pohon tempat duduk Ram tidak menunjukkan suplai makanan tersembunyi ataupun pipa air.

Pada Januari tahun yang sama, 59 orang yang mulai kebosanan menemaninya dikejutkan ketika Ram secara spontan mengeluarkan api dari tubuhnya. Kemudian Ia di laporkan meneriaki kakaknya untuk melemparkan handuk basah padanya.

Penduduk desa juga melaporkan bahwa ada Macan yang memasuki kampung, ini diketahui dari jejak-jejak kaki yang di temukan oleh komite keamanan. Keadaan itu membuat Discovery menyimpulkan bahwa kegunaan Pagar yang ada di sekeliling Ram bukan untuk menciptakan Hoax (mitos) namun untuk melindunginya.

Adegan berpindah pada seorang Brahmin Hindu berumur 80 tahun yang mengklaim bahwa dirinya tidak minum dan makan apapun sejak berumur 16 tahun. Selama 10 hari, Ia di test di dalam sebuah ruang isolasi 24/7 dengan banyak kamera dan diawasi oleh seorang ahlibedah syaraf. Bahkan ketika ia Mandi sejumlah air yang diberikannya dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah di pakai untuk menghindari adanya kecurangan.

Ia pun ternyata tidak memerlukan buang air. Tim Medis keheranan ketika menemukan bahwa kapanpun urine terbentuk di saluran kandung kemihnya kemudian menghilang menghilang tanpa jejak dengan cepatnya! Itu terjadi didepan semua bentuk pengamatan, scans, kamera tersembunyi, titik-titik check yang tersembunyi dan semua hal yang terpikirkan oleh tim medis. Skeptis? Ya..pada awalnya namun selekasnya terpaksa berkesimpulan bahwa Ia bukanlah hoax dan mampu bertahan setidaknya 10 hari tanpa makan dan minum.

Ahli bedah syaraf yang bertugas memberikan pendapat bahwa brahmin itu melakukan photosintetis untuk memperoleh energy – Banyak ahli yang tidak sependapat, karena berpijak pada keadaan bahwa tubuh manusia terdiri dari karbon dan sangat absolut tidak mungkin membuat makanan dari sinar matahari.

Lepas dari itu semua, seorang yang melakukan praktek meditasi mungkin saja mendapatkan bentuk energi yang dimakan dari udara yang dihirup dan meng-absorb elemen yang ada di udara.

Mengejutkan?



Biasanya, orang yang semalaman tidak tidur, ketegangan pikirannya cenderung meningkat dan dengan jelas sekali bahwa daya reaksinya akan melambat. Dua malam tanpa tidur nyenyak hanya akan meningkatkan hal seperti ini.

Tetapi berapakah batas resmi dari tanpa tidur itu?

Randy Gardner, 17 tahun, di 1963, tidak tidur selama 264.4 jam (11 hari, 25 menit) yang mengakibatkan Ia mengalami halusinasi dan hilangnya ingatan jangka pendek. Pencapaian Gardner ini memecahkan rekor Tom Round yang tidak tidur selama 260 Jam.

Namun rentang waktu tidak tidur mereka ini tidak sebanding dengan yang dialami petani Vietnam bernama Thai Ngoc, lahir tahun 1942, Desa Trung Ha Village, Distrik Que Son, Quang Nam Province, 25 km Barat daya Kota Hoi An Town.

Thai tidak dapat tidur lagi sejak tahun 1976 selama 35 tahun terakhir tanpa sebab apapun (namun ada juga yang mengatakan bahwa ia terserang demam sebelum itu pada tahun 1973). Banyak obat-obatan digunakannya untuk tidur namun tidak manjur.

Penguasa lokal memberikan konfirmasi bahwa dua agensi asing yaitu dari Inggris dan Thailand pernah mengujinya. Peneliti dari Ingris melakukan 2 hari dan membawanya ke polokilinik Kota Danang untuk di test status mentalnya dan dengan Encephalogram (semacam check otak dengan x-ray), sementara grup dari thailand melakukannya selama 4 hari dilengkapi dengan kamera di tempat tidurnya dan di sawah.

Malam harinya ia tetap bekerja, untuk menguji kewaspadaannya peneliti menempatkan 9 benda yaitu kacamata, mangkok, topi, pakaian di meja yang dapat dia lihat dan kemudian menyembunyikannya. Ketika mereka menanyakan itu Thai Ngoc mampu menjelaskan benda-benda tersebut. Dengan keaadannya itu, selama 35 tahun lebih tidak dapat tidur, Ia tetap sehat dan mampu mengangkat 40 kg kantong sejauh 4 Km jalan kaki setiap harinya. [Atau lihat: thanhniennews.com, March 26, 2007 17:31]

Mengejutkan?



Tidak bernapas normal berhari-hari juga dimungkinkan, Beberapa master yoga dapat bertahan hidup ketika memendam diri dalam tanah (atau air) selama beberapa hari. Hal ini benar-benar bertentangan dengan pengertian ilmu pengetahuan terhadap teori Molecular Oxygenation.



Menghapal kitab sebanyak (16.000 halaman, kurang lebih 11 x tebalnya Alkitab) dan tidak melupakan lagi seumur hidup adalah Hoax?

Guiness Book of record tahun 1985 melaporkan bahwa Sayadaw Mingun, seorang Bikkhu dari Desa Mingun Myanmar (Burma) mengalunkan 16,000 halaman kanon teks Buddhist canonical di Rangoon, Burma pada Bulan May 1954. Ia di test secara oral dan tertulis dan hasilnya dibandingan dengan Tripitaka adalah tanpa salah satu huruf-pun. Ia dianugerahi gelar Tipitakadhara Dhammabhandagarika (Pembaca triPitaka dan Penjaga and penjaga Dhamma). Mingun Sayadaw wafat pada tahun 1993, pada usia 82 tahun, setelah melewatkan 62 masa ke-bhikkhu-an (vassa).

Ujian mencapai gelar Tipitakadara dilakukan sejak tahun 1948, Pada tanggal 19 January 2008) adalah merupakan ujian yang ke-60 dan diikuti oleh ratusan peserta. [Atau: myanmar book of records]

Mereka yang mampu melakukan seperti Y.M Mingun Sayadaw, tercatat berjumlah 11 bikkhu menyusul 5 Bikkhu baru menyelesaikan 2.5 Pitaka; 13 Bhikku, 2 Pitaka; 114 Bhikku, 1 Pitaka; 1 Bhikku, 1 Pitaka dan Majjhima Nikaya.

Di antara 11 orang Tipitakadhara angkatan pertama, 7 di antaranya masih hidup sampai saat ini. Ini juga membuktikan bahwa tradisi menurunkan ajaran Buddha secara ingatan dan oral sebelum Tipitaka dituliskan adalah memungkinkan dan bukanlah isapan jempol belaka.

Yayasan Karaniya dan Ehipassiko Foundation, pernah mendatangkan 2 orang ”legenda hidup” ini, yakni Bhikkhu Indapala (46 tahun) dan Bhikkhu Thondara (51 tahun). Tanggal 16-21 Desember 2006 mereka roadshow di Medan, Jakarta, Palembang, Surabaya, dan Semarang.


Kamis, 23 Agustus 2007

Memperbaiki Kesalahan Raja Dengan Kelurusan, Tanpa Ego Melayani Rakyat

Oleh Zhi Zhen

(Erabaru.or.id) – Yan Zi adalah Perdana Menteri Negeri Qi semasa Periode Musim Semi dan Gugur dan peperangan antarnegara (tahun 476 – 221 Sebelum Masehi). Membantu raja dan para bangsawan Negeri Qi selama belasan tahun, Yan Zi tidak ragu untuk mengkritik raja secara jujur, serta menjalankan administrasi negara dengan kejujuran, kebenaran dan tidak mementingkan diri. Bebas dari korupsi, ia meninggalkan banyak kisah menyentuh dan penuh inspirasi bagi generasi berikut.

Suatu hari, Raja Jinggong dari Negeri Qi mengadakan jamuan makan dan mengundang banyak kawan dan pejabat-pejabatnya. Sambil minum dengan gembira, ia berkata, “Silakan minum sepuasnya. Jangan memandang tata krama sedemikian penting.”

Yan Zi dengan cepat menjawab, “Tata krama membedakan manusia dari hewan. Sekarang seorang bocah setinggi 5 kaki di Negeri Qi dapat saja lebih kuat dari anda dan saya, tetapi karena tata krama mereka tidak berani mengacau. Hewan menganggap yang terkuat sebagai pemimpin mereka dan yang kuat memangsa yang lemah. Sebagai akibatnya, hewan senantiasa menukar pemimpinnya. Jika para pejabat tidak menghargai tata krama, negara kita tentu akan kacau dan raja dapat diganti. Jika hal tersebut terjadi, bagaimana anda akan menanganinya? Karena itu, rakyat tidak dapat hidup tanpa tata krama dan aturan.”

Mendengar kritikan Yan Zi, Raja Jinggong sangat tidak gembira dan segera membalikkan badan tanpa memperhatikannya lagi. Segera Raja Jinggong harus pergi. Setiap orang kecuali Yan Zi berdiri dan melepas kepergian raja. Ketika Raja Jinggong balik, Yan Zi tidak berdiri maupun menyambutnya. Raja Jinggong meminta setiap orang agar bergembira, tetapi Yan Zi tidak mendengarnya, hanya duduk diam, minum sendirian.

Menyaksikan sikap Yan Zi yang buruk, Raja Jinggong menjadi marah. “Anda bilang betapa pentingnya tata krama dan aturan, tetapi sekarang anda sendiri mengabaikannya!”

Yan Zi segera bangun dari tempat duduk dan membungkuk, “Baginda. Mohon jangan marah. Hamba tidak berani bertindak sembrono. Semua yang saya baru saja lakukan adalah mendemonstrasikan apa akibatnya bila kekurangan tata krama. Jika baginda tidak menganggap penting tata krama, semuanya akan begini.”

Raja Jinggong segera tersadarkan, “Jelas ini kesalahan saya. Silakan duduk, saya akan mendengarkan nasehat anda.”

Sejak itu, Raja Jinggong menyempurnakan tata krama dan mengkonsolidasi aturan-aturan untuk menjalankan pemerintahan di Kerajaan Qi. Seluruh pejabat kerajaan mengikuti tata krama dan rakyat mematuhi peraturan.

Mengetahui Raja Jinggong suka hidup mewah, Yan Zi menggunakan kesederhanaannya sendiri untuk mempengaruhi Raja Jinggong. Sebagai perdana menteri, Yan Zi tinggal di dekat pusat kota di sebuah rumah tua yang ia peroleh dari leluhurnya. Ketika Raja Jinggong mencoba memindahkannya ke sebuah rumah yang lebih besar dan megah, Yan Zi menolak,

“Leluhur saya biasa hidup di sini. Ini saja sudah terlalu besar bagi saya, karena saya tidak memberi kontribusi kepada negara sebesar mereka, tidak pantas jika saya tinggal di sebuah rumah yang lebih megah. Seseorang tidak seharusnya mengejar kemewahan. Disamping itu, di sini cukup menyenangkan untuk berbelanja. Hal ini membuat saya juga memahami kehidupan rakyat sehari-hari.”

Belakangan, ketika Yan Zi sedang berkunjung ke Negeri Jin, Raja Jinggong mengambil kesempatan tersebut untuk memindahkan para tetangga Yan Zi dan mendirikan bangunan megah di tempat yang sama. Saat perjalanan pulang, Yan Zi telah mendengar tentang hal ini, sehingga ia memarkir kereta kudanya di luar kota dan mengirimkan bawahannya untuk memohon Raja Jinggong untuk merubuhkan rumah baru tersebut, membangun kembali rumah-rumah tetangganya, dan meminta mereka untuk pindah kembali. Setelah beberapa kali permohonan, Raja Jinggong akhirnya mengabulkan, kemudian Yan Zi baru kembali ke kota.

Sementara Yan Zi berhasil membangun kemakmuran bagi Negeri Qi, ia sendiri hidup secara sederhana. Suatu hari, sebelum Yan Zi duduk makan siang, seorang pejabat kerajaan datang untuk membicarakan tugas dengannya. Mendengar pejabat tersebut belum makan siang, Yan Zi menawarkan untuk berbagi semangkuk nasi dengannya. Pada akhirnya, pejabat tersebut batal makan, begitu pula Yan Zi. Ketika pejabat tersebut melaporkan hal ini kepada Raja Jinggong, raja merasa sangat heran,

“Saya tidak pernah tahu perdana menteri saya sedemikian miskin. Ini kesalahan saya.”

Segera Raja Jinggong mengirimkan utusan untuk membawakan seribu keping emas dan seribu bal beras ke rumah Yan Zi, yang ditolak Yan Zi. Utusan mencoba tiga kali, tetapi Yan Zi selalu menolaknya dengan sopan.

Akhirnya, Yan Zi pergi berterima kasih kepada Raja Jinggong. Raja menjawab, “Saya tidak tahu anda sedemikian miskin. Sementara kerajaan kita sedemikian makmur, tawaran dan hadiah kecil ini sungguh tidak berarti apa-apa.”

Yan Zi menjawab, “Baginda, terima kasih atas perhatian anda. Sesungguhnya saya tidak memiliki penderitaan apa pun. Dalam pemahaman saya, jika saya menghamburkan hadiah anda, ini adalah perbuatan mengelabui baginda untuk menyenangkan orang lain. Sebagai pejabat yang jujur, saya tidak dapat lakukan hal itu. Jika saya memperoleh begitu banyak hadiah mewah dan hanya menyimpannya untuk diri sendiri, saya bukanlah orang yang bermoral. Lagipula mengapa saya memerlukan sedemikian banyak uang dan benda? Seperti pepatah mengatakan, bawahan mengikuti apa yang atasan lakukan. Anda meminta saya mengawasi para pejabat sehingga saya sendiri harus bebas korupsi demi kerajaan. Dengan demikian saya dapat menjadi panutan bagi para pejabat lainnya. Di samping itu, jika saya mengejar kemewahan, semua pejabat akan mencontoh saya. Bagaimana saya dapat mengarahkan mereka?”

Raja Jinggong menganggukkan kepalanya. Setelah kejadian tersebut, raja hidup secara lebih sederhana.

Raja Jinggong suka hidup bersenang-senang. Suatu hari ia telah minum hingga larut malam di istana. Karena ia tidak ingin berhenti minum, dengan pelayannya ia pergi berkunjung ke rumah Yan Zi untuk minum bersama. Bergegas keluar menyambut raja, Yan Zi bertanya, “Baginda, apakah ada yang mendesak yang membuat anda mengunjungi saya selarut ini?”

“Anggur enak dan kemilau emas. Saya hanya ingin menikmati keindahan malam dengan perdana menteri saya,” jawab raja. Biasanya bila raja datang secara pribadi ke rumah seorang pejabat untuk minum bersama, itu merupakan satu kehormatan besar.

Tetapi Yan Zi malahan tidak bergembira. Ia menjawab dengan serius, “Begitu banyak orang di sekitar baginda yang dapat minum bersama anda. Ini bukanlah tugas saya untuk melakukannya. Saya tidak berani mengikuti perintah anda.”

Raja Jinggong kemudian mengunjungi seorang pejabat favorit lainnya, Tian Rangju. Ketika raja tiba, Tian segera mengenakan seragam perangnya lengkap dengan pedang, menyambut raja. Ia dengan penuh ingin tahu bertanya, “Apakah ada negeri yang menyerang kita? Apakah ada kerusuhan?”

Dengan tersenyum, raja menjawab, “Tidak ada apa-apa.”

Berpura-pura bingung, Jenderal Tian melanjutkan, “Lalu mengapa baginda harus datang sendiri malam begini?”

“Tidak apa-apa, saya hanya ingin minum dengan jenderal saya atas kerjanya yang tidak mengenal lelah,” jawab raja.

Seperti juga Yan Zi, Tian menjawab, “Ada begitu banyak orang di sekitar anda yang dapat menemani anda minum. Ini bukanlah tugas saya. Saya tidak berani mengikuti perintah baginda.”

Terkejut dengan penolakan dari pejabat-pejabat andalannya, raja amat tidak gembira. Akhirnya ia pergi ke rumah Liang Qiuju, dimana Liang dengan gembira menyambutnya. Dengan gembira, Raja Jinggong memukul genderang dan memainkan musik sendiri. “Apakah orang-orang bermoral juga suka hal ini?” ia bertanya pada Liang. “Dengan mata dan telinga yang sama, mengapa tidak?” Mereka menikmati malam itu minum sepuasnya.

Belakangan Raja Jinggong hendak mempromosikan Liang sehingga raja sengaja memuji-mujinya di depan Yan Zi, “Sementara beberapa orang tidak siap dengan kesukaan saya, Liang senantiasa siap bagi saya. Karena kesetiaannya, kapan saja saya memerlukannya, ia langsung muncul. Sehingga saya tahu ia peduli terhadap saya.”

Yan Zi menjawab, “Jika seorang pejabat menyita seluruh waktu raja, ia tidaklah setia; jika seorang anak menyita seluruh waktu ayahnya, ia putra yang tidak berbakti. Sebagai menteri utama, kesetiaan adalah membimbing raja untuk memperlakukan para pejabatnya dengan hormat, mengasihi rakyatnya, dapat dipercaya bagi para gubernurnya sehingga setiap orang akan balik setia pada raja dan mencintai raja. Sekarang di antara semua menteri dan orang di kerajaan, hanya Liang yang ‘setia’ pada baginda. Apa yang terjadi? Adalah bijaksana menentukan kriteria hukuman dan penghargaan berdasarkan kebaikan atau keburukan yang ditimbulkan bagi kerajaan.” Raja Jinggong mengerti dan memutuskan untuk tidak mempromosikan Liang.

Suatu ketika Yan Zi sedang menemani Raja Jinggong mengunjungi Mai Qiu ketika seorang pria lansia menghampirinya. Dia berkata, “Panjang umur baginda. Saya harap anda tidak menyinggung rakyat anda.”

Raja Jinggong berkata dengan bingung, “Adalah mungkin jika rakyat dituntut karena menyinggung rajanya. Saya tidak pernah dengar ada raja yang menyinggung rakyatnya.” Yan Zi bertanya: “Apakah Jie (Kaisar terakhri Dinasti Xia) dan Zhou (Kaisar terakhir Dinasti Shang) menyinggung para raja atau rakyatnya? Apakah mereka dibunuh oleh para raja atau rakyat jelata?”

Tiba-tiba sadar, Raja Jinggong menghadiahkan pria lansia itu dengan sebidang tanah, berterima kasih kepadanya atas nasehat dan kebijaksanaannya.

Menghadapi kritikan jujur Yan Zi, Raja Jinggong kadangkala merasa dipermalukan sehingga ia terkadang mencoba menghukum Yan Zi dengan keras. Namun ia mengetahui apa yang Yan Zi katakan, adalah masuk akal tidak peduli bagaimana itu membuat merah telinganya. Karenanya, Raja Jinggong diam-diam sering menghormati Yan Zi atas keberaniannya dalam ‘menyinggung’ raja demi kepentingan kerajaan dan rakyatnya.

Akhirnya Yan Zi meninggal dunia. Raja Jinggong mendengar berita duka tersebut ketika sedang melancong. Ia mendesak pelayannya untuk bergegas pulang. Mengeluh kudanya berlari terlalu lamban, Raja Jinggong turun dari kereta dan berlari. Tentu saja ia tidak secepat kudanya sehingga ia kembali naik ke kereta kuda. Dengan cara ini ia mencoba empat kali untuk memaksa kudanya berlari lebih cepat.

Akhirnya ia sambil berlari dan menangis, berkata: “Tuan Yan Zi senantiasa menasehati saya siang dan malam, mendesak saya bahkan untuk detail kecil. Namun saya hanya larut bersenang-senang sepanjang waktu. Kemalangan malahan menimpanya. Kerajaan Qi dalam bahaya. Tanpa Yan Zi, kemana rakyat dapat mengadu?”

Senantiasa memandang penting rakyat, Yan Zi memfokuskan pada kepentingan rakyat biasa dalam berbagai kritikan jujurnya kepada raja, bagaimana memerintah negara dan dalam perbuatannya sendiri. Dengan kebaikan hatinya, kebijaksanaannya, perbuatan baiknya kepada rakyat, ia senantiasa dikenang oleh rakyat biasa sepanjang jaman.

Chinese: http://www.minghui.ca/mh/articles/2007/6/27/157439.html
English:
http://www.clearwisdom.net/emh/articles/2007/7/19/87830.html

Jumat, 10 Agustus 2007

KITA MASIH PUNYA HARAPAN!!!!

Beberapa kesan dari Olimpiade Fisika Dunia ke 37 Singapore 2006
Waktu upacara pembagian medali, Dutabesar kita duduk disamping para dutabesar dari berbagai negara seperti filipina, thailand, dsb. Waktu honorable mention disebutkan, ternyata tidak ada siswa Indonesia. Dubes-dubes bertanya pada dubes kita (kalau diterjemahkan)
"kok nggak ada siswa Indonesia".
Dubes kita tersenyum saja. Kemudian setelah itu dipanggil satu persatu peraih medali perunggu. Ada yang maju dari filipina, thailand, kazakhtan dsb. Lagi-lagi dubes negara sahabat bertanya
"kok nggak ada siswa Indonesia?"
Kembali dubes kita tersenyum. Dubes kita menyalami dubes yang siswanya dapat medali perunggu.Kemudian ketika medali perak disebut, muncul seorang anak kecil (masih SMP) dengan peci sambil mengibarkan bendera kecil, dan namanya diumumkan Muhammad Firmansyah Kasim...dari Indonesia... Saat itu dubes negara sahabat kelihatan bingung, mungkin mereka berpikir
"nggak salah nih...".
Ketika mereka sadar, mereka langsung mengucapkan selamat pada dubes kita. Tidak lama kemudian dipanggil mereka yang dapat medali emas.Saat itu dubes negara sahabat kaget luar biasa, 4 anak Indonesia maju ke panggung berpeci hitam dengan jas hitam, gagah sekali. Satu persatu maju sambil mengibar-ngibarkan bendera merah putih. Mengesankan dan mengharukan. Semua dubes langsung mengucapkan selamat pada dubes kita sambil berkata bahwa Indonesia hebat. Tidak stop sampai disitu. ketika diumumkan
"the champion of the International physics olympiade XXXVII is......."
"Jonathan Pradhana Mailoa".
Semua orang Indonesia bersorak. Bulu kuduk berdiri, merinding.... Semua orang mulai berdiri, tepuk tangan menggema cukup lama... Standing Ovation....Hampir semua orang Indonesia yang hadir dalam upacara itu tidak kuasa menahan air mata turun. Air mata kebahagiaan, air mata keharuan.... Air mata kebanggaan sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang besar.....Segala rasa capai dan lelah langsung hilang seketika... sangat mengharukan....Selesai upacara, semua orang menyalami.
Orang Kazakhtan memeluk erat-erat sambil berkata: "wonderful job..."
Orang Malaysia menyalami berkata: "You did a great job..."
Orang Taiwan bilang :"Now is your turn..."
Orang filipina:"amazing..." Orang Israel "excellent work..."
Orang Portugal: "portugal is great in soccer but has to learn physics from Indonesia",
Orang Nigeria: "could you come to Nigeria to train our students too?"
Orang Australia: "great...."
Orang belanda: "you did it!!!"
Orang Rusia mengacungkan kedua jempolnya.. Orang Iran memeluk sambil berkata "great wonderful..." 86 negara mengucapkan selamat...Suasananya sangat mengharukan... saya tidak bisa menceritakan dengan kata-kata...Gaung kemenangan Indonesia menggema cukup keras.
Seorang prof dari Belgia mengirim sms seperti berikut:
Echo of Indonesian Victory has reached Europe! Congratulations to the champions and their coach for these amazing successes! The future looks bright....Marc Deschamps.
Ya benar kata Prof. Deschamps, kita punya harapan....
Sumber: Unknown