Dahulu, para leluhur kita tidaklah mempunyai kesempatan untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai ajaran ini, namun kita sekarang mempunyai kesempatan!. Mari kita kenali lebih dalam lagi ajaran yang menyatakan Bumi berada di atas Punggung Ikan Paus sebagaimana tersirat di Surah 68:1,
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ
nuun waalqalami wamaa yasthuruuna
Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis,
Di bawah ini adalah kutipan 6 Tafsir yang sangat di hormati di aliran Sunni dan 1 Hadis yang sangat di hormati aliran Syi'ah untuk surat 68:1,
AL-TABARI dari Tarikh Al-Tabari (Vol.1) dan Tafsir Ath-Tabari (Vol.1 dan Vol.25):
Seseorang mungkin berkata: Jika seperti yang Anda jelaskan, yaitu bahwa Tuhan menciptakan bumi sebelum langit, maka apa arti pernyataan Ibnu 'Abbas yang diceritakan kepada kalian oleh Wasil b. ‘Abd al-A‘la al-Asadi - Muhammad b. Fudayl - al-A‘mash - Abu Zabyan - Ibn ‘Abbas: "Pertama Allah ciptakan adalah pulpen (kalam)." Allah berkata padanya [pulpen]: "Tuliskan!", kemudian pulpen bertanya: "Apa yang harus ditulis, Allahku!" Allah menjawab: "Tuliskan apa yang telah ditakdirkan!" Ia kemudian melanjutkan: dan pulpen itu meneruskan [menulis] yang telah digariskan hingga kiamat. Allah kemudian mengangkat uap air dan memisahkan para langit dari itu. Kemudian Allah menciptakan IKAN [nun] dan Bumi kemudian dihamparkan di atas punggungnya [ikan]. Ikan menjadi bergerak mengakibatkan bumi bergoyang. Kemudian dikokohkan dengan gunung-gunung yang menjulang. [Juga Tafsir Ath-Tabari, Tahqiq Ahmad Abdurraziq Al Bakri dkk, dari naskah Syaikh Ahmad/Mahmud Muhammad Syakir, Vol.25, untuk AQ 68.1, Riwayat no. 34660, hal. 311. Pada catatan kaki no.510: Ibnu Abu Syaibah dalam Al Ursy (1/53) dan Ibnu Al Mustafadh dalam Al Qadar (1/82)]
Aku diberitahu yang sama oleh Wasil - Waki’ - al-A‘mash - Abu Zabyan - Ibn ‘Abbas [Juga Tafsir Ath-Tabari, Vol.25, untuk AQ 68.1, Riwayat no. 34661, hal. 311. Pada catatan kaki no.511: Ibnu Abu Syaibah dalam Al Ursy (1/53) dan Ibnu Al Mustafadh dalam Al Qadar (1/82)]
Menurut Ibn al-Muthanna - Ibn Abi ‘Adi - Shu‘bah - Sulayman (al-A‘mash?) - Abu Zabyan - Ibn ‘Abbas: "Pertama Allah ciptakan adalah pulpen." Ia meneruskan [menulis] yang akan terjadi. Allah kemudian mengangkat uap air, dan langit tercipta dari itu. Kemudian Ia ciptakan IKAN, dan bumi dihamparkan di atas punggungnya [Ikan]. Ikan bergerak, mengakibatkan bumi bergoyang. Kemudian dikokohkan gunung-gunung yang menjulang. Kemudian Ia berkata: "Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis"
Aku diberitahu yang sama oleh Tamim b. al-Muntasir - Ishaq (b. Yusuf) - Sharik (b. ‘Abdallah al-Nakha‘i) - al-A‘mash - Abu Zabyan/Mujahid - Ibn ‘Abbas, dengan perbedaan, yang Ia katakan: "dan para langit dipisahkan [sebagai ganti: diciptakan] dari itu". [Juga Tafsir Ath-Tabari, Vol.25, untuk AQ 68.1, Riwayat no. 34658, hal. 310. Pada catatan kaki no.508: Al Hakim dalam Al Mustadrak (2/540), dia berkata "Hadits ini shahih menurut syarat Al Bukhari dan Muslim sekalipun keduanya tidak meriwayatkannya"]
Menurut Ibn Bashshar - Yahya - Sufyan - Sulayman (al-A‘mash?) - Abu Zabyan - Ibn ‘Abbas: "Pertama Allah ciptakan adalah pulpen". Allah berkata padanya [pulpen]: Tuliskan!, kemudian pulpen bertanya: Apa yang harus ditulis, Allahku! Allah menjawab Tuliskan apa yang telah ditakdirkan! Ia kemudian melanjutkan: dan pulpen meneruskan [menulis] yang telah digariskan hingga kiamat. Kemudian Allah menciptakan IKAN [nun]. Ia kemudian mengangkat uap air dan memisahkan para langit dari itu, dan Bumi kemudian dihamparkan di atas punggungnya [ikan]. Ikan menjadi bergerak yang mengakibatkan bumi bergonyang. Ini dikokohkan dengan gunung-gunung yang menjulang. [Juga Tafsir Ath-Tabari, Vol.25, untuk AQ 68.1, Riwayat no. 34659, hal. 310. Pada catatan kaki no.509: Abu Asy-Syaikh dalam Al Uzhmah (4/1380) dan Ibnu Abu Hatim dalam tafsirnya (10/3364)]
Menurut Ibn Humayd - Jarir (b. ‘Abd al-Hamid) - ‘Ata’ b. al-Sa’ib - Abu al-Duha Muslim b. Subayh - Ibn ‘Abbas: "Pertama Allah ciptakan adalah pulpen". Allah kemudian berkata padanya: "Tuliskan!", dan ia tuliskan yang akan terjadi hingga kiamat. Kemudian Allah menciptakan IKAN. Kemudian Ia tumpukan Bumi di atasnya. [Juga Tafsir Ath-Tabari, Vol.25, untuk AQ 68.1, Riwayat no. 34664, hal. 310. Pada catatan kaki no.514: Ibnu Katsir dalam tafsirnya (14/82)]
Ini diriwayatkan secara sahih sebagai hadis dari Ibn ‘Abbas dan dari lainnya dalam arti terhadap komentar dan penjelasan dan tidak bertentangan dengan yang disampaikan kami darinya dalam permasalahan ini.
...Merujuk seperti yang diceritakan kepadaku oleh Musa bin Harun AI Hamdani dan lainnya - Amru bin Hammad - Asbath bin Nasr - Al-Suddi - [(Abd Malik dan Abu Shalih - lbnu Abbas) dan (Musa b. Harun al-Hamdani - ‘Abdallah b. Mas‘ud dan sejumlah sahabat NABI)]: "Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untukmu. Kemudian ia tarik/rentangkan para langit dan dijadikan tujuh langit" Arsy Allah ada di atas Air. Tidak ada penciptaan sebelum Air. Ketika Ia ingin mencipta. Ia ambil uap dari Air. Uap itu terangkat ke atas, air berkumpul di atasnya. Ia kemudian menamakan itu "Langit". Kemudian ia keringkan air, dan membuatnya menjadi 1 bumi. Ia kemudian memisahkannya dan menjadikannya 7 Bumi pada Minggu dan Senin. Ia ciptakan bumi di atas Ikan [Hut], Itu adalah Ikan (nun) yang disebutkan di Qur'an: "Ikan. Demi Qalam." Ikan ada di air. Air ada di atas bebatuan [kecil]. Bebatuan ada di punggung Malaikat. Malaikat ada di atas Bebatuan [Besar]. Bebatuan besar -yang disebutkan di Luqman - ada di angin, tidak di langit atau di bumi. Ikan bergerak, sebagai hasilnya, Bumi bergoyang [gempa]. Kemudian dikokohkannya, mem-pasak-an gunung-guning di atasnya, dan menjadi stabil. Ini dinyatakan pada kalimat Allah Dan telah Kami jadikan di bumi ini "gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama kalian" [Juga Tafsir Ath-Tabari, Vo.1, untuk AQ 2.29, hal. 513-514, Catatan kaki no.113 untuk hadis ini: Al Baihaqi dalam Asma` wa sifat (378,379), Ibnu Abi Hatim dalam tafsir-nya (I/74,75)]
[The History of Al-Tabari: General Introduction and From the Creation to the Flood, translated by Franz Rosenthal [State University of New York Press (SUNY), Albany, 1989], Volume 1, pp. 218-220]
Menurut Muhammad b. Sahl b. 'Askar - Isma'il b. 'Abd al-Karim - Abd al-Samad - Wahb, menyebutkan beberapa dari keagunganNya (digambarkan sebagai berikut): para langit dan Bumi dan Lautan ada dalam Haykal, dan Haykal ada di ganjalan kaki. Kaki Allah ada di atas ganjalan. Ia bawa ganjalan itu. Itu kemudian menjadi seperti sandal pada kakinya. Ketika Wahb ditanya: Apa Haykal itu? Ia jawab: Sesuatu di ujung-ujung langit yang mengelilingi bumi dan lautan seperti tali untuk memasang tenda. Dan ketika Wahb di tanya bagaimana para bumi [susunannya], Ia jawab: Mereka adalah tujuh bumi yang datar dan para pulau. Di antara setiap dua bumi, ada lautan. Semua dikelilingi Lautan, Haykal di belakang lautan [Ibid., pp. 207-208]
----
Tafsir Ibnu Kathir
وقيل : المراد بقوله : ( ن ) حوت عظيم على تيار الماء العظيم المحيط ، وهو حامل للأرضين السبع ، كما قال الإمام أبو جعفر بن جرير
terjemahannya kurang lebih:
Dikatakan bahwa "Nun" merujuk pada IKAN PAUS BESAR yang ada di Air di Lautan yang sangat luas dan di atas punggungnya ia membawa tujuh bumi, sebagaimana disampaikan Imam Abu Jafar Ibn Jarir:
حدثنا ابن بشار ، حدثنا يحيى ، حدثنا سفيان - هو الثوري - حدثنا سليمان - هو الأعمش - عن أبي ظبيان ، عن ابن عباس قال : أول ما خلق الله القلم قال : اكتب . قال : وما أكتب ؟ قال : اكتب القدر . فجرى بما يكون من ذلك اليوم إلى يوم قيام الساعة . ثم خلق " النون " ورفع بخار الماء ، ففتقت منه السماء ، وبسطت الأرض على ظهر النون ، فاضطرب النون فمادت الأرض ، فأثبتت بالجبال ، فإنها لتفخر على الأرض .
terjemahannya kurang lebih:
Ibn Bashar - Yahya - Sufyan Al-Thuri - Sulayman Al-Amash - Abu Thubian - Ibn Abbas yang diberkati: "Pertama kali yang Allah ciptakan adalah pulpen dan mengatakan: 'tuliskan'. (Pulpen) bertanya, "Apa yang mesti saya tulis?" (Allah) berkata, "Tuliskan semuanya" Jadi (pulpen) tuliskan semua hingga saat kiamat. Kemudian (Allah) ciptakan "nun" dan mengangkat uap air memisahkan gulungan para langit dan bumi diletakkan GEPENG/PIPIH/DATAR di punggung Nun. Nun menjadi gelisah, bumi bergoyang/bergoncang, (Allah) mengencangkan (bumi) dengan gunung-gunung, bumi menjadi stabil/kokoh[1]
ثم قال ابن جرير : حدثنا ابن حميد ، حدثنا جرير ، عن عطاء ، عن أبي الضحى ، عن ابن عباس قال : إن أول شيء خلق ربي عز وجل القلم ، ثم قال له : اكتب . فكتب ما هو كائن إلى أن تقوم الساعة . ثم خلق " النون " فوق الماء ، ثم كبس الأرض عليه .
terjemahannya kurang lebih:
Diriwayatkan oleh Ibn Jarir - Ibn Hamid - Ata’a - Abu Al-Dahee - Ibn Abbas: "Yang pertama kali Allah ciptakan, adalah pulpen kemudian berkata kepadanya, "Tuliskan". Dia menuliskan apa yang terjadi hingga kiamat. Kemudian (Allah) menciptakan Nun di atas air lalu letakan bumi padanya (ikan).
وقد روى الطبراني ذلك مرفوعا فقال : حدثنا أبو حبيب زيد بن المهتدي المروذي ، حدثنا سعيد بن يعقوب الطالقاني ، حدثنا مؤمل بن إسماعيل ، حدثنا حماد بن زيد ، عن عطاء بن السائب ، عن أبي الضحى مسلم بن صبيح ، عن ابن عباس قال : قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - : " إن أول ما خلق الله القلم والحوت ، قال للقلم : اكتب ، قال : ما أكتب ؟ قال : كل شيء كائن إلى يوم القيامة " . ثم قرأ : ( ن والقلم وما يسطرون ) فالنون : الحوت .
terjemahannya kurang lebih:
Al Tabarani meriwayatkan hadis yang diriwayatkan dari Abu Habib Zaid Al-Mahdi Al Marouzi - Sa’id Ibn Yaqub Al-Talqani - Mu’amal Ibn Ismail - Hamad Ibn Zaid - Ata’a Ibn Al Sa’ib - Abu Al Dahee Muslim Ibn Subaih - Ibn Abbas - NABI SAW: "Yang pertama Allah ciptakan adalah pulpen dan Ikan paus. (Allah) mengatakan (pada) pulpen "tulis". (pulpen) bertanya, "apa yang mesti saya tulis". (Allah) berkata, "semua yang akan terjadi hingga hari kiamat" Kemudian membacakan (Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis) Jadi nun adalah ikan[2]
وقال ابن أبي نجيح : إن إبراهيم بن أبي بكر أخبره عن مجاهد قال : كان يقال : النون : الحوت العظيم الذي تحت الأرض السابعة .
Terjemahannya kurang lebih:
Ibn Abu Nujaih: Ibrahim Ibn Abu Bakar berkata Mujahid berkata: "Dikatakan: Nun adalah Ikan dibawahnya ada tujuh bumi"
وذكر البغوي وجماعة من المفسرين : إن على ظهر هذا الحوت صخرة سمكها كغلظ السماوات والأرض ، وعلى ظهرها ثور له أرب عون ألف قرن ، وعلى متنه الأرضون السبع وما فيهن وما بينهن فالله أعلم .
Terjemahannya kurang lebih:
Al-Baghawy dan sekelompok komentator: di punggung ikan paus ada bebatuan yang besar yang memilliki ketebalan lebih besar dari lebarnya para langit dan bumi dan di atas bebatuan ini ada Banteng yang mempunyai 40.000 tanduk. Pada tubuh banteng ini diletakan tujuh bumi dan segala isinya, dan allah maha mengetahui [Source atau di sini, translasinya dalam Inggris, lihat sini]
Dalam tafsir AQ 20.6,
Ibn kathir menukil hadis marfu (sanad bersandar hingga rasullullah) dari Ibn Abu Hatim:
وقال ابن أبي حاتم : حدثنا أبو عبيد الله ابن أخي ابن وهب ، حدثنا عمي ، حدثنا عبد الله بن عياش ، حدثنا عبد الله بن سليمان عن دراج ، عن عيسى بن هلال الصدفي ، عن عبد الله بن عمرو قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " إن الأرضين بين كل أرض والتي تليها مسيرة خمسمائة عام ، والعليا منها على ظهر حوت ، قد التقى طرفاه في السماء ، والحوت على صخرة ، والصخرة بيد الملك ، والثانية سجن الريح ، والثالثة فيها حجارة جهنم ، والرابعة فيها كبريت جهنم ، والخامسة فيها حيات جهنم والسادسة فيها عقارب جهنم ، والسابعة فيها سقر ، وفيها إبليس مصفد بالحديد ، يد أمامه ويد خلفه ، فإذا أراد الله أن يطلقه لما يشاء أطلقه " . هذا حديث غريب جدا ورفعه فيه نظر
Terjemahannya kurang lebih:
Ibnu Abi Hatim: Abu'Ubaidillah kemenakan ibn wahab - pamannya - Abdullah bin Ayyash - Abdullah bin Suleiman - daraj - isa ibn hilal al-sadafi - Abdullah bin 'Amr - Rasulullah SAW: "antara bumi dan semua yang berikutnya berjarak 500 tahun berjalan kaki, dan itu ada diatas punggung ikan paus,..." Hadis ini gharib Jiddan[3] dan terlihat bersandar/dan bisa dalam pertimbangan (warafaeha fih Nazar) [sumber]
Dalam tafsir AQ 2.29,
Ibn Kathir menukil As-Saddi di dalam kitab tafsirnya, dari Abu Malik, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, juga dari Murrah, dari Ibnu Mas'ud, serta dari sejumlah sahabat sehubungan dengan makna firman-Nya: [AQ 2.29] Disebutkan bahwa 'Arasy Allah Swt. berada di atas air, ketika itu Allah Swt belum menciptakan sesuatu pun selain dari air tersebut. Ketika Allah berkehendak menciptakan makhluk, maka Dia mengeluarkan asap dari air tersebut, lalu asap (gas) tersebut membumbung di atas air hingga letaknya berada di atas air, dinamakanlah sama (langit). Kemudian air dikeringkan, lalu Dia menjadikannya bumi yang menyatu. Setelah itu bumi dipisahkan-Nya dan dijadikan-Nya tujuh lapis dalam dua hari, yaitu hari Ahad dan Senin. Allah menciptakan bumi di atas ikan besar, dan ikan besar inilah yang disebutkan oleh Allah di dalam Al-Qur'an melalui firman-Nya: "Nun, demi qalam" (AQ 68.1) Sedangkan ikan besar (nun) berada di dalam air. Air berada di atas permukaan batu yang licin, sedangkan batu yang licin berada di atas punggung malaikat. Malaikat berada di atas batu besar, dan batu besar berada di atas angin. Batu besar inilah yang disebut oleh Luqman bahwa ia bukan berada di langit, bukan pula di bumi. Kemudian ikan besar itu bergerak, maka terjadilah gempa di bumi, lalu Allah memancangkan gunung-gunung di atasnya hingga bumi menjadi tenang; gunung-gunung itu berdiri dengan kokohnya di atas bumi. Hal inilah yang dinyatakan di dalam firman Allah Swt: (AQ 21.31) [Tafsir Ibnu Katsir, Juz 1, Al-Fatiha - Al- Baqarah, Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar, L.C. Dibantu: H. Anwar Abu Bakar, L.C., SBA.2000.438, cetakan ke-1, tahun 2000, Penerbit Sinar Baru Algensindo Bandung, Anggota IKAP1 No.025/IB A, hal 351-352]
----
[1] Al Hakim Nishaburi dalam "Al-Mustadrak alaa al-Sahihain", untuk tafsir AQ 68.1, menuliskan hadis mirip ini dan Ia nyatakan sebagai hadis sahih.
3893 - أخبرنا أبو زكريا يحيى بن محمد العنبري ، ثنا محمد بن عبد السلام ، ثنا إسحاق بن إبراهيم ، أنبأ جرير ، عن الأعمش ، عن أبي ظبيان ، عن ابن عباس - رضي الله عنهما ، قال : إن أول شيء خلقه الله القلم ، فقال له : اكتب ، فقال : وما أكتب ؟ فقال : القدر ، فجرى من ذلك اليوم بما هو كائن إلى أن تقوم الساعة ، قال : وكان عرشه على الماء فارتفع بخار الماء ففتقت منه السماوات ، ثم خلق النون فبسطت الأرض عليه ، والأرض على ظهر النون فاضطرب النون فمادت الأرض ، فأثبتت بالجبال ، فإن الجبال تفخر على الأرض
هذا حديث صحيح على شرط الشيخين ولم يخرجاه
Terjemahannya kurang lebih:
3893 - Riwayat Abu Zakaria Yahya bin Muhammad Al‘Anbari - Muhammad Bin Abdul Salam - Ishak bin Ibrahim - Jarir - Sulaiman bin Mahran al-Asadi al-A'mash - Abu Zabyan - Abdullah bin Abbas yang diberkati: "Pertama kali yang Allah ciptakan adalah pulpen dan mengatakan: 'tuliskan'. (Pulpen) bertanya, "Apa yang mesti saya tulis?" (Allah) berkata, "Takdir mulai saat itu hingga kiamat". Katanya: SinggasanaNya di atas air, mengangkat uap air memisahkan gulungan para langit, membuat Nun (Ikan besar), Meratakan bumi dan bumi di punggung Nun, Nun menjadi gelisah, Bumi bergoyang/bergoncang, (Allah) mengencangkan dengan gunung-gunung, bumi menjadi stabil/kokoh
Hadis ini sahih menurut syarat syaikhain (Bukhari Muslim) tetapi mereka tidak meriwayatkannya.
[2] Jalaludin Suyuti dalam "Al-Itqan fi Ulum al-Qur'an", hal.553, untuk "N" juga memuat hadis Nabi dari Ibn Abbas ini.
[3] Kategori hadis dari sisi jumlah perawi terbagi menjadi: Mutawatir (banyak perawi di sanad/rantainya) atau Ahad (arti literal: satu atau tidak mencapai tingkatan mutawatir). Kemudian, hadis Ahad terbagi lagi menjadi: hadis Masyhur (3 perawi dalam tiap tingkatan), Azis (2 rantai perawi yang rawinya berbeda) dan Gharib (sendiri/tunggal, di suatu tingkatan). Kata Jiddan menekankan pada perawi tunggalnya entah itu di awal atau pertengahan sanad/rantai perawi. Gharib Jiddan tidak ada hubungannya dengan predikat akhir hadis (sahih, hasan, dhaif, mungkar, maudu). Ketika menukil hadis, Ibn Kathir senantiasa memberikan penilaian akhir pada hadis (sahih, hasan, dhaif, mungkar, maudu) dengan pendapatnya atau dari pendapat ulama tetang rawinya, jika tidak ada komentar, maka predikat hadis tersebut BUKANLAH hadis dhaif, atau mungkar atau maudu.
-------
AL-QURTUBI
وروى الوليد بن مسلم قال : حدثنا مالك بن أنس عن سمي مولى أبي بكر عن أبي صالح السمان عن أبي هريرة قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : ( أول ما خلق الله القلم ثم خلق النون وهي الدواة وذلك قول تعالى : " ن والقلم " ثم قال له اكتب قال : وما أكتب قال : ما كان وما هو كائن إلى يوم القيامة من عمل أو أجل أو رزق أو أثر فجرى القلم بما هو كائن إلى يوم القيامة - قال - ثم ختم فم القلم فلم ينطق ولا ينطق إلى يوم القيامة . ثم خلق العقل فقال الجبار ما خلقت خلقا أعجب إلي منك وعزتي وجلالي لأكملنك فيمن أحببت ولأنقصنك فيمن أبغضت ) قال : ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( أكمل الناس عقلا أطوعهم لله وأعملهم بطاعته ) .
Terjemahannya kurang lebih:
Al-Walid Ibn Muslim - Malik Ibn Ans - Sumay anak dari Abu Bakir - Abu Salih Al-Samaan - Abu Hurayrah - NABI mengatakan, "Yang pertama kali Allah ciptakan adalah pulpen, kemudian Ia ciptakan 'Nun' yang merupakan sebuah bak tinta. Ini adalah apa yang Allah sampaikan (di surat 68:1) 'Nun dan pulpen.’ Dan Ia katakan padanya, "tuliskan".
[Jadi pulpen tuliskan semua yang akan terjadi hingga hari kiamat. Kemudian alah ciptakan Nun (Ikan Paus) diatas air dan Ia tekan/tindih bumi pada punggungnya [paus]. Alah kemudian berkata pada pulpen "tulis". Pulpen bertanya "Apa yang saya mesti tulis" Allah.. (note: Kalimat-kalimat yang ada di dalam tanda kurung ini hanya ada di situs ini dan tidak ada dalam situs berbahasa arab. Mengapa? jika kita perhatikan kalimat, "..ثم قال له اكتب قال: وما أكتب قال: ما كان.." terdapat indikasi bahwa kalimat tersebut tidak utuh telah terpotong/tidak lengkap/SENGAJA dipotong)]
menjawab, "Tuliskan apa yang telah dan akan terjadi hingga hari kiamat, apakah perbuatan, pahala, konsekuensi dan hukuman hingga hari kiamat". Kemudian pulpen menuliskan yang akan terjadi hingga hari kiamat. Kemudian Allah menciptakan pikiran..."
وعن مجاهد قال : " ن " الحوت الذي تحت الأرض السابعة .
Terjemahannya kurang lebih:
Mujahid menyatakan bahwa 'Nun' adalah Ikan Paus yang ada di bawah tujuh bumi. [..]
وكذا قال مقاتل ومرة الهمداني وعطاء الخراساني والسدي والكلبي : إن النون هو الحوت الذي عليه الأرضون
Terjemahannya kurang lebih:
Seperti juga, yang diriwayatkan oleh Mukatil - Murrah Al-Hamdani - Ata’ Al-Kharasani - Al Suddi - Al-Kalbi yang mengatakan, "Nun adalah Ikan paus yang di atasnya para bumi diletakan"
وَرَوَى أَبُو ظَبْيَان عَنْ اِبْن عَبَّاس قَالَ : أَوَّل مَا خَلَقَ اللَّه الْقَلَم فَجَرَى بِمَا هُوَ كَائِن , ثُمَّ رَفَعَ بُخَار الْمَاء فَخَلَقَ مِنْهُ السَّمَاء , ثُمَّ خَلَقَ النُّون فَبَسَطَ الْأَرْض عَلَى ظَهْره , فَمَادَتْ الْأَرْض فَأُثْبِتَتْ بِالْجِبَالِ , وَإِنَّ الْجِبَال لَتَفْخَر عَلَى الْأَرْض .
Terjemahannya kurang lebih:
Diriwayatkan Abu Thabyan, diriwayatkan Ibn Abbas yang berkata, "yang pertama kali Allah ciptakan adalah pulpen yang menulis semua yang akan terjadi. Kemudian uap air mulai terangkat, Berasal dari situ langit tercipta. kemudian (Allah) menciptakan Nun (paus) dan menggepengkan Bumi pada punggungnya. Ketika bumi mulai bergoyang, Ia kemudian diperkuat dengan gunung-gunung, yang ada dipermukaan" Kemudian Ibn Abbas membacakan ayat (68:1) 'Nun dan Pulpen'
[Bahasa arab sisanya tidak saya tuliskan dan langsung saya tuliskan terjemahannya]
Al kalbi dan Mukatil menyatakan bahwa nama (ikan Paus) adalah ‘Al-Bahmout.’ Al-Rajis berkata, "Mengapa aku melihatmu semua terdiam dan Allah menciptakan Al-Bahmout?"
Abu Yakthan dan Al-Waqidi menyatakan bahwa nama (ikan paus) adalah ‘Leotha’; Dimana Kab menyatakan bahwa namanya adalah ‘Lo-tho-tha’ atau ‘Bil-Ha-motha.’ Kab berkata, "Setan bergerak ke atas Ikan paus, dimana tujuh bumi diletakan dan membisikan pada hatinya, "Kamu sadari apa yang ada di punggungmu, Oh Lo-tho-tha dari binatang dan tetumbuhan dan manusia dan lainnya? Jika engkau merasa terganggu dengan mereka, Engkau dapat melemparkan mereka semua dari punggungmu" Jadi Lo-tho-tha berniat untuk melakukan apa yang disarankan (oleh setan) namun Alah mengirimkan reptil pada Ikan paus yang merangkak melalui lubang tiupnya hingga mencapai otaknya. Ikan paus kemudian menangis pada Allah dan Ia memberikan ijin pada reptil untuk keluar (dari ikan paus)." Kab melanjutkan dan berkatam "Demi Allah, Ikan paus menatap pada reptil dan reptil menatap pada ikan paus dan jika ikan paus berniat melakukan (apa yang disarankan setan) reptil akan balik ke tempat sebelumnya" [Source atau di sini, Kutipan Qurtubi di atas tidak dalam translasi Inggris [hanya Arab] dan translasinya berasal dari sini]
----
TAFSIR IBN ABBAS
Dan dari riwayatnya yang berasal dari Ibn 'Abbas yang ia katakan berkenaan dengan intepretasi apa yang allah katakan (Nun): '(Nun) Ia katakan: Allah bersumpah demi Nun, yang adalah Ikan paus yang membawa Bumi di punggungnya ketika di air, dan di bawah itu adalah banteng, dibawah banteng adalah bebatuan dan dibahwa bebatuan...Nama Ikan Paus itu adalah Liwash, dan dikatakan bahwa namanya adalah Lutiaya'; nama dari banteng itu adalah Bahamut, dan beberapa mengatakan namanya adalah Talhut atau Liyona. Ikan paus itu ada di laut yang dinamakan 'Adwad, dan itu bagaikan banteng kecil di lautan yang sangat luas. Lautan itu ada di Bebatuan cekung dengan 4,000 celah, dan dari tiap celah itu air keluar ke bumi.
Dikatakan juga bahwa Nun adalah satu dari nama-nama Allah; yaitu kepanjangan dari huruf Nun pada nama Allah al-Rahman (Pemurah); dan juga dikatakan bahwa Nun adalah bak tinta. (demi pulpen) Allah bersumpah demi pulpen. Pulpen dibuat dari Cahaya dan tingginya setara jarak Langit dan bumi.
Adalah dengan pulpen ini perangkat Ingatan, misal. Catatan yang dijaga, dituliskan. Juga dikatakan bahwa pulpen adalah satu dari para malaikat yang mana Allah bersumpah, (dan yang mana mereka tuliskan dan Allah juga bersumpah dengan apa yang para malaikat itu tuliskan pada kegiatan-kegiatan turunan Adam, [Tanwîr al-Miqbâs min Tafsîr Ibn 'Abbâs]
Note:
Al-Bahmout atau Bahamut juga ada di mitologi Arab, yaitu kisah 1001 malam pada hari ke-496. Bahamut dinyatakan sebagai Ikan besar. Bahamut tidak sama dengan Behemoth [Setan/monster dalam legenda Yahudi].
----
Tafsir al-Tustari
Ibn 'Abbas' berkata pada laporan lain, 'Nun adalah Ikan yang di atasnya seluruh bumi(arḍūn) berada,..'[Source]
----
Tafsir al-baghawi
اختلفوا فيه فقال ابن عباس : هو الحوت الذي على ظهره الأرض . وهو قول مجاهد ومقاتل والسدي والكلبي
[..] ibn abbas katakan: Ikan paus ini membawa bumi pada punggungnya dan ini juga merupakan pandangan dari Mujahid, Muqatil, saddi dan kalbi [..] tujuh langit dan tujuh bumi di atas Banteng [..] [Sumber]
----
Dari Hadis Sahih Bukhari dan Muslim
Dalam kumpulan hadis sahih Bukhari dan Muslim tidak dijelaskan riwayat Bumi ada di atas punggung ikan paus [Ikan besar], namun demikian terdapat riwayat menarik seperti dibawah ini:
Riwayat Yahya bin Bukair - Al Laits - Khalid - Sa'id bin Abu Hilal - Zaid bin Aslam - 'Atho' bin yasar - Abu Sa'id Al Khudri - Rasulullah SAW: |
Riwayat 'Abdul Malik bin Syu'aib bin Al Laits - bapakku - kakekku - Khalid bin Yazid - Sa'id bin Abu Hilal - Zaid bin Aslam - 'Atha bin Yasar - Abu Sa'id Al Khudri - Rasulullah SAW: |
|
"Pada hari kiamat bumi bagaikan sekeping roti, Allah Al Jabbar memutar-mutarnya dengan tangan-Nya sebagaimana salah seorang diantara kalian bisa memutar-mutar rotinya dalam perjalanan sebagai kabar gembira penghuni surga." |
"Pada hari kiamat bumi akan seperti satu potong roti yang akan diratakan oleh Allah dengan tanganNya hingga menjadi seimbang. Sebagaimana roti yang diratakan oleh salah seorang dari kalian diperjalanannya sebagai hidangan bagi penghuni surga. |
|
Selanjutnya ada seorang Yahudi dan berujar;' Kiranya Allah Arrahman memberkatimu wahai Abul Qasim, maukah kuberitahu kabar gembira penghuni surga dihari kiamat nanti? |
Kemudian seorang lelaki Yahudi datang berkata pada beliau; "semoga Allah memberkahimu wahai Abu Qasim, maukah kuberitahu tentang hidangan penghuni surga pada hari kiamat? |
|
"baik" Jawab Nabi. |
Beliau menjawab: 'Ya' |
|
Lanjut si Yahudi; 'Bumi ketika itu bagaikan sekeping roti' sebagaimana disabdakan Nabi SAW. |
Ia berkata: bumi akan menjadi satu potong roti -sebagaimana sabda Rasulullah SAW tadi.- |
|
Lantas Nabi SAW memandang kami dan tertawa hingga terlihat gigi serinya. Ia berkata: "Maukah kamu kuberitahu lauk penghuni surga? |
maka Rasulullah SAW melihat kepada kami dan tertawa hingga terlihat gigi serinya. Ia berkata "Maukah kuberitahukan kepadamu tentang lauk pauk mereka." Beliau menjawab: 'Ya' |
|
Lanjutnya: "lauk mereka adalah sapi dan ikan paus." |
Ia berkata: "lauknya adalah balaam dan nun." |
|
Mereka bertanya; 'Apa keistimewaan daging ini?' |
Para sahabat bertanya; apakah itu? |
|
Nabi menjawab: "sobekan hati [caudate lobe] ikan paus dan sapi itu, bisa disantap untuk 70.000 orang" [Bukhari no.6039/8.76.527, arab] |
Nabi SAW menjawab: seekor sapi, sedangkan nun adalah daging yang paling baik dari hatinya [caudate lobe] akan dimakan 70.000 orang yang masuk suga tanpa hisab. [Muslim no.5000/39.6710, Untuk arab: di sini atau lebih baik di sini karena terdapat penjelasan: "أَمَّا ( النُّون ) فَهُوَ الْحُوت بِاتِّفَاقِ الْعُلَمَاء", artinya "Nun adalah Ikan paus menurut konsensus para ulama"] |
- Note:
"والحوت" ditranslate ke inggris "and whale"; ke Melayu "ikan paus"; ke spanyol "Y la ballena = dan ikan paus"; ke itali "E la balena= dan ikan paus"; Turki "Ve Balina = dan ikan paus"; ke belanda "walvis= ikan paus"; ke Jerman "und der wal = dan ikan paus", ke perancis "balein = ikan paus"; Ke rusia "И китов= dan Paus"; ke swahili "Na whale =dan paus"; ke Jepang "とクジラ= ikan paus", ke korea "그리고 고래 = dan ikan paus"; Hindi "और व्हेल = dan ikan paus"; Mandarin "與鯨魚= dan ikan paus"..dll
Jika, Bumi adalah Roti maka sebesar apalagi ukuran ikan dan lembu yang bagian berlebih dari hatinya saja dapat mencukupi kebutuhan 70.000 orang sebagai lauk pauk makan roti? Walaupun Bukhari dan Muslim tidak menjelaskan darimana asal "sapi" dan "ikan" itu, namun ukurannya tidak tanggung-tanggung besarnya, bukan?!
Nūn [ن], dalam penulisan Arab, berarti Ikan besar/Ikan paus. Ibn kathir di surat Al-Anbiya 21:87-88, dalam kisah YUNUS menyatakan, "Here Nūn refers to the fish;". Sehingga walaupun kitab-kitab kalangan Ahlul kitab (yahudi/Nasrani) sama-sama menyatakan bumi itu datar, langit berbentuk kubah dan matahari berjalan mengelilingi bumi juga mempunyai kisah Yunus di telan ikan besar [Dhū al Nūn (Orang dengan Ikan besar)], namun kitab-kitab suci Yahudi dan kristen JUSTRU TIDAK memiliki pandangan bahwa bumi berada di atas ikan besar!
----
Aliran Syi'ah
Ulama Syi'ah Kulayni di “Kafi”nya 8/89 meriwayatkan:
55 – محمد عن أحمد عن ابن محبوب عن جميل بن صالح عن أبان بن تغلب عن أبي عبد الله (ع) قال: سألته عن الأرض على أي شيء هي؟ قال: هي على حوت قلت: فالحوت على أي شيء هو؟ قال: على الماء قلت: فالماء على أي شيء هو؟ قال: على صخرة قلت: فعلى أي شيء الصخرة؟ قال: على قرن ثور أملس قلت: فعلى أي شيء الثور؟ قال: على الثرى قلت: فعلى أي شيء الثرى؟ فقال: هيهات عند ذلك ضل علم العلما
Muhammad menyampaikan dari Ahmad - ibn Mahbub - Jamil ibn Salih - Aban ibn Taghlib - Abu ‘Abd Allah, yang berkata, Aku tanya dia mengenai bumi: Ia terletak di atas apa? Ia menjawab: Itu berada di atas seekor Ikan Paus. Aku bertanya: Ikan paus itu di atas apa? Ia menjawab: di atas air. Aku bertanya: Air di atas apa? Ia menjawab: di atas bebatuan. Aku bertanya. bebatuan di atas apa? ia menjawab: Di atas banteng dengan tanduk yang halus. Aku bertanya: Banteng itu diatas apa? Ia menjawab: Di atas tanah. Aku bertanya: Tanah di atas apa? Ia menjawab: Mana tahu? Ini adalah batasan pengetahuan dari yang diketahui manusia.
Syi'ah lainnya sheikh Al-Majlese dalam “Miratul uqul”menyatakan ini SAHIH.
(الحديث الخامس و الخمسون) [حديث الحوت على أي شيء هو]
(2): صحيح.
----
Kisah Para Nabi [Tales of the Prophet]
4. Penciptaan Bumi, Gunung-Gunung dan Laut-laut [The creation of the Earth, the mountains and the seas]
Ka'b al-Ahbar berkata: Ketika Allah berkehendak untuk menciptakan Tanah yang kering, Ia perintahkan angin untuk mengocok ke atas air. ketika menjadi turbulen dan berbusa, gelombang bertambah besar dan beruap. Kemudian Allah merintahkan busa itu memampat, dan menjadi kering. Dalam hari-hari Ia ciptakan langit yang kering di atas permukaan air adalah seperti yang Ia katakan:"Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua hari?" (AQ Fushshilat 41:9).
Kemudian Ia perintahkan gelombang-gelombang ini menjadi diam, dan mereka membentuk gunung-gunung, yang kemudian Ia gunakan sebagai pasak untuk menahan bumi, seperti yang Ia katakan: "Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka" (AQ Al Anbiyaa' 21:31). Jika tidak karena gunung-gunung, Bumi tidak akan cukup stabil bagi para penghuninya. Pembuluh dari gunung-gunung ini berhubungan dengan pembuluh dari Gunung Qaf, yang berjajar mengellilngi Bumi.
Kemudian Allah menciptakan tujuh lautan.
Yang pertama dinamakan Baytush dan mengelillingi bumi di belakang gunung Qaf, kemudian dibelakangnya berturut-turut bernama Asamm, Qaynas, Sakin, Mughallib, Muannis, dan yang terakhir Baki. Ini adalah tujuh lautan, dan tiap dari mereka mengelilingi lautan yang sebelumnya. Di dalamnya terdapat mahluk-mahluk yang hanya Allah yang tahu jumlahnya. Allah menciptakan makanan bagi para mahluk-mahluk ini dalam hari yang ke-4, seperti yang Ia katakan: "dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. Bagi orang-orang yang bertanya. (AQ Fushshilat 41:10).
Terdapat tujuh Bumi.
Yang pertama dinamakan Ramaka, yang kedua dinamakan Khalada,..Arqa, Haraba, Maltham, Sijjin dan Ajiba. Dan bumi bergoyang-goyang dengan penghuni di dalamnya seperti sebuah kapal, jadi Allah mengirimkan se sosok Malaikat yang luar biasa besar dan kuat dan diperintahkan memanggul bumi di bahunya. Satu sisi tangannya di timur dan yang lain di barat memegang Bumi dari ujung ke ujung. Namun, tidak ada pijakan kaki baginya, jadi Allah ciptakan bebatuan persegi dari jamrut yang memiliki 7.000 lubang. Di setiap lubangnya sebuah laut, gambaran ini hanya di ketahui oleh Allah semata. dan Ia perintahkan Bebatuan itu untuk berdiam di bawah kaki malaikat.
Akan tetapi, bebatuan itu tidak ada yang menyangga, jadi Allah ciptakan banteng besar dengan 40.000 kepala, mata, telinga, cuping hidung, mulut, lidah dan kaki dan diperintahkan memanggul bebatuan di punggungnya dan juga di tanduknya. Nama dari Banteng itu adalah al-Rayyan. Karena Banteng itu ngga punya tempat buat pijakan kakinya, Allah menciptakan Ikan sangat besar..Ikan ini bernama Behemoth.. [Tales of the Prophets (Qisas Al-Anbiya), Muhammad Ibn Abdullah Kisai (Author), Wheeler M. Thackston (Author), Al-Kisai (Author, Abad ke 6 H/13 M) hal 8-10 dan hal 337-338 [Notes to The Text])
Sebagai pelengkap,
perhatikan gambar Bumi [berbentuk FLAT DISK], dipanggul banteng dan di bawahnya adalah Ikan:
Ajaib al-Makhluqat (The wonders of creation), Zakariya Qazwini (Persia, w.1283 M/1284 M)
[..]Sebuah kopian risalah dari turki kisaran tahun 1553, polesan peta, menunjuk arah selatan, dengan malaikat memegang mangkok berisi ikan yang diatasnya sapi sedang memanggul bumi [..]
Risalah ke-geograpi-an dan kumpulan legenda menakjubkan sangat populer di pertengahan dan awal masyarakat islam modern. Peta yang ditunjukan di sini adalah menakjubkan padanya terdapat beberapa mahluk yang menyokong bumi di cakrawala. Yang digunakan adalah proyeksi islam tradisional tentang bumi dalam bentuk piringan datar yang dikelilingi laut-laut terpisah terkurung sekeliling pegunungan Qaf.
Kemudian,Mullah `Ali al-Qaari RaHimahullah, dalam Mirqaat:
- Fa`Alimtu Ayyi Bisababi WuSuuli dhaalikal FayDi Maa Fis Samaawaati Wal ArDi Ya`ani Maa A`alamahullahu Ta`aalaa Mimma Feehaa Minal Malaayikati Wal Ashjaari Wa Ghayrihimaa `Ibaaratun `An Sa`ati `Ilmihilladhee FataHallahu bihi `Alayhi Wa Qaalabnu Hajar Ayyi Jameeyal Kaayinaatillatee fis Samaawaati Bal Maa Fawqahaa Kamaa Yustafaadu Min QiSSatil Mi`yraaji Wal ArDu Hiya Bi Ma`anaa al-Jinsi Ayyi Wa Jamee`ya Maa Fee ArDeenas Sab`yi Bal wa Maa TaHtahaa Kamaa Afaadahuu Ikhbaaruhuu `Alayhis Salaamu Minath Thawri wal Huutil ladhee `Alayhaa - [sumber]
Terjemahannya kurang lebih:
'Jadi Aku datang untuk tahu' Itu dalam artian berkat-berkat yang terlimpahkan padaku, semua yang ada di langit (jamak) dan di bumi yaitu sebagai semua yang Allah sampaikan pada kalangan malaikat dan pepohonan dan banyak lainnya. Yang menunjukan keluasan dari pengetahuannya (Rasulullah SAW) yang Allah` Azza Wa Jall beritahukannya. Ibn Hajjar berkata bahwa pengetahuan dari seluruh semesta dan semua yang ada di langit (jamak) dan dibaliknya sebagai bukti dari peristiwa Mi`raj dan bumi, yaitu seluruh tujuh bumi dan yang ada dibawahnya apakah itu seekor sapi atau seekor ikan di atasnya
Definisi Israiliyat harusnya sederhana saja, yaitu segala yang berhubungan dengan legenda kaum Yahudi.
Padahal, secara fakta, Islam menumpangkan diri pada sejarah keagamaan, kebudayaan, ketuhanan Abrahamik dan mengklaim sebagai kelanjutan ajaran tersebut (melalui metoda cocoklogi). Ini tercantum di Quran dengan klaim membenarkan kitab-kitab sebelumnya [AQ 5.46,48], para ahli kitab tidak akan dipandang beragama hingga mereka menegakkan ajaran-ajaran sebelumnya [AQ 5.68]. Juga tercantum dalam berbagai hadis misalnya hadis riwayat Abu 'Ashim adl-Dlahhak bin Makhlad - Al Awza'iy - Hassan bin 'Athiyyah - Abi Kabsyah - 'Abdullah bin 'Amru - Nabi SAW:
"Sampaikan dariku sekalipun 1 ayat dan ceritakanlah dari Bani Isra'il dan itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka"
[Bukhari no. 3202. Tirmidhi no.2593, ".."Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat, dan ceritakanlah dari bani Israil, dan tidak ada dosa..". Juga di Abu Dawud 3177; Musnad Ahmad no. 6198, 6594, 6711. Darimi no.541. Juga di Ahmad no. 9746 (Riwayat Yahya - Muhammad bin 'Amru - Abu Salamah - Abu Hurairah - Nabi SAW: "Riwayatkanlah dari bani Isra`il dan kalian tidak berdosa")]
Jadi kecuali seseorang berdusta bahwa hadisnya itu sebagai hadis nabi padahal bukan, maka selain dari hal ini, menuduh suatu hadis atau perawinya (tabiut tabiin, tabiin, para sahabat dan Rasulullah) sebagai Israiliyat adalah sangat absurd.
Beberapa pendapat ulama mengenai Israiliyat:
- Syaikhul Islam Ibn Taymiyya di Muqaddimah Ushulu-Tafsir Israiliyat:Cerita Israiliyat yang sahih dapat diterima, yang dusta/bertentangan dengan syari'at ditolak dan yang tidak diketahui kebenarannya/kepalsuannya, maka tawaqquf (tidak dibenarkan/tolak, tidak mengimani/dustakannya) [Ibn Al-Araby, Ahkam Al Qur’an, Mesir, Isa Al Babi Ai-Halabi Wa Syurakahu, juz I, hal. 11, 27, 28].
Ibn kathir serupa gurunya dalam hal ini [Ibnu Kathir Ibn Ai-Quraisyi, Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Mesir, Isa Ai-Babi Aql Halaby As-Syurakahu, juz I, hal. 4] di samping itu, IBN KATHIR menyatakan: "Kami TIDAK AKAN menyebutkan riwayat-riwayat israiliyyat, KECUALI YANG TELAH DIIZINKAN oleh syariat untuk dinukil YANG TIDAK menyelisihi al-Qur'an dan sunnah RasulNya.." [Lihat pengantar dari al bidayah wan nihayah] dan dalam setiap hadis yang dikutip Ibn kahtir, Ia SELALU MENYEBUTKAN derajat hadisnya dan JIKA itu LEMAH Ia berikan PENJELASAN tentang itu.
Syaikhul Islam Ibn Hajar Asqalani juga berpendapat serupa [Ibnu Hajar Al Asqalany, Fathul Bari, Kairo, Mathba’ah Ai-Khairiyah, 1325 H, Juz VIII, hal. 120], malah Ibn Hajar dalam maksud "Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca Al-Kitab sebelummu" (AQ 10.94), menyampaikan bahwa ahlul kitab yang dimaksud adalah yang telah beriman dan larangan bertanya ditujukan pada ahlul kitab yang belum beriman. [Fathul Bari 13/408]. Detail lainnya lihat ini
- "كل ماتطرق إلى التفسير والحديث من أساطير قديمة منسوبة فى أصل روايتها إلى مصدر يهودي أو نصراني أو غيرهما"
(Intepretasi dan legenda apapun yang berasal dari sumber Yahudi, Nasrani dan Lainnya) ["al-Tafsir wa al-Mufasirun", Muhammad al-Sayyid Husain al-Zahabi, hal 497]
- Untuk Abdullah Ibn Salam,
merupakan kalangan Yahudi pertama yang masuk Islam, yaitu ketika pertama kalinya Muhammad mencapai Medina Hijrah (namun ada yang menyatakan bahwa ia masuk Islam BUKAN di tahun awal Medinah tapi di tahun ke-8 H). Abdullah bin Salam, adalah satu-satunya orang yg disebutkan sebagai orang yang masih hidup dan berjalan namun sudah mendapatkan jaminan surga, sebagaimana disampaikan hadis riwayat Sa’ad bin Abi Waqash: "Aku tidak pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda tentang seseorang yang masih hidup dan berjalan (di muka bumi): “orang itu berada di surga”, KECUALI Abdullah bin Salam." [Bukhari no. 3812, Muslim no. 2483 dan Ahmad no. 1453]. Ia juga orang ke-10 yang masuk surga, sebagaimana hadis riwayat Mu’adz bin Jabal,"Carilah ilmu pada 4 orang: Uwaimir Abu Darda’, Salman Al-Farisi, Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin Salam yang dahulunya Yahudi kemudian masuk Islam, karena sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda tentang Abdullah bin Salam: “Ia adalah orang ke-10 dari 10 orang penghuni surga." [Tirmidzi no. 3804, An-Nasai dalam as-sunan al-kubra no. 8253, Ahmad no. 22104, Al-Hakim no. 334, dan Ibnu Hibban no. 7165, hadis shahih]. Ia juga merupakan saksi dalam turunnya AQ 46:10 dan AQ 2:97
Aneh sekali menuduh seorang yang Nabi SAW katakan ketika masih hidup sudah mendapat jaminan surga sebagai Israiliyat. - Untuk Wahb Ibn Munabbih,
Ibn Hajjar: Tsiqah (dapat dipercaya memegang amanat) [Ahmad Ibn `Ali Ibn Hajar al-`Asqalani, Taqrib al-Tahdhib, Volume II, 1960, Al-Maktabat al-`Ilmiyyah: Al-Madinah, p. 339.]. Al-`Ijli: Penerus, Tsiqah [Ahmad Ibn `Abdullah Ibn Salih Abu al-Hassan al-`Ijli, Tarikh al-Thiqat, 1984 Edition, Dar al-Kutub al-`Ilmiyyah, Beirut (Lebanon), p. 467, No. 1786.] malah Abu Zur`ah, al-Nasa'i, Ibn Hibban dan banyak lagi menyatakan: Tsiqah [ibid]. Imam al-Suyuti: memasukan Wahb kedalam pengingat hadis [Jalal al-din `Abd al-Rahman al-Suyuti, Tabaqat al-Huffadh, 1983 Edition, Dar al-Kutub al-`Ilmiyyah, Beirut (Lebanon), p. 48, No. 92.]. Ulama hadis termasuk Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidhi menyampaikan hadis darinya. Dhahabi: Tsiqah dan dapat dipercaya [Muhammad Husayn al-Dhahabi, Al-Tafsir wa 'l-Mufassirun, Dar al-Qalam, Beirut, Volume I, hal. 199]
Aneh sekali menuduh seorang yang dapat dipercaya memegang amanat sebagai Israiliyat. - Untuk Ka'b Al Ahbar,
Syaikhul Islam, Al Hafiz Ibn hajar Asqalani: Ka`b Ibn Mati`al-Himyari, Abu Ishaq, dikenal sebagai Ka`b al Ahbar adalah dapat di percaya (Tsiqah), masuk kategori ke-2 [tabaqah]. Hidup selama masa Jahiliyah dan Islam, tinggal di Yaman sebelum pindah ke Sham dan wafat di jaman khalifah Usman, berusia lebih dari 100 tahun. [Ahmad Ibn `Ali Ibn Hajar al-`Asqalani, Taqrib al-Tahdhib, Vol.II, 1960, Al-Maktabat al-`Ilmiyyah: Al-Madinah, hal.135] (Ia wafat 32 H di usia 140 tahun).
Ibn Sa’ad: Ka’ab Al-Akhbar adalah tingkatan ke-1 dan tabi’in di Syam yang banyak meriwayatkan hadis termasuk dari Rasulullah secara mursal dan Umar, Shuhaib, dan Aisyah. Hadis-hadis Ka'b diriwayatkan oleh Mu’awiyah, Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Atha bin Rabah, dan lainnya. Abdullah Ibn Zubair: Ia mempunyai semacam prediksi yang tepat. Dr. Muhammad Husayn al-Dhahabi: "...Jika hendak menyalahkan Ka'b dan lainnya, maka kami tidak sepakat, karena apapun yang Ka'b dan lainnya riwayatkan dari para ahlul kitab, MEREKA TIDAK PERNAH BERKATA BAHWA ITU BERASAL DARI NABI SAW, jadi Ia tidak BERBOHONG. Mereka hanya meyampaikan apa adanya yang ada di buku kaum Israil, tidak wajib bagi kita untuk percaya ataupun dimintakan untuk percaya..." [Muhammad Husayn al-Dhahabi, "Al-Tafsir wa'l-Mufassirun", Dar al-Qalam, Beirut, Vol I, hal.192].
Alasan lain Dhahabi adalah karena para sahabat seperti Ibn Abbas dan Abu Hurairah mustahil mengambil riwayat darinya jika Ia pendusta disamping itu, para muhadditsin seperti Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasai memasukkan riwayat darinya maka Ka’ab merupakan seorang yang ‘adil dan tsiqah. Dhahabi membantah pendapat Ahmad Amin [Adz-Dzahabi At-Tafsir, him. 184-187] dan Rasyid Ridha [Ahmad Ainin, Fajru Al Islam, hal.198] yang menuduh Ka’ab pendusta hanya karena lbn Qutaibah dan An-Nawawi tidak meriwayatkan darinya dan hanya karena At-Tabari sedikit meriwayatkan darinya.
Al Hafidz Ibnu Katsir dalam al Bidayah wan Nihayah:- "..Ismail ibn Abdu-rahman as Suddi menyebutkan hadis dari Abu Malik dan Abu Salih dari Ibn 'Abbas, Murrah AlHamdani (yang berasal dari Ibn Mas'ud) dan para sahabat Nabi SAW, mengenai perkataannya "Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit [AQ 2.29]
Mereka berkata bahwa Tahta Allah ada di atas air. Tidak ada penciptaan sebelum Air. Ketika Ia ingin mencipta. Ia ambil uap dari Air. Uap itu terangkat ke atas, air berkumpul di atasnya. Ia kemudian menamakan itu "Langit". Kemudian ia keringkan air, dan membuatnya menjadi 1 bumi. Ia kemudian memisahkannya dan menjadikannya menjadi 7 Bumi dalam 2 hari - Minggu dan Senin. Ia ciptakan bumi di atas Ikan [hut], Itu adalah paus (nun) yang disebutkan di Qur'an: "Ikan. Demi Qalam." (AQ 68.1) Paus ada di air. Air ada di atas bebatuan [kecil]. Batuan ada di punggung Malaikat. Malaikat ada di atas Bebatuan [Besar]. Bebatuan besar -yang disebutkan di Luqman - ada di angin, tidak dilangit atau di bumi. Ikan bergerak dan menjadi gelisah. Sebagai hasilnya, Bumi menjadi berguncang [gempa]. Kemudian ia kokohkan, pasakan gunung2 di atasnya, dan manjadi stabil. Allah menciptakan gunung-gunung dan segala yang bermanfaat dan hal berguna padanya di Selasa dan Rabu. Ia ciptakan pohon-pohon, air, kota-kota dan pembudidayaan tanah tandus. Ia belah langit, yang asalnya satu menjadi 7 langit dalam 2 hari - Kamis dan Jumat - dan Ia sebut Jumat, al Jumu'ah, karena pada hari itu, Ia satukan ciptaan langit dan bumi dan berikan perintah pada setiap langit. Ia ciptakan di setiap langit para malaikat, laut-laut, gunung-gunung dan menyerukan pada lainnya bahwa tiada yang tau kecuali dirinya. Ia kemudian hiasi langit dengan bintang-bintang dan menjadikannya sebagai perhiasan dan penjaga dari para Setan. Kemudian Ia selesaikan ciptaannya dengan apa yang Ia sukai. Ia naikan Arsynya"
Dalam sanad ini As Suddi menyampaikan banyak hal mengejutkan yang seakan berasal dari Israiliyyat. Ini karena ketika Ka'b Al Ahbar masuk Islam di jaman khalifah Umar, Ia biasa berbincang dengan Umar mengenai pengetahuan para Ahlul kitab dan Umar mendengarkannya, bersikap ramah dan kagum atas apa yang disampaikannya banyak sejalan dengan kebenaran di Quran dan sabda Nabi. Sebagai hasilnya banyak yang menganggap boleh menyampaikan apa yang Ka'b Al-Ahbar katakan. Bukhari menyampaikan di sahihnya dari riwayat Muawiyah yang berkata tentang Ka'b AI-Ahbar, "biarpun Ia yang paling terpercaya menyampaikan hal-hal dari kaum ahlul kitab, kita tahu beberapa yang dikatakannya tidak benar" Ini artinya, Ia menganggap yang disampaikanya tidak benar, TIDAK MENGANGGAP bahwa Ka'b dengan sengaja menyampaikan dusta - dan Allah maha mengetahui.
Note:
Anggapan tentang Ka'b ini cenderung keliru karena Umar bin Khattab bahkan telah memberikan ancaman dan telah melarang K'ab menceritakan kitab-kitab sebelumnya:- Umar melarang Ka’b menceritakan apa yang tercantum di kitab-kitab sebelumnya dan berkata, "Kamu harus meninggalkan itu, atau Aku tempatkan kamu di tanah para monyet" [Fath al-Mughith by Al-Sakhawi, diambil dari sini]
Umar menjadi Khalifah tahun 634 M, masuk Jerusalem tahun 637 M dan wafat di tahun 644 M (67 tahun). Sementara Ka'b wafat di tahun 652 M. Ka'b menjadi mualaf di usia tuanya, jika Ka'b wafat di usia lebih dari 100 tahunan, maka usianya ketika menjadi mualaf adalah lebih dari 90 tahun dan jika Ka'b wafat diusia 140 tahunan, maka usianya ketika menjadi mualaf adalah di 130an tahun!
Memperhatikan hadis di bawah ini, ketika Umar di Jerusalem, tampaknya Kaab masih memeluk agama lamanya:
Riwayat Aswad - Abu Salamah - Abu Sinan - 'Ubaid Bin Adam - Umar Bin Al Khaththab bertanya kepada Ka'ab: "Di mana menurutmu aku melaksanakan shalat?". Ka'ab menjawab; "Jika kamu menerima pendapatku shalatlah kamu di belakang batu besar, maka Al Quds semuanya akan berada di hadapanmu." Umar berkata; "Kamu menyerupai orang-orang Yahudi, tidak, aku akan shalat seperti Rasulullah SAW" [Ahmad no.252].
Jadi, aneh sekali seorang setua itu masih terlibat aktif dalam kegiatan dakwah islamiyah dan dianggap masih dapat mengingat banyak hal. - Untuk Abd Al-Malik Ibn Abd Al-’Aziz Ibn Juraij,
Seorang Imam, kalangan sunni menganggapnya, pengumpul hadis pertama dalam sebuah buku, "Musannaf ibn Juraij". Ayahnya seorang ulama Muslim dan kakeknya dulu seorang kristen romawi. Juraij lahir di tahun 80H (699 M) dan wafat di tahun 150H (767 M), hadisnya kebanyakan berasal dari Ata ibn Abi Rabah (gurunya, 40%), Amr Ibn Dinar (7%), Ibn Shihab/Al-Zuhri (juga gurunya, 6%), ibn Tawus (5%), Abu Al Zubayr (4%), Abdul Al-Karim/Al Jazari (3%) ["Qur'anic Exegesis in Classical Literature", Rashid Ahmad Jullundhry, hal.16; "Analysing Muslim Traditions: Studies in Legal, Exegetical and Maghāzī Ḥadīṯ", Nicolet Boekhoff-van der Voort, Sean W. Anthony, hal.11-18]
Al-Dzahabi (ulama kalangan Sunni, abad ke-14, sumber: wikipedia):
"Ulama Mekah, Abu Walid menyatakan Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij adalah seorang budak Banu Umayyah dan kalangan Fuqaha Mekah, ia punya banyak sebutan dan terhitung di antara ulama besar, ia lahir beberapa tahun setelah 70 H, dan bertemu para Sahabat besar. Ahmad Ibn Hanbal mengatakan "Ibnu Juraij adalah harta pengetahuan". Jarir berkomentar bahwa Ibn Juraij mengaggap Mut'ah diperbolehkan, dan ia kawin Mut'ah dengan 70 wanita. Ibn Abdul Hakim menyatakan "mendengar dari Imam Syafi'i mengatakan Ibnu Juraij kawin Mut'ah dengan 90 wanita"["Tadhkirat al-huffaz", Vol.1 hal.170-171]. Juga: "Abdul Malik Ibn Juraij adalah salah satu orang besar dalam pengetahuan, ia Thiqah (jujur) dan pemegang otoritas (hadis), Ia melakukan Mut'ah dengan 70 wanita, dan menganggap praktek ini halal. ["Tadheeb al Tadheeb", Al-Dhahabi, Vol.6 hal.6]
Tentang Mutah:
Abu Bakar Al-Atsram, "إِذَا قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ فُلاَنٌ وَقَالَ فُلاَنٌ وَأَجَزْتُ جَاءَ بِمَنَاكِيْرَ وَإِذَا قَالَ: أَخْبَرَنِيْ وَسَمِعْتُ فَحَسْبُكَ بِهِ" [Apabila Ibnu Juraij mengatakan qaala fulaan (Fulan berkata) dan ajaztu (aku mengizinkan), maka Ia munkar. apabila berkata akhbarani (telah mengabarkan kepadaku) dan sami’tu (aku telah mendengar), maka cukup untukmu dengannya] [Tarikh Baghdad, X:405, Tahdzib Al-Kamal fi Asma` Ar-Rijal, XVIII:348]. Yahya bin Sa’id: "كَانَ ابْنُ جُرَيْجٍ صَدُوْقاً فَإِذَا قَالَ: حَدَّثَنِي فَهُوَ سِمَاعٌ وَإِذَا قَالَ أَخْبَرَنَا أَوْ أَخْبَرَنِي فَهُوَ قِرَاءَةٌ وَإِذَا قَالَ: قَالَ فَهُوَ شِبْهُ الرِّيْحِ" [Ibnu Juraij shaduq (jujur), apabila berkata haddatsani (telah menceritakan kepadaku), maka ia sima’ (derajat penerimaan hadis akurat, paling tinggi) dan apabila berkata akhbaranaa (telah mengabarkan kepada kami) atau akhbarani (telah mengabarkan kepadaku) maka ia qira`ah (di bawah sima'). Dan apabila mengatakan qaala (telah berkata) maka ia menyerupai angin (tidak bernilai)] [Tahdzib Al-Kamal fi Asma` Ar-Rijal, XVIII:348]
Jadi, menuduh seorang fuqaha dan juga Imam sebagai Israiliyat adalah absurd.
- "Tidak disebutkan di kitab ataupun sunnah otentik tentang paus yang membawa bumi, dan semua yang disebutkan tentang ini adalah berdasarkan riwayat Bani Israail" [al-‘Athamah 4/1400]
note:
As-Sunnah menurut ulama Salaf adalah petunjuk yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW dan para Shahabatnya, baik tentang ilmu, i’tiqaad (keyakinan), perkataan maupun perbuatannya [Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, hal. 10]
Quran:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan ulil amri di antara kamu...[AQ 4.59,83]
Hadis:
Riwayat Mahmud bin Ghailan - Abu Daud Al Hafari - Sufyan Ats Tsauri - Abdurrahman bin Ziyad Al Afriqi - Abdullah bin Yazid - Abdullah bin Amru - Rasulullah SAW: "..sesungguhnya bani Israil terpecah menjadi 72 golongan dan ummatku akan terpecah menjadi 73 golongan semuanya masuk neraka kecuali 1 golongan" para sahabat bertanya, "Siapakah mereka wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "yang berpegang teguh padaku dan para sahabatku".[Tirmidhi no. 2565; al-Hakim, Ibnu Wadhdhah]
Riwayat Ali bin Hujr - Baqiyyah bin al Walid - Bahir bin Sa'd - Khalid bin Ma'dan - Abdurrahman bin Amru as Sulami - al 'Irbadh bin Sariyah: "..Rasulullah SAW: "Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah, mendengar dan ta'at meskipun terhadap seorang budak habasyi...hendaknya dia berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham [Tirmidhi no.2600, AbuDawud no.3991, dll]
IslamQA no.114861 (beberapa riwayat yang menyatakan bahwa bumi terletak diatas punggung sapi jantan) di awal fatwanya menyampaikan kisah itu adalah sunnah otentik:
- Ibnu Abbas RA bahwa beliau berkata:
أوّل ما خلق الله من شيء القلم ، فجرى بما هو كائن ، ثم رفع بخار الماء ، فخلقت منه السماوات ، ثم خلق " النون " – يعني الحوت - فبسطت الأرض على ظهر النون ، فتحرّكت الأرض فمادت ، فأثبت بالجبال ، فإن الجبال لتفخر على الأرض ، قال : وقرأ : (ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ (
“Sesuatu yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah pena, maka ia menulis semua kejadian, kemudian uap air diangkat ke atas, maka darinyalah langit-langit diciptakan, kemudian Dia (Allah) menciptakan Nuun, yaitu; ikan paus, maka dihamparkannya bumi di atas punggung ikan paus tersebut, maka bumi pun bergerak dan berguncang, lalu ditopang oleh gunung-gunung, maka gununglah yang lebih utama dari pada bumi, lalu beliau berkata dan membaca: “Nuun, demi pena dan apa yang mereka tulis”.
(Diriwayatkan oleh Abdur Razzaq dalam Tafsirnya: 2/307, dan Ibnu Abi Syaibah: 14/101, dan Ibnu Abi Hatim-sebagaimana di dalam Tafsir Ibnu Katsir: 8/210, dan Thabari dalam Jami’ Al Bayan: 23/140, dan Hakim dalam Al Mustadrak: 2/540, dan masih banyak yang lainnya, semua riwayat dari jalur Al A’masy, dari Abi Dzabyan Hushain bin Jundub, dari Ibnu Abbas, yang ini sanadnya shahih. Al Hakim berkata: ini adalah hadits yang shahih sesuai dengan syarat kedua Syeikhan (Bukhori dan Muslim) namun keduanya tidak meriwayatkannya. Adz Dzahabi berkata dalam at Talkhish: Sesuai dengan syarat Bukhori dan Muslim. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Mujahid, Muqatil, Sudi dan al Kalbi. Silahkan anda baca: (Ad Durrul Mantsur: 8/240, dan Tafsir Ibnu Katsir: 8/185 dalam permulaan tafsir surat al Qalam)
Tentu saja IslamQApun melancarkan tuduhan bahwa itu bukan sabda Nabi melainkan hanya pendapat Ibn Abbas yang berasal dari Ka'b atau buku bani Israil:
- Atsar ini –sebagaimana anda ketahui- adalah mauquf (hadis yang sandarannya berhenti sampai pada sahabat sebagai penyampai) sampai pada Ibnu Abbas, bukan dari sabda Nabi SAW, secara umum Ibnu Abbas RA mengambil dari Ka’b al Ahbar atau dari buku-buku Bani Isra’il yang mencakup banyak keajaiban, keanehan dan kedustaan. Yang menunjukkan akan hal itu adalah beberapa rincian yang disebutkan oleh sebagian kitab Tafsir dalam masalah ini.
Tuduhan bahwa Ibn Abbas mengambil dari K'ab atau dari buku-buku Bani Israel adalah mengada-ada dan tanpa bukti
Mengapa?
Karena terdapat riwayat bahwa pengetahuan Ka'b tentang Islam justru berasal dari Ibn Abbas sendiri, Larangan Ibn Abbas pada umat muslim untuk tidak bertanya pada Ahlul Kitab dan juga ancaman sekaligus larangan dari Umar bin Khattab pada Kaab untuk tidak menceritakan yang tercantum di kitab-kitab sebelumnya, misal:
- Riwayat Yahya bin Musa - Mu'alla bin Manshur - Muhammad bin Dinar - Sa'ad bin Aus - Mishda' Abu Yahya - Ibnu Abbas - Ubay bin Ka'ab bahwa Nabi SAW membaca: "FII 'AININ HAMI'ATIN (di dalam laut yang berlumpur hitam)." AQ 18.86. Abu Isa berkata; Hadits ini GHARIB, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini, DAN YANG SAHIH ADALAH HADIS yang diriwayatkan Ibnu Abbas tentang bacaannya (Ibnu Abbas): Ibnu Abbas dan 'Amru bin Al 'Ash berbeda pendapat tentang bacaan ayat ini, kemudian mereka mengajukannya kepada Ka'b Al Ahbar, seandainya Ibnu Abbas memiliki riwayat dari Nabi SAW, tentu sudah cukup baginya dengan riwayatnya dan tidak butuh lagi kepada Ka'b." [Tirmidhi no.2858. Tentang Maksud Tirmidhi pada "hadis gharib", Albani berkata: "Adapun jika ia berkata “hadits gharib” maka kebanyakan yang ia maksudkan adalah “dha’if“, yaitu secara sanad" (Fatwa-fatwa Syekh Nashiruddin Al-Albani, Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Media Hidayah, 1425 H — 2004 M)]
Vonis Albani [1914 M -1999 M] bahwa hadis tersebut adalah dhaif justru merupakan hal yang menggelikan tersendiri, mengingat:
- Albani sendiri mengakui bahwa sebenarnya ia tidak hafal sepuluh hadits dengan sanad muttashil (bersambung) sampai ke Rasulullah, meskipun begitu dia berani mentashih dan mentadh’iftan hadits sesuai dengan kesimpulannya sendiri dan bertentangan dengan kaidah para ulama hadits yang menegaskan bahwa sesungguhnya mentashih dan mentadh’ifkan hadits adalah tugas para hafidz (ulama ahli hadits yg menghapal sekurang-kurangnya seratus ribu hadits). [lihat: ini dan ini]
Albani sendiri gampang menjatuhkan vonis hadis dhaif dan mereka yang bertentangan dengan dirinya dikatakan ahli Bid'ah
Bahkan Ibn Abbas sendiri melarang untuk bertanya kepada Ahlul kitab:
- Riwayat Yahya bin Bukair - Al Laits - Yunus - Ibnu Syihab - 'Ubaidullah bin 'Abdullah bin 'Utbah - 'Abdullah bin 'Abbas: "Wahai sekalian kaum muslimin, bagaimana bisa kalian bertanya kepada Ahli kitab sedangkan kitab kalian yang diturunkan kepada nabi SAW adalah kitab paling baru tentang Allah. Kalian membacanya dengan tidak dicampur aduk, dan Allah telah memberitahu kalian bahwa orang-orang ahli kitab telah merubah apa yang telah Allah tetapkan, dan mereka merubahnya dengan tangan mereka, lalu mereka berkata ini dari Allah dengan maksud (menjualnya dengan harga yang sedikit). Bukankah dengan ilmu yang telah datang kepada kalian berarti Dia melarang kalian untuk bertanya kepada mereka?. Tidak, demi Allah, kami tidak melihat seorangpun dari mereka yang bertanya tentang apa yang diturunkan kepada kalian" [Bukhari no.2488, 6815, 6969]
Bahkan Mujahid yang meriwayatkan dari Ibn Abbaspun terkena getahnya terkena tuduhan Israiliyat, misalnya di link GF HADAD:
- Al-Dhahabi juga mengutip keputusan al-A'mash's tentang tafsir Mujahid yakni Mujahid diantara mereka yang menarasikan dari kitab-kitab ahlul kitab
Note:
Ahl al kitab: Nasrani dan Kristen (kesepakatan seluruh ulama), majusi dan sabian (sebagian ulama)
Padahal dari sisi pendapat para ulama, mereka menilai Mujahid lebih tinggi nilainya dari Al A'Mash, misal Syaikhul Islam Ibn Hajjar menyatakan Al A'Mash adalah YUDALIS (memalsukan/menyamarkan sanad), sementara Mujahid adalah Imam Ilmu tafsir. Bahkan Dhahabi sendiri malah menyatakan MUJAHID itu Imam ILMU TAFSIR dan HUJJAH (dapat dijadikan dasar hukum)!
Syaikhul Islam Ibnu Taymiyya memuji Mujahid: "Mujahid bin Jabr adalah seorang anak ajaib [aya] dalam penafsiran." dan mengutip Sufyan ath-Thawri: "Ketika interpretasi datang kepada Anda dari Mujahid, itu sudah cukup untuk Anda" [Ibn Taymiya "Treatise on the Principles of Tafsir"]
Ternyata tuduhan ini hanya kabar burung, yang juga telah ditepis oleh Al A'mash sebagaimana tercantum dalam Kitab Tabaqat al-mufassirin dari Dawudi, II, 307:
- "Seorang laki-laki bertanya pada al-A'mash, 'Kenapa orang-orang menghindari tafsir al-Mujahid?' Ia menjawab, "Karena MEREKA PIKIR bahwa ia biasa bertanya pada ahlul kitab" ["The Qur'an and Its Interpreters", Vol.1, Mahmoud Ayoub, hal.30]
Tampak jelas al A'Mash TIDAK PERNAH MEMUTUSKAN demikian juga TIDAK mengatakan bahwa MUJAHID TELAH "meriwayatkan dari buku2 ahlu kitab". Malah al A'mash, yang juga merupakan murid Mujahid, MELURUSKAN fitnahan kepada gurunya! Jika al a'Mash (Sulaiman bin Misran Al A'mash), yakin Mujahid seperti yang dituduhkan, maka Al a'Mash TIDAK AKAN meriwayatkan BANYAK hadis dari Mujahid (di Bukhari, Abu Dawud, Tirmidhi, Nasai, Ibn Majjah).
Lucunya juga,
IslamQA malah tersirat jelas menginformasikan bahwa TIDAK SELURUH hadis marfu (sanad bersandar hingga pada Rasullullah) tentang masalah ini adalah mungkar:
- ada sebagian hadits-hadits yang marfu’ namun mungkar dalam masalah ini (وقد وردت بعض الأحاديث المرفوعة المنكرة في هذا المعنى), di antaranya adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar bahwa Nabi SAW bersabda:
الأرض على الماء ، و الماء على صخرة ، و الصخرة على ظهر حوت يلتقي حرفاه بالعرش ، والحوت على كاهل ملك قدماه في الهواء (وهو حديث موضوع، انظر: "السلسلة الضعيفة" (رقم/294()
“Letak bumi di atas air, dan air tersebut di atas batu, batu tersebut di atas punggung ikan paus yang kedua sisinya di ‘Arsy, ikan paus tersebut di atas bahu seorang malaikat yang kedua kakinya di udara”. [sebagai hadits palsu di “As Silsilah al Hadith ad Dha’ifah wal-Mawdhuu’ah, #294]
Tersirat jelas bahwa IslamQA juga mengakui terdapat beberapa bagian hadis marfu lain mengenai masalah ini yang tidak mungkar! (sample misalnya hadis marfu dari Ibn Hatim dalam tafsir Ibn Kathir untuk AQ 20.6 atau juga hadis qudsi no.1021 dari Nabi SAW di buku "1000 Qudsi Hadiths: An Encyclopedia of Divine Sayings", Arabic Virtual Translation Center, Lulu Press, Inc, 14 Jan 2014 dari Al Hakim dalam Al Mustadrak-nya yang merupakan hadis sahih)
kemudian,
Ketika Quran menyampaikan bahwa bahwa malaikat-malaikat menghadap Allah [AQ 70:4] maka Lokasi Allah dan tamannya ini, dekat dengan pohon bidara terujung (Sidratil Muntaha) yang berada DI UFUK YANG TERANG (bialufuqi almubiini, AQ 53.7, 81.23) tempat jibril dilihat Muhammad (AQ 81.23), yaitu, "raaahu (Ia dilihatnya) nazlatan ukhraa (datang lagi/turun lagi) inda (di sisi) sidratil muntahaa (pohon bidara/bekul ujung. Sidra = pohon Bidara/bekul, AQ 34.16, 56.28 + Muntaha = ujung/akhir, AQ 5.91, 53.42, 79.44) indahaa (dekat itu) jannatu almawaa (taman tempat tinggal)" (AQ 53.13-17).
kata Ufuk = batas/horizon, misalnya, ufuk timur/barat tempat terbit/tenggelamnya matahari, "dan awal waktu maghrib saat matahari terbenam dan waktu akhir saat menghilang di ufuk dan awal waktu isya saat menghilang di ufuk" [Tirmizi no.139].
Lokasi pohon bidara ter-ujung/sidratul Muntahal bervariasi:
di surga ke-6 (Muslim no.252) atau di surga ke-7 (Muslim no.234. Bukhari no.2698, 3598, 6963. Ahmad no.12047, 12212). Di bawah Sidratil Muntahal terdapat 4 sungai, 2 tak terlihat dan 2 terlihat..adapun 2 sungai tak terlihat adalah 2 sungai yang berada di surga, sedangkan 2 sungai yang terlihat adalah NIL dan EUFRAT" [Bukhari no.3598, 2968, 5179]. Bahkan, sungai Nil dan Eufrat-pun selain di surga ke-7 [Muslim 1.314; dan Bukhari no.4.54.429 5.58.227], juga di surga ke-2 [Bukhari 9.93.608] dan bahkan di surga ke-1 [Bukhari no.6963]
Di manapun itu, BEDA TINGGINYA LANGIT VS DARATAN, TIDAKLAH TERLALU BERJAUHAN, karena ketika Adam diturunkan dari surga, kepalanya menyentuh langit sehingga menjadi botak, turunannya mewarisi kebotakannya ["Kitab Al-Tabaqat Al Kabir", Vol.1, 1.3.42 (Riwayat Ibn Sa`d - Hisham Ibn Muhammad - Ayahnya - Abu Salih - Ibn `Abbas). Juga di Tabari, Vol.1 hal.297]
Kondisi taman/surga macam ini JELAS TIDAK DIMUNGKINKAN dalam kosmologi modern (bulatan bumi yang merupakan anggota tata surya, mengitari matahari. Tata surya ini merupakan himpunan bagian dari galaxy dan Galaxy merupakan bagian kecil dari semesta) NAMUN SANGAT DIMUNGKINKAN dalam kosmologi islami.
Mengapa?
Dalam kosmologi Islami, bumi adalah datar, atapnya berupa 7 langit bertumpuk satu diatas yang lain berbentuk kubah! Inilah mengapa langit, surga, bumi dan air dimungkinkan bertemu!
- Bahwa bumi ini berada di atas punggung: seekor ikan yang sangat besar dan seekor lembu/sapi. Kelak setelah kiamat: 70.000 surgawan (kelompok pertama) yang masuk surga tanpa dihisab (siksa neraka), akan dijamu Allah dengan lauk "lembu/sapi (balaam) dan hati ikan paus (nun)" [Bukhari no.6039/8.76.527 (arab). Atau di Muslim no.5000/39.6710 (arab: terdapat penjelasan: "أَمَّا ( النُّون ) فَهُوَ الْحُوت بِاتِّفَاقِ الْعُلَمَاء", artinya "Nun adalah Ikan paus menurut konsensus para ulama")]
- Singgasana Allah di atas air:
"Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, dan adalah singgasana-Nya di atas air[1] ("عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ", arsyuhu ala al-mai).." [AQ 11.7]. Allah bersemayam di atas arsy (istawaa 'alaa al'arsyi) [AQ 7.54, AQ 57.4, AQ 32.4, AQ 25.59, AQ 20.4, AQ 10.3]. Yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya [AQ 40.7]. Hadis meriwayatkan arsy yang berada di atas air:
- Abdan - Abu Hamzah - Al A'masy - Jami' bin Syidad - Shafwan bin Muhriz - 'Imran bin Hushain:
...Nabi menjawab: 'Allah telah ada dan tidak ada sesuatu pun terjadi sebelum-Nya, arsy-Nya berada di atas air, kemudian Allah mencipta langit dan bumi dan Allah menetapkan segala sesuatu dalam alquran'. [Bukhari no. 6868, 2953. Ibn Majah no.178 (Riwayat Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Ash Shabbah - Yazid bin Harun - Hammad bin Salamah - Ya'la bin 'Atho` - Waki' bin Hudus - pamannya Abu Razin ia berkata; Aku bertanya; "Wahai Rasulullah, di manakah Rabb kita sebelum menciptakan makhluk-Nya?" beliau menjawab: "Dia berada di ruang kosong, di bawah dan di atasnya tidak ada udara, dan di sana tidak ada makhluk. Setelah itu Ia menciptakan 'Arsy-Nya di atas air"). Tirmidhi no.3034 ("Wahai Rasulullah dimanakah Allah sebelum Dia menciptakan makhlukNya? beliau menjawab: "Dia berada di awan yang tinggi, di atas dan di bawahnya tidak ada udara dan Dia menciptakan 'arsyNya di atas air."). Ahmad no.15599, 15611]
Perlu juga diketahui bahwa: Singgasana Iblis juga di atas air:
- Riwayat Abu Kuraib, Muhammad bin Al Ala` dan Ishaq bin Ibrahim, teks milik Abu Kuraib -- Abu Mu'awiyah - Al A'masy - Abu Sufyan - Jabir - Rasulullah SAW:
"Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air lalu mengirim bala tentaranya, (setan) yang kedudukannya paling rendah bagi Iblis adalah yang paling besar godaannya." [Muslim no. 5032 dan Riwayat Abu Mu'awiyah - Al 'A'masy - Abu Sufyan - Jabir - Rasulullah SAW: "Iblis meletakkan istananya di atas air kemudian mengutus pasukannya.." [Ahmad no. 13858, 11490, 14632]
Tentang pengertian ‘arsy (عَرْش), ulama memberikan penjelasan yang berbeda-beda.
- Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar menjelaskan bahwa ‘arsy (عَرْش) merupakan ”pusat pengendalian segala persoalan makhluk-Nya di alam semesta”. Penjelasan Rasyid Rida di antaranya berdasarkan AQ 10.3, "Kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy (عَرْش = singgasana) untuk mengatur segala urusan".
Jalaluddin as-Suyuthi (pengarang tafsir Ad-Durr al-Mantsur fi Tafsir bi al-Ma'tsur) mengutip hadis dari Ibnu Abi Hatim - Wahhab ibnu Munabbih bahwa Allah SWT menciptakan `arsy dan kursi dari cahaya-Nya. `Arsy melekat di kursi. Para malaikat berada di tengah-tengah kursi tersebut. `Arsy dikelilingi oleh empat buah sungai dan Para malaikat berdiri di setiap sungai sambil bertasbih/memuliakan Allah. - Kursi [kur'siyyuhu (AQ 2.55)/kur'siyyihi (AQ 38.34)] TIDAK SAMA dengan arsy/. Arti kursi adalah BUKAN "pengetahuan allah", BUKAN arsy, BUKAN "bukan kekuasaan dan kekuatan Allah" NAMUN "pijakan kedua kaki Allah".
Ibnu ‘Abbas berkata: "الكرسي موضع قدميه و العرش لا يقدر قدره" ["Al-Kursi adalah pijakan kedua kaki (Allah), dan ‘Arsy tidak ada yang tahu ukurannya kecuali Allah."] (‘Abdullah Bin Ahmad, as-Sunnah no. 586, isnadnya hasan – Tahqiq Muhammad Sa’id Salim al-Qahthani. Al-Hakim (al-Mustadraknya 2/310: Hadis ini sahih menurut Bukhari dan Muslim walaupun mereka tidak meriwayatkannya. Disepakati adz-Dzahabi). Fathul Bari Ibn Hajjar (8/199 : Dari Ibnu ‘Abbas bahawa al-Kursi adalah pijakan kedua kaki (Allah) sanadnya sahih). Al-Albani, Mukhtasar al-‘Uluw lil ‘aliyyil Ghoffar, Adz-Dzahabi (1/75: Perkataan ibn Abbas Sahih mauquf). Hadis ibn Abbas juga termuat di Musnad Ahmad, lihat Ibn Kathir dan "ask the scholar"]
Sementara itu,
terdapat klaim bahwa Quran dan hadis menyatakan 'Arsy Allah dan Allah ada di langit, misal:
- Apakah kamu merasa aman (a-amintum) siapa (man) di (fii) langit (tunggal: Al-samāi) bahwa/yang (an) membenamkan (yakhsifa) dengan mu (bikumu) bumi (al-ardha) ketika (fa-idzaa) Ia (hiya, feminim tunggal) bergoncang (tamuuru)? atau (am) apakah kamu merasa aman siapa di langit yang mengirimkan (yursila) padamu ('alaykum) badai batu (hasiban). Maka kelak kalian tahu (fasata'lamuuna) bagaimana (kayfa) peringatanku [nadziiri]? [AQ 67.16-17 -> Kalimat ini dapat juga mengindikasikan itu adalah malaikat yang di langit]
- "Tidak tahukah kamu bagaimana Allah itu? Sungguh, Arsy-Nya ada di atas semua langit-Nya seperti ini -lalu isyarat tangannya beliau mengatakan, 'Seperti Kubah, dan Arsy itu berteriak dan menyeru kepada Allah seperti tunggangan berteriak kepada pengendara karena berat-." [Abu dawud no.4101, juga statement Ibnu Taimiyah: "Adapun Al Arsy maka dia berupa kubah sebagaimana diriwayatkan dalam As Sunan karya Abu Daud dari jalan periwayatan Jubair bin Muth’im, dia berkata: "Telah datang menemui Rasulullah SAW seorang A’rab dan berkata: "Wahai Rasulullah jiwa-jiwa telah susah dan keluarga telah kelaparan- dan beliau menyebut hadits- sampai Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah diatas ArsyNya dan ArsyNya diatas langit-langit dan bumi, seperti begini dan memberikan isyarat dengan jari-jemarinya seperti kubah" (Ibnu Abi Ashim dalam As Sunnah 1/252)]
- Termasuk hadis yang merupakan pernyataan seorang budak wanita (di hadis lain, Ia menyatakan tidak dengan ucapan namun dengan isyarat tangan):
Riwayat Yahya - Al Hajjaj Ash Shawwaf - Yahya bin Abu Katsir - Hilal bin Abu Maimunah - 'Atha` bin Yasar - Mu'awiyah bin Al Hakam As Sulami:
Wahai Rasulullah, terdapat seorang budak wanita yang telah aku pukul dengan keras. Kemudian Rasulullah SAW menganggap hal tersebut sesuatu yang besar terhadap diriku, lalu aku katakan; tidakkah saya memerdekakannya? Beliau berkata: "Bawa dia kepadaku!" Kemudian aku membawanya kepada beliau.
Beliau bertanya: "Dimanakah Allah?" Budak wanita tersebut berkata; di langit. Beliau berkata: "Siapakah aku?" Budak tersebut berkata; engkau adalah Rasulullah."Beliau berkata; bebaskan dia! Sesungguhnya ia adalah seorang wanita mukmin." [Abu Dawud no.2856. Muslim no.836. Abu Dawud no.2857 (Riwayat Ibrahim bin Ya'qub - Yazid bin Harun - Al Mas'udi - 'Aun bin Abdullah - Abdullah bin 'Utbah - Abu Hurairah bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW dengan membawa seorang budak wanita hitam, kemudian ia berkata; wahai Rasulullah, sesungguhnya saya berkewajiban membebaskan budak mukmin. Kemudian beliau bersabda: "Di manakah Allah?" kemudian ia mengisyaratkan ke langit dengan jari-jarinya. Kemudian beliau berkata kepadanya: "Siapakah aku?" kemudian ia menunjuk kepada Nabi SAW dan ke langit yang maksudnya adalah engkau adalah Rasulullah. Maka beliau berkata: "Bebaskan dia, sesungguhnya ia adalah wanita mukminah.")]
Menyatakan bahwa Allah ada di langit TIDAKLAH TEPAT karena hadis juga telah menginformasikan bahkan malaikatpun duduk di atas kursi yang terbentang diantara langit dan bumi, misal:
- Riwayat Yahya bin Bukair - Al Laits - 'Uqail - Ibnu Syihab (riwayat Abdullah bin Muhammad - Abdurrazzaq - Ma'mar - Az Zuhri - Abu Salamah bin Abdurrahman Jabir bin Abdullah:
Aku mendengar Nabi SAW bersabda menceritakan peristiwa Fatratul Wahyu (Masa-masa kevakuman wahyu): "Ketika aku tengah berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara yang berasal dari langit, maka aku pun mengangkat pandanganku ke arah langit, ternyata di atas terdapat Malaikat yang sebelumnya mendatangiku di gua Hira tengah duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Aku merasa ketakutan hingga aku jatuh tersungkur ke tanah. Lalu aku pun segera menemui keluargaku seraya berkata, 'Selimutilah aku, selimutilah aku.' Maka keluargaku pun segera menyelimutiku. Akhirnya Allah Ta'ala menurunkan ayat: [AQ 74.1-5]. Yakni sebelum perintah shalat diwajibkan. Ar Rijz adalah berhala. [Bukhari no.4544, 4545, 4543, 3, 2999, 4572, 5746]
PETA LENGKAPNYA adalah: di atas 7 langit ada laut - di atas laut ada Arsy - dan allah berada di atas Arsy.
- Riwayat [(Muhammad bin Ash Shabbah - Al Walid bin Abu Tsaur) dan (Ahmad bin Abu Suraij - 'Abdurrahman bin Abdullah bin Sa'd dan Muhammad bin Sa'id - Amru bin Abu Qais) dan (Ahmad bin Hafsh - Bapaknya - Ibrahim bin Thahman)] - Simak - Abdullah bin Amirah - Al Ahnaf bin Qais - Al Abbas bin Abdul Muthallib:
..Beliau (SAW) lalu bertanya: "Apakah kalian tahu berapa jarak antara langit dan bumi?" mereka menjawab, "Kami tidak tahu." Beliau bersabda: "Sesungguhnya jarak antara keduanya adalah bisa 71, atau 72, atau 73 tahun perjalanan -perawi masih ragu-. kemudian langit yang di atasnya juga seperti itu." Hingga beliau menyebutkan 7 langit. Kemudian setelah langit ke-7 terdapat lautan, jarak antara bawah dan atasnya seperti jarak antara langit dengan langit (yang lain). Kemudian di atasnya terdapat 8 malaikat yang jarak antara telapak kaki dengan lututnya sejauh langit dengan langit yang lainnya. Dan di atas mereka terdapat Arsy, yang antara bagian bawah dengan atasnya sejauh antara langit satu dengan langit yang lainnya. Dan Allah Tabaraka Wa Ta'ala ada di atasnya." [Abu Dawud no.4100, Tirmidhi no.3242 (hasan gharib). Ibn Majjah no.189]
Walaupun Arsy Allah ada di atas air yang ada di atas langit ke-7,
Namun Quran memberikan 3x PENEGASAN FINAL lokasi keberadaan Allah, yaitu: TIDAK di langit namun di Mesjidil Haram:- Ke-1: "Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Al Kitab memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya.." [AQ 2.144].
- Ke-2: "Dan dari mana saja kamu, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan"[AQ 2.149].
- Ke-3: "Dan dari mana saja kamu, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka.." [AQ 2.150]
Nabi berkata:
Kenapa orang-orang mengarahkan pandangan mereka ke langit ketika mereka sedang shalat? Suara beliau SEMAKIN TINGGI beliau bersabda: "Hendaklah mereka menghentikannya atau Allah benar-benar akan menyambar penglihatan mereka." [Bukhari no. 708 atau di Muslim 4.862 dari riwayat Jabir bin samura. Atau di Muslim 4.863 riwayat dari Abu huraira, "Orang2 diharuskan menghindari memandang langit di saat sedang sembahyang (See: KBBI. "الصَّلاَةِ" = Al sallata = salat], atau mata mereka akan direnggut"] - Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar menjelaskan bahwa ‘arsy (عَرْش) merupakan ”pusat pengendalian segala persoalan makhluk-Nya di alam semesta”. Penjelasan Rasyid Rida di antaranya berdasarkan AQ 10.3, "Kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy (عَرْش = singgasana) untuk mengatur segala urusan".
- Bahwa (Allah-lah yang menciptakan tujuh langit) satu di atas yang lainnya seperti KUBAH, (dan seperti itu pula bumi) tujuh bumi tapi mereka DATAR. [Tanwîr al-Miqbâs min Tafsîr Ibn ‘Abbâs untuk AQ 65.12. Dalil bahwa bumi BUKAN bulatan lihat juga: di sini]
- "Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap (saqfan) yang terpelihara,[..]" [AQ 21.32] [Tafsir Ibn Kathir: Artinya, menutupi bumi seperti kubah di atasnya.]
"Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit kanopy/kubah/atap (binaa-an) [AQ 2.22, juga di AQ 40.60, tentang "dan langit kanopy/kubah/atap (binaa-an)]. Tafsir Ibn kathir untuk AQ.2.22,29:
- Bahwa Allah mulai dengan menciptakan BUMI dulu baru kemudian membuat LANGIT menjadi 7 langit. Ini adalah bagaimana bangunan biasanya di mulai, lantai dulu baru kemudian bagian atapnya [Ini juga pendapat Mujahid, Ibn Abbas bahwa bumi diciptakan terlebih dahulu.
"Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya)..[AQ 13.2]. Tafsir Ibn kathir untuk AQ 13.2:
- Berkenaan dengan kalimat (menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan) adalah seperti yang Allah maksudkan di surat 36:38 (dan matahari berjalan di tempat peredarannya) [Ada dua pendapat dan keduanya menyatakan Matahari dan bulan yang bergerak terus menerus]. 'arsy adalah atap dari ciptaan dan tidak berbentuk BULATAN seperti di klaim banyak astronomer. Lebih seperti KUBAH yang di topang oleh pilar. Ditandu oleh para malaikat dan di atas dunia, di atas kepala-kepala orang. Hadis Nabi dari riwayatkan Abu Dharr:
Ketika senja [magrib], Nabi bertanya padaku, "Apakah kau tau kemana Matahari itu pergi (saat Magrib)?!
Aku jawab, "Allah dan rasulnya yang lebih tau."
Ia jawab, "Ia berjalan hingga berhenti pada tempatnya di bawah Arsy lalu menyungkur sujud dan mohon ijin untuk terbit kembali, dan diijinkan dan kemudian (waktunya akan tiba) dia minta agar terus saja bersujud namun tidak diperkenankan dan minta izin namun tidak diizinkan dan dikatakan kepadanya: "Kembalilah ke tempat asal kamu datang" dan ia akan terbit dari tempatnya terbenamnya tadi (barat).
Itulah penafsiran dari sabda Allah "dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (AQ 36:38) [Bukhari: no.2960/4.54.421, no.4428/6.60.327, no.6874/9.93.520 dan no.6881/9.93.528. Juga Muslim: no.228/1.297. Juga di Hadis Qudsi Imam Ahmad no.91 (penguatnya di Abu Dawud 3991, 4002]
'Ada pilar namun tidak dapat kamu lihat' menurut Ibn `Abbas, Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan beberapa lainnya.
Iyas bin Mu`awiyah, "Langit itu seperti kubah di atas bumi', artinya tanpa tiang. Serupa seperti Qatadah katakan.
Ibn Kathir menyatakan bahwa pendapat terakhir [Iyas bin Mu'awiyah] adalah lebih baik mengingat Allah juga menyatakan di ayat lainnya [22:65] yaitu ‘Dia menahan langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya?’ - Allah menyampaikan, kisah perjalanan Zulkarnaen dari ufuk timur hingga ufuk barat:
- "Mereka menanyaimu [wayas-aluunaka] tentang Dzulkarnain. Katakanlah Aku bacakan [qul sa-atluu] padamu [ʿalaykum] cerita tentangnya. Sesungguhnya telah diberikannya kekuasaan [makkannaa lahu] di bumi, dan Kami telah berikan [waaataynaahu] dari tiap suatu [min kulli shayin] jalan [sababaan].
Maka iapun berjalan [fa-atba'a sababaan].
Hingga [ḥattaa] ketika [idhaa] sampai [balagha] di tempat terbenam [maghriba] matahari [al shamsi], MENDAPATI itu [WAJADAHAA] terbenam [taghrubu] di [fii] mata air yang berlumpur hitam [ayyin hamiatin], dan mendapati [wawajada] DI DEKAT ITU/SEKITAR/SISI [indahaa] segolongan umat [qawman]...
Hingga ketika sampai ke tempat terbit [mathli'a] matahari [al shamsi], MENDAPATI itu [WAJADAHAA] menyinari [tathlu'u] pada ['alaa] segolongan umat [qawmin]...
Hingga ketika sampai [balagha] di antara [bayna] dua gunung [alssaddayni], MENDAPATI [WAJADA] di [min] sebelahnya [duunihimaa] suatu kaum [qawman].." [AQ 18.83-86, 90, 93]
Karena Allah sendirilah yang menceritakan perjalanan Zulkarnaen: hingga sampai ke ufuk barat, hingga sampai ke ufuk timur dan hingga sampai di antara dua gunung. Di mana, di setiap area itu, Ia bertemu tiga kaum yang berbeda, maka ini bukanlah sebuah kiasan.
Tafsir ibn kathir AQ 18.86 menyatakan "Ia menemukan matahari terbenam di laut hitam, bukan KIASAN karena ia menyaksikan sendiri. kata "al hami-ah" di ambil dari salah satu dua arti yaitu dari AQ 15.28, "lumpur hitam" (ini pendapat ibn Abbas). Ali bin abi thalhah "zulkarnaen mendapati matahari terbenam di laut yang panas" (juga pendapat Al Hasan Al basri). Ibn Jarir mengatakan keduanya benar yang mana saja boleh.
- Adalah sangat wajar bumi ini didatarkan atau digepengkan seperti martabak dan gunung-gunung dipancang sebagaimana maksud surat:
- Luqman 31:10, "Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu"
- Al-Anibiya') 21:31, "Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka (tamida bihim**)."
- Al-Nahl 16:15 "Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu" (tamida bikum**)
- An Naba' 6-7, "Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? dan gunung-gunung sebagai pasak?"
Dalam tafsir Ibnu kathir surat 21:30-33,
(Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh,) artinya, gunung-gunung yang menstabilkan bumi dan menjaganya agar tetap kokoh dan memberikannya berat, jika tidak itu seharusnya goncang bersama orang-orang, misal, bergerak dan bergetar sehingga mereka tidak dapat berdiri tegak di atasnya -- karena ini diliputi oleh air, bagian dari 1/4 permukaannya.
mengapa?
Adalah demi mencegah daratan ikut-ikutan bergerak-gerak liar dan bahkan dapat berakibat terguling ketika sang ikan bergerak-gerak.
Ini Sungguh suatu yang sangat cerdas dan brilian, bukan?! - Mengapa sangat wajar terjadinya banjir Nuh yang dapat menenggelamkan seluruh dunia hingga puncak tertinggi dunia sebagaimana terekam pada riwayat dibawah ini:
Ibn Abbas mengatakan, [..]seluruh air menutupi seluruh permukaan bumi hingga akhirnya mengelilingi puncak2 gunung dan bahkan main tinggi melebihnya setinggi 15 hasta. Dikatakan juga bahwa gelombang itu tingginya 80 mil melampaui gunung-gunung. Perahu tersebut terus berlayar dibawah perlindungan Allah…[Tafsir Ibn Kathir untuk surat 11:40-43]
Mengapa?
Adalah karena bumi ini ada di atas punggung IKAN! Ikan hidupnya di air sehingga kebutuhan VOLUME AIR yang luarbiasa besar bukanlah menjadi persoalan dan sudah tersedia dengan sangat MELIMPAHnya. Jangankan cuma 80 mil, bahkan 2x dari itupun masih sangat melimpah, bukan?!
Ini sungguh suatu yang sangat cerdas dan brilian, bukan?!
Sisanya lihat di sini