Kamis, 26 Februari 2009

Kitab Suci Kancil Mencuri Ketimun


Orang Kuna tentunya tahu sloka/syair purana kancil di bawah ini:
    Sikancil anak nakal
    suka mencuri ketimun
    ayo lekas dikurung
    jangan di beri ampun
Purana (= dongeng, lawas) ini dikarang Rsi wanita bernama Sud, walau 4 baris saja namun sarat makna. (Resi, sanskrit: Penyair, melihat, bergerak)

Moral of the story:
kata 'suka' adalah pengulangan karena menggemari, oleh karenanya, perbuatan buruk harus dicegah pengulangannya, perbuatan baik bermanfaat agar digemari agar berulang, ini tentang berani kaya, harus berani susah, berprilakulah sesuai pakem, tertib hukum, janganlah mengambil harta orang lain, ada konsekuensi dalam tindakan, walaupun kenakalan adalah bagian mentalitas, tapi pencurian adalah penyakit mental, dapat menjadi kebiasaaan, oleh karenanya, berilah hukuman, jangan diberi ampun, jaga agar orang lain tidak tergoda berbuat jahat, jika pak tani tahu betapa kecilnya perut kancil dibanding panenannya, tidak akan pernah, Ia merugi jika menyisihkan sedikitnya di luar pagar, tidak perlu sewa penjaga, tidak perlu biaya perbaikan pagar saban si kancil tiba, tidak juga ada tanaman yang terinjak, pikiran tenang, saling menjaga, menjadi sebuah keniscayaan, oleh karenanya, berbagilah.

Mengapa diklasifikasikan dongeng?
Kancil/pelanduk adalah binatang terkecil pemakan sayuran yang mengandalkan indera penciuman dan mata, karena perutnya kecil, tidak makan ketimun tapi lainnya yang mudah dicerna, bukan binatang nekat, tapi sangat waspada dan hati-hati, karena masuk kasta(baca: rantai makanan) objek para pemakan daging.

Purana disampaikan untuk yang sulit mencerna peraturan-peraturan tingkat tinggi, oleh karenanya, agar pesan moral tersampaikan, dibuatlah dongeng. cilakanya, moral cerita tidak tercapai malah tertanam anggapan keliru, bahwa Kancil adalah binatang nekad pemakan timun.

Tidak percaya?

Lakukan survey pada orang berusia 20 tahun ke atas, tanyalah apa makanan kancil? jawabannya pastilah ketimun