Senin, 31 Desember 2012

Tentang Quran, Ayat Setan, Nabi, Kabah, Ibrahim, Qurban, Tradisi Jahiliyah dan Allah..


Untuk artikel berikut ini, jika anda bermasalah secara emosional dan/atau nalar dalam membedakan antara MELECEHKAN vs MENYAMPAIKAN SESUAI RUJUKAN, maka SANGAT DISARANKAN untuk TIDAK MEMBACA. Untuk pembaca lainnya, saya ucapkan selamat membaca.
------

Mari kita mulai dengan arti "rasul" dan "rabbiy al-alamina"
    "man yuthi'i alrrasuula faqad athaa'a allaaha (Barangsiapa mentaati Rasul, sesungguhnya telah mentaati Allah", AQ 4.80)
    "inna-hu la-qawlu rasuul-in kariim-in..." (Sesungguhnya itu benar-benar perkataan Rasul yang mulia, AQ 69.40, 81.19), wamaa huwa biqawli syaa'irin.. (dan bukan perkataannya penyair..), walaa biqawli kaahinin.. (dan bukan perkataan tukang tenung..) "tanziilun min rabbi al'aalamiina" (wahyu dari tuannya sekalian alam, AQ 69.43)
Menariknya, Pundit Jawaharlal Nehru, Perdana Mentri Pertama India, seorang Hindu-Agnostik, di bulan September 1956, ketika sampai di Riyadh, Arab Saudi, disambut kaum Arab (pria dan wanita) dengan ucapan dan slogan, "Marḥaba rasūl as-Salām" (Selamat datang utusan yang mahasejahtera) [Juga ini, ini dan ini]. Hampir semua muslim percaya bahwa rasul adalah kata Arab yang bersinonim dengan kata nabi, orang yang membawa/menerima pesan, namun seorang bernama Dr. Kashif Khan menerangkan beda antara kata: “رَسُول”/Rasul VS “رِسَالَه”/Risalah VS kata Persia “رسالت”/Risalat. yaitu: kata "Rasul" (dari kata dasar "رسل"/RSL) = pesan, komunikasi, sarana komunikasi atau cara pengiriman. Kata "risalah" = kompilasi/kumpulan pesan. Sedangkan kata Persia "Risalat" = kenabian. Juga diulas Lane-Lexicon di artikel "رسل", tentang kata itu di Kamus Arab-Persia "Kenz el-Loghah", Ibn-Maruf, "[Golius mengatakan, seperti sumber KL, bahwa رَسَلَ berarti Nuncium misit (pesan yang dikirim): tetapi apa yang saya temukan di KL adalah, bahwa رَسُولٌ, sebagai kata benda infinitif berarti pesan yang dibawa..]"

Apakah "rabbiy al-alamina" adalah pasti Allah?
Arti kata "Alamin" (jamak dari "alam/alama") adalah semesta dunia, negara, yang tahu, dst. Arti kata "Rabb" menurut lane-lexicon diantaranya adalah Penguasa/pemilik, yang merawat dan mengembangkan. Firaun Mesir, juga menyatakan dirinya, "rabbukumu al-a'laa" (aku adalah tuanmu yang tertinggi, AQ 79.24) sehingga "rabbiy al-alamina" jelas merujuk pada Muhammad dan bukan Allah. Kemudian menariknya, terdapat juga petunjuk bahwa Muhammad terbunuh akibat perkataannya:
    walaw taqawwala 'alaynaa ba'dha al-aqaawiili (dan jika Ia (Muhammad) memalsukan beberapa perkataan atas Kami), la-akhadznaa minhu bialyamiini (niscaya sungguh Kami pegang dia pada tangan kanannya). tsumma laqatha'naa minhu alwatiina (Kemudian sungguh Kami potong nadi/aortanya). famaa minkum min ahadin 'anhu haajiziina (Maka tidak ada dari kalian dapat menghalanginya. [AQ 69.44-47]
Dan karenanya, Muhammad-pun wafat akibat racun.
    Riwayat Qutaibah - Al Laits - Sa'id bin Abu Sa'id - Abu Hurairah:
    Ketika Khaibar ditaklukkan, Rasulullah SAW diberi hadiah seekor kambing beracun...beliau bertanya: "Apa yang menyebabkan kalian berbuat demikian?" Mereka menjawab; "Kami ingin terbebas jika tuan seorang pembohong dan jika benar tuan seorang Nabi maka tidak bakalan mencelakai tuan" [Bukhari no.5332, 2933, 3918 atau Bukhari 4.53.394, 5.59.551, 7.71.669. Abu dawud no.3910]

    Riwayat Aisyah:
    Nabi SAW ketika sakit yang menyababkan kematiannya, kerap berkata, "O Aisyah! Aku masih merasakan sakit akibat makanan yang aku makan di Khaibar, dan sekarang ini Aku rasakan nadi/aortaku (‘Abhari = “أَبْهَرِي”) diiris racun itu"[Bukhari 5.59.713]
Mengenai siapa yang meracuninya, terdapat 2 VERSI, yaitu secara umumnya dituduhkan pada seorang perempuan Yahudi Khaibar namun terdapat versi lainnya (terutama dari kalangan Syi'ah) bahwa pelakunya justru para istri Muhammad sendiri yaitu Hafsa dan Aisyah. Ketidakseragaman pendapat mengenai siapa yang meracuninya ini, bisa jadi karena muatan politis aliran dibaliknya, namun jika ketidakseragaman pendapat ini bahkan sampai diurusan sepele seperti berapa umur Muhammad ketika wafat dan/atau berapa lama beliau ini tinggal di Mekkah sebelum hijrah, maka ini sangatlah mengherankan!
  1. Muhammad menjadi Nabi di umur 40 tahun, tinggal di Mekkah 10 tahun dan 10 tahunnya lagi di Medina (Riwayat dari Rabia bin Abi Abdurrahman, Bukhari 4.56.747) Wafat diusia 60 tahun (Riwayat Anas bin Malik: Bukhari 4.56.748, 7.22.787 dan Muslim 30.57.97; Riwayat Yahya - Malik - Rabia ibn Abi Abd arrahman - Anas, di Malik Muwatta 9.49.1.1).

  2. Namun Ibn Abbas menyampaikan yang BERBEDA:
    Muhammad menjadi Nabi umur 40, tinggal di Mekkah 13 tahun, hijrah, tinggal di Medina 10 tahun dan wafat. (Bukhari 5.58.190) wafatnya umur 63 (Bukkhari 5.58.242) namun dikesempatan lain Ibn Abbas menyampaikan bahwa Muhammad di Mekkah selama 15 tahun, mendengar suara Jibril dan 7 tahun melihat gelombang cahaya jibril tapi tidak melihat bentuk, menerima wahyu 10 tahun dan tinggal di Mekkah selama 10 tahun (Muslim 30.5809) juga dari riwayat 'Ammar (mantan budak Bani Hashim), Ia bertanya ke Ibn Abbas, kemudian ibn Abbas bertanya ke banyak orang namun terdapat opini berbeda, kemudian Ia sampaikan ke Ammar bahwa Muhammad menjadi Nabi di usia 40, tinggal di Mekkah 15 tahun dan 10 tahun lagi di Medina (Muslim 30.5805).

  3. Usia wafat: 60 tahun:
    Riwayat [(Yahya bin Yahya - Malik) dan (Yahya bin Ayyub, Qutaibah bin Sa'id, 'Ali bin Hujr) dan (Al Qasim bin Zakaria - Khalid bin Makhlad - Sulaiman bin Bilal)] - Rabi'ah bin Abu 'Abdur Rahman - Anas bin Malik [Muslim no. 4330]
    Riwayat Ibnu Bukair - Al Laits - Khalid - Sa'id bin Abu Hilal - Rabi'ah bin Abu 'Abdur Rahman - Anas bin Malik [Bukhari no.3283, juga no 3284, 5449 dari Rabi'ah - Anas]
    Riwayat Ibn al Muthanna - Hajjaj n. al minhal - Hammad (Ibn Salamah) - Abu Jamrah - Amr b. Dinar - Urwah b. Zuhayr [Tabari vol.9 hal. 207-208]
    Riwayat Al Husyn b. Nasr - Ubaydallah - Shayban -Yahya b. Abi Kathir - Abu Salamah - [Aisyah dan Ibn Abbas] [Ibid, hal 208]

    Usia wafat: 63 tahun:
    Riwayat Mathar bin Al Fadlal - Rauh bin 'Ubadah - Hisyam -'Ikrimah - Ibnu 'Abbas [Bukhari no. 3613]
    Riwayat Mathar bin Al Fadlal - Rauh bin 'Ubadah - Zakaria bin Ishaq - 'Amru bin Dinar - Ibnu 'Abbas [Bukhari no.3614]
    Riwayat 'Abdullah bin Yusuf - Al Laits - 'Uqail - Ibnu Syihab - ('Urwah bin Az Zubair dan Sa'id bin Al Musayyab) - 'Aisyah [Bukhari no.4106]
    Riwayat Rauh - Syu'bah - Abu Ishaq - 'Amir bin Sa'd - Jarir bin Abdullah - Mu'awiyah bin Abu Sufyan [Ahmad no. 16269]
    Riwayat Abu Nua'im - Yunus - Abu As-Safar - 'Amir - Jarir - Mu'awiyah [Ahmad no.16277]
    Riwayat Ibn al Muthanna - Hajjaj n. al minhal - Hammad - Abu Jamrah - Ibn Abbas [Tabari vol.9 hal. 206]
    Riwayat Ibn al Muthanna - Hajjaj - Hammad - Abu Jamrah - ayahnya [ibid, hal.206]
    Riwayat Ibn al Muthanna - Abd al wahhab - Yahya b. Sa'id -- Sa'id al Musayyib [Ibid, hal.206-207]
    Riwayat Muhammad b. khalaf al Aswalani - Adam - Hammad - Abu Jamrah al Dubaghi - Ibn Abbas [ibid. hal.207]
    Riwayat Ahmad b. Abd al Rahman b. wahb - Pamannya Abdallah - Yunus - al Zuhri - 'Urwah - 'Aisyah [Ibid]

    Usia wafat: 65 tahun:
    Riwayat [(Ibnu Minhal Adh Dharir - Yazid bin Zurai') dan (Muhammad bin Rafi' - Syababah bin Sawwar - Syu'bah)] - Yunus bin 'Ubaid - 'Ammar - Ibnu Abbas: Menjadi Nabi di usia 40 tahun, di Mekkah 15 tahun, di Medinah 10 tahun [Muslim no.4339, juga di Ahmad no.2508]
    Riwayat [(Nashr bin 'Ali - Bisyr: Ibn MuFadhldlal) dan (Abu Bakr bin Abu Syaibah - Ibn 'Ulayyah)] - Khalid Al Hadzdza - 'Ammar - Ibnu 'Abbas [Muslim no.4340, juga Tirmizi no.3584]
    Riwayat [Ahmad bin Mani' dan Ya'qub bin Ibrahim Ad dauraqi] - Isma'il bin 'Ulayyah - Khalid Al Khaddza` - 'Ammar bekas budak Bani Hasyim - Ibn Abbas [Tirmizi no.3583, Ahmad no.1844, 3207]
    Riwayat Muhammad bin Isma'il - Muhammad bin Basyar - Ibnu Abu 'Adi - Hisyam - Ikrimah - Ibnu Abbas [Tirmizi no.3585]
    Riwayat Ziyad b. Ayyub - Hushaym - Ali b. Zayd - Yusuf b. Mihran - Ibn Abbas [Tabari Vol. 9, hal 207; Ahmad no.1749]
    Riwayat Ibn al Muthanna - Mu'adh b. Hisham - ayahnya - Qatadah - al Hasan - Daghfal (Ibn Hanzalah) - [Ibid, hal 207]

    Perbedaan umur wafat, tampaknya terjadi karena perbedaan pengakuan lama tahun tinggal di Mekkah, misalnya:
    10 tahun [Bukhari no.3283, 3284, 4105, Muslim no.4330, Tirmizi no.3556, dll] atau
    13 tahun [Bukhari no.3613, 3614, 3562. Muslim no.4333, dll] atau
    15 tahun [Muslim no.4339, Ahmad no.2508, dll]
Jika bahkan urusan kecil seperti ini saja dunia Islam tidak seragam, maka atas dasar apa kita harus percaya Quran tidak di utak-atik? Atau benarkah murni dari Allah atau hanyalah rangkaian kompilasi kejadian dan ucapan para manusia belaka? Untuk itu, mari kita telusuri
  1. Pertemuan Muhammad dengan beberapa orang yang ditenggarai ikut memberikan kontribusi terhadap Quran, misalnya: Zaid bin Amr bin Nufail [↓], Waraqa bin Naufal [↓], Jabr dan Yasar dan juga Bahira [↓], Juru tulis Muhammad, Ibn Qumta, seorang Kristen Bani Najjar yang Murtad [↓], Peristiwa Mubahala: Wafatnya Ibrahim anak Muhammad, Muhammad menceraikan Istri akibat wafatnya Ibrahim, efek lanjutan Mubahala [↓], Allah Yang Jamak, Mutasyaabihaat dan Muhkamaat [↓], Segala sesuatu diciptakan berpasangan, Kelahiran Isa, Malaikat yang Menyetubuhi dan Allah berjenis kelamin Pria [↓], Maryam adik harun VS Maryam Ibunda Yesus dan Kronologi diturunkannya Injil kepada Isa binti Maryam [↓], Apakah Muhammad buta huruf? [↓], 7 orang yang tertidur di Gua [↓], Bulan TIDAK PERNAH Terbelah [↓], Serangan Pasukan Gajah ke Kabah, Klaim terhadap Raja Abraha dan Kontroversi Kapan Muhammad Lahir [↓]

  2. Klaim Quran yang terpelihara tanpa pertambahan, pengurangan, perubahan VS fakta Variasi Quran dan Variasi klaim jumlah surat, ayat dan huruf yang berbeda pada Quran dan variasi huruf pada Basmalah. [↓]; Huruf-huruf Tidak Jelas Maksud di Quran (Muqatta'ah) [↓]; Kontroversi ayat-ayat setan; Penghinaan Muhammad pada sesembahan, dan Adat istiadat kaum Quraish [↓]; Ajaran Nabi untuk memaki "Isep Penis Bapakmu" [↓]

  3. Kabah, Qiblat, Allah dan Hajar Aswad, juga Tentang Taqiyya dan Gelar "Al-Amin"-nya Muhammad:
    Lokasi Allah: Di langit atau di Bumi, kah? [↓]; Mekkah, Sentra Tradisi Menyembah Kaum JAHILIYAH[↓]; Perpindahan Tempat Menyembah dari Jerusalem ke Mekkah [↓]; Hajar Aswad, Tangan Kanan Allah di Bumi [↓]; Uhud, Tempat Allah Kalah [↓]; Allah TIDAK mahatahu [↓]; Allah yang Maha Tak Mampu, Sesembahan Yang butuh Pertolongan Umat: Hancurnya Kabah dan Hajar Aswad Pasca wafatnya Muhammad [↓]; Allah Shalat pada Nabi? [↓]; Allah Bersumpah Pada CiptaanNya? [↓]; Taqiyya dan Gelar "Al-Amin"-nya Muhammad [↓]

  4. Benarkah Ibrahim pernah ke Mekkah? Membangun Kabah? Maqam Ibrahim? [↓]; Siapakah nama yang anak ibrahim yang dikurbankan: Ishaq dan Ismail? [↓]; Sejak kapan Ka'bah di Mekkah ada? [↓]
-----
Pertemuan dengan Zaid bin Amr bin Nufail
beberapa ayat yang mengandung kalimat-kalimat: meninggikan langit dengan tiang tidak kelihatan, meletakkan bulan di tengahnya, sebagai penerangan di malam hari, menerbitkan matahari di pagi hari, menghamparkan bumi, memancangkan bumi dengan gunung agar tidak berguncang dan menumbuhkan tanaman [misalnya: AQ 13.1-2, 15.19, 31.10], maka ayat-ayat tersebut TERNYATA mempunyai kesamaan dengan puisi milik Zaid bin Amr bin Nufail ["Riwayat Hidup Muhammad", Ibn Ishaq, diterjemahkan: A.Guillaume, Oxford University Press, Karachi, tenth impression, 1995 Hal. 101, 102; atau liat versi terjemahan Indonesia, bacaan lanjut: Di sini dan Di sini]

Zaid bin Amr bin Nufail adalah seorang Hanif (Bukhari 5.58.169: dianggap sebagai agamanya Abraham, yaitu bukan Yahudi dan bukan Kristen, tidak menyembah Allah lain). Zaid sebelumnya kerap menetap di gua Hira (gunung Hira). Di gua inilah Zaid kemudian bertemu Muhammad sewaktu beliau ini belum "mendapat wahyu" Jibril. Muhammad kerap menyepi di gua Hira (Bukhari, 7.67.407, 9.87.111 dan 1.1.3; Ishaq hal.102) [].

***

Pertemuan dengan Waraqa bin Naufal
Berdasarkan riwayat Aisyah kita ketahui bahwa Khadijah membawa Muhammad bertemu dengan Waraqa bin Naufal, anak dari saudara ayahnya. Ia seorang tua yang matanya telah buta. Waraqa pemeluk Nasrani jaman pra-Islam. Ia biasa menulis Injil ke dalam bahasa Arab. Waraqa wafat di beberapa hari kemudian setelah pertemuannya bersama Muhammad. Sejak Waraqa wafat, jibril sempat absen muncul selama beberapa waktu. [Bukhari 4. buku 55 bag.17 no. 605 hal.395, detail panjangnya di: Bukhari 9.87.111 dan 1.1.3]

Muhammad tampaknya mempelajari buku-buku terjemahan Waraqa [atau dari Waraqa langsung] atau dari penuturan Khadijjah atau juga dari beberapa lainnya, yang membuat Allah menurunkan ayat
    "Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya Al Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)." Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa 'Ajam, sedang Al Quran adalah dalam bahasa Arab yang terang" [AQ 16.103, Al Makiyya, turun urutan ke-70, namun dari Asbabunuzul, beberapa bagian dari surat An Nahl turun juga di Madina] []
***

Pertemuan dengan Jabr dan Yasar dan juga Bahira
  1. Sirat Nabawiyah, Ibn Ishaq, Jilid ke-1, bab 72, hal 354: Muhammad juga sering ditemukan duduk di Marwa, di tempat dagang seorang pemuda Kristen bernama Jabr (budak dari Ibnu Al-Hadhrami). Orang-orang Quraisy berkata, 'Demi Allah, Muhammad tidak diajari banyak hal yang ia bawa kecuali oleh Jabr, budak milik Ibnu Al-Hadhrami.'

  2. Tafsir Jalalayn: "Ini adalah seorang pandai besi kristen, yang kerap Nabi temui". Kemudian di "Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul", Jalaluddin As-Suyuthi, hal.334:

    Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Husain dari Abdullah bin Muslim Al-Hadhrami yang menceritakan, bahwa kami mempunyai dua orang hamba sahaya; salah seorang di antaranya bernama Yasar, sedangkan yang lainnya bernama Jabbar; keduanya berasal dari Saqliyah (Note: ini sering diterjemahkan sisilia, namun harusnya ini di Yemen, selatan Najran). Keduanya membaca kitab mereka dan mengajarkan isinya. Rasulullah kadang lewat di dekat mereka dan mendengar bacaan mereka. Maka orang-orang kafir berkata, 'Sebenarnya dia belajar dari kedua budak itu!' Maka turunlah ayat ini277

    Catatan kaki:
    277 Lihat Ibnu Katsir di atas, juga Ibnu Jarir di tempat yang sama. Al-Qurthubi telah mengumpulkan nama-nama mereka semua. Katanya (5/3905), "Dahulu seorang budak Bani Mughirah bernama Ya'isy, dan dua orang budak Nasrani milik Ibnul Hadhrami yang salah satunya bernama Yasar dan yang kedua bernama Jabr. Kata ats-Tsa'labi, 'Salah satunya bernama Nabt dan berjuluk Abu Fakihah sedang yang kedua bernama Jabr. Keduanya berasal dari Sisilia, mengerjakan pembuatan pedang. Keduanya membaca Taurat dan Injil.'

  3. Dalam Tanwîr al-Miqbâs min Tafsîr Ibn ‘Abbâs, disampaikan namanya adalah Jabr and Yasar;

  4. Dalam Asbab Al-Nuzul by Al-Wahidi: Abu Nasr Ahmad ibn Ibrahim al-Muzakki - Abu ‘Abd Allah Muhammad ibn Hamdan al-Zahid - ‘Abd Allah ibn Muhammad ibn ‘Abd al-‘Aziz - Abu Hisham al-Rifa‘i - Ibn Fudayl - Husayn - ‘Abd Allah ibn Muslim: "Kami memiliki dua anak muda Kristen dari kaum ‘Ayn Tamr, yang satu bernama Yasar dan yang lain Jabr. Dagangan mereka adalah membuat pedang tapi mereka mereka dapat membaca kitab mereka dengan bahasa mereka. Rasullulah SAW sering mampir dan mendengarkan mereka melafalkan bacaannya. Sebagai hasilnya para kaum kafir biasa berkata, "Ia sedang belajar dari mereka!".
    Sangat naif menyatakan penjual/pengerajin ini memiliki keterbatasan kemampuan berbahasa arab mengingat ia menetap di Mekkah dan budak dari seseorang Arab :)

  5. "DICTIONARY of ISLAM" dari Thomas Patrick Hughes menyatakan: Husain mengkomentari ayat ini bahwa Nabi mempunyai kebiasaan pergi saban petang bertemu seorang kristen untuk mendengarkan Taurat dan Injil. [Tafsir-I-Husaini; Sale, hal. 228; Muir's Life of Mahomet, hal. 72. Tafsir-I-Husaini, adalah tafsir dari Kamal al-Din Husain b. Ali al-Kashifi atau Husain Vais Kashifi, 955 AH, Tafsir ini merujuk kepada Bahira, seorang Rahib kristen Nestorian, yang pernah di temui Muhammad di waktu mudanya sewaktu perjalanan pulang dari Syiria ke Mekkah.; atau Lihat detail lainnya di: "Who Authored the Qur’an?—an Enquiry", Abul Kasem dan juga di "parallelism: Indtroduction"] []
***

Juru tulis Muhammad, seorang Kristen Bani Najjar, Ibn Qumta
    Wakidi menyampaikan bahwa Abdallah b. Sa‘ad b. Abi Sarh dan satu orang budak kristen, Ibn Qumta, melakukan sesuatu tentang quran dan Ibn Sarh kembali pada kaum quraish: "Hanya seorang budak kristen yang mengajarinya [Muhammad]: Aku biasa menuliskan untuknya dan mengubah apapun yang ku mau" ["The Transmission of the Kuran", Alphonse Mingana, hal. 38, di ambil dari "journal of the Manchester Egyptian and Oriental Society", vol.5 1915-1916].

    Dengan kata lain, Ibn Sarh secara spontan menggubah dan merubah apapun yang ia inginkan dalam quran dan Muhammad tidak berkeberatan atau bahkan seperti mengetahui. Hanya ketika Ibn Sarh menyampaikan pada orang lain, Muhammad kemudian menjadi memperhatikan bahwa kepalsuannya mulai ter-expose..Abi sarah menjadi muak dan secara terbuka mengumumkan "wahyu" muhammad sebagai penipuan terang-terangan dan keluar dari komunitas. Ia kembali menjadi Kristen dan hampir tidak lolos dari pembunuhan yang di lakukan Muhammad. Pengakuan jujur dari "wartawan" Islam ini menunjukan kebenaran tuduhan tersebut. Namun orang yang sama, Abdallah b. Sa'ad bin Abi Sarh, kemudian bertobat, menyesali perkataannya, mohon ampunan Tuhan, dan berharap Nabi memaafkannya, itu terjadi, setelah Nabi wafat, Abdallah menjadi pemimpin militer, Ia wafat saat shalat magrib, dan ini adalah bukti dalam kitab sejarah. [Seluruh Paragraph ini saya translate dari "What are the opinions on who wrote the Koran?"]
Hadis-hadis menyampaikan peristiwa yang kurang lebih sama, hal seperti ini:
    Riwayat Abu Ma'mar - 'Abdul Warits - 'Abdul 'Aziz - Anas bin Malik:
    Ada seorang Kristen menjadi MUALAF dan membacakan surat Al-Baqara dan Al-Imran, Ia biasa menuliskan (wahyu) untuk Nabi. Di kemudian hari, ia MURTAD dan BALIK LAGI menjadi KRISTEN dan biasa berkata: "Muhammad tidak tau apapun kecuali apa yang saya tuliskan baginya." Kemudian Allah membuatnya wafat..[Bukhari 4.56.814/no.3348]

    Riwayat Muhammad bin Rafi' - Abu An Nadhr - Sulaiman bin Al Mughirah - Tsabit - Anas bin Malik:
    "Dulu ada seorang sahabat laki-laki dari Bani Najjar. Sahabat tersebut telah MENGHAFAL surah Al Baqarah dan surah Ali Imran. Selain itu, ia juga pernah menjadi juru tulis Rasulullah SAW. Hingga pada suatu hari ia melarikan diri dan bergabung dengan Ahli Kitab." Anas berkata; 'Ternyata orang-orang Ahli Kitab memuliakan dan menghormatinya. Mereka berkata; 'Sesungguhnya orang laki-laki ini pernah menjadi juru tulis Muhammad.' Maka semakin tambah hormatnya mereka kepada orang laki-laki itu. Tak lama kemudian, orang itu meninggal dunia di tengah-tengah orang-orang Ahli Kitab.. [Muslim no.4987]

    Riwayat 'Affan - Hammad - Tsabit - Anas: Dahulu ada juru tulis Rasulullah SAW. Jika nabi mendiktekan kata SAMII'AN dia berkata; namun saya menulisnya SAMII'AN BASHIIRON. Hanya Rasulullah SAW: "biarkan saja dia". Jika Nabi mendiktekan 'ALIIMAN HAKIIMAN maka dia menulis 'ALIIMAN HALIIMAN..selain juru tulis itu HAFAL kedua surat tersebut, dia juga hapal sekian banyak surat lain. Naasnya dia kabur dan malah masuk agama Nasrani. Juru tulis itu berkata; saya menjadi juru tulis Muhammad sekehendakku dan berkata 'biarkan dia'. Kemudian hari dia mati.. [Ahmad no. 13084]

    Riwayat - Hasyim - Sulaiman - Tsabit - Anas Bin Malik: Dahulu diantara kami ada seseorang dari Bani Najjar yang HAFAL surat al-Baqarah dan Ali 'Imran, sampai ia menjadi juru tulis Rasulullah SAW. Lalu dia kabur dan bergabung dengan ahli kitab.PARA SAHABAT KEMUDIAN MENYERETNYA KE PENGADILAN seraya mengatakan 'inilah seseorang yang dahulu pernah menjadi juru tulis Muhammad SAW" hingga para sahabat terheran-heran. TIDAK LAMA KEMUDIAN, ALLAH MEMATIKANNYA..[Ahmad no.12847]
Sekarang kita tahu caranya si murtad ini diwafatkan Allah.

Hadis-hadis di atas juga menceritakan bahwa 3x kuburan si murtad ini dibongkar dan mayatnya ada di pinggir kuburannya. Teman-teman si murtad ini kemudian menguburkan ulang juga sebanyak 3x. Teman-teman si murtad sempat mencurigai kejadian ini adalah ulah Muhammad dan pengikutnya yang tidak terima Ia murtad yang walaupun di akhir hadis dikatakan teman-teman si murtad percaya bahwa yang mengeluarkan mayat itu dari kuburnya adalah bukan manusia :).

Pertanyaan yang mengganjal sekarang adalah KAPAN si juru tulis ini MURTAD?!

Juru tulis Muhammad dikatakan hafal banyak surat termasuk diantaranya surat Al Baqarah (Tafsir Maududi: AQ 2.278-281, turun SETELAH penaklukan kota Mekkah, 20 Ramadhan 8H/630M) dan juga hafal surat Al Imran, sehingga patutnya ia MURTAD SETELAH PERISTIWA yang melatar-belakangi surat Al Imran, bukan?! Oleh karenanya, Ia wafat disetelah peristiwa Mubahala terjadi []

***

Peristiwa MUBAHALA
Beberapa ayat dalam surat Al Imran turun sehubungan dengan peristiwa MUBAHALA (sumpah saling kutuk mempertahankan pendapat) antara Muhammad VS Delegasi Kristen dari Najran yang terjadi di 24 Dhul hijja 9H/3 April 631M.
    Ibnu Ishaq berkata,
    "Nama-nama keempat belas tokoh-tokoh delegasi Najran adalah sebagai berikut: 1. Al-Aqib Abdul Masih....14. Johannes. Yang mereka tunjuk sebagai juru bicara kepada Rasulullah SAW ialah Abu Haritsah bin Alqamah, Al-Aqib Abdul Masih, dan As-Sayyid Al-Aihan. Mereka menganut agama Kristen versi raja, kendati mereka berbeda pendapat dalam beberapa hal. ...

    Tentang ucapan mereka bahwa Isa adalah salah satu dari tiga tuhan, mereka berhujjah dengan firman Allah, 'KAMI BERBUAT, KAMI MEMERINTAHKAN, KAMI MENCIPTAKAN, DAN KAMI MEMUTUSKAN.' Mereka menambahkan, bahwa JIKA ALLAH ITU SATU, MAKA DIA BERFIRMAN, 'AKU BERBUAT, AKU MEMERINTAHKAN, DAN AKU MENCIPTAKAN. Namun tuhan itu adalah Dia sendiri, Isa, dan Maryam. Al-Qur'an menurunkan ayat tentang ucapan mereka tersebut.

    Ketika dua rahib tersebut berkata kepada Rasulullah SAW, beliau berkata kepada keduanya, 'Masuk Islamlah kalian berdua.' Kedua rahib: 'Kami telah masuk Islam.' Rasulullah SAW: 'Kalian belum masuk Islam.' Kedua rahib: 'Sungguh kami telah masuk Islam, sebelum engkau.' Rasulullah SAW: 'Kalian berdua berkata dusta. Kalian berdua terhalang masuk Islam karena mengatakan bahwa Allah mempunyai anak, karena kalian berdua menyembah salib, dan karena kalian berdua memakan babi.' Kedua rahib: 'Kalau begitu siapa ayahnya, wahai Muhammad? RASULLULLAH SAW DIAM TIDAK MENJAWAB PERTANYAAN KEDUA RAHIB TERSEBUT." [Sirat nabawiyah jilid ke-1, Ibn Ishaq/Ibn Hasyim, bab 102, hal 544-555]
Sampai di akhir bab uraian Ibn Ishaq tersebut,
Muhammad, hanya dapat terdiam terpaku tak mampu menjawab, ketika dihujani pernyataan oleh dua rahib Kristen Najran dan seperti biasa, turunlah AQ 3.1-80 yang sama sekali tidak memberikan jawaban dan juga penjelasan mengapa Allah gunakan kata "kami" (posisi JAMAK bukan TUNGGAL) pada beberapa perintah-perintahnya. Perdebatan ini tanpa titik temu dan berakhir dalam rencana bersumpah saling melaknat atas nama Allah (mubahala).

Terdapat 2 versi SIAPA yang menantang/ditantang untuk bermubahala dan berapa JUMLAH penantangnya:
  1. 2 Orang datang untuk melaknat Muhammad: "Riwayat Abbas bin Husain - Yahya bin Adam - Israil - Abu Ishaq - Shilah bin Zufar - Hudzaifah: Seorang baginda dan budak dari Najran mendatangi Nabi SAW untuk melaknat beliau, Hudzaifah berkata; salah satu dari mereka berkata kepada temannya; 'Jangan kamu lakukan, Demi Allah, Seandainya dia benar seorang nabi maka dia yang akan melaknat kita, hingga kita tidak akan pernah beruntung dan tidak punya keturunan lagi setelah kita. Kemudian keduanya berkata: wahai Rasulullah! Kami akan memberikan apa yang engkau minta kepada kami. Oleh karena itu utuslah orang kepercayaan engkau kepada kami. Dan jangan sekali-kali engkau mengutusnya kecuali memang orang itu sangat terpercaya... nabi SAW: "Aku akan mengutus orang kepercayaan yang sebenar-benarnya..Berdirilah wahai Abu Ubaidah bin Jarrah!..Dialah orang kepercayaan umat ini. [Bukhari no.4029, 4030, 6713. Muslim no.4444. Ahmad no.3735, 22288, 22307. Ibn Majjah no.132]

  2. Muhammad menantang bermubahala pada Delegasi kristen Najran (ibn Ishaq: 60 orang lebih yang datang).
Untuk yang 60 orang, terdapat 2 versi mengenai jadi/tidaknya bermubahala:
  1. Versi 1: Tidak ada mubahala, terjadi perjanjian dan membayar jiyza. (Tafsir Ibn kathir AQ 3:59-63), jika versi ini benar, maka mengapa Muhammad tetap mengirim Khalid bin Walid ke Najran untuk memberikan ultimatum bahwa dalam 3 hari mereka harus memutuskan: Masuk Islam atau bayar Jizya? Konteks lebih cocok pada peristiwa 2 orang saja.

  2. Versi 2: JADI BERMUBAHALA. Imam Fakhruddin Razi dalam Tafsir-e-Kabir, Qur'an 3.60(61). vol.2, hal.73: "Ketika ayat ini diturunkan kepada Nabi suci, orang-orang Kristen Najran MENERIMA tantangan 'Mubahala' dan Nabi mengambil bersamanya Imam Husain, Imam Hasan, Janab-e-Fatima dan Hazrat Ali ke lapangan Mubahalah." [Ali The Magnificent, Yousuf N. Lalljee, Ch 7: Mubahala. Atau di sini dan di sini). Kondisi ini berkesesuaian dengan kepergian Khalid bin Walid ke Najran untuk memberikan Ultimatum pada mereka.
Pada 3 atau 4 bulan setelahnya, Muhammad mengirimkan Khalid bin Walid ke Najran untuk memberikan ultimatum selama 3 hari kepada mereka untuk memutuskan: masuk islam atau menghadapi kematian, "Hai Masyarakat, masuk islam dan engkau akan selamat" [Tabari, vol.ix, hal.82]. Tanggal kejadian menurut Katib Wakidi (Mu'ir): Rabiul Awal 10H/Juni 631M sedangkan menurut Ibn Ishaq: Rabiul Akhir/Jumadil Awal 10H/Agustus 631M dan pada beberapa bulan kemudian Muhammad wafat (Senin, 13 Rabiul Awal 11 H/8 Juni 632).

Memperhatikan ini, maka murtadnya sang juru tulis, harusnya terjadi SETELAH peristiwa MUBAHALA

Kapan?

Ibrahim bin Muhammad (Ibunya adalah budak seks Muhammad, Maria Qibitiyya) lahir:
Bulan Dhul Hijja 8H (April 630 M) [Tabari Vol 9. Hal.39, "Life of Mahomet", Muir, Vol.4, Ch.26, Hal.158 dan "Al-Tabaqat Al-Kabir", Ibn Sa'd, Vol.1. Bagian 1.37.3, Riwayat Ibn Sa`d - Muhammad Ibn `Umar - Ibn Abi Sabrah - Ishaq Ibn 'Abd Allah - Abu Ja'far:..Muhammad Ibn `Umar: Ia melahirkannya (Ibrahim) di Dhu al-Hijjah 8H]

Wafat: 10/12 Rabiul Awal 10H Minggu/Selasa, 16/18 Juni 631 [Riwayat Ibn Sa`d - Muhammad Ibn 'Umar -Usàmah Ibn Zayd al-Laythi - al-Mundhir Ibn `Ubayd - `Abd al-Rahman Ibn Hassan Ibn Thabit - Ibunya (Sirin):..(Ibrahim) wafat pada hari Selasa, 10 Rabiul Awal 10H (Selasa jatuh pada 18 Juni 631; Namun penanggalan Qamariah menurut Mahler adalah 12 Rabiul Awal. Biasanya Gerhana matahari terjadi di bulan baru. Bukhari, Muslim dan para muhaddithin utama tidak menyebutkan tanggal wafatnya Ibrahim. Namun mereka secara bulat menyatakan terjadi gerhana matahari di hari itu), "Al-Tabaqat Al-Kabir" Ibn Sa'd, Vol.1. Bagian 1.37.44].

Ibn Kathir juga menyatakan tanggal ini sebagai tanggal wafatnya Ibhraim di "al-Bidayah wa al-Nihayah", juz.3, Beirut, 2001, Dar al-Ma‘rifah, hal. 324.

Seluruh tanggal wafat di atas, menjadikan usia wafat Ibrahim hanya 15an bulan.

Muir menyatakan bahwa wafatnya Ibrahim di Rabiul Awal atau Rabiul Akhir 10 H dan dalam catatan kaki di hal.164-165, Ia tuliskan sebagai berikut:
Dua tradisi yang disampaikan oleh Katib Wakidi, menyatakan Ibrahim wafat di bulan ke-16. Penetapan tanggal 10 Rabiul Awal, membuatnya hanya berumur 15 bulan. Jalur tradisi ke-4 menyatakan Ia berusia 18 bulan. (K. Wackidi, 26, 27). Ibn Kutaiba menyatakan umurnya saat wafat adalah 20 bulan dan 8 hari.

Beberapa pendapat di bawah berasal dari "Jurnal Fiqh, No. 7 (2010) 185-200: PENENTUAN TARIKH KEMATIAN IBRAHIM":
Ibn Hajjar mengatakan Ibrahim wafat di bulan Ramadhan (21 bulan) atau Dhul Hijjah (24 bulan) di hari ke-4 atau hari ke-14 bulang tersebut [Fath al-Bari, juz. 2, Riyadh, 2000, Dar al-Salam, hal. 682]. Terdapat pendapat yang menyatakan bahwa wafatnya ibrahim 1 tahun sebelum wafatnya Muhammad. [Al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubra, juz.3, tahun 1994, hal.468].

Penulis jurnal mempunyai analisa penetapan tanggal sendiri dengan merujuk pada pendekatan perhitungan gerhana matahari yang terjadi di area Madina pada kehidupan Muhammad, sehingga perlu baginya menyampaikan rangkaian variasi tanggal agar dapat mementahkan tradisi tanggal yang telah ada dan mengukuhkan pendapatnya sendiri.

Berikut cuplikan beberapa variasi hadis yang meriwayatkan Ibrahim wafat di usia 16 atau 18 bulan:
  1. 16 bulan
    Ahmad no.17816, 17881, 17956 dan no.17766. Juga di Ibn Sa'd dalam "Al Tabaqat Al Kabir", Bag.1, yaitu no. 1.37.27 (Ibn Sa`d -`Ubayd Allah Ibn Musà al`Absi - Isrà'il Ibn Yunus - Jabir - 'Amir - Al Bará); No. 1.37.28 (Ibn Sa`d - Waki - Sufyan - Jábir - Amir) dan no. 1.37.34 (Ib Sa'd - Yahyá Ibn Hammád - Abu 'Awánah - Sulayman (al-A'mash) - Muslim - al Bari)

  2. 18 bulan [Ahmad no. 25101, Abu Dawud 20.3181/no.2772 (Muhammad bin Yahya bin Faris - Ya'qub bin Ibrahim bin Sa'd - ayahku - (Ibrahim bin Sa'd) Ibnu Ishaq - Abdullah bin Abu Bakr - 'Amrah binti Abdurrahman - Aisyah: Ibrahim anak Nabi SAW telah meninggal pada saat berumur 18 bulan dan Rasulullah SAW tidak menshalatinya).
Dalam banyak riwayat dikatakan, saat Ibrahim wafat terjadi gerhana matahari dan kemudian beredar isu bahwa gerhana matahari terjadi karena wafatnya Ibrahim. Kemudian Muhammad menyampaikan bahwa gerhana bukanlah tanda dari kelahiran dan kematian seseorang. [Ahmad no.17472, 17508, 13897. Bukhari no.985, 1000, 1002. Muslim no.1522, 1517, 1508 dan lainnya] namun sebagai tanda dari kiamat. [Bukhari no.999. Muslim no.1518. Ahmad no.6195, 6472. Salah satu tanda kiamat adalah tiga gerhana (timur, barat, jazirah arab): Tirmidhi no.2109, Ibn Majjah no.4045]

Dalam banyak riwayat disampaikan aktivitas yang tengah Muhammad lakukan ketika terjadi gerhana dan sekurangnya terdapat 2 (dua) aktivitas berbeda yang dilakukannya, misal:
  1. Muhammad tengah pergi menunggangi kendaraan di pagi hari (Bukhari no. 991, 996) atau di siang hari (Muslim no.1506) kemudian terjadi gerhana, segera kembali, yaitu di waktu dluha (Bukhari 991, 996. Muslim 1506, Malik no.400) atau saat matahari setinggi 2 atau 3 tombak menurut pandangan mata [Ahmad no.19318. Abu dawud no.1000. Nasai no.1467] atau di saat terik matahari begitu sangat menyengat [Muslim no.1507], Beliau lewat di antara kamar-kamar istrinya menuju tempat shalat dan shalat berjamaah

  2. Nabi tengah duduk-duduk bersama beberapa orang lalu terjadi gerhana matahari (Bukhari no.982), beliau terkejut dan bergegas berdiri dengan rasa takut/khawatir (kalau-kalau) akan terjadi kiamat [Bukhari no.999, Muslim no.1518, Nasai no.1486, 1468, 1469. Ahmad no.6195, 6472] maka beliau pun segera mengambil baju besi hingga memakaikannya dengan bajunya. [Muslim no.1510, 1511], keluar menuju masjid [Muslim no. 1500.] tergesa-gesa [Nasai no.1473] sambil menarik bajunya [Bukhari no. 1002, 5339. Ibn Majjah no.1252] dan Shalat berjamaah.

  3. Shalat gerhana di catatan dilakukan 6 rakaat 4x sujud (Musim no.1508 dan Ahmad no.1387) atau 4 rakaat dan setiap rakaat 4x sujud (Muslim no.1501, Ahmad no.23432) atau di hadis lainnya dilakukan 2 rakaat dan 4x sujud
Wafatnya Ibrahim tampaknya terjadi pada SIANG HARI, yaitu ketika Abu Saif tengah melakukan pekerjaannya menempa besi:
    Riwayat Haddab bin Khalid dan Syaiban bin Farrukh - Sulaiman bin Al Mughirah - Tsabit Al Bunani - Anas bin Malik: Rasulullah SAW: "Pada suatu malam anakku lahir, seorang bayi laki-laki, kuberi nama dengan nama bapakku, Ibrahim. Kemudian anak itu beliau berikan kepada Ummu Saif, isteri seorang pandai besi, yang bernama Abu Saif. Rasulullah SAW mendatanginya dan aku ikut menyertai beliau.

    Ketika kami sampai di rumah Abu Saif, aku dapatkan dia sedang meniup Kirnya (alat pemadam besi) sehingga rumah itu penuh dengan asap
    .

    Maka aku segera berjalan di depan Rasulullah SAW, lalu kuberi tahu Abu Saif; "Hai, Abu Saif! Berhentilah! Rasulullah SAW!" Maka dia pun berhenti. Kemudian Nabi SAW menanyakan bayinya, lalu diserahkan ke pangkuan beliau. Nabi SAW mengucapkan kata-kata sayang apa saja yang Allah kehendaki. Kata Anas; "Kulihat bayi itu begitu tenang di pangkuan beliau saat ajal datang kepadanya. Maka Rasulullah SAW menangis mengucurkan air mata.." [Muslim no.4279, 4280. Bukhari no.1220. Abu Dawud no. 2719. Ibn Majjah no.4279]

    Riwayat Bahza bin Asad, 'Affan bin Muslim, Hasyim bin Al Qasim bin Muslim - Sulaiman bin Al mughirah - Tsabit - Anas: Rasulullah SAW: "Tadi malam aku kelahiran bayi, dan kuberi nama dengan nama ayahku 'Ibrahim'". (Anas bin Malik) berkata, kemudian Beliau SAW menyerahkannya kepada Ummu Saif, istri Qain (Abu Saif) di Madinah. (Anas bin Malik) berkata, lalu Rasulullah SAW pergi menemui anaknya dan saya ikut berangkat bersamanya.

    Ketika saya sampai di tempat Abi Saif, dia sedang meniup pemanggang besi di rumahnya sehingga rumahnya penuh asap.


    (Anas bin Malik) berkata, maka dengan bergegas aku menemui Rasulullah SAW. (Anas bin Malik) berkata, lalu saya berteriak teriak, wahai Abu Saif! Rasulullah SAW datang!. akhirnya Abi Saif menghentikan tiupan pemanggang besinya. Lalu Rasulullah SAW masuk, memanggil anaknya lalu mendekapnya. Anas berkata, sungguh saya melihat anak itu kemudian meninggal persis di kedua tangan Rasulullah SAW. maka Rasulullah SAW meneteskan air mata.." [Ahmad no.12544]
Kalimat "pada suatu malam anakku lahir..kuberi nama dengan nama bapakku" dan "tadi malam aku kelahiran bayi, dan kuberi nama dengan nama ayahku", pada 2 hadis di atas, dapat mempunyai 2 (dua) arti, yaitu: sedang membicarakan Ibrahim anak muhammad SAW atau sedang membicarakan Ibrahim anak seorang lainnya yang baru saja lahir.

Ibn Sa'd menyampaikan riwayat bahwa "tadi malam" yang dimaksudkan adalah ada seorang anak lain lahir malamnya dan Muhammad menamainya dengan nama Ibrahim juga.
    Ibn Sa`d - Abu Mu`awiyah Muhammad Ibn Khazim al-Darir - Isma'il Ibn Muslim - Yunus Ibn `Ubayd - Anas bin Malik: Rasullullah datang di pagi hari dan berkata: seorang anak laki-laki telah lahir malam ini dan aku berikan nama dengan nama leluhurku, Ibrahmim [Al Tabaqat Al Kabir, Vol.1 Bagian 1.37.5]

    Ibn Sà`d - Shabbabah Ibn Sawwàr - Al-Mubarak Ibn Fudálah - al Hasan: Rasullullah SAW berkata: tadi mala seorang anak lelaki terlahir dan aku namakan Ia dengan nama leluhurku Ibrahim [Al Tabaqat Al Kabir, Vol 1, bagian 1.37.6]

    Kumpulan hadis di bawah ini menyampaikan bahwa seorang anak dari Abu Musa lahir dan Muhammad menamainya Ibrahim:

    Riwayat Ishaq bin Nashr - Abu Usamah - Buraid - Abu Burdah - Abu Musa:
    "Anak laki-lakiku lahir, kemudian aku membawanya kepada Nabi SAW. Beliau lalu memberinya nama Ibrahim, beliau menyuapinya dengan kunyahan kurma dan mendoakannya dengan keberkahan, setelah itu menyerahkannya kepadaku." Ibrahim adalah anak tertua Abu Musa. [bukhari 6.66.376/no.5045, 5730. Ahmad no.18749. Muslim no. 3997]
Terdapat 2 (gerhana) yang terjadi di tahun 10 H, yaitu:
  1. 28 Rabiul Akhir 10 H / 03 Agustus 631.
    Gerhana ini terjadi di sore hari, yaitu setelah Ashar dan sebelum magrib, TIDAK terlihat di Medina dan hanya terlihat secara parsial di sebagian kecil wilayah Habasyah (ethiophia)

    Saat gerhana ini terjadi, usia Ibrahim bin Muhammad ADALAH BENAR 16 bulan dan malam sebelumnya telah lahir Ibrahim bin Abu Musa, maka wajar saja kelak terjadi isue bahwa gerhana pertanda kelahiran dan kematian seseorang. Kemudian, di suatu kesempatan gerhana berikutnya, Muhammad memperbaiki pandangan keliru ini yaitu gerhana tidak berhubungan dengan kelahiran maupun kematian seseorang namun merupakan sebuah TANDA akan terjadi KIAMAT.

  2. 28 Syawal 10H / 27 Januari 632.
    Gerhana ini melanda pula area Medina (24° 28′ 0″ N, 39° 36′ 0″ E) yang BUKAN gerhana total dan juga BUKAN gerhana annular NAMUN gerhana parsial, terjadi mulai: ± 07.15 (pagi), puncaknya: ± 08:29 dan berakhir: ± 09:54 waktu setempat (Medina).

    Jika 27 January 632 ini dianggap sebagai tanggal wafatnya Ibrahim, maka usia Ibrahim saat itu adalah 22 bulan, ini jauh sekali dengan catatan kumpulan hadis yang menyatakan umur Ibrahim saat wafat adalah 16 bulan atau 18 bulan.
Dengan 2 gerhana ini, maka catatan hadis yang menunjukan adanya 2 aktivitas berbeda yang dilakukan Muhammad, wafatnya ibrahim bin Muhammad terjadi di usia 16 bulan dan malam sebelumnya terlahir Ibrahim bin Abu Musa serta ketakutan yang melanda Muhammad bahwa itu adalah pertanda kiamat telah berkesesuaian dengan kumpulan informasi hadis.

Kematian Ibrahim, dapat saja akibat peristiwa MUBAHALA [4 bulan kemudian: 28 Rabiul Akhir 10H/631M] dan efek wafatnya Ibrahim tidaklah main-main karena bahkan salah satu istri baru Muhammad saja sampai dicerai gara-gara mengkaitkan kematian Ibrahim dengan kenabian Muhammad:
    Rasullulah menikahi al-Shanba 'bt.`Amr al-Ghifariyyah..Ia sedang haid ketika dia memasuki [rumah] Rasullullah, dan [putra Nabi] Ibrahim wafat sebelum ia melakukan mandi pembersihan. Ia berkata, "Jika Ia seorang nabi, orang tersayangnya tidak akan mati," Maka Rasulullah menceraikannya [Tabari Vol.9.hal.139. Ibn al-Athir, Kamil, II, hal.309; Ibn Kathir, Sirah, IV, hal580
Efek MUBAHALA tidak berhenti sampai di kematian Ibrahim, namun berlanjut terus hingga kematian Muhammad di 11 bulan (atau 5 bulan) setelahnya akibat terkena racun.

Sehingga,
inilah alasan yang paling kuat yang membuat sang juru tulis dari Najjran itu MURTAD kembali ke agama lamanya, Nasrani! Ia menyaksikan akibat MUBAHALA itu pada MUHAMMAD,

Sementara itu,
Efek MUBAHALA sebenarnya tidak juga berhenti sampai di situ, bahkan masih berlanjut lagi dengan kematian Fatima (anak perempuan kesayangan Muhammad) di 6 bulan setelah wafatnya Muhammad. Fatima wafat dalam keadaan patah tulang rusuk, keguguran, pendarahan dan akhirnya meninggal:
    Terdapat dua pandangan tentang kematian Fatima diantara kaum Shia - Sunni. Shia bertahan, menggunakan sumber kalangan Sunni bahwa Fatima wafat setelah Umar memimpin serombongan orang bersenjata menuju rumah Ali di Medina, memanggil Ali dan pengikutnya untuk keluar dan berbaiat pada Abu Bakar, yang telah mereka putuskan mengambil alih kekuasaan pada rapat di Saqifah. Umar dan Khalid bin Walid mengancam hendak membakar rumah jika mereka tidak tunduk.

    Mereka menerobos masuk, mengakibatkan tulang rusuk Fatimah patah akibat terhimpit pintu yang rubuh dan dinding dan mengalami keguguran kehamilan calon bayi yang akan dinamai Muhsin. Menurut beberapa sumber, Umar memerintahkan memukuli Fatima, beberapa mengatakan Umar pribadi yang menendang Fatimah di perutnya yang menyebabkan keguguran

    [Disarikan dari: Sunni dan Syiah, "The Conference of Baghdad's Ulema", Translator: Taher Al-Shemaly (TJ), Kuwait, February, 2007 hal.45. Kitab Sulaym Ibn Qays al-Hilali, Hadith 4, P. 48-67 (Eng. Translation), Wikipedia: Umar at Fatimah's house dan Fatima]
Membaca semua di atas, maka tidaklah diperlukan penegasan lanjutan, siapa pemenang sesungguhnya pada peristiwa MUBAHALA ini, bukan? []

***

Allah Yang Jamak, Mutasyaabihaat dan Muhkamaat
Salah satu ayat yang turun dalam peristiwa Pra-Mubahala adalah,
"Dia-lah (huwa) yang (alladhī) menurunkan (anzala) kepadamu (ʿalayka) kitab (al-kitāba). Di antara nya (min'hu) ayat-ayat (āyātun) muhkamaat (jelas), mereka (hunna: ini kata ganti untuk orang, tapi digunakan untuk ayat) isi pokok/dasar (ummu) kitab (al-kitābi) dan yang lain (wa-ukharu) mutasyaabihaat (serupa). Adapun (fa-ammā) yang (alladhīna: jamak) dalam (fii) hati mereka (qulūbihim) menentang/sesat (zayghun), mereka mengikuti (fayattabiʿūna) apa () tashābaha (serupa/mirip) daripadanya (min'hu) mencari (ib'tighāa) perselisihan/fitna (al-fit'nati) dan mencari (wa-ib'tighāa) ta'wilnya (penjelasan/tafsir), Dan tidak ada (wamā) yang tahu (yaʿlamu) ta'wilnya kecuali (illā) Allah (Allahu). Dan orang-orang yang mendalam (wal-rāsikhūna) dalam (fii) pengetahuan/ilmu (al-ʿil'mi), mereka berkata (yaqūlūna): "Kami beriman (āmannā) kepadanya (bihi: kata ganti orang ke-3 tunggal) setiap/seluruh (kullun) min (adalah/dari) sisi (ʿindi) Tuhan kami (rabbinā)." Dan tidak (wamā) memperhatikan/ingat (yadhakkaru) kecuali (illā) orang-orang (ulū) berakal (al-albābi)" [AQ 3.7]
------
Note:
  1. kata "mutasyaabih.." muncul di AQ 2.25, 6.99, 6.141, 39.23 dan 3.7. Kata tersebut di seluruh ayat lain kecuali AQ 3.7 diterjemahkan "serupa"
  2. kata "tasyaabaha" muncul di AQ 2.70, 2.118, 13.16 dan 3.7. Kata tersebut di seluruh ayat lain kecuali AQ 3.7 diterjemahkan "serupa" atau "mirip"
  3. kata "muhkamaat" ada di AQ 47.20 dan 3.7, artinya adalah tepat/persis atau jelas.
Jadi, jika konsisten dalam menterjemahkan, maka kata-kata di AQ 3.7 tersebut seharusnya diterjemahkan sama, yaitu: SERUPA/MIRIP, bukan?!

Beberapa sample lain ayat yang menunjukkan suatu Allah yang jamak:
  1. "..nazzal (kami turunkan) ʿalā (pada) abdinā (hamba kami).." [AQ 2.23]. "naa" pada nazzalnaa dan abdinaa adalah bentuk jamak. Untuk bentuk tunggal, misal: nazzala dan abdi/abdin.

  2. "..qul' (kami katakan) lil'malāikati (pada para malaikat) us'judū (sujudlah) liādama (pada adam).." [AQ 2.34]. "naa" pada qul-naa adalah bentuk jamak. Untuk bentuk tunggal misal: Qaala (Ia katakan) atau aqul (aku katakan)

  3. "wa idha (dan ketika) najjaynaakum (kami selamatkan engkau) min (dari) aali (kaum/pengikut) fir'awna (firaun).." [AQ 2.49]. "naa" pada najaynaa adalah bentuk jamak.

  4. juga "naa" pada "khalaq (kami ciptakan).. [AQ 23.12]. ..jaʿalhu (kami jadikan)..[AQ 23.13], dst..

  5. "Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku (āyātī) ... Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami (biāyāti)" [AQ 7.35, 36]. "aku akan memalingkan (sa-aṣrifu) dari (ʿan) ayat-ayatku (āyātiya) ... Mereka lihat (yaraw) tiap-tiap (kulla) ayat-ayatku (āyatin)....karena mereka (bi-annahum) menolak (kadhabū) ayat-ayat kami (biāyāti)...dan mereka yang (wa-alladhīna) menolak (kadhabū) ayat-ayat kami (biāyāti) [AQ 7.146, 147],..dan banyak sample lainnya.

  6. tilka (ini) aayaatu (ayat-ayat: jamak) allaahi (Allah) natluuhaa [kami (bukan "Aku" karena di awal kata ada "نَ" ("na": نَتْلُو) BUKAN "أَ" ("a": أَتْلُ (atlu) = aku bacakan)) membacakan-nya (haa): objek jamak) 'alayka (padamu) bialhaqqi (dengan benar) [AQ 2.252, 3.108, 45.6. Untuk kata: "natluu" (kami (di awal kata ada "نَ" (na) BUKAN "أَ" (a)) membacakan), lihat: AQ 28.3. Untuk kata "natluuhu" (kami membacakan-nya (hu): objek tunggal), lihat: AQ 3.58]
Komentar Syaikhul Islam Ibn Taymiyya menanggapi bentuk jamak Allah:
  1. Pandangan dari salaf (generasi awal) ummat ini dan imam dan generasi kemudian adalah bahwa Nabi SAW mendengar Al-Qur'an dari Jibril, dan Jibril mendengarnya dari Allah . Penggunaan bentuk jamak dalam frasa tersebut adalah gaya bicara bahasa Arab yang digunakan untuk merujuk kepada orang yang di posisi tinggi DAN PUNYA PEMBANTU YANG MENAATINYA. Jadi ketika pembantunya melakukan sesuatu atas perintahnya, katanya, "KAMI MELAKUKANNYA" . Ini seperti ketika seorang raja berkata, "Kami menaklukkan negeri ini, kami mengalahkan tentara ini" dan seterusnya . Karena Ia melakukan itu melalui tindakan para pembantunya. Allah adalah tuan dari para malaikat dan mereka tidak berbicara sampai Ia telah bicara, dan mereka bertindak sesuai dengan perintah-Nya, mereka tidak melanggar perintah Allah, kecuali mereka lakukan apa yang Ia perintahkan. Selain itu Ia adalah Pencipta mereka dan pencipta perbuatan mereka dan kekuatan mereka. Tetapi Dia tidak membutuhkan mereka, Dia tidak seperti raja yang pembantunya melakukan hal-hal dengan kekuatan mereka sendiri. Jadi apa yang Ia katakan ketika Ia melakukan sesuatu melalui malaikat-Nya adalah, "KAMI MELAKUKANNYA" , ini lebih tepat dan Ia lebih punya hak mengatakan itu dari para raja (fatwa no.12713)

  2. ..setiap allah gunakan jamak bagi dirinya ini didasarkan pada (1) hormat yang ia patut dapatkan. dan (2) atas sejumlah nama-nama dan atribut-atributnya, dan (3) atas sejumlah besar dari pasukan dan malaikat-malaikatnya (fatwa no.606)
Apapun alasan dan penjelasan ulama ini, Ia tahu dan paham bahwa kata itu memang dalam bentuk jamak, bukan?! []

***

Segala sesuatu diciptakan berpasangan, Kelahiran Isa, Malaikat yang Menyetubuhi dan Allah berjenis kelamin Pria

Tentang segala sesuatunya berpasang-pasangan:
  1. "Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah". [AQ 51.49]

    Ibn Kathir: Semua makhluk itu berpasang-pasangan, bumi dan langit, malam dan siang hari, matahari dan rembulan, daratan dan lautan, terang dan gelap, iman dan kafir, mati dan hidup, celaka dan bahagia, serta surga dan neraka, hingga semua makhluk hidup dan tetumbuhan pun demikian pula.
    Ath-Tabari: Para ulama berlainan pendapat mengenai makna "zawjayni/berpasang-pasangan". Beberapa berpendapat: segala sesuatu yang diciptakan Allah memiliki dua sifat yang berseberangan misalnya kesengsaraan dan kesenangan, kesesatan dan hidayah. Riwayat Ya'qub bin Ibrahim - Ibnu Ulayyah - Ibnu Juraij - Mujahid menafsirkan firman Allah, "dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan" ia mengatakan kekafiran dan keimanan, kebahagiaan dan kesengsaraan, kesesatan dan hidayah, malam dan siang, langit dan bumi, manusia dan jin serta matahari dan bulan [Tafsir Ath-Tabari vol.23, hal.1031-1032]. Beberapa ulama lainnya: makna tersebut adalah laki-laki dan wanita. Riwayat Yunus - Ibnu wahab - Ibnu Zaid menafsirkan firman Allah, "dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan" Ia mengatakan bahwa yang dimaksud berpasang-pasangan adalah laki-laki dan perempuan [Ibid, hal.1032]

  2. "Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan.." [AQ 43.12]

    Ath-Tabari: maksudnya dengan menciptakan perempuan sebagai pasangan laki-laki, dan menciptakan laki-laki sebagai pasangan perermpuan [Tafsir Tabari, Vol.22, hal.967-968]

  3. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan [AQ 13.3]

    Bhagawy: Artinya: (2 jenis): Merah dan kuning, manis dan asam ( أي : [ صنفين اثنين ] أحمر وأصفر ، وحلوا وحامضا)
    Ibn Kathir: Maksudnya, terdapat dua macam pada setiap bentuk.
    Ath-Tabari: Maksud dari pasangan-pasangan di sini adalah pasangan jantan dan betina. Juga, dari setiap betina terdiri dari 2, dan dari jantan terdiri dari 2, sehingga semumya menjadi 4, menurut sebagian ulama. Kami telah menjelaskannya..bahwa orang Arab biasa menyebut "dua" sebagai "pasangan". Satu dari yang jantan disebut "pasangan" untuk betinanya, demikian pula satu dari betina, disebut "pasangan" untuk pejantannya...Namun sebagai tambahan supaya lebih jelas, kita dapat perhatikan firman Allah, 'Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan." (AQ 53.49). Allah menamakan laki-laki dan perempuan sebagai dua pasangan, dan firman-Nya (AQ 11.40 dan AQ 23.27) yang berbunyi: "min kullin zawjayni itsnayni (dari tiap pasang, dua" maksudnya adalah "dua jenis". [Tafsir Ath-Tabari, vol.15, hal.115-116]
Tidak semua HARUS berpasangan (atau hanya 2). Untuk buah, ada yang memiliki lebih dari 2 warna (misalnya anggur hijau, hitam dan merah) dan ada buah dengan lebih dari 2 rasa (misal salak: sepat, manis, asam). Bahkan perasaan tidak hanya 2 tapi 3: bahagia, sedih dan bukan keduanya. Pasangan Bumi bukan langit, dapat berupa planet, bulan dan lainnya. Demikian pula Matahari, tidak harus bulan dapat pula bintang. Untuk DNA, ada yang single, double dan triple helix. Kromosom ada yang halploid, diploid dan polyploidi. Untuk arti jenis kelamin, maka Allah telah melakukan kesalahan fatal, buah-buahan: tidak berjenis kelamin. Tanaman/pohon: ada yang berumah satu/monoesi (satu tanaman 2 seksual: jantan dan betina), ada yang berumah dua (dioecious: tanaman jantan dan tanaman betina) dan ada yang aseksual. Binatang dalam berkembang biak, jenis kelamin berbeda bukan merupakan keharusan, karena dapat melalui partheogenesis/aseksual, teknik ini telah ada sebelum Quran ada, yaitu perkembangan embrio dari sel telur tidak dibuahi (binatang), atau proses apomixis (benih atau embrio tumbuhan yang tanpa pembuahan). Partheogenesis misalnya pada ganggang, pada hewan invertebrata (termasuk nematoda, beberapa tardigrada, kutu air, beberapa kalajengking, kutu daun, beberapa tungau, beberapa lebah, beberapa phasmatodea, dan tawon parasit), pada beberapa hewan vertebrata (ikan: hiu, amfibi, reptilia (ular, kadal ekor cambuk, komodo), dan unggas: kalkun, kondor, puyuh).

Kelahiran Isa (Isa anak Jibril)
Isa, menurut Quran, adalah anak yang terlahir dari hasil hubungan antara maryam vs "kami dan roh kami":
    ..fa-arsalnaa (kemudian kami mengirim) ilayhaa (padanya) ruuhanaa (roh kami) fatamatstsala (kemudian menyerupai) lahaa (baginya) basyaran (manusia) sawiyyaan (proporsional)..qaala innamaa anaa rasuulu rabbiki li-ahaba laki ghulaaman zakiyyaan (berkata (diterjemahan dan tafsir menyatakan ini adalah jibril): "Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci")..[AQ 19.17-21]

    wamaryama ibnata 'imraana allatii ahsanat (dan Maryam binti Imran yang memelihara) vaginanya (farjahaa: "Farj" AQ 21.91, 23.5, 24.30, 24.31, 33.35, 50.6, 66.12, 70.29), maka Kami tiupkan (fanafakhnaa) ke dalam itu (fiihi) dari (min) ruh kami (ruuhinaa) [AQ 66.12. juga di 21.91: waallatii ahsanat farjahaa fanafakhnaa fiihaa (ke dalamnya) min ruuhinaa]

    Tafsir ibn kathir (1301 M – 1373 M):
    maksudnya "Ia hadir padanya dalam rupa manusia sempurna dan utuh". Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, Ibn Jurayj, Wahb bin Munabbih dan As-Suddi mengomentari statement allah bahwa "kami kirimkan ruh kami" maksudnya jibril..Ketika Jibril muncul di hadapannya dalam bentuk manusia, ia ketakutan dan berpikir akan diperkosa [AQ 19.16-21] ..Allah mengirimkan malaikat Jibril kepada Maryam, dan ia datang dalam rupa manusia dalam segala hal. Allah memerintahkannya untuk meniup kedalam celah dari pakaiannya dan nafas itu masuk ke kandungannya melalui bagian pribadinya. ini cara kehamilan Isa. [AQ 66.12]. Allah menyampaikan pada Maryam itu ketika Jibril sampaikan yang Allah sampaikan, Ia menerima ketetapan Allah. Banyak ulama kalangan awal (Salaf) telah menyebutkan bahwa di saat itu Malaikat meniup ke bagian terbuka pakaian yang dipakainya. Kemudian nafas itu turun hingga memasuki vaginanya..[AQ 19.22-23]

    Ibn Arabi (561 AH/1165 M - 638 AH/1240 M):
    "Sesungguhnya seperti 'Isa di sisi AllAh, adalah seperti Adam. Allah menciptakannya [khalaqahu, orang ke-3, pria tunggal] dari tanah, kemudian Allah berfirman padanya [lahu, orang ke-3, pria, tunggal]: "Jadilah", maka jadilah ia [fayakuunu, orang ke-3, pria, tunggal]. [AQ 3.59].

    Kata Dia/Nya/Ia merujuk pada "ADAM [Futûhât, ed. Yahya, Vol. 2, pp. 250 and 299. Kitâb al-Alif,in the Rasâ'il, p. 8: Allah berkata "menciptakannya dari tanah" dan tidak "menciptakan mereka", dan kata ganti merujuk pada yang disebut terakhir]. Isa diciptakan dari cairannya Maryam [Maa muhaqqaq] dan cairan tak tampaknya (Maa mutawahham) Jibril [Fusûs al-Hikam, Futûhât al-Makkîya, "The spirit and the son of the spirit, A reading of Jesus according to Ibn 'Arabi"]. Isa dalam kandungan terjadi secara biologis, kedua orang tua menyumbangkan cairan mereka [Aisha's Cushion: Religious Art, Perception, and Practice in Islam, Jamal J Elias, hal 233 atau di sini].

    Penggunaan nasab dengan nama perempuan (Isa bin Maryam):
    Dilakukan juga di bangsa Yahudi, misal: 1 SAM 26.6 (Abisai bin Zeruya + 2 saudaranya juga ben Zeruya). Zeruya adalah adik perempuan Raja Nahash dari Amon. Juga oleh bangsa Arab, misal: satu anak laki-laki `Ali bin Abi Talib (w. 661): Muhammad bin al-Hanifiyya atau contoh lain: Marwan bin al-Hakam (w. 684) dikenal sebagai bin al-Zarqa (anak dari perempuan bermata biru)
Literatur Islam menunjukan ada bukti bahwa malaikatpun dapat menggauli wanita, yang berasal dari hadis Qudsi Imam Ahmad tentang dua Malaikat (Harut dan Marut): yang mabuk, kemudian menyetubuhi perempuan dan membunuh anak kecil:
    Yahya bin Abi Bukair - Zuhair bin Muhammad - Musa bin Jubair - Nafi' (budak Abdullah bin Umar) - Abdullah bin Umar - Nabi SAW:
    "Ketika Nabi Adam SAW diturunkan Allah ke muka bumi, para malaikat berkata: 'Wahai Rabb, apakah Engkau jadikan disana orang-orang yang suka berbuat kerusakan dan menumpahkan darah, padahal kami selalu memuji-mujiMu dan mensucikanMu.' Dia berkata "Aku Maha Mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.' Para malaikat: 'Wahai Rabb, kami adalah para makhluq yang lebih ta'at kepadaMu daripada anak cucu Adam.' Allah Ta'ala berkata pada para malaikat:

    (Note: terjemahan kitab 9 hadis lidwa terhenti sampai "..para malaikat:". Selebihnya di bawah ini, lanjutannya diambil dari "1000 Qudsi Hadiths: An Encyclopedia of Divine Sayings", Arabic Virtual Translation Center", hadis Qudsi no.1019 dan dinyatakan sebagai hadis SAHIH)

    -> "datangkan dua malaikat yang akan turun ke bumi dan lihat apa yang akan diperbuat keduanya”. (Para malaikat) menjawab: "Tuhan kami, turunkanlah Harut dan Marut ke bumi". Kemudian diciptakan perawan kembang yang tercantik dari manusia untuk mendatangi keduanya. Keduanya menjadi bernafsu (untuk menggaulinya). Wanita: "Tidak, demi Allah, kecuali kalian menyebutkan syirik pada Allah". Malaikat: “Demi Allah, kami tidak berbuat syirik pada Allah". Wanita itu pergi dan kembali dengan seorang bayi. Keduanya menjadi bernafsu (untuk menggaulinya). Wanita: "Tidak, demi Allah, kecuali kalian membunuh bayi ini". Kedua malaikat: "Demi Allah, kami tidak membunuh". Wanita itu pergi dan kembali membawa minuman keras (Khamar). Keduanya menjadi bernafsu padanya (untuk menggaulinya). Wanita: "Tidak, demi Allah, kecuali kalian meminum khamar ini". KEMUDIAN KEDUANYA MEMINUM KHAMAR, MENGGAULI WANITA ITU DAN MEMBUNUH BAYI...

    [Hadis Qudsi no.1019 yang berasal dari Imam Ahmad no.5902/No.6009 (arab). Musnad Bazzar no.1600. Ibn Hibban dalam sahih XIV/63 no.6186. Ibn Abi Ad-Dunya di Al-Uqubat no.222. Abdul ibn Humaid di Al-Muntakhab no.787. Variasi hadis lihat juga di "Angels in Islam: Jalal al-Din al-Suyuti's al-Haba'ik fi akhbar al-mala'ik", Stephen Burge, hal. 154-157. Untuk urusan sihir, terkait harut dan Marut, tafsir Ibn Kathir AQ 2.102 (arab) menyatakannya sebagai Israiliyat.

    Penilaian perawi hadis di atas untuk: Zuhair (Yahya bin Ma'in, Ahmad bin Hanbal: Tsiqah/jujur. An Nasa'i: da'if. Ibnu Hibban: disebutkan dalam 'ats tsiqaat. Adz Dzahabi: Tsiqah Yughrab). Untuk Musa (Ibnu Hibban: disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Ibnul Qaththan: karakternya tidak dikenal. Ibnu Hajar al 'Asqalani: mastuur (adil dan jujur, tapi belum tercapai kebulatan kesepakatan di antara para ulama). Adz Dzahabi: Tsiqah)]
Perlu juga diketahui,
Allah yang tidak diperanakkan dan tidak memperanakkan ini berjenis kelamin Pria, sample ayat:
    wa-inna (dan sesungguhnya) rabbaka (tuhanmu) lahuwa (orang ke-3 pria tunggal: Sesungguhnya Ia) maha.." [AQ 26.191]

    ..falammaa (maka setelah) tawaffaytanii [(kata kerja orang ke-2, pria, tunggal: engkau) wafatkan aku)] kunta (Orang ke-2, Pria, tunggal: Engkaulah) anta (Orang ke-2, Pria, tunggal: Engkau) alrraqiiba (penyaksi) 'alayhim (mereka) wa-anta (Orang ke-2, Pria, tunggal: dan Engkau) 'alaa (pada) kulli (tiap) syay-in (hal) syahiidun (penyaksi) [AQ 5.117]

    ..annaa (bagaimana) yakuunu (dapat/terjadi: orang ke-3, Pria tunggal) lahu (la: penekanan yan sungguh-sungguh+ kata ganti orang ke-3 tunggal PRIA: baginya) waladun (anak laki2) wa+lam (dan tidak) takun (ada) lahu (baginya: LAKI2 TUNGGAL) shaahibatun (pendamping/istri': jenis kelamin PEREMPUAN)..[AQ 6.101]

    QUL (kata kerja orang ke-2, Pria tunggal: katakan) HUWA (kata ganti orang ke-3, tunggal, pria: Ia) ALLAHU (Allah) AHADUN (kata benda tak tentu, Pria tunggal: seorang) ALLAHU (Allah) Al-ṣamadu (sang Samadu) LAM (tidak) YALID (orang ke-3 tunggal PRIA: beranak) WALAM (dan tidak) YULAD (orang ke-3, pria tunggal: jadi anak) WALAM (dan tidak) YAKUN (ada) LAHU (kata ganti orang ke-3 tunggal, PRIA: baginya) KUFUWAN (setara) AHADUN (seorangpun) [AQ 112.1-4]
Kata "ahadun" digunakan di: AQ 3.73, 4.43, 5.6, 9.6, 11.81, 15.65, 72.22, 89.26, 90.5 dan diterjemahkan "seorang". Kata "ahadun" juga muncul 2x (AQ 112.1 dan AQ 112.4), lucunya terjemahan menjadi saling berbeda untuk kata yang sama, misal untuk AQ 112.1 artinya menjadi "satu" namun di AQ 112.4 diartikan "seorang". Seharusnya jika konsisten, seluruh artinya tetap "seorang".

Padahal di quran ada kata "satu" (waahid) dengan frase "Ilaah(an/un) waahid(an/un)" (tuhan yang satu) (AQ 2.133, 2.163, 4.171, 5.73, 6.19, 9.31, 14.52, 16.22, 16.51, 38.5, 18.110, 21.108, 22.34, 29.46, 41.6], namun di ayat yang sama, ketika muncul kata ganti untuk ilaah ini, maka juga berjenis kelamin pria

Bahasa Arab TIDAK MENGENAL tanpa gender atau gender yang netral. Jika seseorang berbicara dan Ia tidak tahu pasti jenis kelamin tentang sesuatu, maka defaultnya adalah jenis pria.

Namun, karena Allah sendiri yang menyatakan di qurannya, tentunya JIKA MEMANG BENAR, Ia tidak berjenis kelamin, maka Ia akan ciptakan kata ganti untuk dirinya yang tidak bergender, namun faktanya tidak.
    "..(bi)lisaan(in/un) arabiyy(in/un) mubiin(in/un)" (..(dengan) bahasa arab yang JELAS/TERANG) [AQ 16.103, 26.195] juga di: "quraanan 'arabiyyan ghayra dhi iwajin.." (Quran dalam bahasa arab yang tidak bengkok (tidak belok-belok)..)" [AQ 39.28].

    Ibn Kathir dalam tafsirnya:
    "Maksudnya: `Quran ini yang kami turunkan padamu, Kami turunkan dalam kesempurnaan dan kefasihan bahasa arab, sehingga membuat JELAS, tidak ada ruang untuk alasan dan memberi BUKTI JELAS, menunjukan jalan lurus." [AQ 26.195]. Dan: "maksudnya: ini dalam dialek arab yang sederhana/jelas, tanpa kebengkokkan, penyimpangan atau kebingungan. Ini sederhana, bukti jelas. Allah telah membuatnya menjadi seperti ini dan telah diturunkan seperti ini" [AQ 39.28]
Sangat sederhana dan jelas bahwa Allah telah memberi bukti melalui ucapannya di quran bahwa Allah sendiri 100% yakin dirinya adalah pria BUKAN wanita DAN BUKAN tanpa jenis kelamin.

Juga sangat jelas bahwa Allah sesungguhnya tidak tahu bahwa banyak sekali hal di muka bumi ini TANPA KECENDERUNGAN GENDER pria/wanita, ini sekaligus juga menunjukan bahwa bahasa arab tidak sempurna dan/atau ajarannya sangat memerlukan perbedaan gender dan berorientasi pada keunggulan pria].

Kata "samad" pada allahu as-samad artinya sangat bervariasi tidak ada kesepakatan arti dalam hal ini: ada yang mengartikan abadi, ada yang mengartikan tempat bergantung, ada yang mengartikan tidak makan minum dan banyak lagi. Para pengikut awal nabi mengartikan kata-kata ini bervariasi sebagaimana pendapat-pendapat yang dikumpulan oleh Tabari ["What the Koran Really Says - Language, Text & Commentary", Ibn Warraq, Bagian 5.2, hal.331-334] dan bahkan melalui persamaan akar kata "smd", ini malah merujuk pada sosok dewa kaum Ad, sebagaimana disampaikan Ibn Abbas, "bahwa mereka mempunyai sesembahan yang disebut "Samud". []

***

Maryam adik harun VS Maryam Ibunda Yesus dan Kronologi diturunkannya Injil kepada Isa binti Maryam
Jika benar Quran diturunkan oleh Allah SWT, maka tentunya dapat dengan mudahnya untuk membedakan antara 2 Maryam yang berbeda jaman kehidupan, yaitu, adik dari dari Musa dan Harun VS Ibu dari Isa/Yesus, namun tampaknya tidak.
    Kristen:
    Imran mempunyai 2 anak laki-laki (Musa dan Harun) dan 1 anak perempuan (Miriam) [Bil 26.59, 1 taw 6.3]
    "Miryam, nabiah itu, SAUDARA PEREMPUAN (achowth/uktha) HARUN" [Kel.15.20. Harun di sini adalah adik Musa].
    Istri Zakharia adalah Elizabeth anak Harun. [luk 1.5. Suami Istri ini melahirkan Yahya].
    Elizabeth adalah sepupu (suggenes) Maryam [luk 1.36 dan kitab James 12.3. Maryam yang ini adalah Ibunda Yesus].
    Ayah Maryam/Mirian adalah Joachim dan ibunya adalah Anna [kitab James 5.10, Maryam yang ini adalah Ibunda Yesus. Kitab James dibuat tahun 140-170 Masehi].

    Islam:
    ..tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; ... menamai dia Maryam..[AQ 3.36] ...
    Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna [AQ 19.17] ..
    Ia (jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, UNTUK MEMBERIMU SEORANG ANAK LAKI-LAKI YANG SUCI" [AQ 19.19] ...
    Dialirkan ke dalam KEMALUAN MARYAM: ..farjahaa fanafakhnaa fiihaa/fihi.. [AQ 66.12. juga di 21.91] ...
    Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. [AQ 19.21-22] ...
    Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. HAI SAUDARA PEREMPUAN HARUN[902]..." [AQ 19.27-28]
    [902]. Maryam dipanggil saudara perempuan Harun, karena ia seorang wanita yang saleh seperti kesalehan Nabi Harun a.s

    Penjelasan Hadis Muslim no.5326 dari riwayat Mughirah ibn Shu'bah:
    "Ketika Aku tiba di Najran, Mereka (para Nasrani Najran) bertanya pada ku: Engkau membaca "Saudara Perempuan Harun", (yaitu Maria), di Qur'an, Padahal Musa lahir jauh sebelum Yesus. Ketika Aku kembali ke Rasullullah Aku tanya tentang itu dan Ia katakan, "(Orang-orang jaman dulu) MEMPUNYAI KEBIASAAN memberikan nama-nama (pada orang-orangnya) dengan nama-nama dari Nabi dan orang beriman yang telah lama wafat".
Jika benar bahwa hal itu adalah kebiasaan,
Mengapa para Kristen Najran malah tidak tahu dengan KEBIASAAN tersebut?
Mengapa Mughira pun juga tidak mampu menjelaskan "kebiasaan" tersebut dan malah bertanya ulang pada Muhammad?

Tabari menyampaikan BANYAK RAGAM PENDAPAT BERBEDA tentang maksud "ya ukhta harun" (saudara perempuan harun) dan pendapat ini disandarkan pada ucapan Nabi SAW:
    Bishr - Yazid - Sa’id - Qatadah tentang kata-kata Allah “ya ukhta Harun” (Saudara perempuan harun) yang berkata, "...dan ini BUKAN HARUN saudara MUSA namun HARUN yang lain”

    Ya’qub - Ibn Aliyah - Sa’id bin Abu Sadaqah - Muhammad bin Sirin - Ka’ab berkata berkenaan dengan kata-kata Allah “ya ukhta harun” (saudara perempuan harun) bahwa Harun yang ini BUKAN saudara MUSA. Ka’ab berkata, “Aisyah berkata padanya, “Kamu BOHONG.’ Ia menjawab, “O ibu kaum beriman, Jika Nabi SAW berkata demikian dan Ia adalah seorang yang tau yang terbaik, dan jika Ia tidak maka Saya tau jarak diantara mereka adalah 600 tahun. Ia berkata, "kemudian Aisah pun terdiam".

    Yunus - Ibn Wahab - Ibn Zaid berkenaan dengan perkataan allah “ya ukhta Harun” (Saudara perempuan) bahwa, “Nama itu (Harun) adalah KEBETULAN karena jarak (waktu) antara Harun (Musa) dan mereka (Harun dan Mary) adalah sangat jauh” [Imam Tabari (Abi Ja’far Muhammad bin Ja’far al-Tabari), "Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ay al-Qur’an", Vol. 15, Beirut, Lebanon: Darul Fikr, 1984, hal.77-78]
RATUSAN TAHUN SEBELUM ISLAM, telah berjalan kebiasaan KITABIAH bahwa:
  1. Ketika menyatakan "ya ukhta Harun", mereka merujuk pada Harun adiknya Musa dan Maryam dari keluarga Imran dan bukan Maryam ibunda Yesus.
  2. Karena Miryam dan elizabet bersepupu, maka Harun yang dimaksud adalah ayah Elizabeth sehingga harusnya Maryam dipanggil "Ya binti Akh Harun" (Kemenakan perempuan Harun) dan bukan "ya ukhta Harun" (saudara perempuan Harun)
  3. Imran bukan Ayah dari Maryam (ibunda Yesus)
  4. Jika dimaksudkan untuk menunjukan turunan leluhurnya dan/atau mempunyai kesamaan sifat beriman seperti leluhurnya, maka ada FRASE yang KERAP MUNCUL DI ALKITAB, misal: "ANAK DAUD" bukan "SAUDARA laki/perempuan DAUD"
Namun tampaknya, Quran sendiri mendukung pendapat bahwa Harun dan keponakannya, yaitu Isa putra Maryam ('iisaa ibna maryama) berada pada satu jaman, yaitu pada jaman Musa dan menunjukan bahwa keberadaan Taurat dan Injil juga telah di jaman MUSA:
  1. (idz qaalati imra-atu 'imraana rabbi innii nadzartu laka maa fii bathnii muharraran fataqabbal minnii innaka anta alssamii'u al'aliimu) ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat. Karena itu terimalah itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" [AQ 3.35]. Maka tatkala (isteri 'Imran) melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada Engkau daripada syaitan yang terkutuk." [AQ 3.36]. Maka Tuhannya menerimanya dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. [AQ 3.37]

      Note::
      Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia. [AQ 19.7]. (yaa yahyaa khudzi alkitaaba biquwwatin waaataynaahu alhukma shabiyyaan) Hai Yahya, ambillah Al Kitab itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak [AQ 19.12, turun di Mekah, urutan ke-44]
      Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab: "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran Yahya, yang membenarkan kalimat dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh".[AQ 3.39, turun di Madinah, urutan ke-89]

    (wa-idz qaalati almalaa-ikatu yaa maryamu inna allaaha isthafaaki wathahharaki waisthafaaki 'alaa nisaa-i al'aalamiina) Dan ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia [AQ 3.42]..(idz qaalati almalaa-ikatu yaa maryamu inna allaaha yubasysyiruki bikalimatin minhu ismuhu almasiihu 'iisaa ibnu maryama wajiihan fii alddunyaa waal-aakhirati wamina almuqarrabiina) ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kalimat daripada-Nya, namanya Al Masih 'Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan [AQ 3.45]..(Maryam) berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman: "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia. [AQ 3.47]. (wayu'allimuhu alkitaaba waalhikmata waalttawraata waal-injiila) Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil. [AQ 3.48]

    Dan Kami iringkan jejak mereka dengan 'Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya petunjuk dan dan cahaya, dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat.. [AQ 5.46] ... ketika Allah mengatakan: "Hai 'Isa putra Maryam, ingatlah ni'mat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil,..[AQ 5.110, turun di Madinah, urutan ke-112]

    (yaa ukhta haaruuna maa kaana abuuki imra-a saw-in wamaa kaanat ummuki baghiyyaan) Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina" [AQ 19.28]. (fa-asyaarat ilayhi qaaluu kayfa nukallimu man kaana fii almahdi shabiyyaan) maka (Maryam) menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?" [AQ 19.29]. (qaala innii 'abdu allaahi aataaniya alkitaaba waja'alanii nabiyyaan) Berkata (Isa): "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab dan Dia menjadikan aku seorang nabi [AQ 19.30, turun di Mekah, urutan ke-44]
    Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil.. [AQ 57.27, turun di Madinah, urutan ke-94]

  2. Jaman Musa di surat Al A'raaf (no.7), ayat 103-159. Surat turun di Mekah, urutan ke-39):
    (walammaa sakata 'an muusaa alghadhabu akhadza al-alwaaha wafii nuskhatihaa hudan warahmatun lilladziina hum lirabbihim yarhabuuna) Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya luh-luh itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada Tuhannya. [AQ 7.154] Dan Musa memilih 70 orang dari kaumnya untuk pada waktu yang telah Kami tentukan. Maka ketika mereka digoncang gempa bumi, Musa berkata: "Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah Yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya". [AQ 7.155] (wauktub lanaa fii haadzihi alddunyaa hasanatan wafii al-aakhirati innaa hudnaa ilayka qaala 'adzaabii ushiibu bihi man asyaau warahmatii wasi'at kulla syay-in fasa-aktubuhaa lilladziina yattaquuna wayu/tuuna alzzakaata waalladziina hum bi-aayaatinaa yu/minuuna) Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. (Allah) berfirman): "Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami" [AQ 7:156] (alladziina yattabi'uuna alrrasuula alnnabiyya al-ummiyya alladzii yajiduunahu maktuuban 'indahum fii alttawraati waal-injiili ya/muruhum bialma'ruufi wayanhaahum 'ani almunkari wayuhillu lahumu alththhayyibaati wayuharrimu 'alayhimu alkhabaa-itsa wayadha'u 'anhum ishrahum waal-aghlaala allatii kaanat 'alayhim faalladziina aamanuu bihi wa'azzaruuhu wanasharuuhu waittaba'uu alnnuura alladzii unzila ma'ahu ulaa-ika humu almuflihuuna) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya, mereka itulah orang-orang yang beruntung [AQ 7.157]
Quran sendiri, menyebutkan jelas bahwa di jaman Musa masih hidup-pun, Taurat, Alkitab dan bahkan Injil sudah ada, oleh karenanya, Musa, Harun, Maryam, Zakariya, Yahya dan Isa putra Maryam, hidup di jaman Musa. []

***

Apakah Muhammad buta huruf?
Muhammad disebut nabi yang ummi. Sementara, kata ummi di Quran merujuk pada kondisi TIDAK BERPENGETAHUAN tentang KITAB sebelumnya, di antaranya:
    AQ 2.78 [Dan diantara mereka ummiyyūna (أُمِّيُّونَ) tidak mengetahui Al Kitab..]
    AQ 3.20 [Dan katakanlah kepada orang2 yg diberi Al Kitab dan kepada wal-umiyīna (وَالأُمِّيِّينَ)..]
    AQ 3.75 [tidak ada dosa bagi kami terhadap al-ummiyyîna (الأُمِّيِّينَ)..]
    AQ 62.2 [Dia-lah yg mengutus kepada al-ummiyyîna (الْأُمِّيِّينَ)]
Ini menggambarkan kondisi kaum Arab kebanyakan yang tidak paham literatur Taurat dan Al-kitab. Namun jika kemudian dikatakan bahwa Muhammad buta huruf, maka jelas tidak benar, karena beliau jelas bisa baca dan tulis:
    Quran:
    rasuulun mina allaahi yatluu shuhufan muthahharatan (seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan [AQ 98.2]

    Hadis:
    Riwayat 'Ubaidullah bin Musa - Isra'il - Ibnu Ishaq - Al Bara' bin 'Azib: ..Maka Rasulullah SAW mengambil surat perjanjian itu lalu menuliskan: "Ini adalah keputusan yang ditetapkan oleh Muhammad bin 'Abdullah dimana dia tidak boleh memasuki kota Makkah dengan membawa senjata kecuali dimasukkan kedalam sarungnya dan agar jangan keluar seorangpun dari penduduknya dengan mengikuti seseorang jika dia hendak mengikutinya, dan janganlah dihalangi seorangpun dari shahabat-shahabatnya bila ada yang berkehendak tinggal di Makkah" [Bukhari no.2501]

    Riwayat Muhammad - Ibnu 'Uyainah - Sulaiman bin Abu Muslim Al Ahwal - Sa'id bin Jubair - Ibnu 'Abbas:.."Rasulullah SAW bertambah parah sakitnya pada hari Kamis lalu Beliau berkata: "Berikan aku buku karena aku akan menuliskan untuk kalian suatu ketetapan yang kalian tidak akan sesat setelahnya selama-lamanya"[Bukhari no.2932. Juga dalam riwayat lain di Bukhari no.4078, 4079, 5237. Muslim no.3089-3091]

    Sirah nabawiyah:
    [..] Rasulullah Saw berkata kepada Suwaid bin Shamit, 'Coba perlihatkan lembaran tersebut kepadaku!' Suwaid bin Shamit MEMPERLIHATKAN LEMBARAN MULIA LUQMAN kepada Rasulullah SAW, kemudian beliau bersabda, 'INI UCAPAN YG BAGUS, namun apa yang aku miliki jauh lebih bagus. [Ibn Ishaq, bab.80, hal.387]

    "Kitab ini DITULIS oleh Nabi Muhammad antara mu'minun (beriman) dan muslimun dari Quraisy dan Yatsrib dan orang2 yang mengikuti mereka, mempersatukan diri dan berjuang bersama mereka" [ibid, bab 91, Hal 456-457]

    Hadis lainnya:
    Riwayat Suraij bin An-Nu'man - Husyaim - Mujalid - Asy-Sya'bi - Jabir bin Abdullah: Umar bin khatab menemui Nabi SAW dengan membawa tulisan yang dia dapatkan dari Ahli Kitab. Nabi SAW terus membacanya dan marah seraya bersabda: "Bukankah isinya hanya orang-orang yang bodoh Wahai Ibnu Khattab?. Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, saya datang kepada kalian dengan membawa cahaya yang terang. Janganlah kalian bertanya kepada mereka tentang sesuatu! Bagaimana jika mereka mengabari kalian kebenaran lalu kalian mendustakannya atau mereka (menyampaikan) kebatilan lalu kalian membenarkannya?. Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya Musa AS hidup maka tidak ada jalan lain selain dia mengikutiku." [Ahmad no. 14623. Komentar mengenai perawi Mujalid bin Sa'id bin 'Umair (Menurut Nasa'i dan Ibnu Hajar al 'Asqalani: Laisa bi Qowi. Menurut Bukhari: Shaduuq). Hadis ini, menurut IslamQA no.145665: Dinyatakan hasan oleh Al-Albany dalam kitab Irwa’ul Ghalil, 6/34]
Pada hadis terakhir, tampak bahkan Muhammad pernah membaca kitab-kitab sebelumnya. []

***

Kisah 7 orang yang tertidur di gua
Menurut Allah dan Nabi, ke-7 orang ini terbangun setelah tidur selama 309 tahun sebagaimana diwahyukan di Al Kahfi 18:9-26. Ayat ini turun berkenaan dengan pertanyaan kaum Quraish. Mereka mengirimkan An-Nadhr bin Al-Harits dan Uqbah bin Abu Mu'aith kepada rahib-rahib YAHUDI (bukan Nasrani) di Medinah untuk mencari bahan menguji Muhammad, ketika tiba di sana, keduanya bertanya kepada rahib-rahib Yahudi tentang Muhammad SAW yang ada di kitab Taurat mereka. Rahib Yahudi itu menyarankan bertanya 3 hal, salah satunya adalah tentang para pemuda yang tertidur tersebut [Ibn Ishaq/Ibn Hisyam Bab 56. hal.252-264].

Pertanyaan tersebut, baru mampu dijawab Nabi setelah 15 (lima belas) hari lamanya. Menurut tafsir Ibn Kathir untuk AQ 18.21, Muhammad memberikan jawaban tentang pemuda yang hidup di jaman DESIANUS dan terbangun di jaman TEDOSIS. Jawaban Muhammad ini janggal, karena Para Rabbi Yahudi jaman itu, ketika merujuk kisah kitab mereka, seharusnya, adalah tentang Onias (tertidur 70 tahun) dan/atau tentang Abimelek/Ebed-Melech (tertidur 66 tahun). Kitab kalangan Yahudi TIDAK ADA memuat para pemuda di Efesus. (detail lainnya: "Seven Sleepers" tertidur 309 Tahun?). Bahkan jawaban Muhammmad tentang para pemuda di Ephesus-pun mengalami ketidakcocokan antara kronologi vs fakta sejarah pemerintahan raja yang disebutkan. Dongeng "Tujuh Orang Ephesus yang Tertidur" dikenal sekitar akhir abad ke-5 M. Para ahli menduga penulis pertama dongeng ini adalah seorang Uskup Syiria, Yakub dari Sarug [450 M - 521 M].

Benarkah mereka tidur selama 309 tahun?
Pemerintahan Masa Pemerintahan Tahun Lamanya Tidur
Awal Akhir Awal Akhir
Desius 249 251

Theodosius 1 379 395 146 144
Theodosius 2 408 450 201 199
Theodosius 3 715 717 468 466

Tabel ringkasan diatas sudah menyatakan dengan jelas bahwa tidak ada satupun angka yang mendekati lamanya tidur sebesar 300 tahun (Syamsiah) atau 309 tahun (Qomariah)! Dongeng ini malah dianggap nyata di Quran. []

***

Bulan TIDAK PERNAH Terbelah
Salah satu keajaiban dunia Islam yang paling sohor adalah ketika Nabi Muhammad membelah Bulan:
    iqtarabati (Telah dekat datangnya) alssaa'atu (saat itu) wa-insyaqqa (dan telah terbelah) alqamaru (bulan)1435 [AQ 54.1, Al-Makkiyah/Turun sebelum hijrah/622 M].
    1435: Yang dimaksud dengan "saat" di sini ialah terjadinya hari kiamat atau saat kehancuran kaum musyrikin, dan "terbelahnya bulan" ialah suatu mu'jizat Nabi Muhammad s.a.w.
Muhammad menjadi Nabi kaum Islam di tanggal 17 Ramadhan 611 M. Ayat AQ 54.1-5 turun di tahun ke-4 setelah kenabian (menurut Jeffrey Lang, 615 M), namun menurut Ibn Abbas (dari tafsir Qurtuby) ayat ini turun di tahun ke-5 sebelum hijrah (7 tahun sebelum Badr/2H, hijrah terjadi di tahun 622 M, sehingga turun di tahun 617 M). Hadis tentang ayat dan terbelahnya bulan tercantum dalam kitab Bukhari, Muslim, Tirmidhi dan Ahmad, diriwayatkan 5 orang, yaitu Anas, Ibn Abbas, Abdullah bin Mas'ud, Abdullah bin Umar dan Jubair bin Muth'im. Terbelahnya bulan diklaim terjadi sebelum hijrah, ketika Muhammad sedang di Mina, Mekkah (hanya berasal dari Abu Ma'mar dari Abdullah Mas'ud) sebagai tanda bahwa kiamat sudah dekat (sample: Bukhari no.4395, 4450, 4451; Muslim no.5008; Ahmad no.12227; Tirmidhi 1.44.3286/no.3207) dan atraksi membelah bulan diklaim terjadi 2X (hanya berasal dari Anas, sample Muslim 39.6728/no.5013; Ahmad no.12227, 12678, no.12825 Tirmidhi 1.44.3285/no. 3208), oleh karenanya, AQ 54:1-5, tentang terbelahnya bulan dan pertanda kiamat, bukanlah metaphora

Hadis-hadis ini ternyata BERMASALAH dalam kesaksian:
  1. Anas bin Malik, lahir di Medinah tahun 612 M, saat kejadian, Ia berusia 3 tahun/5 tahun, tidak ada di Mekkah, jadi Ia bukan saksi, maka, hadis darinya, termasuk pernyataan bulan terbelah terjadi 2x adalah suatu kebohongan.

  2. Abdullah Ibn Umar, lahir di Mekkah tahun 612 M, saat kejadian, Ia berusia 3 tahun/5 tahun, sangat diragukan berada juga di Mina bersama Muhammad, jadi Ia bukan saksi, maka, hadis darinya adalah suatu kebohongan

  3. Ibn Abbas, lahir di tahun 619 M, jadi saat kejadian bahkan belum lahir, Ia bukan saksi, maka hadis darinya adalah suatu kebohongan

  4. Jubair bin Muth'im, tidak diketahui tahun lahirnya, masuk Islam setelah hijrah yaitu setelah Hudabiyah, Aisyah binti Abu Bakar dulu adalah tunangannya, sebelum menikahi Muhammad, jadi kira-kira sebaya Aisyah dan tentu saja bukan itu persoalannya. Ahmad no.16150 memuat kisahnya melalui jalur: Muhammad bin Katsir - Sulaiman bin Katsir - Hushain bin Abdurrahman - Muhammad bin Jubair bin Muth'im - Bapaknya. Hadis ini oleh Syu'aib Al Arnauth dinyatakan Dhaif/lemah/palsu. Sementara Yahya bin Ma'in menyatakan perawi Sulaiman bin Katsir adalah dhaif. Ibn Hajar Al Asqalani menyatakan perawi Hushain bin Abdurrahman Tsiqah tapi berubah hafalannya pada akhir hidupnya, maka, hadis ini adalah suatu kebohongan

  5. Abdullah bin Mas'ud, lahir 594 M, Ikut hijrah pertama ke Habasyah tahun 616 M (tahun ke-5 kenabian, History of Tabari, Vol.6, hal.99) dan kembali ke Mekkah di tahun 619 M (yaitu sekitar berakhirnya sanksi adat kaum Quraish kepada bani Hasyhim), jika Al Qamar turun tahun 617 M (5 tahun SEBELUM hijrah ke Medina), maka TIDAK BENAR bahwa Mas'ud bersama Muhammad di Mina (riwayat ini hanya berasal dari Abu Ma'mar), tidak semua perawi menyatakan Ia ada bersama Muhammad di Mina. Tentang posisi bulan saat terbelah, beritanya simpang siur:
    Di Bukhari no.3580, di Mina, tidak dinyatakan posisi bulan, sekelompok orang pergi ke atas gunung;
    Di Bukhari no.4486: tidak ada pernyataan di Mina, bulan sebagian di atas gunung, sebagian lagi dibawah; Di Bukhari no.4487, tidak ada pernyataan di Mina dan tidak ada pernyatatan posisi bulan;
    Muslim no.5011: di Mina, bulan sebagian di belakang gunung, sebagian lagi di bawah;
    Muslim no.5012: tidak ada pernyataan di Mina, bulan sebagian menutupi gunung, sebagian lagi di atas gunung;
    Tirmidzi no.3207: di Mina, bulan sebagian di balik gunung, sebagian lagi di depan gunung;
    Ahmad no.3402: tidak ada pernyataan di Mina, tidak ada posisi bulan;
    Ahmad no.3729: tidak ada pernyataan di Mina, gunung berada di antara dua belahan bulan;
    Ahmad no.4049: Perawi Syu'bah ragu, tidak ada pernyataan di Mina, bulan sebagian di balik gunung sebagian lagi di atas gunung;
    Ahmad no.4130: di Mina, bulan sebagiannya berada di belakang gunung.

    Dengan kesaksian hanya 1 orang yaitu hanya dari Mas'ud dan bahkan tidak jelas apakah Ia di Mina ataukah tidak, juga berita posisi bulan saat terbelah simpang siur berbeda, maka hadis ini jelas sangat meragukan.
Cilakanya lagi, selain problem kesaksian, ada problem lainnya, yaitu Allah di Quran, para kafir di Quran, bahkan Muhammad sendiri dalam hadis, menyatakan Ia (Muhammad) tidak diberikan berkah untuk dapat mempertunjukan/membuat keajaiban/Mukjizat:
    Quran:
    Dan orang-orang kafir Mekah berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya mu'jizat-mu'jizat dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya mu'jizat-mu'jizat itu terserah kepada Allah. Dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata"[AQ 29.50]
    Dan mereka (orang-orang musyrik Mekah) berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu mu'jizat dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya Allah kuasa menurunkan suatu mu'jizat, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." [AQ 6.37]
    "Mengapa Allah tidak berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" [AQ 2.118]
    Orang-orang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya tanda (mu'jizat) dari Tuhannya?" [AQ 13.27]
    Bahkan mereka berkata: "mimpi-mimpi yang kalut, malah diada-adakannya, bahkan dia sendiri seorang penyair, maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mu'jizat, sebagai-mana rasul-rasul yang telah lalu di-utus" [AQ 21.5]
    Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dan bumi untuk kami, atau kamu mempunyai sebuah kebun korma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami. Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca".. [AQ 17.90-93].

    Hadis:
    'Abdul 'Aziz bin Abdullah - Al Laits - Sa'id - ayahnya - Abu Hurairah - Nabi SAW: "Tidak seorang nabi pun kecuali ia diberi beberapa mukjizat yang tak bisa diserupai oleh apapun sehingga manusia mengimaninya -atau dengan redaksi 'sehingga manusia dijadikan beriman'-, namun yang diberikan kepadaku hanyalah berupa wahyu yang Allah wahyukan kepadaku, maka aku berharap menjadi manusia yang paling banyak pengikutnya di hari kiamat." [Bukhari no.6732 dan Muslim no.217]
Malah, fenomena bulan terbelah pun terjadi juga dijaman ini,
Tanggal 24 November 1989. Knoxville, Tennessee, pernah dilaporkan fenomena bulan sabit kembar, yang termuat di Science Frontiers No. 68: Mar-Apr 1990. Dalam keterangannya disampaikan bahwa ini adalah pembiasan dari perbedaan lapisan udara dengan indeks bias berbeda. Foto lainnya terkait fenomena bulan sabit kembar lihat ini. Fenomena (atau juga disebut fatamorgana) ini merupakan efek pantulan (refleksi) atau juga pembiasan (refraksi) yang tentu saja, bukanlah tanda dunia akan kiamat/dekat kiamat, juga bukan keajaiban. Oleh karenanya akan tetap terjadi lagi, lagi dan lagi, di masa depan.

Berikut ini penjelasan bahwa Bulan TIDAK PERNAH terbelah dari sisi sains dan astronomi
    Kutipan 1:
    T. Djamaluddin (Peneliti Utama Astronomi dan Astrofisika, LAPAN Bandung)
    ....
    Sejauh ini tidak ada bukti ilmiah yang mendukungnya. Mekanisme fisisnya pun sulit dijelaskan, karena kalau pun benda langit bisa saja terbelah atau pecah akibat efek pasang surut planet atau bintang induknya, tetapi tidak mungkin bersatu kembali. Ahli matematika Perancis Edouard Roche menyatakan ada suatu jarak minimum dari planet atau bintang induk yang bila dilampaui akan menyebabkan benda yang mengorbitnya akan pecah.

    Batas minimum itu dikenal sebagai Limit Roche yang tergantung ukuran dan kekuatan benda langit menahan gaya gravitasi planet. Bulan yang kelihatan kokoh pun akan hancur berantakan bila (karena suatu sebab) melewati Limit Roche-nya, masuk dalam orbit yang jaraknya kurang dari 18.000 km dari bumi. Saat ini (termasuk pada zaman Nabi) bulan masih berada pada jarak yang aman 384.000 km.
    ....

    Kutipan 2:
    Ma'rufin Sudibyo yang eks. Teknik Nuklir UGM:
    ...
    Jika Bulan benar-benar terbelah secara fisik maka jelas ada bekas patahannya sehingga bulan - yang saat itu kemungkinan berfase setengah lingkaran - benar-benar terbelah, bidang pembelahan itu kemungkinan besar sejajar dengan ekuator maupun bujur nol-nya. Belahan Utara dan Selatan Bulan (atau Barat dan Timur, jika bidang pembelahannya sejajar bujur nol) akan terpisah sejenak hingga berjarak minimal 120 km, untuk kemudian menyatu kembali.

    Jika ini terjadi, tentu bidang pemisahan itu masih ada jejak2nya yakni sebagai patahan panjang yang membentang sejajar ekuator Bulan maupun bujur nol. Jika suatu blok batuan mendadak terpatahkan (apalagi terpisah) untuk kemudian merekat kembali, dibutuhkan 'lem' teramat kuat agar patahan itu tidak bergeser lagi. Secara geologis 'lem' itu adalah magma yang terekstrusi keluar lewat erupsi rekahan, tentunya dengan volume sangat gigantik untuk kemudian membeku dan mengikat kedua sisi yang terpatahkan tadi. Dan karena batuan setempat mengalami kontak dengan magma Bulan, tentu terjadi proses metamorfosa kontak yang menghasilkan batuan metamorf kontak nan khas.

    Sejauh ini - merujuk NASA - vulkanisme Bulan terakhir kali terjadi jutaan tahun silam dan tak ada yang berumur Holosen (kurang dari 10.000 tahun), apalagi Resen (kurang dari 1.000 tahun). Citra2 permukaanBulan juga tidak menunjukkan jejak patahan sangat panjang yang sejajar ekuator. Demikian pula, citra2 Bulan pun tidak menunjukkan adanya sisa2 erupsi rekahan memanjang yang sejajar ekuator maupun bujur nol. Magma Bulan bersifat basaltik - mirip magma dari mantel Bumi - sehingga bila muncul ke permukaan tentunya menghasilkan endapan2 kegelapan yang mudah diidentifikasi. Misi Apollo 11, 12 dan 14 memang mendarat di dekat ekuator Bulan, namun di lokasi2 pendaratannya tidak dijumpai endapan lava basaltik "segar" produk erupsi masa Resen.
    ...
Fenomena yang juga terjadi pada abad ini dan penjelasan sisi sains sudah sangat menjelaskan bahwa terbelahnya bulan adalah hoax [detail lainnya: Bulan [Tidak] Pernah Terbelah dua..] []

***

Serangan Pasukan Gajah ke Kabah, Klaim terhadap Raja Abraha dan Kontroversi Kapan Muhammad Lahir
    Taha Hussein (1889-1973, Mesir) dalam Fi al-shir al-jāhilī (On pre - Islamic poetry, 1926) meneliti teks-teks Qur'an dan puisi pra-Islam, linguistik yang mendahuluinya yang menjadi sumber utama kanonik untuk Arab, ...mempelajari teks-teks terkait sesuai prinsip-prinsip ilmiah dan tanpa prasangka, ia menyimpulkan tidak hanya bahwa Qur'an berisi narasi-narasi yang adalah dongeng tetapi juga bagian-bagian kumpulan puisi pra-Islam tampak berasal dari periode Islam dan dengan demikian adalah palsu ("The Arabic Literary Heritage: The Development of Its Genres and Criticism", Roger M. A. Allen, 2005, hal.398). Ia kemudian dituntut tuduhan menghina Islam, namun jaksa penuntut umum menyatakan yang dikatakan Taha Hussein adalah pendapat seorang peneliti akademis dan tidak ada tindakan hukum diambil terhadapnya.
Kisah Allah menyelamatkan Kabah dari serangan tentara bergajah tercantum di AQ 105.1-5 (Al fiil), konon surat Al Makiyya ini turun pada urutan 19.
    Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan.
Hadis:
  1. Riwayat Yazid bin harun - Muhammad bin Ishaq bin Yasar - Az Zuhri Muhammad bin Muslim bin Syihab - 'Urwah bin Zubair - (Miswar bin Makhramah dan Marwan bin Hakam):
    .."Unta ini tidak mogok karena kemauannya sendiri, dan mogok bukanlah adat kebiasaannya, namun Dzat yang pernah menahan gajah (pasukan Abraha) dari Makkah-lah yang menahannya. [Ahmad no.18152. Abu dawud no.2384. Bukhari no.2529]

    Note:
    Kata "Dzat/Zat" (KBBI: 1 wujud; hakikat; 2 yg menyebabkan sesuatu menjadi ada; 3 bahan yg merupakan pembentuk suatu benda; unsur). Ibn Farabi (260-339H/873-950M), mendefinisikannya: wajib al wujud. Sementara, di Quran "Dzat" (ذات) yang muncul 30x diartikan: "mempunyai, mengandung, berisi, apa, yang mana, dll", misal AQ 86.11 (Demi langit yang mengandung hujan/waalssamaa-i dzaati alrraj'i) atau AQ 89.7 (penduduk Iram yang mempunyai bangunan2 tinggi/irama dzaati al'imaadi), jadi rata-rata digunakan untuk ciptaan namun juga untuk Allah/BERHALA lainnya, misal hadis riwayat Sa'id bin Abdurrahman Al Makhzumi - Sufyan - Az Zuhri - Sinan bin Abu Sinan - Abu Waqid Al Laitsi, saat Rasulullah SAW pergi ke Hunain, beliau melintasi sebuah pohon kaum musyrikin bernama Dzat Anwath, mereka biasa menggantungkan persenjataan mereka di pohon itu (juga tempat kaum musyrik beri'tikaf), para sahabat berkata: Wahai Rasulullah, buatkan kami Dzat Anwath seperti milik mereka, lalu nabi SAW bersabda: "Subhaanallaah, ini seperti dikatakan kaum Musa: Buatkan kami ilah seperti ilah-ilah mereka. demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNya, kalian akan melakukan perilaku orang sebelum kalian." (Tirmidzi no.2106, juga di Ahmad no.20892)

  2. Riwayat Mu'adz bin Hani` - Harb bin Syaddad - Yahya bin Abu Katsir - Abu Salamah - Abu Hurairah bahwa pada tahun penaklukan kota Makkah, Rasulullah SAW berdiri sambil bersabda:
    "Sesungguhnya Allah menahan gajah dari Makkah.." [Darimi no.2487. Juga dalam jalur perawi Yahya - Abu salamah - Abu Huraira di Ahmad no.6944 (.."Sesungguhnya Allah telah merintangi tentara gajah dari kota Makkah"), Abu Dawud no. 1725 (tatkala Allah Ta'ala menaklukkan Mekkah melalui Rasulullah SAW, beliau berdiri diantara mereka lalu memuji Allah kemudian berkata: "Sesungguhnya Allah telah menahan gajah dari Ka'bah). Juga di Hadis Muslim no.2414, 2415. Dan juga di Bukhari no.109, 6372]

  3. Riwayat Ibn Sa`d - Muhammad Ibn `Umar Ibn Waqid al-Aslami - 'Abd Allah Ibn `Uthmàn Ibn Abi Sulayman - Ayahnyah (Jalur ke-1); Ibn Sa'd - Muhammad Ibn 'Abd al-Rahmán Ibn al-Baylamani - ayahnya (Jalur ke-2); Ibn Sa'd - `Abd Allah Ibn 'Amr Ibn Zuhayr al-Ka'bi - Abu Malik al-Himyari - 'Ata Ibn Yasar (Jalur ke-3); Ibn Sa'd - Muhammad in Sa'id al-Thaqafi - Ya'la Ibn 'Ata - Waki` Ibn 'Udas - pamannya (Abu Razin al-'Uqayli) (Jalur ke-4); Ibn Sa`d - Sa'id Ibn Muslim - `Abd Allah Ibn Kathir - Mujàhid - Ibn `Abbas; Narasi mereka semua di gabung, mereka berkata:
    ..Kemudian kawanan burung datang dari arah laut dan setiap burung membawa 3 batu - dua di cakarnya dan 1 di paruhnya dan melempari mereka batu dan hantamannya itu menimbulkan ledakan, itu adalah kejadian pertama ketika smallpox (cacar) dan campak menyebar di area. Batu-batu ini menumbangkan seluruh pohon yang berbuah pahit. SESUDAH ITU, Allah MENGIRIMKAN BANJIR, yang menyapu bersih dan mendorong seluruhnya ke LAUT. (Qur'an, Surah al-Fil) Ibn Sa`d: Abraha melarikan diri bersama yang tersisa disana, dan akhirnya anggota tubuh Abraha mulai berjatuhan satu persatu. Berkenaan dengan Gajah kaum Najashi, Mahmud, Ia menolak menyerang tempat suci, jadi tempat itu aman namun gajah lain menyerbu jadilah dimusnahkan; dikatakan bahwa terdapat 13 gajah [Ibn Sa'd AL-TABAQAT AL-KABIR, vol.1, bagian 1.19.5]
Jalalyn, Ibn Kathir, Waqidi dan banyak lagi menyatakan bahwa peristiwa yang dimaksudkan dalam surat ini berkenaan dengan penyerangan Kabah oleh pasukan Gajah Abraha al-Habsyi/Habasyah alias Abraha bin as-Saba'h/Yemen alias Abraha al-Asyram/Asyram (= robek di alis, dahi, hidung, bibir karena bertempur merebut kekuasaan dari Aryath) alias Abu Aksum/Yaksum, sang penguasa Yaman. Alasan Abraha menurut kaum Muslim: Ingin agar kaum Arab berhaji di gereja (Ekklesia atau al-Qullay) yang dibangunnya di Sana'a dan juga karena penghinaan oleh seorang suku Arab terhadap gerejanya.
    Al-Kinani keluar dari rumahnya dengan tujuan gereja Abraha, kemudian Ia berak di dalamnya. Setelah berak di gereja tersebut, Al-Kinani pulang ke negerinya.

    Peristiwa berak di gereja dilaporkan kepada Abarah dan Ia bertanya, 'Siapa yang melakukannya?'

    Dikatakan kepadanya, 'Pelakunya salah seorang Arab tepatnya dari warga sekitar Baitullah di Makkah, tempat orang-orang Arab berhaji kepadanya, karena ia mendengar ucapanmu bahwa engkau akan mengalihkan haji orang-orang Arab ke gerejamu. Orang tersebut naik pitam kemudian ia berak di gerejamu.

    Abraha murka mendengar laporan pemberakan di gerejanya. Ia bersumpah, bahwa ia akan pergi ke Baitullah untuk menghancurkannya. Ia perintahkan pasukan Habasyah bersiap-siap, kemudian ia berangkat ke Mekkah dengan mengendarai gajah...Esok harinya, Abraha bersiap-siap untuk memasuki Makkah. Ia menyiapkan gajah-gajahnya, dan memobilisir pasukannya. Gajah Abraha bernama Mahmud...

    [Note: Versi Indonesia: 60.000 ekor gajah; Versi lain: 60.000 pasukan + 13 Gajah (sumber lainnya: 9 gajah). Salah satu kebetulan menarik adalah jumlah tentara yang disebutkan karena memiliki kesamaan jumlah yang mengherankan dengan yang terjadi di perang Qadisiyyah (636 M), disebutkan tentara pasukan Persia juga 60.000 orang! (+ 33 Gajah, yang di hari ke-1 dan 2, sempat memporakporandakan tentara Umar)]

    Kemudian Allah Ta'ala mengirim untuk Abraha dan pasukannya burung-burung seperti burung layang-layang dan burung balsan (sejenis burung tiung) dari arah laut. Setiap burung membawa tiga batu; satu batu di paruhnya, dan dua batu di kedua kakinya. Batu-batu tersebut mirip kacang dan adas. Jika batu tersebut mengenai salah seorang dari pasukan Abraha, ia pasti tewas, namun tidak semuanya dari mereka terkena batu tersebut. Mereka lari kocar-kacir, berebutan mencari jalan yang telah dilaluinya, dan mencari-cari Nufail agar ia menunjukkan jalan ke arah Yaman. [Sirat Nabawiyah Ibn Ishaq, bab 6 hal 35-44]
TAHUN peristiwa itu, oleh banyak kalangan dianggap sebagai tahun lahirnya Muhammad. ,

Apa problem dari kisah Pasukan Gajah menghancurkan kabah, hubungan dengan kelahiran Muhammad dan Abraha?

Ke-1,
Tentara Gajah yang digunakan berperang diganasnya PADANG GURUN ARABIYA

Gajah butuh 68.4 - 98.8 Liter air/HARI, namun dapat minum hingga 152 L. Gajah dewasa dapat minum 212 L kurang dari 5 menit. Mereka makan sejumlah 149 kg - 169 kg tanaman/hari dan selama 16-18 jam/hari [rumput, tanaman kecil, semak, buah, dll]. Mereka dapat menempuh jarak 48-50 km/hari. [lihat: link, link, link, link]

Jarak Yaman - Mekkah = 820 km. [kira-kira 16.4 hari perjalanan secara garis lurus, dan akan lebih panjang lagi karena perjalanan tidak ditempuh secara garis lurus sesuai peta dan juga ini tidak termasuk perang di setiap tempat].

Bayangkan keruwetan yang harus muncul hanya untuk 13 gajah tok!

Hanya gubernur yang super tolol yang membawa gajah untuk berperang jarak jauh di area yang TIDAK ADA MAKANAN dan MINUMAN. Disamping itu, tidak pernah tercatat dalam sejarah adanya Raja manapun yang membawa memerangi daerah ini apalagi dengan menggunakan Gajah.

Ke-2,
Tidak semua ahli sepakat pada hubungan antara tahun gajah dan kelahiran Muhammad, malah ada yang menyatakan bahwa kejadian gajah dan kekalahan Abraha terjadi untuk nabi lainnya SEBELUM muhammad lahir, diantaranya dalam "THE SONS OF KHADIJA", M.J. Kister, hal 83:
    Hubungan antara tanggal lahirnya nabi dan eskpedisi gajah, akan tetapi, DITOLAK oleh Mu'tazila: Tuhan penyebab keajaiban kejadian kekalahan Abraha adalah untuk NABI LAIN SEBELUM MUHAMAD seperti Khalid b. Sinaan atau Quss b. Saida103

    103 Al-Tabarsii, Majma' al-bayaan fii tafsiiri Al-qur'aan, XXX, 239: "... wa-kaana haadhaa min a'zami al-mu'jizaat al-qaahiraat wa-al-aayaati al-baahiraat fii dhaalika al-zamaan azharahu allaahu ta'aalaa li-yadulla 'ala wujuubi ma'rifatihi wa-fiihi irhaasun li-nubuwwaii nabiyyinaa $allaa allaahu 'alayhi wa-sallam li-annahu wulida fii dhaalika al-'aam; wa-qaala qaumun mina al-mu'taziIati annahu kaana mu'jizatan li-nabiyyin mina ai-anbiyaa'i fii dhaalika al-zamaani wa-rubbamaa qaaluu huwa khaalidu ibnu sinaanin.." dan lihat dengan penuh perhatian formulasi komentar dari 'Abd al-Jabbaar dalam Mutashaabih al-qur'aan-nya, ed. 'Adnaan Muhammad Zarzuur, Cairo 1969, II, 702: ".... fa-ammaa qauluhu ta'aalaa tarmiihim bi-hijaaratin min sijjiil fa-innahu 'indanaa laa budda min an yakuuna dhaalika mu'jizan li-ba'di al-anbiyaa'i fii dhaalika al-waqti li-anna fiihi naqda 'aadatin wa-dhaalika Laa yajuuzu iliaa fi azmaani ai-anbiyaa'i."
Ke-3,
Mereka lainnya, menghubungkan antara tahun gajah dan kelahiran Muhammad, yaitu di samping sirat Nabawiyah Ibn Ishaq juga terdapat di banyak hadis lain yang menyampaikan bahwa Muhammad SAW lahir pada tahun Gajah.
    Riwayat Muhammad bin Basyar Al Abdi - Wahb bin Jarir - ayahku (Jarir bin Hazm bin Zayd) - Muhammad bin Ishaq - Al Mutthalib bin Abdullah bin Qais - ayahnya (Abdullah bin Qais bin Makhramah) - kakeknya (Qais bin Makhramah bin Al Muthallib):

    "Aku dan Rasulullah SAW dilahirkan PADA TAHUN GAJAH." Lalu Utsman bin 'Affan bertanya kepada Qubats bin Asyyam -saudaranya bani Ya'mar bin Laits- "Apakah anda lebih tua ataukah Rasulullah SAW?" dia menjawab; "Rasulullah SAW lebih dewasa segala-galanya dari padaku sekalipun dari sisi usia aku lebih dahulu dilahirkan dari pada beliau, Rasulullah SAW dilahirkan PADA TAHUN GAJAH, sedang ibuku melahirkanku pada waktu itu juga." dia berkata; "(Waktu itu) AKU JUGA SEMPAT MELIHAT KOTORAN BURUNG TELAH BERUBAH BERWARNA HIJAU." Abu Isa berkata; "Hadits ini derajatnya hasan gharib, kami tidak mengetahui (hadits tersebut) kecuali dari hadits Muhammad bin Ishaq." [Tirmidhi no.3552]

    Hadis yang melaporkan bahwa perawi melihat tahi burung ini sangat janggal mengingat Ibn Sa'd melaporkan ada BANJIR yang menyapu area tersebut atau bagaimana mungkin bayi/anak kecil baru lahir mampu mengingat warna kotoran burung? atau bagaimana mungkin tahi burung itu tetap ada utuh setelah bertahun-tahun kemudian dan hanya dirinya yang melihatnya?

    Riwayat Ya'qub - Bapakku (Ibrahim bin Sa'ad bin Ibrahim bin 'Abdur Rahman bin 'Auf) - Ibnu Ishaq - Al Muthallib bin Abdullah bin Qais - Bapaknya - kakeknya Qais bin Makhramah: "Saya dan Rasulullah SAW dilahirkan PADA TAHUN GAJAH. Dan kami adalah dua orang bayi yang dilahirkan dalam waktu yang sama." [Ahmad no.17218]

    Riwayat Ibn Sa`d - Muhammad Ibn `Umar Ibn Waqid al-Aslami - Abu Bakr Ibn 'Abd Allah Ibn Abi Sabrah - Ishaq Ibn `Abd Allah Ibn Abi Farwah - Abu Ja`far Muhammad Ibn `Ali: Rasullullah SAW lahir pada hari senin, 10 Rabiul Awwal dan INVASI KAUM BERGAJAH (ashab al-fiil) terjadi pada pertengahan Muharam, 55 HARI SEBELUM kejadian ini [Ibn Sa'd Tabaqat al-Kabir, Vol.1, bagian 1.24.1]

    Ibn Sa`d - Muhammad Ibn `Umar Ibn Waqid al-Aslami- Musa Ibn Shaybah - `Umayrah Bint `Ubayd Allah Ibn Ka'b Ibn Malik - Umm Sa'd Bint Sa`d Ibn al-Rabi' - Nafisah Bint Munyah:..Rasullullah SAW mengawini dia (Khadijah) saat berusia 25 tahun dan khadijah 40 tahun, karena ia lahir 15 tahun sebelum tahun gajah [Ibn Sa'd Tabaqat al-Kabir, Vol.1, bagian 1.35.1]

    Riwayat lbn Sa`d - Muhammad Ibn 'Umar - Hishàm Ibn Sa'd - Zayd Ibn Aslam - `Abd Allah Ibn 'Alqamah Ibn al-Faghwa (Jalur ke-1); Ibn Sa`d - Ishaq Ibn Yahya Ibn Talhah - Isa Ibn Talhah - Ibn `Abbas (Jalur ke-1); lbn Sa'd - Musa Ibn `Ubaydah - Muhámmad Ibn Ka`b (Jalur ke-3); Muhammad Ibn Sàlih - `lmran Ibn Mannah (Jalur ke-4); Ibn Sa`d - Qays Ibn al-Rabi' - Ibn Ishaq - Sa'id Ibn Jubayr (Jalur ke-5); Ibn Sa'd - `Abd Allah Ibn `Amir al-Aslami - anak perempuan dari Abu Tajrát (Jalur ke-6); Ibn Sa`d - Hukaym Ibn Muhammad - Ayahnya - Qays Ibn Makhramah (Jalur ke-7); mereka semua berkata: Rasullullah SAW lahir di tahun gajah [Ibn Sa'd Tabaqat al-Kabir, Vol.1, bagian 1.24.4]

    Riwayat Ibn Sa`d - Yahya Ibn Ma'in - Hajjaj Ibn Muhammad - Yunus Ibn Abi Ishaq - Sa'id Ibn Jubayr - lbn `Abbas: Rasullullah SAW lahir di hari gajah-gajah, yang mana maksudnya tahun gajah.[Ibn Sa'd Tabaqat al-Kabir, Vol.1, bagian 1.24.5]
Kapan Muhammad lahir?

Hadis menyampaikan bahwa Muhammad menjadi nabi di usia 40 tahun dan wafat di usia 63 tahun (11 Hijriah: 13 Rabiul Awal/8 Juni 632, bahkan untuk tanggal wafatnya pun masih terdapat beberapa perbedaan pendapat). Salah satu penetapan penting yang dilakukan adalah penetapan kapan terjadinya Hijrah yang dianggap terjadi pada tahun 622 M.

Kemudian,
Jumlah hari pada tahun Qamariah adalah lebih sedikit dari tahun Syamsiah. Imam Al-Alusi menyatakan selisihnya adalah 10 hari, 21 jam, 1 menit, sehingga untuk 63 tahun selisihnya menjadi 1 tahun 320 hari. Dengan perhitungan ini, maka Muhammad lahir di tahun 571 M (atau lebih) dan tahun gajah pun terjadi di 571 Masehi.

Namun bahkan inipun bukan tahun yang pasti!

Hisham Ibn Al Kalbi (w.204 H/819 - 206/821 M):
    Sebelum kronologi waktu dari Nabi, Kaum Quraish menghitung waktu dari waktu kejadian gajah. Antara peristiwa Gajah dan (perang) Fijar, mereka hitung 40 tahun. Antara Fijar dan wafatnya Hisham b. Al-Mughira, mereka hitung 6 tahun. Antara wafatnya Hisham dan pembangunan Ka'ba, mereka hitung 9 tahun. Antara pembangunan Ka'ba dan keberangkatan Nabi ke Medina, mereka hitung 15 tahun. (Scott Johnson, Hal 286: al-Zubayr b. Bakkar, Nasab Quraysh, 668 par.1649, kister 1965a, 427)
Total jumlah tahun hingga hijrah: 40+6+9+15 = 70 tahun atau 522 Masehi (jika tahun yang disampaikan Hisham ini dalam penanggalan Qamariah, maka penyesuaiannya dalam penanggalan Syamsiah menjadi tahun 524 Masehi).

Berikut di bawah ini,
akan anda temukan lebih banyak lagi variasi dugaan kelahiran Muhammad yang BUKAN terjadi di tahun GAJAH namun dihitung berdasarkan adanya kejadian pasukan gajah:
    Muhammad ibn al-Sa'ib (w.726 M) berkata bahwa Muhammad lahir 15 tahun SEBELUM "Tahun Gajah". Ja'far ibn Abi 'l-Mughira (wafat awal abad ke-8) menetapkan kelahiran Muhammad 10 tahun SETELAH "tahun Gajah", sementara Al-Kalbi menceritakan bahwa Shu'ayb ibn Ishaq (w. 805 M) berkata bahwa Muhammad terlahir 23 tahun SETELAH kejadian ini (Kisah peyerangan dengan gajah). Al-Zuhri (w. 742 M) yakin bahwa Muhammad lahir 30 tahun SETELAH "Tahun Gajah", sementara Musa ibn 'Uqba (w. 758 M) Yakin bahwa Muhammad lahir 70 tahun kemudian! [Lawrence I. Conrad, "Abraha and Muhammad: Some Observations Apropos of Chronology and Literary "topoi" in the Early Arabic Historical Tradition", Bulletin of the School of Oriental and African Studies, University of London, Vol. 50, No. 2 (1987), Hal. 234.]

    Dari "THE SONS OF KHADIJA", M.J. Kister, hal 81-82, pada catatan kaki no.100:

    Mughultaay, Talkhiis al-sira; MS. Shehid 'Ali 1878, fol.7a-b; dan lihat Mughultaay, al-Zahr al-baasim, MS.Leiden, atau 370, fol 71a-b: "Nabi lahir 10 tahun SETELAH 'gajah'", 23 tahun SETELAH 'gajah', 15 tahun SEBELUM 'gajah', 15 tahun SETELAH 'gajah', 1 bulan SETELAH hari kejadian gajah";
    Al-Zurqaani, Sharh al-mawaahib,I, 89; Al-Kalbi: "23 tahun SETELAH hari kejadian gajah"; Muqatil: "40 tahun"; lainnya: "30 atau 50 atau 70 tahun SETELAH 'gajah'";
    dan lihat perbedaan tanggal ditafsir Al-Qurtubi, XX, 194; Ibn Hajar al-Haytami, al-Ni'matu al-kubraa 'alaa al-'aalam bi-maulidi sayyidi banii aadam, MS. di kepunyaanku, fol 18a, ult-18b: "lahir di tahun gajah, 40 tahun SETELAHNYA, 30 tahun SETELAHNYA, 23 tahun SETELAHNYA, 15 tahun SEBELUMNYA, 3 tahun SETELAHNYA";
    Khalifa b. Khayyat Ta'rikh, ed. Akram Diyaa al-'Umarii, al-Najaf 1386/1967, hal. 9-10: "di tahun gajah, 40 tahun SETELAHNYA, 30 tahun SETELAHNYA atau 15 tahun SEBELUMNYA";
    dan lihat perbedaan tanggal di Muhammad b. Saalim al-Himawi, Ta'rikh al-saalihi, MS. Br. Mus., atau. 6657, fol 13Oa; dan lihat variasi tradisi: Ibn Kathir, al-Bidaaya; II, 262: "10 tahun SETELAH tahun gajah, 23 tahun SETELAHNYA, 30 tahun SETELAHNYA, 40 tahun SETELAHNYA dan 15 tahun SEBELUM hari dari kejadian gajah" (tradisi ini ditandai sebagai gharib, munkar dan da'if);
    dan lihat variasi tanggal di Al-Bayjuri Haashiyatun 'alaa maulidi abii al-barakaat: sayyidii ahmadi al-dardiir, Cairo 1294, hal 44-45; al-Sinjaarii, Manaa'ihu al-karam bi-akhbaari makkata wa-al-haram; MS. Leiden, atau. 7018,fol.58a: "lahir di tahun gajah, atau 50 tahun SETELAH serangan dari pasukan gajah, atau 30 tahun SETELAH tahun gajah, atau 40 tahun SETELAH tahun gajah".
    Banyak tradisi di Ibn Nasir al-Din Jami' al-athar, fols. 179b-180b: "Nabi lahir di tahun gajah, menerima wahyu 40 tahun setelah 'gajah' (peperangan di -K) 'Ukaaz terjadi 15 tahun SETELAH 'gajah' dan kabah dibangun 25 tahun setelah 'gajah'"; "Nabi lahir 30 hari SETELAH 'gajah', atau 15 hari, atau 55 hari atau 2 bulan 6 hari, atau 10 tahun; beberapa berkata 20 tahun, beberapa berkata 23 tahun, beberapa berkata 30 tahun, beberapa berkata Tuhan mengirim nabi dengan misinya 15 tahun SETELAH KABAH DI BANGUN sehingga menjadi 70 tahun antara 'gajah' dan kenabiannya (mab'ath)"; "beberapa berkata bahwa ia lahir 15 tahun SEBELUM 'gajah', beberapa berkata 40 hari atau 15 hari, beberapa berkata 30 tahun SEBELUM 'gajah', dan terakhir, beberapa berkata 10 tahun antara ekspedisi gajah dan kenabian, wa-bayna an bu'itha".
    Lihat al-Bayhaqi, Dalaa'il, I, 65: "Nabi di hari 'Ukaz beruisa 20 tahun"; hal. 67: "Kabah dibangun 15 tahun SETELAH tahun gajah dan Nabi menerima wahyu 40 tahun setelah 'gajah'. Menurut tradisi lainnya, nabi menerima misinya 15 tahun SETELAH dibangunnya kabah, misi nabi, al-mab'ath, terjadi 70 tahun SETELAH tahun gajah"; hal. 68: "Nabi lahir 10 tahun SETELAH tahun gajah"
Sehingga,
Jika "Tahun Gajah" adalah 570 M, maka Muhammad lahir antara tahun 520 M - 640 M. dan wafat antara tahun 583 M - 703 M!

Bisakah anda bayangkan sekarang betapa kacaunya ini! Bahkan untuk urusan orang no.1 dalam dunia Islam saja KACAU BALAU penuh ketidakpastian maka kebenaran seperti apa yang masih harus dipercaya dari hadis? dari Quran? Karena bahkan Quran-pun ternyata terkumpul dari kesaksian minimum 2 orang! ...dan bahwa kebenaran ini datangnya dari Allah?

Kapan wafatnya Raja Abraha?

Sejarah mencatat bahwa setelah wafatnya Abraha, tahta diteruskan anaknya, Yaksum dan tidak lama kemudian ia wafat dan diteruskan Masruq. Di masa pemerintahan itulah kerajan Aksum berakhir. Untuk dapat mengetahui kapan batas terjauh wafatnya Abraha maka perlu kita ketahui berakhirnya kerajaan Aksum.

Wafatnya Abraha terjadi sebelum kehadiran persia di Yaman yaitu sebelum tahun 570 M [Tabari, "The History of Al-Tabari: The Sasanids, the Lakhmids, and Yemen", Vol.5, hal 220, 230]

Scott Johnson (hal.285, 289) menuliskan:
Berahirnya era Aksumite menurut sumber islam adalah di tahun 575 M (jadi terdapat selisih 5 tahun dari penentan kelahiran muhammad di tahun 570 M) dan menurut sumber Byzantium berakhirnya era aksumite adalah pada tahun 570an Masehi (sehingga dengan selisih tahun yang sama, wafatnya Abraha adalah 565 Masehi. Nilai tahun ini (565 M) sama dengan keterangan wikipedia yang mengutip sumber lain: Muhammad and the Origins of Islam By Francis E. Peters p.88)

Pendekatan yang dilakukan Körper und christliche Lebensweise, Albrecht Berger (hal 67, 73) memberikan perkiraan Abraha wafat pada antara tahun 556-558 Masehi.

Disamping itu,
ditemukan 3 Inkripsi yang berkaitan aktifitas raja Abraha. Dalam catatan kaki di buku Tabari Vo. 5 yaitu: no.409, no.546, 563, tertulis inskripsi tentang memperbaiki bendungan Ma'rib [548-549 M, Inskripsi CIH 541]. Kemudian inskripsi tentang pasukan Abraha sukses melancarkan ekspedisi militer [552-553 M, Inskripis RY 506/Murayghan I]. Francis E peters juga meyampaikan bahwa Inkripsi Sabean (Murayghan 1, RY 506, ditemukan di sumur Murayghan) penanggalan 552 Masehi menyatakan Raja Abraha sukses melancarkan ekspedisi militer di Oasis Taraban/Turaba (sebelah barat Ta'if, 100 Km dari Ta'if. Jarak Ta'if-Mekkah, 80 Km dan Ta'if berada di sebelah barat Mekah):
    Dengan rahmat yang kuasa dan mesias-Nya, Raja Abraha Zeebman, Raja Saba'a, Zuridan, dan Hadrmaut dan Yaman dan suku-suku (di) pegunungan dan pantai menulis baris-baris prasasti ini pada pertempuran melawan suku Ma 'ad (dalam) pertempuran al-Rabiya pada bulan "Dhu al Thabithan" dan berjuang semua Bani A'amir dan mengangkat Raja Abi Jabar dengan Kinda dan Al bin, Bishar Hasan dengan Sa'ad, Murad, dan Hadarmaut di depan tentara melawan Bani Amir Agak dan Al di lembah Zu Markh dan Murad dan Sa'ad di lembah Manha dalam perjalanan ke Turban dan membunuh dan menangkap dan mengambil jarahan dalam jumlah besar dan Raja dan bertempur di Halban dan mencapai Ma'ad dan mengambil jarahan dan narapidana, dan setelah itu, menaklukkan Omro bin al-Munzir. (Abraha) mengangkat anak (dari Omro) sebagai penguasa dan kembali dari Hal Ban dengan kekuatan Mahakuasa dalam bulan Zu A'allan di tahun enam puluh dua dan enam ratus
Inskripsi Murayghan 3 (ditemukan tahun 2009) memuat deklarasi kemenangan Abraha, diantaranya penetapan kewenangan di Maa'ddum dan atas ekspansi ke Timur Laut, Utara dan Barat Laut Arabia khususnya Hagar (Arabia timur), Tayyum (Arabia Utara) dan Yathrib (Barat laut Arabia). Inskripsi ini tidak bertanggal namun dari deklarasinya, maka ini jelas kelanjutan dari Inskripsi pertama, sehingga harusnya tertanggal lebih dari tahun 522 M

Apa yang menarik dari 3 inskripsi ini?
TIDAK disebutkan bahwa ekspedisi militer dilakukan dengan pasukan gajah, TIDAK juga disebutkan bahwa ekspedisi militer berlanjut sampai dan/atau melewati Mekkah, Bahkan keberadaan kota "Mekkah" TIDAK disebutkan sama sekali, padahal beberapa tempat yang berdekatan dengan Mekkah dan/atau terletak lebih di Utara dari Mekkah saja disebutkan.

Inskripsi ini memberikan bukti sederhana bahwa kota Mekkah pada jaman Abraha TIDAK PENTING dan/atau bahkan belum ada.

Penerus Abraha pun TIDAK PERNAH tercatat menyerbu Mekkah. Bahkan hingga Yaman ditaklukan Persia (570 M), juga TIDAK PERNAH tercatat ada kelompok yang menyerbu Mekkah apalagi dengan menggunakan Gajah.
  1. Dalam buku "The Hidden Life of the Prophet Muhammad", oleh A.A Ahmed (murtad dari Islam dan menjadi Nasrani), Ch.1, hal.3:

    ...Legenda Islam mengatakan bahwa burung² dari surga yang disebut sebagai “Tair al-Aba’abil” menjatuhkan batu² pada tentara² penyerang. Akan tetapi, penulis Ethiopia bernama Abbas Mahmoud al-Agaad yakin bahwa tentara Abraha terserang penyakit cacar/smallpox (ibid : 76, mengutip dari Al-Agaad, T’awal’ai al-Bi’atha al-Muhammadia, hal. 145-146). Al-Agaad mengambil kesimpulan ini dari catatan² sejarah Byzantium yang ditulis oleh ahli sejarah bernama Procope, yang mengunjungi Mekah di Tahun Gajah. Mundurnya pasukan Abraha membuat masyarakat Mekah yakin bahwa tuhan suku Quraish telah menang berperang bagi mereka...(Note:ibid:76 adalah Buku "Al-Hizb Al-Hashmi Wa Tasis Al-Dawla", Sayydi Mahamoud al-Qimmi)

    Penulis (Dr A.A. Ahmed), menuliskan satu kekeliruan kecil yaitu, "Al-Agaad mengambil kesimpulan ini dari catatan² sejarah Byzantium yang ditulis oleh ahli sejarah bernama Procope, yang mengunjungi Mekah di Tahun Gajah. Mundurnya pasukan Abraha membuat masyarakat Mekah yakin bahwa tuhan suku Quraish telah menang berperang bagi mereka"

    Mengapa ini keliru?

    Karena bahkan Procopius TIDAK PERNAH menyebutkan adanya Mekkah dan juga TIDAK PERNAH menyebutkan adanya serangan gajah ke Mekkah

    1. Dari buku, "Mecca: A Literary History of the Muslim Holy Land", Francis E. Peters, hal 27, disampaikan bahkan kota MEKKAH SAJA TIDAK DIKETAHUI ADA dengan kalimat: Procopius knows of the Ghassanid presence in the northern Hijaz — a Byzantine phylarch named Abu Karib was given jurisdiction over much of southern Palestine and the northern Hijaz — and is well informed about the Himyarites in the south, but the rest of the Arabian shore he describes as "a country deserted by men." THERE IS NO MENTION HERE — or in any other historian of Late Antiquity — of Mecca, or even of Ptolemy's "Makoraba,"

    2. Dari tulisan Procopius sendiri (lihat: ini atau ini) di buku ke-1. Bab.20 (Procopius, menuliskan 8 buku. Masing-masing buku berisi catatan tentang perang yang berbeda-beda. Buku ke-1 dan ke-2, adalah tentang perang persia (hingga tahun 549 M) dan catatannya yang menyebutkan ttg Abraha ada di buku ke-1). Ia membahas mengenai tentang "Abramus" namun sama sekali tidak menyebutkan adanya serangan Abramus dengan menggunakan gajah ke Mekkah. Ia tulis "Later on Abramus too, when at length he had established his power most securely, promised the Emperor Justinian many times to invade the land of Persia, but only once began the journey and then straightway turned back"

    3. Penyakit cacar/campak yang disebutkan justru berasal dari Al Tabaqat Al Kabir Ibn Sa'd (lihat di atas)

    Tampak jelas dari 2 buah sampel rujukan yang membawa-bawa nama Procopius, Keduanya sejalan, yaitu Procopius sama sekali tidak pernah ke Mekkah (malah kota itu tidak diketahui ada di jaman itu) dan tidak pernah menyebutkan adanya perang dengan serbuan gajah ke Mekah bahkan kita ketahui sekarang bahwa Al Agaad mendapatkan informasi sakit cacar tersebut adalah dari Ibn Sa'd.

  2. Terdapat tulisan seseorang (entah siapa), yang kerap dipaksakan sebagai sebuah rujukan mengenai adanya serangan gajah ke Mekkah oleh raja Abraha. Tulisan ini dianggap sebagai garis besar/ringkasan dari bukunya Walter. W Muller ("Outline of the History of Ancient Southern Arabia) dan TIDAK melampirkan halaman mana dari bab/bagian buku tersebut yang diringkasnya, jadi sulit untuk membedakan apakah ini murni sebuah garis besar atau bercampur dengan pendapat pribadi penulisnya.

    Di menjelang akhir bagian tulisan,
    terdapat tulisan inskripsi CIH 325 dalam tanda kurung. Ini juga merupakan inskripsi terakhir yang dirujuknya dan dikatakan bahwa tahun inskripsi CIH 325 adalah 554 Masehi (atau 555 Masehi, jika menurut artikel "Early South Arabian-Islamic bilingual inscription from Najran", hal.87). Disampaikan pula bahwa inskripsi itu menandai hampir berakhirnya sejarah epos kerajaan di Selatan Saudi yang terdokumentasi dengan baik dan TIDAK DINYATAKAN adanya catatan serangan gajah ke Kabah (mekkah) di inskripsi tersebut.

    Kemudian,
    setelah menyampaikan alasan bahwa para sejarahwan-pun sangat berkesulitan mengakses kejadian di periode pertengahan abad ke-6 Masehi hingga kuartal awal abad ke-7 Masehi untuk kepastian tahun, penulis outline TIDAK LAGI mengutip inskripsi dan/atau catatan sejarah manapun namun melanjutkannya dengan sebuah reka dugaan yang dikatakannya dalam kalimat "hal-hal yang tidak lebih dari sebuah lanjutan kejadian" yaitu penyerangan Abraha. Menariknya, penulisnya sendiri menyebutkan bahwa kejadian ini sebagai sebuah kejadian yang terpatri dalam "ingatan" masyarakat arab karena adanya gajah yang menyertainya tanpa menyebutkan darimana sumber "ingatan" itu berasal dan penulisnya lanjutkan dengan mengutip quran untuk rekaan kejadian lainnya.

    Rekaan-rekaan ini jelas BUKAN/TIDAK dari inskripsi dan catatan sejarah manapun.

    Tulisan garis besar seseorang ini malah memberikan sebuah BUKTI LANJUTAN bahwa MEMANG TIDAK ADA catatan sejarah yang mendukung klaim AQ 105.1-5.
Ke-4,
Allah dari Abu Muthallib (kakek Muhammad) pun bukanlah ALLAH SWT, Allah-Allah kaum Quraish saat itu JUGA BUKAN Allah SWT, karena mereka saat itu menyembah salah satu atau beberapa diantara 360 berhala yang ada di Kabah.

Ke-5,
Di pra-Islam, tempat orang haji bukan Mekah, banyak tempat lain dijadikan tempat ritual haji, salah satunya disampaikan oleh Diodorus Siculus (60 SM - 30 SM) "Bibliotheca historica" di hal. 217:
    ..The inhabitants of the land about the gulf, who are known as Banizomenes, find their food by hunting the land animals and eating their meat. And a temple has been set up there, which is very holy and exceedingly revered by all Arabians. Next there are three islands which lie off the coast just described and provide numerous harbours.
    (.. Penduduk sekitar teluk, yang dikenal sebagai Banizomene, bermata-pencaharian memburu binatang darat dan memakan dagingnya. Dan di sana berdiri sebuah kuil yang disucikan dan sangat dihormati seluruh orang Arab. Di hadapannya, ada tiga pulau terletak di lepas pantai yang digambarkan tadi dan tersedia sejumlah pelabuhan.)
Kuil tersebut ada di area TELUK dan milik Banizomene, BUKAN di Mekkah.

Apa kesimpulannya?

AQ 105.1-5 → Dongeng.
Kisah muhammad lahir → Dongeng.
Kisah Kabah di serang Gajah → Dongeng.

Ya! semuanya adalah dongeng!

Apa BAGIAN TERBAIK dari kisah dongeng ini?

Sewaktu masih banyak berhala di Kabah, dongeng mengatakan gajah-gajah saja bahkan tidak mampu menghancurkan Kabah, namun FAKTA SEJARAH di kemudian hari mencatat, yaitu setelah BANYAK PEMELUK ISLAM dengan menyembah pada ALLAH SWT saja, Kabah tempat Allah, the only one berhala yang disembah, malah pernah hancur rusak oleh penyerangan Yazid dan Qarmatiah (lihat detailnya di bawah)

Yang di atas hanyalah sedikit sampel untuk menunjukan darimana Muhammad mendapatkan bahan bacaan untuk dibagikan ke pengikutnya. Pun demikian, masih saja beliau mengelak dan menyatakan:
    Dan orang-orang kafir berkata: "Al Quran ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu oleh kaum yang lain[1054]"; maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar. Dan mereka berkata: "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang." [AQ 25. 4-5]
    [1054]. Yang dimaksud oleh mereka dengan kaum yang lain itu ialah orang-orang yang sudah masuk islam.
Cilakanya apa yang disampaikannya juga tidak berkesesuaian dengan kitab-kitab sebelumnya [lihat: artikel Silas] []
-------

Klaim Quran Terpelihara, Tidak bertambah, berkurang dan berubah

Quran:
    Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan peringatan (Al Dhikir: Quran), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya [AQ 15.9]
Tafsir Ibn Kathir, Jalalyn dan Ibn Abbas menyampaikan yang dimaksudkan al Dhikir adalah Al quran dan terdapat janji Allah untuk memelihara quran sehingga tidak ada perubahan, distorsi, penambahan, pengurangan di dalamnya.

Benarkah?

AQ 24:1-2, memberikan suatu keterangan mengejutkan:
    Imam Malik merekam bahwa 'Umar, berdiri, memuji dan mengagungkan Allah, kemudian berkata; "Wahai masyarakat! Allah mengirim Muhammad dengan kebenaran dan menurunkan Kitab padanya. Satu dari sekian banyak yang diturunkan adalah ayat tentang merajam hingga mati, yang mana itu telah kita lantunkan dan mengerti. Rasullullah yang membawakan hukum rajam, setelah beliau, begitu pula kita, namun saya khawatir bahwa dengan berlalunya waktu, beberapa akan menyatakan bahwa MEREKA TIDAK MENEMUKAN AYAT RAJAM DI QURAN, mereka menjadi tersesat karena mengabaikan satu dari kewajiban-kewajiban yang Allah turunkan. Rajam adalah sesuatu yang AQ resepkan untuk --laki/perempuan-- yang melakukan persetubuhan illegal, jika telah menikah, terbukti, atau jika kehamilan terjadi karenanya, atau mereka mengaku" [Lihat juga: Bukhari no.6327, 6328, 6778. Muslim no.3021. Abu Dawud no.3835. Tirmidhi no.1351, 1352. Ibn Majjah no.2543. Malik no.1295, 1297. Darimi no.2219. Ahmad no. 265, 313, 368. Di Ahmad no.192 (juga di no.333) bahkan telak sekali terdapat pengakuan dari Umar: "Orang-orang mengatakan apakah ada hukum rajam? Padahal di dalam kitabullah hanya ada hukum dera" -> Ini membuktikan bahwa di ZAMAN UMARPUN quran tidak berisi ayat rajam!]

    [yang dibawah ini masih di Tafsir ibn kathir AQ 24.2, juz 18 hal.4 di buku: Tafsir Ibnu Katsir, Vol.6, Dr. 'Abdullah]

    Al-Hafizh Abu Ya'la al-Mushili - Muhammad Ibnu Sirin - Ibnu 'Umar H: "Katsir bin Shalt bercerita kepada kami: 'Ketika kami bersama Marwan, turut hadir di situ Zaid bin Tsabit, Zaid berkata: 'Dahulu, kami membaca ayat: 'Rajamlah lelaki tua dan wanita tua apabila mereka berzina.' Marwan berkata: 'Mengapa tidak anda tuliskan ayat itu dalam mush-haf?' Kami pun memperbincangkan masalah tersebut, di tengah-tengah kami hadir 'Umar bin al-Khaththab , ia berkata: 'Aku akan menjelaskan kepada kalian tentang masalah ini.' 'Bagaimana itu ?' kami bertanya. Umar menuturkan: “Seorang lelaki datang menemui Rasullullah SAW. Beliau pun menyebutkan beberapa perkara. Termasuk diantaranya tentang rajam. Lelaki itu berkata: ‘Wahai Rasulullah, tuliskan untukku ayat rajam’. Beliau menjawab: ‘Aku tidak bisa menuliskannya sekarang
Informasi terkait sejumlah ayat quran yang tidak ada dalam kitabullah dan alasan kehilangannya:
    Riwayat Abu Salamah Yahya bin Khalaf - Abdul A'la - Muhammad bin Ishaq - [Abdullah bin Abu Bakr - Amrah DAN dari jalur lain: Ibnul qasim - bapaknya] - 'Aisyah: "Telah turun ayat berkenaan hukum rajam, dan ayat persusuan orang yang telah dewasa itu sebanyak 10 x. Lembaran ayat itu ada di bawah kasurku, ketika Rasulullah SAW wafat kami tersibukkan dengan jasad beliau hingga dajin masuk dan memakannya."[Ibn Majah no.1934/3.9.1944 (arabic)]

    Note:
    kata dajin/Dajnun, "دَاجِنٌ", di hadis ini, secara "istimewa" diterjemahkan "burung-burung", padahal software kitab 9 hadis LIDWA sendiri dari 7x menterjemahkan, 6x nya diterjemahkan = "kambing ternak" (bukhari no.2181, 3793. muslim no.3800. Ahmad no.12565, 14743. Darimi no.45). Kamus Lane-Lexicon: "the first (داجن) occurs in a trad. as meaning a sheep or goat home-fed; that is fed by men in their places of abode"].

    Kemudian, tentang hadis ini:

    1. Hafiz Zubair Ali Zai: Narasi Hasan/Baik [Sunan Ibn Maja, 3/156, Kitab Nikah, bab Menyusui Orang Dewasa (رضاع الکبیر), terjemahan: Ata ullah Sajid, Penelitian oleh Hafiz Abu Tahir Zubair Ali Zai, dicetak: Darussalam];
    2. Albani: Hasan [Sahih sunan Ibnu Maja, Syeikh Albany, 2/148]
    3. Sheikh Hussein Saleem Asad dalam penelitian tentang Musnad Abu Ya'la, dan ia sebutkan salah satu rantai: Hasan dan Ia sebutkan rantai perawi di Musnad Ahmad: Sahih/otentik [Musnad Abu Ya'la, penelitian oleh Sheikh Hussein Saleem Asad, 8/64]
    4. Ibnu Hazm: Sahih [al Mohalli, 11/235, kata-katanya:"لقد نزلت آية الرجم والرضاعة, فكانتا في صحيفة تحت سريري, فلما مات رسول الله صلى الله عليه وسلم تشاغلنا بموته, فدخل داجن فأكلها.
      قال أبو محمد (ابن حزم): وهذا حديث صحيح"
    5. Klaim Zamkhashri (dalam tafsir, AQ 33.1.3):
      "وأما ما يحكى: أن تلك الزيادة كانت في صحيفة في بيت عائشة رضى الله عنها فأكلتها الداجن فمن تأليفات الملاحدة والروافض" (Adapun yang dikabarkan: Bahwa ini adalah tambahan dari sebuah halaman di rumah Aisyah dan dimakan kambing. Ini merupakan penyusunan dari kaum ateis dan syiah), Ibn hajjar mengatakan:"قلت: بل راويها ثقة غير متهم" (saya katakan: semua perawi diriwayat ini thiqah (dapat dipercaya) dan tidak ada satupun tertuduh
    6. Ahmad Bayhaqi: Ini adalah bagaimana kita dapatkan riwayat ini, dan ini benar-benar terjadi, Aisyah sampaikan insidennya tanpa memberikan kelanjutan apapun, Yang pasti, ayat Rajam diketahui antara sahabat, dan mereka tahu bacaannya dan keberadaannya di Quran telah di ABROGASI (diubah), dan hanya pelasanaannya yang ada. dan itu adalah saat Nabi (saw) didekati Umar dan tidak membolehkannya untuk menuliskan...[Maariat kami Sunnan wa al Athaar, Behqi, 13/22]
    7. Kemudian, di software lidwa sendiri, pendapat para ulama untuk perawi Muhammad bin Ishaq, yaitu: Ahmad bin Hanbal: Hasanul Hadis, Yahya bin Ma'in + Al 'Ajli + Ibn Hibban: Tsiqah, Madini: shalih Wasath

    Riwayat Ya'qub - Ayahku - Ibnu Ishaq - Abdullah bin Abu Bakr - Amrah binti Abdurrahman - Aisyah: "Sungguh, ayat rajam telah turun dan menyusui anak dewasa itu 10 x. Hal itu terdapat di kertas di bawah tempat tidur di rumah ku. Ketika Rasulullah SAW sakit dan kami disibukkan olehnya, rayap masuk ke rumah kami dan memakan kertas itu."[Ahmad no.25112, semua perawi di gunakan juga di Bukhari dan Muslim, jadi tidak ada alasan menolak hadis ini, kecuali perbedaan narasi yang memakan ayatnya: Kambing vs rayap]

    Riwayat Abdullah - Wahab bin Baqiyah - Khalid bin Abdullah Ath Thahan - Yazid bin Abu Ziyad - Zir bin Hubaisy - Ubay bin Ka'b: "Berapa ayat kalian membaca surat Al Ahzab (AQ 33)?" Zir bin Hubaisy: "70 ayat lebih." Ubay: "Sungguh aku telah membacanya bersama Rasulullah SAW seperti surat Al Baqarah (AQ 2) atau lebih banyak darinya, dan di dalamnya terdapat surat tentang hukum rajam." [Ahmad no.20260, seluruh perawi di hadis ini juga di pakai oleh Bukhari dan Muslim. Kemudian, tentang Yazid bin Abu Ziyad, pendapat ulama: Yahya bin Ma'in + Abu Hatim + An Nasa'i: laisa bi qowi. Abu Zur'ah: Layyin. Ibnu Sa'd + Ibn Qani' + Ibnu Hajar al 'Asqalani: dla'if. Adz Dzahabi: Shaduuq, syi'ah]

    Abdullah - Khalaf bin Hisyam - Hammad bin Zaid - Ashim bin Bahdalah - Zir - Ubay bin Ka'ab :" Berapa ayat kalian membaca surat Al Ahzab (AQ 33)?" Zir bin Hubaisy menjawab, "73 ayat." Dia (Ubay) Berkata, "Sungguh aku melihat bahwa ia sebanding dengan surat Al Baqarah (AQ 2), dan di dalamnya kami membaca (ayat): 'Orang yang sudah tua baik laki-laki atau pun perempuan jika berzina maka rajamlah keduanya sebagai pelajaran dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Bijaksana'" [Ahmad no.20261]
Ya, anda tidak salah membaca. Telak dikatakan bahwa Al Qur'an-pun SUDAH TIDAK LENGKAP LAGI bahkan telah terjadi SEBELUM wafatnya Umar. Detail bagaimana pelaksanaan rajam memang tidak ada di Quran. Berikut, saya sampaikan berapa sample lanjutan sebagai bukti:
  1. Ibnu Majah meriwayatkan dari Aisyah, mengatakan bahwa ayat rajam dan ayat Radha'ah yang disimpannya di bawah ranjang telah dimakan kambing dan tidak ada lagi dalam Al-Qur'an. ["Ta'wil Mukhtalaf Al-hadits" oleh Ibn Qutaibah, hal. 310; Musnad Ahmad, jilid 6, hal.269. dll]
  2. Ubay juga berpendapat bahwa surat 33 (al-Ahzab) seharusnya lebih panjang, di mana yang dia yakin ingat adalah ayat-ayat rajam dan tidak tertulis dalam mushaf Usman. Aisyah menyatakan bahwa saat Nabi masih hidup surat Al-Ahzab 3x lebih panjang dari yang ada di Mushaf Usman [Ahmad b. HAnbal, vol.5 hal.132; Muhasibi, Fahm al Quran an wa manih, hal.405; Bayhaqi, al Sunan al Kubra, vol.8 hal.211; Al Hakim al Naysaburi, al Mustadrak, vol.2 hal.415; Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol.3 hal.82, vol.1 hal.226; Al Raghib al Isfahani, Muhadarat al Udaba, vol.4 hal.434]
  3. Aisyah berkata: "Pada masa Nabi, Surat Al-Ahzab dibaca sebanyak 200 ayat, tetapi ketika Usman menulis mushaf ia tidak bisa mendapatkannya kecuali yang ada sekarang" [ahlusunnah: Suyuthi, dalam "Al-Itqan", jilid 2, hal.25; Muntakhab Kanzul Ummal pada Musnad Ahmad, jilid 2, hal.1; Musnad Ahmad, jilid 5, hal.132, dll]
  4. Anas b. Malik mengingat satu ayat yang turun saat beberapa muslim terbunuh dalam perang, tetapi kemudian hilang [Muhasibi, Fahm al Quran an wa manih, hal.399, Tabari, Jami al Bayan, vol.2 hal.479]
  5. Abdullah ibn Umar menyatakan banyak bagian Qur'an yang telah hilang.[Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol.3 hal.81-82]
  6. dan beberapa ulama yang kemudian menyatakan bahwa banyak bagian qur'an telah hilang sebelum dikumpulkan.[Ibn Abi Dawud, Kitab al Masahif, hal.23 (mengutip pendapat Ibn Shihab (al Zuhri); Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol.5 hal.179, mengutip Sufyan al Thawri; Ibn Qutaybah, Tawil, hal.313; Ibn Lubb, Falh al bab, hal.92]
  7. Ubay b. Ka'b, menuliskan surat no.98 (Al Bayyinah) berbeda. Ubay mengklaim untuk versinya, dia dengar langsung dari nabi SAW. Termasuk 2 surah yang tidak dimasukkan dalam mushaf Usman [Ahmad b. Hanbal, vol.5 hal.132; Tirmidhi, Sunan, vol.5 hal.370; Al Hakim al Naysaburi, al Mustadrak, vol.2 hal.224; Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol.3 hal.83]
  8. Kesaksian Hudhayfa b. al-Yaman yang menemukan sekitar 70 ayat tidak tercantum dalam mushaf Usman. Hudhayfa juga meyakini bahwa Surat no.9 (al-Bara'a) dalam mushaf Usman hanyalah 1/4 dari yang biasa dibacakan nabi SAW saat hidup.[Suyuti, al Durre Manthur, vol.5 hal.180, mengutip dari Bukhari, Kitab at Tarikh; Al Hakim al Naysaburi, al Mustadrak, vol.2 hal.331; Haytami, Majam al Zawaid, vol 7 p 28-29; Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 3 p 84]
  9. Bahwa Suras 15 (al-Hijr) dan 24 (al-Nur) seharusnya lebih panjang dari yang tercantum di mushaf Usman. [Sulaym b. Qays al Hilali, Kitab Sulaymn b. Qays, hal.108; Abu Mansur al Tabrisi, al Intijaj, vol.1 hal.222, 286; Zarkashi, al Burhan fi ulum al Quran, vol.2 hal.35]
  10. Abu Musa al-Ash'ari mengingat keberadaan 2 surat yang panjang dimana hanya satu ayat dari 2 surat itu yang dia masih ingat. Namun 2 surat itu tidak ada di mushaf Usman [Muslim, vol.2 hal.726; Muhasibi, Fahm al Quran an wa manih, hal.405; Abu Nuaym, Hilyat al Awliya, vol.1 hal.257; Bayhaqi, Dalai, vol.7 hal.156; Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol.3 hal.83]
[Untuk sumber lainnya silakan buka di sini, di sini, di sini dan di sini]

Sehingga WAJARLAH mengapa TIDAK ADA Quran yang asli lagi dan lucunya bahkan kalangan Islam sendiri tidak ada yang tahu pasti berapa jumlah surat, ayat huruf dalam quran yang asli.

Variasi Jumlah Quran


SETELAH JAMAN USMAN, sekurangnya terdapat 10 versi Quran (lihat gambar di samping) dan masing-masing Quran tersebut memiliki perbedaan baik itu tanda baca, kata satu sama lainnya.
    Dikatakan bahwa orang pertama yang mengumpulkan bacaan-bacaan ini dalam bentuk buku adalah Abu ‘Ubayd Qasim Ibn Salam (w.224 H), Ia mencatat terdapat 25 bacaan; Abu Ja‘far Tabari (w.310 H) mencatat lebih dari 20 bacaan. Adalah Abu Bakr Ibn Mujahid (w.324 H) yang memilih 7 yang terkenal [Ibn al-Jazari, Al-Nashr Fi’l-Qira’at al-‘ahsr, vol. 1, [Egypt: Maktabah al-Tujjariyyah], pp. 33-35].

    Abu Shamah berkata: Sejumlah orang berkata bahwa 7 cara baca yang ada sekarang (jamannya) disalahpahami sebagai 7 ahruf sebagaimana disebut dalam hadis. Namun, inipun secara total menentang konsensus para ulama. Pandangan ini muncul diantara beberapa orang bodoh tertentu. Abu ‘Abbas Ibn ‘Ammar berkata: Penyusun 7 bacaan ini telah melakukan hal tidak pantas. Sebagai hasilnya, Masyarakat menghadapi situasi yang komplek. Orang-orang yang punya sedikit pengetahuan mengira bahwa 7 ahruf adalah 7 bacaan. Ibn Mujahid seharusnya memilih jumlah yang lebih besar daripada 7 atau lebih kecil daripada 7 agar terhindar dari kebingungan ini. [Suyuti, Itqan Fi ‘Ulumi’l-Qur’an, 2nd ed., vol. 1, (Baydar: Manshurat al-Radi, 1313 AH), p. 274]
Benarkah Quran memiliki rantai perawi MUTAWATIR (diriwayatkan oleh sejumlah besar orang)?
    Mayoritas pendapat menyatakan pembacaan ini adalah Mutawatir namun satu pendapat menyatakan Mashur (diriwayatkan oleh 3 orang atau lebih namun tidak mencapai tingkatan mutawatir)…. Kebenaran mereka ini Mutawatir dari tujuh (Qurr'a). Sejauh keTawaturan (dari banyak orang yang diyakini kesahihannya) yang berasal dari Nabi, ini banyak pertentangan. Untuk rantai perawi yang tujuh ini ada di buku-buku Qira‘at. Rantai ini disampaikan dari 1 orang ke orang lainnya dan TIDAK MEMENUHI SYARAT tawatur dari perawi pertama hingga terakhir atau diantaranya [Zarkashi, Burhan, 2nd ed., vol.1, (Beirut: Daru’l-Fikr, 1980) p. 319]
Tampaknya, Quran bukan saja tidak disampaikan secara Mutawatir bahkan juga belum tentu Ahad (diriwayatkan satu orang atau lebih, tidak memenuhi syarat Mutawatir namun oleh perawi ter-percaya dan kuat ingatan). Untuk itu, mari kita lihat rantai perawi 7 bacaan quran yang diseleksi Ibn Mujahid dan kita fokuskan pada Quran versi hafs. Mengapa? Karena versi Quran ini digunakan sekitar 95% penduduk muslim dunia! (tidak berarti rantai perawi lainnya tidak bermasalah)

Madinah:
[Qalun (w.220 H, versi Qalun) dan Warsh (w.197 H, versi Warsh)] - Nâfiʿ Ibn Abî Naʿîm (w.169 H) (1) - [Yazîd Ibn al-Qaʿqâʿ dan ʿAbd ar-Raḥmân Ibn Hurmuz al-'Araj dan Muslim Ibn Jundub al-Hudhalî dan Yazîd Ibn Român dan Shaybah Ibn Nisâʾ] - [Abû Hurayrah dan Ibn ʿAbbâs dan ʿAbdallâh Ibn 'Ayyâsh Ibn Abî Rabî'ah al-Makhzûmî] - Ubayy Ibn Kaʿb - Nabi SAW

Mekah:
[Al-Bazzi (w.250 H3) dan Qunbul (w. 291 H)] - Abdullâh Ibn Kathîr ad-Dârî (w.120 H) (2) - [(Mujâhid Ibn Jabr - Ibn ʿAbbâs) dan ʿAbdillâh Ibn Assa'ib al-Makhzûmî ] - [Ubayy Ibn Kaʿb dan Zayd Ibn Thâbit] - Nabi SAW

Basra:
[Hafs ibn ‘Umar ad-Duri (195-246 H) dan Abu Shu’ayb Salih ibn Ziyad as-Susi (171-261 H) danYaʿqûb Ibn Ishâq al-Hadramî] - Abu 'Amr Bin al-'Ala' al-Mazani (69 H - 154 H) (3) - [(Mekah: Mujâhid dan Saʿîd Ibn Jubayr dan ʿIkrimah Ibn Khâlid al-Makhzûmî dan ʿAtâʾ Ibn Abî Rabâh dan Muhammad Ibn ʿAbd ar-Rahmân Ibn al-Muhaysin dan Humayd Ibn Qays al-ʿA'raj) dan (Medinah: Yazîd Ibn al-Qaʿqâʿ dan Yazîd Ibn Rumân dan Shaybah Ibn Nisâ') dan (Basrah: al-'Assan dan Yahyâ Ibn Yaʿmur)] - Para sahabat.

Damasku/ash-Shâm:
[Hishaam (153 H - 245 H) dan Ibn Zhakwan (173 H - 242 H)] - ʿAbdallâh Ibn ʿAmir (21 H - 118 H) (4) - Abû ad-Dardâ' dan al-Mughîrah Ibn Abî Shihâb al-Makhzûmî - ʿUthmân

Kûfah:
[Khalaf ibn Hishaam (150 H -227 H) dan Khallad ibn Khalid ash-Shaybani (119 H -220H)] - Hamzah Ibn Habîb (w.156 H) (5) - [Muhammad Ibn Abd ar-Rahmân Ibn Abî Laylâ dan Humrân Ibn A'yan dan Abî Ishâq as-Sabî'y dan Mansur Ibn al-Mu'tamir dan al-Mughîrah Ibn Miqsam danJafar Ibn Muhammad Ibn Alî Ibn Abî Tâlib] - Nabi
    Hamzah Ibn Habîb (w.156 H) (5) Al-'Amash (w.147 H) - Yahyâ Ibn Waththâb - ['Alqamah dan al-'Aswad dan 'Ubayd Ibn Nadlah al-Khuzâ'y dan Abû ʿAbd ar-Raḥmân as-Sulamî dan Zirr ibn Hubaysh] - Ibn Mas'ud
[Al-Layth ibn Khaalid al-Baghdadi (w.240 H) dan Hafs ibn ‘Umar ad-Duri (195-246 H)] - Al-Kisâ'i(w.189 H) (6) - Hamzah dan Isâ Ibn Umar dan Muhammad Ibn ʿAbd ar-Raḥmân Ibn Abî Laylâ

[Hafs ibn Sulayman al-Asadi al-Kufi (90 H -180 H) dan Abu bakar atau Shu'bah ibn ‘Iyash al-Kufi (95 H - 193 H)] - ʿAsim Ibn Bahdalah Ibn Abî an-Najûd (w.127/128 H) (7) - [(Abû ʿAbd ar-Raḥmân as-Sulamî (w.75 H) - [ʿUthmân dan ʿAlî Ibn Abî Tâlib dan 'Ubayy Ibn Ka'b dan Zayd ibn tha'bit]) dan (Zirr Ibn Hubaysh (w.83 H) - Ibn Masʿud)]
    Quran versi Hafs ibn Sulayman Al Asadi al Kufi ini digunakan sekitar 95% penduduk muslim dunia! Namun, pendapat para ulama malah mengatakan Hafs Ibn Sulaymi Al Asadi Al kufi sebagai orang yang bermasalah, pembohong, lemah dalam hafalan:

    أبو عمر حفص بن سليمان الأسدي عن عاصم بن بهدلة وعلقمة بن مرثد متروك الحديث
    الكنى و الاسماء ج1 ص540 -

    Terjemahan kurang lebihnya:
    Abu Umar Hafs bin Sulaimaan Asadi ...hadisnya ditinggalkan (hadis matruk)
    - Al-kuna wa Asmaa juz 1 hal.540.

    حفص بن سليمان بن المغيرة أبو عمر الأسدي القارىء البزاز وهو صاحب عاصم ويقال له الغاضري وهو حفص بن أبي داود كوفي حدث عن سماك بن حرب وليث وعاصم بن بهدلة وعلقمة بن مرثد
    قال يحيى ضعيف وقال مرة ليس بثقة وقال مرة كذاب وقال أحمد ومسلم والنسائي متروك الحديث
    وقال البخاري تركوه وقال السعدي قد فرغ منه منذ دهر وقال عبد الرحمن بن يوسف بن خراش كذاب متروك يضع الحديث وقال ابن حبان كان يقلب الأسانيد ويرفع المراسيل
    وقال أبو زرعة والدارقطني ضعيف.
    الضعفاء و المتروكين لابن الجوزي ج1 ص221 -

    Terjemahannya kurang lebih:
    Hafs bin Sulaimaan bin Al Mughairah Al Asadi, seorang Qari (Pelantun Quran) dan Al Bazar, teman 'Asim dikatakan Al-ghadiri (Area Syi'ah terkenal di Irak) Ia adalah Hafs bin Dawud al Kufi, meriwayatkan dari Samak bin Harab, laith, ‘Asim bin bahdalah dan ‘Alqama bin marthad.
    Imam Yahya berkata: Ia lemah (Dhaif) dan tidak dapat dipercaya, juga pernah berkata: Ia pembohong.
    Imam Ahmad, Imam Muslim dan Imam Nasa'i berkata: hadisnya ditinggalkan
    Imam Bukhari berkata: tinggalkan dia
    As-saadi berkata: Aku dari dulu meninggalkannya.
    Abdul Al rahman bin yusuf.. berkata: Ia pembohong dan hadisnya ditinggalkan, Ia memanipulasi narasi
    Ibn Hibban berkata: Ia sering menggunakan rantai perawi palsu.
    Abu Zur’ah dan Al daraqutni berkata: Ia lemah (Dhaif)
    - Buku Al-dhaifa wa al-Matrukin, Ibn Jawzi, Juz 1 hal.221.

    ‘Abdu’l-Rahmān Ibn Abī Hātim, ‘Umar Ibn Shu‘ayb Sābūnī, Ahmad Ibn Hambal, Bukhārī, Muslim dan Nasā‘ī menyatakan dirinya Matrūku’l-Hadīth (yang mana hadisnya tidak dapat diterima) .… Pendapat Yahyā Ibn Ma‘īn yang dikutip Abū Qudāmah Sarakhsī dan ‘Uthmān Ibn Sa‘īd bahwa ia tidak dapat dipercaya …. ‘Alī Ibn Madīnī berkata: Ia lemah dalam hal hadis dan saya telah meninggalkannya secara sukarela. …. Abū Zur‘ah juga berkatabahwa Ia lemah dalam hal hadis ….. Sālih Muhammad Al-Baghdādī berkata hadis yang diriwayatkannya tidak layak di tuliskan dan semuanya menyebutkan hal-hal yang tidak dikenal di agama. Zakariyyah Ibn Yahyā Al-Sājī meriwayatkan dari Sammāk dan 'Alqamah Ibn Marthad dan Qays Ibn Muslim bahwa hadisnya tidak dapat dipercaya …. ‘Abdu’l-Rahmān Ibn Abī Hātim berkata bahwa Ia bertanya pada ayahnya mengenai Hafs. Ayahnya berkata bahwa hadisnya bahkan tidak layak dituliskan. Ia lemah dalam hal hadis, tidak dapat diuji dan hadisnya tidak dapat diterima. Abdu’l-Rahmān Ibn Yūsuf berkata bahwa ia adalah pembohong besar, patut di tinggalkan dan pemalsu hadis. Hākim Abū Ahmad berkata: Ia limbah hadis. Yahyā Ibn Sa‘īd berkata bahwa Ia mengambil sebuah bukunya namun tidak pernah dikembalikan. Ia ambil beberapa buku dari orang-orang dan menyalinnya. Abū Ahmad Ibn ‘Addī meriwayatkan dari Al-Sājī dan Ahmad Ibn Muhammad Al-Baghdādī dan Yahyā Ibn Ma‘īn bahwa Hafs Ibn Sulaymān dan Abū Bakr Ibn ‘Ayyāsh adalah orang yang paling kompeten dari semuanya mengenai bacaan ‘Āsim. Hafs bahkan lebih kompeten dari Abū Bakr (Shu'bah). Namun, Hafs adalah seorang pembohong besar sementara Abū Bakr dapat dipercaya

    ["Collection and Transmission of the Qur’an", Dr. Shehzad Saleem, tulisan tersebut merujuk catatan kaki no.29: Abu’l Hajjaj Mizzī, Tahdhību’l-Kamāl, 2nd ed., vol. 7, [Beirut: Mu’assasah Al-Risālah, 1413 AH], pp. 13-15]

    Lebih lanjut Dr. Shehzad Salim mengatakan: "Cukup aneh bahwa seorang yang secara luas terkenal tidak dapat dipercaya (bahkan disebut pembohong) dalam hadis dianggap terpercaya dalam hal quran."

    Mengapa ini aneh?

    Para ulama sendiri mengatakan bahwa Shu'bah adalah narator hadis yang lebih terpercaya daripada Hafs, pun, Ia tidak tercela dalam hal melantunkan quran, namun malah Hafs yang pembohong itu yang lebih terpilih masyarakat luas pada akhirnya.

    Kemudian,
    Bagaimana dengan Asim? Hampir tidak berbeda, Banyak orang mengetahui bahwa ingatannya buruk dan ada yang mengatakan ia tidak dapat dipercaya (Sumber: "The Traditions of ISLAM: An Introduction the study of hadith literature", Alfred Guillaume, 1924, hal.92-93):

    Al Hakim: Sahih. 'Asim adalah seorang imam muslim.
    Ahmad b. Hanbal (w. 241): Imam yang jujur dan dapat dipercaya; namun Al-A'amash (w. 148) punya ingatan yang lebih baik; juga Shu'ba, lebih disukai daripada 'Asim. Al-'Ajli (w. 261) tidak mengakui otoritas (Zirr dan Abu Wail) (w. 79), dan menganggap hadis dari orang-orang ini adalah lemah.
    Muhammad b. Sa'd (w. 230): Jujur, meskipun Ia melakukan banyak kesalahan dalam hadis.
    Ya'qub b. Sufyan (w. 288): Linglung (mudtarab).
    'Abd al Rahman b. Abi Hatim (w. 327): 'Aku berkata pada ayahku: "Abu Zara' berkata bahwa 'Asim dapat dipercaya". Ia menjawab: Tidak benar.'
    Ibn 'Ulayya (w. 193). Semua yang bernama 'Asim punya ingatan buruk.
    Abu Hatim (w. 275). Dapat dipercaya dan jujur dalam hadis, namun tidak punya ingatan kuat. Penilaian Al Nasai tentangnya tidak konsisten.
    Ibn Hirash (w. 322). Tercela dalam hadisnya.
    Abu Ja'far al 'Aqali (w. 322). Ia tidak punya apapun kecuali ingatan yang buruk.
    Al Daraqutni (w. 385). Harus dikatakan ada masalah dengan ingatannya.
    Yahya b. Al Qattan (w. 198). Semua 'Asim yang aku pernah temui punya ingatan yang buruk. Aku dengar Shu'ba berkata "Asim b. Abu Nujud menceritakan padaku hadis-hadis, namun aku tetap pada pendapatku mengenai mereka."
    [..].

    Untuk versi lainnya (lihat: di sini dan di sini/dalam arab)

    Sehingga,
    aneh sekali seorang penghafal dan pembaca quran handal, namun mempunyai ingatan buruk dan bahkan beberapa menganggapnya tidak dapat di percaya, bukan?!.

    Kemudian,
    Bagaimana dengan Abu Abdurahman bin habib A Sulayme? Ternyata terdapat pula keanehan mengenainya yaitu ia sendiri tidak berbaiat pada Usman dan tidak mendengarnya dari Usman, berikut petikan pendapat ulama sunni al-Dzahabi:

    روى حسين الجعفي عن محمد بن أبان عن علقمة بن مرثد أن أبا عبد الرحمن السلمي تعلم القرآن من عثمان وعرض على علي
    محمد ليس بحجة

    قال شعبه لم يسمع من عثمان كذا قال شعبه و لم يتابع
    وروى أبان العطار عن عاصم بن بهدلة عن أبي عبد الرحمن قال أخذت القراءة عن علي
    سير اعلام النبلاء للذهبي ج 4 ص 272

    Terjemahannya kurang lebih:
    Riwayat Husain al Ju'fi - Muhammad bin Aban - A'lqamah Marthad bahwa Abu Abdul Rahman al-Sulamy telah belajar Quran dari Usman dan menunjukkannya pada Ali.
    Muhammad (dalam rantai) tidak membantah
    ....
    Sha'bah: "Ia tidak mendengar dari Usman" Dan mengatakan: "Ia juga bukan pengikutnya"
    Riwayat Aban bin Al-A'tar - A'sm Bahdalah bahwa Abu Abdul Rahman al-salamy: Aku mendapat Quran dari Ali
    Siyar Aa'lam Vol. 4 hal. 272

    Al-Khoei:
    Abdullah bin Habib Al-Salami Abu Abdul Rahman, Alburqi menyebutnya sebagai salah satu sahabat dekat Ali (a) dan mengatakan: "Terdapat pertentangan cerita mengenainya" - al-Mufid min Muajam Rijal al-Hadits, hal.330. Al-Burqi merupakan ulama Syiah yang hidup di jaman Imam al-Askari.
Jelas terlihat bahwa kehandalan dan juga kekuatan ingatan penyampaipun bermasalah!

Walaupun rantai perawi versi quran lainnya tidak kita ulas, namun ini saja sudah lebih dari cukup untuk menunjukan bukti bahwa Quran tidak terpelihara. Padahal, PERBEDAAN-PERBEDAAN tersebut telah "DIRAPIHKAN" di jaman Khalifah USMAN:
    Riwayat Musa - Ibrahim - Ibnu Syihab - Anas bin Malik:

    Hudzaifah bin Al Yamani datang kepada Utsman setelah sebelumnya memerangi Ahlus Syam yakni pada saat penaklukan Armenia dan Azerbaijan bersama penduduk Irak. Dan ternyata perselisihan mereka dalam Qira`ah (melafalkan quran) mengejutkan Hudzaifah. Maka Hudzaifah pun berkata kepada Utsman, "Rangkullah ummat ini sebelum mereka berselisih tentang Qur`an sebagaimana perselisihan yang telah terjadi pada kaum Yahudi dan Nasrani"

    Akhirnya, Utsman mengirim surat kepada Hafshah (Anak Umar) yang berisikan, "Tolong, kirimkanlah lembaran alquran (ạlṣũḥufi) kepada kami, agar kami dapat segera menyalinnya ke dalam lembaran-lembaran (ạl̊maṣāḥifi, jamak dari mushaf), lalu kami akan segera mengembalikannya pada Anda." Maka Hafshah pun mengirimkannya kepada Utsman.

    Lalu Utsman memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa'id bin Al Ash dan Abdurrahman bin Al Harits bin Hisyam, Hingga mereka pun menyalinnya ke dalam lembaran-lembaran (ạl̊maṣāḥifi). Utsman berkata kepada tiga orang Quraisy dari mereka, "Jika kalian berselisih dengan Zaid bin Tsabit terkait dengan Al Qur`an, maka tulislah dengan bahasa Quraisy, sebab Al Qur`an turun dengan bahasa mereka." Kemudian mereka melakukan perintah itu hingga penyalinan selesai dan Utsman pun mengembalikannya ke Hafshah.

    Setelah itu, Utsman mengirimkan sejumlah mushaf yang telah disalin ke berbagai penjuru negeri kaum muslimin, dan Ia perintahkan (wāảmara) yang termasuk dari quran orang lain dalam setiap shuhuf atau mushaf (bimā siwāhu min̊ ạl̊qur̊ậni fī kulĩ ṣaḥīfaẗiⁿ ạảẘ muṣ̊ḥafiⁿ) untuk dibakar (aản̊ yuḥ̊raqa). Ibnu Syihab - Kharijah bin Zaid - Zaid bin Tsabit berkata, "Kami kehilangan satu ayat dari surat Al Ahzab saat kami menyalin ạl̊muṣ̊ḥafa, yang sungguh aku telah mendengarnya langsung dari Rasulullah SAW saat beliau membacanya. Lalu kami pun mencarinya, dan ternyata kami menemukannya pada Khuzaimah bin Tsabit Al Anshari (wafat di jaman Ali pada perang Shiffin). Yakni ayat, "MINAL MUKMINIINA RIJAALUN SHADAQUU MAA 'AAHADUU ALLAAHA 'ALAIHI." maka kami pun menggabungkan surat dalam mushaf (sūratihā fī ạl̊muṣ̊ḥafi)" [Bukhari no.4604]
Hadis di atas menunjukan bahwa BELUM PERNAH ADA pengumpulan QURAN kecuali terjadi pada jaman USMAN! Jikapun kemudian perlu di BUAT HADIS bahwa pengumpulan quran pernah dilakukan di jaman Umar dan Abu bakar, maka mengapa TETAP ADA BEGITU BANYAKNYA PERBEDAAN BACAAN di jaman Usman? dan mengapa TETAP JUGA ADA BAGIAN QURAN yang TIDAK ADA di MUSHAF/SHUHUF lainnya? dan Mushaf ataukah SHUHUF yang dipinjam dari HAFSA?
  1. Hadis Bukhari no. 3743: Riwayat Musa bin Isma'il - Ibrahim bin Sa'd - Ibnu Syihab - Kharijah bin Zaid bin Tsabit - Zaid bin Tsabit: ..saat kami salin Mushaf (Ḥīna nasakẖ̊nā ạl̊muṣ̊ḥafa "الْمُصْحَفِ"),..Lalu kami pun mencarinya, ternyata kami menemukannya pada Khuzaimah bin Tsabit Al Anshari. Yakni ayat: '..' (Qs. Al Ahzab: 23), maka kami pun menggabungkan surat dalam mushaf (sūratihā fī ạl̊muṣ̊ḥafi)"
  2. Hadis Bukkhari no.4411: Riwayat Abul Yaman - Syu'aib - Az Zuhri - Kharijah bin Zaid bin Tsabit - Zaid bin Tsabit:..ketika kami salin Qur'an (al-shuhuf, "الصُّحُفَ") dalam beberapa mushaf ("Lamãạ nasakẖ̊nā ạlṣũḥufa fī ạl̊maṣāḥifi), aku kehilangan satu ayat dari surat Al Ahzab yang aku sering mendengar Rasulullah SAW membacanya. Aku tidak menemukannya dari siapapun kecuali hanya dari Khuzaimah Al Anshari, orang yang kesaksiannya dianggap oleh Rasulullah SAW sebanding dengan kesaksian 2 orang laki-laki. Yaitu ayat:.. (Al Ahzab: 23). [Bukhari no.4411]
  3. Hadis bukhari no.6654 (riwayat Muhammad bin Ubaidullah Abu Tsabit - Ibrahim bin sa'd - Ibnu Syihab - Ubaid bin Sibaq - Zaid bin tsabit): "..Kemudian SHUHUF ("الصُّحُفَ") ini berada di Abu Bakar ketika hidupnya sampai Allah mewafatkannya, kemudian keberadaan SHUHUF ("الصُّحُفَ") ini pada Umar semasa hidupnya sampai Allah mewafatkannya, kemudian pada Hafshah binti Umar"
Jadi shuhuf atau juga mushaf, hanyalah persamaan kata saja, siapapun yang menyatakan ini berbeda jelas mengada-ada.

Benarkah Quran diturunkan dalam 7 Ahruf?

Karena hadis telah menyampaikan bahwa perbedaan-perbedaan itu telah ada di jaman Usman, maka kemudian MUNCUL HADIS bahwa DI SAAT MUHAMMAD masih hidup-pun, perbedaan-perbedaan itu TELAH ADA dan DIBIARKAN MUHAMMAD:

Ada yang mengatakan 7 Ahruf (Sab'atu ahruf. Ahruf adalah jamak dari harf):
  1. Isma'il - Sulaiman - Yunus - Ibnu Syihab - 'Ubaidullah bin 'Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud - Ibnu 'Abbas - Rasulullah SAW: "Jibril membacakan kepadaku dengan satu harf dan aku terus saja meminta tambahan hingga akhirnya berhenti dengan tujuh ahruf" [Bukhari no.2980, 4607 Muslim no.1355]

  2. Muhammad bin Abdullah bin Numair - bapakku - Isma'il bin Abu Khalid - Abdullah bin Isa bin Abdurrahman bin Abu Laila - kakeknya - Ubay bin Ka'ab: Suatu ketika saya sedang berada di dalam Masjid, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki dan shalat. Lalu ia membaca (Al Qur`an) dengan qiraah (bacaan) yang saya ketahui. Kemudian datanglah seorang laki-laki lain dan membaca (Al Qur`an) dengan qiraah yang lain lagi. Usai menunaikan shalat, kami semua menemui Rasulullah SAW. ..Maka Rasulullah SAW pun memerintahkan keduanya untuk mengulangi bacaannya masing-masing, lalu Nabi SAW membenarkannya..beliau bersabda: "Wahai Ubay, (Jibril) telah diutus kepadaku agar aku membaca Al Qur`an dengan satu harf saja, maka saya pun terus mendesaknya...Maka ia pun kembali lagi agar aku membacanya dengan tujuh ahruf...[muslim no.1356]

  3. Abdullah bin Yusuf - Malik dari Ibnu Syihab - 'Urwah bin Az Zubair - 'Abdurrahman bin 'Abdul Qariy - 'Umar bin Al Khaththab: "aku mendengar Hisyam bin Hakim bin Hizam membaca surah Al Furqan dengan cara yang berbeda dari yang aku baca sebagaimana Rasulullah SAW membacakannya kepadaku...Setelah itu aku ikat dia dengan kainku lalu aku giring dia menghadap Rasulullah SAW dan aku katakan: "Aku mendengar dia membaca Al Qur'an tidak sama dengan aku sebagaimana anda membacakannya kepadaku". Maka Beliau berkata, kepadaku: "Bawalah dia kemari". Kemudian Beliau berkata, kepadanya: "Bacalah". Maka dia membaca. Beliau SAW kemudian bersabda: "Begitulah memang yang diturunkan". Kemudian Beliau berkata kepadaku: "Bacalah". Maka aku membaca. Beliau SAW bersabda: "Begitulah memang yang diturunkan. Sesungguhnya Al Qur'an diturunkan dengan tujuh ahruf, maka bacalah oleh kalian mana yang mudah". [Bukhari no.2241. juga di Bukhari no.4608. Muslim no. 1354-1357. Tirmidhi no.2867-2868]
Bahkan ada juga hadis yang mengatakan BUKAN 7 Ahruf, melainkan hanya 5 Ahruf:
    Dari Abu Kurayb, dengan rantai perawi hingga ke Ibn Mas'ud: "Allah menurunkan Quran dalam 5 Ahruf.." [Al Bayan Fi Tafsir Al Quran (The Prolegomena to the Quran), Ayatullah Abu Al-Qasim Al-Khui, terjemahan: Abdulaziz Sachedina. Ch.6, "Was the Quran Revealed according to Seven Harfs?", hal.127 atau di: "The Blackwell Companion to the Qur'an, Andrew Rippin, hal.418]
Bahkan, Kaum Syiah yang jelas-jelas ada di jaman Usman dan belum terpisah, TIDAK SEPAKAT ada 5, 7 Ahruf, mereka sangat tegas mengatakan bahwa hanya ada 1 harf:
    Zurara - Abu Ja’far as, sesungguhnya beliau berkata: “Al Quran itu satu, turun dari yang Satu. Adapun perbedaan itu datangnya dari para perawi". ["Al Bayan Fi Tafsir Al Quran", hal.122. Yaitu di: Kulayni, Al-Kafi, hadith no. 12, cited in vol. 11, pp.64-65]
    Al-Fudayl b. Yasar berkata pada Abu ‘Abd Allah (Imam Ja’far al-Sadiqb): "Orang-orang berkata bahwa Quran di turunkan dalam 7 ahruf" Imam berkata: "Mereka berdusta, mereka adalah musuh allah, Tidak perlu diragukan, bahwa itu diturunkan dalam 1 Harf" ["Al Bayan Fi Tafsir Al Quran", hal.122. Yaitu di: Kulayni, Al-Kafi, hadith no. 13, cited in vol. 11, pp.66]

    Hadis versi Syi'ah didukung quran, bahwa turun hanya 1 bacaan:

    Sesungguhnya (inna) pada kamilah (ʿalaynā) kumpulannya (jamʿahu, tunggal) dan bacaannya (waqur'ānahu, tunggal). Kemudian ketika (fa-idhā) Kami telah membacakannya (qaranāhu) maka (Ia) ikuti (fa-ittabiʿ, orang ke-2 tunggal) bacaannya (qur'ānahu, tunggal). [AQ 75.17-18, Al Makiyyah, urutan ke-31]

    Tertera jelas bahwa "bacaannya" adalah bentuk tunggal bukan jamak.

    Bahkan AQ 19.97 juga menegaskan bahwa quran diturunkan "menurut lidahmu" (bilisānika, orang ke-2, yang merujuk kaumnya Muhammad), yaitu kaum Quraish, Jadi pendapat yang mengatakan arti Ahruf/Harf adalah dialek atau bacaan atau suku atau bahkan ahruf lainnya diturunkan di Madinah, jelas mengada-ada!
    Mengapa?

    Karena Umar maupun Hisyam (dalam hadis sebelumnya) adalah sesama suku Quraish! dan surat Al Furqan-pun adalah surat Al Makkiya! Jadi aneh sekali jika berbeda, bukan?!
Bahkan hadis sunni yang merujuk lebih dari 1 Harf sekarang malah lebih tampak sebagai sebuah konspirasi alasan karena banyaknya quran-quran berbeda yang beredar di jaman Usman

Kemudian,
Mengapa TETAP JUGA ADA BAGIAN QURAN yang TIDAK ADA di MUSHAF/SHUHUF lainnya ketika DIKUMPULKAN USMAN (padahal konon quran tersebut dulunya pernah pula dikumpulkan pada jaman Abu Bakar dan Umar?

Pada perang di Bir Mauna (625 M/4 H) dan Perang Yamama/Ridda (732 M/10 H) yang di kedua perang tersebut, masing-masingnya telah membuat 70 penghafal quran tewas namun Ibn Kathir mengatakan jumlah yang tewas di perang Yamama ini adalah 450 orang.
    Selama perang Yamama, 450 penghafal quran terbunuh” [The True Guidance - An Introduction To Qur'anic Studies, published by Light of Life, P.O. BOX 13, A-9503 Villach, Austria, part 4, p. 47– citing Ibn Kathir’s Al-Bidaya wa al-Nihaya, chapter on Battle of Yamama]. Diantara yang tewas adalah Salim, pengumpul quran pertama, misal:

    Ibn Buraidah: "Orang yang pertama mengumpulkan quran kedalam Mushaf adalah Salim, mantan budaknya Abu Hudhaifah". [John Gilchrist, Jam' Al-Qur'an - The Codification of the Qur'an Text A Comprehensive Study of the Original Collection of the Qur'an Text and the Early Surviving Qur'an Manuscripts, citing as-Suyuti, Al-Itqan fii Ulum al-Qur'an, p. 135].

    Padahal hadis lainnya malah menyatakan BUKAN Salim yang pertama mengumpulkan quran ke dalam Mushaf, melainkan Umar, misal:

    Al-Hasan: 'Umar b. al-Khattab menyelidiki mengenai ayat quran. Ia diberitahukan itu terdapat di orang yang telah wafat di perang Yamama. mendengar ini, Ia mengutip ayat quran, "kita adalah kepunyaan Allah dan padaNya kita kembali" dan memerintahkan pengumpulan quran dan itu yang pertama dikumpulkan menjadi Mushaf [Ibn Abi Dawud, Kitab al-Masahif, p. 10 dan di: "Al Bayan Fi Tafsir Al Quran (The Prolegomena to the Quran)", Ayatullah Abu Al-Qasim Al-Khui, Ch.8, "The Collection of the Qur'an", hal.165]

    Namun di hadis lainnya, Umar bukan pengumpul pertama, hanya berinisiatif

    Riwayat Musa bin Isa'il - Ibrahim bin Sa'd - Ibnu Syihab - Ubaid bin As Sabbaq - Zaid bin Tsabit:

    Abu Bakar mengirim para korban perang Yamamah kepadaku, dan ternyata Umar bin Al Khaththab ada di sisinya. Abu Bakar berkata, "Sesungguhnya Umar mendatangiku dan berkata, 'Mayoritas korban perang Yamamah adalah para penghafal Al Qur`an. Dengan gugurnya mayoritas penghafal Al Qur`an, maka aku khawatir sebagian besar Al Qur`an juga akan hilang. Maka aku berpendapat, sebaiknya Anda segera memerintahkan guna melakukan dokumentasi alquran.' Maka aku pun bertanya kepada Umar, 'Bagaimana kamu akan melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW?' Umar menjawab, 'Perkara ini, demi Allah adalah ide yang baik.' Umar selalu membujukku hingga Allah memberikan kelapangan dadaku, dan akhirnya aku sependapat dengan Umar."

    Zaid berkata; Abu Bakar berkata, "Sesungguhnya kamu adalah seorang pemuda yang cerdas, kami sama sekali tidak curiga sedikit pun padamu. Dan sungguh, kamulah yang telah menulis wahyu untuk Rasulullah SAW. Karena itu, telusurilah Al Qur`an dan kumpulkanlah." Zaid berkata, "Demi Allah, sekiranya mereka memerintahkanku untuk memindahkan gunung, niscaya hal itu tidaklah lebih berat daripada apa yang mereka perintahkan padaku, yakni dokumentasi alquran." Zaid bertanya, "Bagaimana kalian melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW?" Ia menjawab, "Demi Allah, itu adalah kebaikan." Abu Bakar terus membujukku, hinnga Allah pun memberikan kelapangan dadaku, sebagaimana Abu Bakar dan Umar. Maka aku pun mulai menelusuri Al Qur`an, mengumpulkannya dari tulang-tulang, kulit-kulit dan dari hafalan para Qari`.

    Dan akhirnya aku pun mendapatkan bagian akhir dari surat At Taubah bersama Abu Khuzaimah Al Anshari, yang aku tidak mendapatkannya pada seorang pun selainnya. Yakni ayat: 'Sungguh, telah datang pada kalian seorang Rasul dari kaum kalian sendiri, yang sangat berat olehnya kesulitan yang menimpa kalian..'" hingga akhir surat Al Bara`ah. Lembaran-lembaran Al Qur`an itu pun tetap tersimpan pada Abu Bakar hingga Allah mewafatkannya. Kemudian beralih kepada Umar semasa hidupnya, lalu berpindah lagi ke tangan Hafshah binti Umar [Bukhari no.4603, 6654. Tirmidhi no.3028]

    Di hadis lainnya lagi, malah BUKAN Umar dan juga BUKAN Abu Bakar yang berinisiatif namun Zayd ibn Thabit, misal:

    Sulayman b.Arqam - al-Hasan dan Ibn Sirin dan Ibn Shihab al-Zuhri. Mereka berkata: Ketika banyak penghafal quran gugur pada perang Yamama --400 orang gugur saat itu--, Zayd b.Thabit bertemu 'Umar b. al-Khattab dan berkata padanya: "Quran ini pemersatu agama kita, jika Quran hilang, begitu pula agama kita. Oleh karenanya, Aku membulatkan hati untuk mengumpulkan quran menjadi sebuah buku". Umar berkata padanya, "Tunggu hingga aku bertanya pada Abu Bakar", Kemudian mereka pergi menemui Abu Bakar dan memberitahukan mengenai situasinya. Ia berkata, "Jangan tergesa-gesa hingga aku berkonsultasi dengan para Muslim" Kemudian Ia memberikan pidato pada para Muslim, menyampaikan keadaannya, mereka berkata, "Kamu benar" Jadi mereka mengumpulkan quran..[Al Bayan Fi Tafsir Al Quran (The Prolegomena to the Quran), Ayatullah Abu Al-Qasim Al-Khui, Ch.8, "The Collection of the Qur'an", hal.166]
Anda lihat, bahkan sekedar untuk memastikan siapa yang pertama mengumpulkan dan juga siapa yang sebenarnya berinisiatif saja kalangan Islam sudah kebingungan sendiri.

Padahal juga dikatakan bahwa bersamaan dengan mereka yang gugur di perang Yamama, BANYAK bagian Quran yang HILANG karenanya.
    Zuhri: "Banyak dari Qur'an yang diturunkan diketahui oleh mereka yang wafat di Yamama ....tapi tidak diketahui oleh mereka yang selamat, tidak juga dituliskan, atau tidak juga dipunyai oleh Abu Bakar, Umar atau Utsman yang mengumpulkan Qur'an, atau tidak juga ditemukan oleh satu orangpun setelah mereka" [Ibn Abi Dawud, Kitab al-Masahif, p. 23]
Tentu saja, karena ini mengejutkan, akan ada saja yang mendiskriditkan Abi Dawud namun masalahnya, Umarpun juga mengatakan bahwa banyak bagian quran yang hilang!
    Abdullah b. 'Umar: 'Jangan lagi diantara kalian berkata, "AKU PUNYA SELURUH QURAN" BAGAIMANA IA TAHU ITU ADALAH SEMUANYA? KARENA BANYAK BAGIAN QURAN TELAH HILANG, Hendaknya Ia berkata, "AKU PUNYA BAGIAN YANG MASIH ADA/TERSELAMATKAN" ["Itqan fi 'ulum al-Qur'an", As-Suyuti, Pt. 2, p. 25, cited in J. Burton, The Collection of the Qur'an, p. 117. Lihat: di sini]
Itu adalah fakta bahwa banyak quran yang hilang dan bahkan kemudian, hadis sendiri juga tidak konsisten melaporkan siapakah yang diakui sebagai para penghafal quran yang handal:
  1. Sulaiman bin Harb - Syu'bah - 'Amru bin Murrah - Ibrahim - Masruq - 'Abdullah bin 'Amr - Rasulullah SAW: "Ambillah Qur'an dari 4 orang. Yaitu dari Abdullah bin Mas'ud (Wafat jaman Khalifah Usman), Salim (Ma'qil/budak Abu Hudzaifah, wafat di perang Yamama/jaman Khalifah Abu Bakar), Ubay bin Ka'ab (wafat jaman Khalifah Usman) dan Mu'adz bin Jabal (wafat jaman Khalifah Umar)" [Bukhari no.3475. Juga no.3476. no. 3522. no.3524. no.4615]

    Abdullah bin Mas'ud kenal Nabi SAW sejak Mas'ud kanak-kanak (Ahmad no.3417) menurutnya jumlah surat Quran harusnya BUKAN 114 tapi hanya 70 lebih saja:

    Riwayat Umar bin Hafsh - bapakku - Al A'masy - Syaqiq bin Salamah - Abdullah bin Mas'ud: Aku mendapatkan dari Rasulullah SAW 70 lebih surat. Dan demi Allah, para sahabat Rasulullah SAW pun telah tahu bahwa aku adalah orang yang paham kitabullah..Syaqiq: Suatu ketika aku duduk di suatu Halaqah, aku mendengar apa yang mereka katakan. Dan aku tidak mendapati seorang pun yang membantahnya. [Bukhari no. 4616. Juga Muslim no.4502: Riwayat Ishaq bin Ibrahim Al Hanzhali - 'Abdah bin Sulaiman - Al A'masy - Syaqiq - 'Abdullah: (AQ 3.161) Sesuai qiraat..saya tashhihkan qiraat saya ke Rasulullah SAW sebanyak 70 surat lebih. Para sahabat Rasulullah SAW tahu bahwa saya paling pandai di antara mereka tentang Al Qur'an. Seandainya saya tahu bahwa ada orang yang lebih pandai daripada saya dalam Al Qur'an, maka saya pasti akan mengunjungi untuk berguru kepadanya." Syaqiq: "saya duduk majlis para sahabat RasuIullah, tetapi saya tidak mendengar seorang pun menyanggah ucapan Abdullah bin Mas'ud dan tiada pula yang mencelanya."]

    Riwayat Al Hasan bin Isma'il bin Sulaiman - Abdah bin Sulaiman - Al A'masy - Abu Ishaq - Hubairah bin Yarim - Abdullah bin Mas'ud: berdasarkan bacaan siapakah kalian memerintahkanku membaca? Sungguh aku telah membaca Al Quran dari Rasulullah SAW sebanyak 70 surat lebih, sedangkan Zaid ketika itu orang yang memiliki dua jambul yang tengah bermain bersama anak-anak." [Nasai no.4977 juga no.4978 dari riwayat: Ibrahim bin Ya'qub - Sa'id bin Sulaiman - Abu Syihab - Al A'masy - Abu Wail - Ibnu Mas'ud: "Bagaimana kalian memerintahkanku untuk membaca berdasarkan bacaan Zaid bin Tsabit setelah aku membaca dari mulut Rasulullah SAW sebanyak 70 sekian surat? Sedangkan Zaid bersama beberapa anak dan dia memiliki dua jambul."]

    Musnad Ahmad no.3734 riwayat Aswad bin Amir - Isra`il bin Yunus bin Abi Ishaq - Abu Ishaq (Amru bin Abdullah bin Ubaid) - Khumair bin Malik: Diperintahkan mushaf-mushaf untuk dirubah. Ia berkata: Ibnu Mas'ud berkata: Barangsiapa di antara kalian mampu memasukkan mushafnya maka lakukanlah, karena siapa yang memasukkan sesuatu, akan datang kiamat dengannya. Aku membaca dari mulut Rasulullah SAW sebanyak 70 surat, apakah aku akan tinggalkan apa yang aku ambil langsung dari mulut Rasulullah SAW? [Seluruh Rawi dikatakan Tsiqah (adil + dhabith/mantap keilimuannya/hafal dengan baik). Rawi Khumair bin Malik oleh Ibn Hibban dinyatakan Tsiqah. Ulama klasik lain yang mengambil hadis dari Khumair bin Malik diantaranya Imam Bukhari dalam Al Tarikh Al Kabir, Ibn Abī Hātim dalam Al Jarh waltaʿdīl].

    Jika ini benar, maka Quran berkembang menjadi 114 surat dari hanya 70-an surat, memang mencurigakan.

  2. Muhammad bin Basysyar - Yahya - Syu'bah - Qatadah - Anas: Pada zaman Nabi SAW Qur'an dihimpun 4 orang yang semuanya dari kalangan Anshar. Mereka adalah Ubay, Mu'adz bin Jabal, Abu Zaid (Qais bin as-sakan, salah seorang pamannya Anas, wafat jaman khalifah Umar) dan Zaid bin Tsabit (wafat di 15 H namun ada yang mengatakan di 45 H)". [Bukhari no.3526. no.4619].

  3. Mu'alla bin Asad - Abdullah bin Al Mutsanna - Tsabit Al Bunani dan Tsumamah - Anas bin Malik: Nabi SAW wafat, sementara beliau belum mengumpulkan Qur`an kecuali oleh 4 orang, yaitu Abu Darda (Amir bin Mâlik bin Zaid, wafat 2 tahun sebelum Usman), Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Abu Zaid. [Bukhari no.4620]
Mas'ud dan Salim dari kalangan Muhajirin sementara Ubay dan Mu'adz dari kalangan Ansar. ["The perfect Guide to the Sciences of the Quran", vol.1, hal.169].

Bahkan hanya sekedar menunjukan siapa 4 orang pengumpul Quran handal saja TIDAK KONSISTEN. Dari 4 nama yang tidak konsisten ini, hanya 3 nama yang masih hidup jaman Usman ketika "merapikan" Quran, yaitu Mas'ud, Zaid dan Ubay. Sedangkan Mas'ud jelas menyatakan jumlah surat Quran dari Nabi hanya 70 surat dan TIDAK MAU menggunakan Quran gubahan Zaid, maka wajar saja jika keabsahan Quran memang sangat meragukan.

TAMBAHAN dan PENGURANGAN kata/kalimat di Quran versi Hafs:

Contoh kata-kata yang ditambahkan pada Quran versi Hafs:
    waallayli idzaa yaghsyaa waalnnahaari idzaa tajallaa waMAA KHALAQA aldzdzakara waal-untsaa
    Demi malam apabila menutupi, dan siang apabila terang benderang, dan (apa penciptaan) laki-laki dan perempuan [AQ 92.1-3]
Hadis Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa NABI SAW mengajarkan TANPA "maa khalaqa", sehingga artinya seharusnya menjadi, "Demi malam apabila menutupi, dan siang apabila terang benderang, dan laki-laki dan perempuan":
  1. Riwayat Umar bin Hafsh - bapakku (Hafsh bin Ghiyats bin Thalq) - Al A'masy - Ibrahim berkata; Para sahabat Abdullah datang menemui Abu Darda`. Ia mencari mereka dan akhirnya menemukan mereka. Maka Abu Darda` bertanya kepada mereka, "Siapakah di antara kalian yang membaca dengan bacaan Abdullah" salah seorang menjawab, "Kami semua membaca dengan bacaannya Abdullah." Ia bertanya lagi, "Lalu siapa di antara kalian yang paling baik bacaannya?" Maka mereka pun menunjuk ke arah 'Alqamah. Abu Darda` pun bertanya padanya, "Bagaimana kamu mendengarnya membaca ayat: 'WAL LAILI IDZAA YAGHSYAA'?" Alqamah menjawab, "WADZ DZAKARI WAL UNTSAA" Abu Darda` berkata, "Demi Allah, aku telah mendengar Nabi saw membacanya seperti ini. Akan tetapi mereka itu, menginginkan agar aku membacanya: 'WAMAA KHALAQADZ DZAKARA WAL UNTSAA.' Demi Allah, aku tidak akan mengikuti mereka"[Bukhari no.4563/6.60.468. Juga dari perawi lainnya di hadis Bukhari no.4562]
  2. Riwayat [Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib -sedang lafazhnya dari Abu Bakr] - Abu Mu'awiyah - Al A'masy - Ibrahim - Alqamah; Kami mendatangi negeri Syam, lalu Abu Darda menjumpai kami seraya bertanya, "Adakah di antara kalian yang membaca dengan qiraahnya Abdullah bin Mas'ud?" Saya menjawab, "Ya. Sayalah orangnya." Ia bertanya, "Lalu bagaimana engkau mendengar Ibnu Mas'ud membaca ayat ini: 'WAL LAILI IDZAA YAGHSYAA.'?" Saya menjawab, "Saya mendengarnya membaca; 'WAL LAILI IDZAA YAGHSYAA WADZDZAKARI WAL UNTSAA'" Ia (Abu Darda') berkata, demi Allah, saya telah mendengar Rasulullah SAW membacanya seperti itu. Akan tetapi mereka menginginkan agar aku membaca; 'WA MAA KHALAQA', namun saya tidak menuruti mereka." Dan riwayat Qutaibah bin Sa'id - Jarir - Mughirah - Ibrahim; Alqamah mendatangi negeri Syam, lalu ia masuk Masjid, dan shalat di dalamnya. Kemudian ia berdiri menuju Halaqah dan duduk di situ. Kemudian datanglah seorang laki-laki dan saya pun tahu akan reaksi dan sikap orang-orang padanya. Lalu laki-laki itu duduk di sampingku dan bertanya, "Apakah kamu hafal sebagaimana Abdullah membaca (Al Qur`an)?" maka ia pun menyebutkan hadits semisalnya [Muslim no.1364/4.1799 Juga dari jalur perawi lainnya hadis Muslim no.1365]
  3. Riwayat Musa - Abu 'Awanah - Mughirah - Ibrahim - 'Alqamah berkata; ...Orang tua itu bertanya "Bagaimana Ummu 'Abd membaca firman Allah: ("Wal laili")?. Maka aku bacakan kepadanya; 'Wal laili idzaa yaghsyaa, wan nahaari idzaa tajallaa, wadz dzakari wal untsaa". Orang tua itu berkata; "Sungguh Nabi Rasulullah SAW telah membacakannya dari mulut beliau langsung kepada mulutku dan ayat-ayat itu aku masih menghafalnya hingga hampir saja mereka memalingkan aku" [Bukhari no.3477. Juga dari jalur perawi lain pada hadis Bukhari no.3460, Bukhari no.5806. Bukhari no.3459. Hadis Tirmidhi no.2863 dan Ahmad no.26262]
Contoh kalimat yang dihilangkan di Quran versi hafs:
    laysa 'alaykum junaahun an tabtaghuu fadhlan min rabbikum [] fa-idzaa afadhtum min 'arafaatin..
    Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia dari Tuhanmu [] Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat..[AQ 2.198, kalimat [di musim-musim haji] telah dihilangkan]
Bukhari dan Abu Dawud menyatakan bahwa mushaf yang biasa dibaca Ibn Abbas tentang ayat ini seharusnya ada kalimat "di musim haji":
  1. Riwayat 'Abdullah bin Muhammad - Sufyan - 'Amru - Ibnu 'Abbas berkata: "'Ukazh, Majannah dan Dzul Majaz adalah nama-nama pasar di zaman Jahiliyyah. Ketika Islam datang mereka merasa berdosa bila tetap berdagang di pasar-pasar tersebut. Maka turunlah firman Allah Ta'ala "Tidak ada dosa bagi kalian mencari karunia Rabb kalian di musim-musim haji", bacaan Ibnu 'Abbas (laysa 'alaykum junaahun an tabtaghuu fadhlan min rabbikum fī mawāsimi ạl̊ḥajĩ Qarāảhā ibnu Abbasi) [Bukhari 3.34.266]
  2. Riwayat 'Ali bin 'Abdullah - Sufyan - 'Amru bin Dinar - Ibnu 'Abbas berkata: "..."Tidak ada dosa bagi kalian jika mencari karunia rezeqi Rabb kalian di musim-musim haji", bacaan Ibnu 'Abbas (..fī mawāsimi ạl̊ḥajĩ, qarāả Ibnu ʿAbbasi) [Bukhari 3.34.311]
  3. Riwayat Muhammad bin Basysyar - Hammad bin Mas'adah - Ibnu Abu Dzi`bin - 'Atha` bin Abu Rabah - 'Ubaid bin 'Umair - Abdullah bin Abbas bahwa orang-orang ketika pertama kali melakukan haji mereka tidak berjual beli di Mina serta 'Arafah dan pasar Dzul Majaz, serta pada musim-musim haji. Mereka khawatir berjual beli sementara mereka sedang berihram. Kemudian Allah menurunkan ayat "Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia dari Tuhanmu di musim-musim haji". Berkata padaku 'Ubaid bin 'Umair bahwa (ibn Abbas) membacakan itu di mushaf (laẙsa ʿalaẙkum̊ junāḥuⁿ ạản̊ tab̊tagẖūạ faḍ̊lạaⁿ min̊ rabĩkum̊ fī mawāsimi ạl̊ḥajĩ‏.‏ Qāla faḥadãtẖanī ʿubaẙdu b̊nu ʿumaẙriⁿ ạảnãhu kāna yaq̊rāủhā fī ạl̊muṣ̊ḥafi). [Albani: Sahih] [Abu Dawud 10.1730]. Riwayat Ahmad bin Shalih - Ibnu Abu Fudaik - Ibnu Abu Dzi`b - 'Ubaid bin 'Umair. Ahmad bin Shalih mengatakan sebuah perkataan yang maknanya bahwa ia adalah mantan budak Ibnu Abbas dari Abdullah bin Abbas bahwa pertama kali haji mereka berjual beli, …… -kemudian ia menyebutkan secara makna hingga sampai perkataan: musim-musim haji [Albani: Sahih Gharib] [Abu Dawud 10.1731]
Contoh lain pengurangan kalimat di Quran versi Hafs yang tidak jelas bagian dari surat dan ayat mana, yaitu tentang 70 orang qurra yang tewas di Bir Mauna (625 M/4 H):
    Riwayat Hafsh bin 'umar Al Hawdhiy - Hammam - Ishaq - Anas berkata; "Rasulullah SAW mengutus 70 orang dari Bani Sulaim menemui suku Bani Amir...Kemudian Malaikat Jibril AS mengabarkan kepada Nabi SAW bahwa mereka telah berjumpa dengan Robb mereka, Dia ridha kepada mereka dan memberikan kebahagian kepada mereka. berkata,: kami telah membaca: ("Kami telah menyampaikan kepada kaum kami bahwa kami telah berjumpa dengan Robb, Dia ridha terhadap kami dan memberikan kebahagiaan kepada kami "). Lalu (ayat) ini dihapus...[Bukhari no.2591]

    Riwayat Muhammad bin Basysyar - Ibnu Abi 'Adiy dan Sahal bin Yusuf - Sa'id - Qatadah - Anas: Nabi SAW didatangi suku Ri'l, Dzakwan dan Banu Lahyan yang mengaku memeluk Islam lalu mereka meminta Beliau SAW agar membimbing mereka. Nabi SAW pun membimbing keIslaman mereka dengan mengutus 70 orang kalangan Anshar yang mereka kami sebut Al Qurra'.... Maka berangkatlah mereka bersama utusan para suku itu, hingga ketika sampai di Bi'ru Ma'unah para suku itu mengkhiyanati dan membunuh para qurra' tersebut. Kemudian Beliau melakukan qunut selama satu bulan untuk mendoakan kebinasaan suku Ri'la, Dzakwan dan Banu Lahyan. Qatadah berkata, dan telah bercerita kepada kami Anas bahwa mereka menbacakan satu ayat dari Al Qur'an tentang mereka: "Alaa ballighuu 'annaa qoumanaa bi annaa qad laqiinaa robbanaa faradliya 'annaa wa-ardlaanaa", ("Sampaikanlah dari kami kepada kaum kami bahwa kami telah berjumpa dengan Robb kami, maka Dia ridla kepada kami dan menjadi kami ridla terhadap-Nya"). Kemudian ayat ini dihapus [Bukhari 2836]

    Juga di Bukhari no.3781, 82, 85, 86. Hadis Muslim 1085 (Riwayat Yahya bin Yahya - Malik - Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah - Anas bin Malik:..."Allah Azza wa Jalla telah menurunkan ayat Al Qur'an untuk para sahabat yang terbantai di Bi'r Ma'unah yang biasa kami baca, hingga ayat tersebut dimansukh di kemudian hari. Ayat tersebut bunyinya AN BALLIGHUU QAUMANAA AN QAD LAQIINAA RABBANAA FARADLIYA ANNAA WARADLIINAA 'ANHU, (Sampaikanlah kepada kaum kami bahwa kami telah menjumpai Tuhan kami, dan Dia ridla terhadap kami, dan kami pun ridla terhadap-Nya).")
Berikut di bawah ini,
sample perbedaan quran cetakan modern (Hafs) VS Quran Samarqand/Tashken, yang ditulis dalam aksara arab kufi (menurut ‘Rasm Al-Mushaf, Ghanim Al-Hameed) dipercayai berasal dari abad ke-2 AH. Quran ini ada di museum Tashkent, Uzbekistan.

Sample adalah AQ 20.3: tanpa "N" (error grammar); AQ 18.83: tertulis Zul QarMin" dan AQ 19.72: dengan "Fa"/"Qa" bukan "nwn" (error grammar) [tulisan/gambar berasal dari PDF: Which Quran? (oleh: Layth Al-Shaiban, alamat: laytth@hotmail.com]


Di bawah ini Quran versi Samarqand untuk AQ 7.69: kata baSta" ditulis dengan "seen" bukan "saad" yang tidak ada baik di quran versi Hafs maupun Warsh:



Berikut di bawah ini,
Sample perbedaan Quran emas vs Quran versi Hafs dan versi Warsh. Quran emas berasal dari 800 M (menurut universitas John Hopkins) ditulis dalam aksara arab kufi. Quran ini ada di musium Nuruosmaniye, Istanbul [tulisan/gambar berasal dari PDF: Which Quran? (oleh: Layth Al-Shaiban, alamat: laytth@hotmail.com]:
Untuk AQ 9.107, Quran vers Warsh: (Alazina), Quran versi Hafs: (walazina), namun Quran emas (scan dari hal.140v) sama dengan versi Warsh TANPA "waw":


Untuk AQ 5.53: Quran versi Warsh: (yaqul), Quran versi Hafs: (wayaqul), namun Quran emas (dari hal 83v) sama dengan versi Warsh TANPA "waw":


Untuk AQ 18.36, Quran versi Hafs: “Minha” dengan 1 huruf "mim". Quran versi Warsh “MinhuMa” dengan 2 huruf "mim", namun Quran emas sama dengan versi Hafs menuliskan "minha" dengan 1 huruf "mim":


Untuk AQ 13.4, Quran versi Warsh dan Hafs, menyampaikan (sinwan) dengan tambahan huruf "alif", namun Quran emas (scan hal.171r) menyampaikan "sinwan" TANPA huruf "alif":


Untuk AQ 7.69, Quran versi Hafs dan Warsh, menuliskan (basta) dengan huruf "saad", namun Quran emas (scan hal.112v) menuliskan "Basta" dengan "seen":


Dari 19 surat berikut jumlah total ayat yang dibandingkan antara Quran emas vs Quran versi Hafs vs Quran versi Warsh, maka versi Hafs (terbanyak dipakai di dunia) hanya match 32%-nya sementara versi Warsh hanya match 54%-nya dari Quran emas [diambil dari PDF: Which Quran? (oleh: Layth Al-Shaiban, alamat: laytth@hotmail.com].


Sekarang,
kita lihat sample perbedaan-perbedaan yang ada di 2 versi quran (Versi hafs vs Versi Warsh):




Di bawah ini sample 1 halaman Quran versi hafs, namun di sampaikan dengan "garis bawah" dan juga catatan dipinggirannya bedanya dengan versi Warsh



[Lihat lebih detail: di sini atau di sini atau di sini atau di sini atau di sini atau di sini atau di sini atau di sini atau di sini atau di sini atau di sini atau di sini ]

Sudahkah anda lihat sendiri? Jadi QURAN MANA YANG MASIH ASLI? Bagaimana mungkin Allah begitu cerobohnya membiarkan ini terjadi namun masih berani mengklaim qurannya terpelihara?

Variasi jumlah Ayat, Surat dan Huruf di Quran dan Variasi huruf di Basmalah!

Ayat:
  1. 6000 ayat ["Tafsir al-Qurtubi", Muhammad ibn 'Isa ttg Copyan medina yang pertama]

  2. 6170 ayat ["The Fihrist" - Sebuah survey budaya abad ke-10 masehi, Karya: Abu'l-Faraj Muhammad ibn Ishaq Al-Nadim, di edit dan translasi oleh Bayard Dodge, Columbia University Press, 1970 (buku diselesaikan 987/988 M, Pengarang wafat: 17 September 995), hal.62, Al-Fadl ibn Shadhan: ‘Ata ibn Yasar]

  3. 6200 ayat [Muhammad ‘Abd al-Azhim az-Zarqani, "Manahil al-Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an"]

  4. 6204 ayat [Basri, riwayat Ata’ bin Yassar al-Tabien dan Aashim al-Jahdari dari Ayyub bin Al-Mutawakil; "Daleel Al-Hayran Fil Kash a’n Ayaay Al-Quran"; "Tafsir al-Qurtubi", Al-Kisa'i yang menyandarkanya pada 'Ali. Muhammad berkata, "Jumlah ayat quran menurut aum Basra adalah 6204, yang mana jumlah ini di turunkan oleh salaf mereka"; Juga di Tafsir Ibn kathir, abridged, vol.1 "Terdapat beda pendapat tentang jumlah ini; beberapa berkata jumlahnya adalah 6000,... sementara beberapa lainnya menambahkan 204 ayat.."]

  5. 6205 ayat [‘Aashim bin ‘Ajjaj Al-Jahdari]

  6. 6210 ayat [Makkiya, riwayat Al Imam al-MaDani, dari Abdullah bin Kathbir Al Qari, dari Mujahid bin Jabar, dari Abdullah bin Abbas, dari Ubayy bin Kaab, dari Muhammad SAW; Juga riwayat Abu Ja’far bin AlQa’qa, Abi Syaibah; Juga menurut "The Fihrist", hal.62 Ubayy ibn Ka’b]

  7. 6214 ayat [Madani Awal Basrah, Riwayat Warsy, dari Nafi, dari gurunya (Yazid bin Al-Qa'qa dan Syaibah bin Nashah); Madani Akhir Riwayat Ismail bin Jaafar, dari Yazid bin al-Qa’qa dan Syaibah bin Nashah, perantaraan Sulaiman bin Jammaz; Syaibah bin Nasshoh; Shayba; "Tafsir al-Qurtubi" Isma'il ibn Ja'far: tentang copy-an final medina, juga di Tafsir Ibn kathir, abridged, vol.1 "Terdapat beda pendapat tentang jumlah ini; beberapa berkata jumlahnya adalah 6000,... sementara beberapa lainnya menambahkan 200...yang lain menambahkan lagi 14."]

  8. 6217 ayat [Madani Awal Kufah, Dari Ahli madina, dari Nafi', dari dari gurunya (Yazid bin Al-Qa'qa dan Syaibah bin Nashah); juga di "Daleel Al-Hayran Fil Kash a’n Ayaay Al-Quran"]

  9. 6219 ayat ["Tafsir al-Qurtubi", Al-Fadl berkata, "Jumlah ayat quran menurut kaum Mekkah adalah 6219. jumlah ini disampaikan Salim and al-Kisa'i dari Hamza; Juga di Tafsir Ibn kathir, abridged/diringkas, vol.1 "Terdapat beda pendapat tentang jumlah ini; beberapa berkata jumlahnya adalah 6000, sementara..juga, beberapa lainnya menambahkan 219 ayat"]

  10. 6220 ayat [Ibn Khathir Al-makkiy]

  11. 6225 ayat ["Tafsir al-Qurtubi" "Untuk jumlah dari kaum Syria/Suria, Yahya ibn al-Harith adh-Dhamari berkata..satu jalur perawi menyatakan 6225" Ibn Dhakwan berkata, "Ku pikir bahwa Yahya tidak menghitung basmala-nya"; Juga di Tafsir Ibn kathir, abridged, vol.1 "Terdapat beda pendapat tentang jumlah ini; beberapa berkata jumlahnya adalah 6000,... sementara beberapa lainnya menambahkan 225 ayat"]

  12. 6226 ayat [Syam, Riwayat Yahya al-Dzimari, dari Abdullah bin Amir, dari Abu Darda, Uthman bin Affan; Juga di "Daleel Al-Hayran Fil Kash a’n Ayaay Al-Quran"; Riwayat Yahya bin Harith Az-Zammari, "The Fihrist", hal.62; Juga di "Tafsir al-Qurtubi" "Untuk jumlah dari kaum Syria/Suriah, Yahya ibn al-Harith adh-Dhamari berkata adalah 6226. Satu jalur perawi menyatakan 6225" Ibn Dhakwan berkata, "Ku pikir Yahya tidak menghitung basmala-nya"; Juga di Tafsir Ibn kathir, abridged, vol.1 "Terdapat beda pendapat tentang jumlah ini; beberapa berkata jumlahnya adalah 6000, sementara beberapa lainnya menambahkan 200...yang lain menambahkan lagi 26"]

  13. 6227 ayat [Riwayat Yahya al-Dzimari, dari Abdullah bin Amir, dari Abu Darda, dari Uthman bin Affan]

  14. 6232 ayat [Himsi, Abu hawaia Syuraih bin Yazid al-Hadhrami dari Khalid bin Ma’daan As-Salmy Al-Himsi Al-Hardhomi]

  15. 6236 ayat [Hamzah & Sufian dari Ali bin Abi Thalib; Hamzah AzZayyat, Al-Kisai(189 H/804 M) dan Khalaf bin Hisyam, juga di Tafsir Ibn kathir, abridged, vol.1 "Terdapat beda pendapat tentang jumlah ini; beberapa berkata jumlahnya 6000..Lebih lanjut, beberapa menambahkan 236, sebagaimana yang Abu ‘Amr Ad-Dani katakan dalam bukunya, Al-Bayan"]



  16. Quran versi Hafs, basmallah ada di permulaan bab: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang" dan setelah itu ada angka 1 [Berdasarkan Hafs Al-Asadi dan Asim Abi Al nujud] = 6236 ayat, ini TIDAK termasuk 112 Basmalah, jika ditotal = 6348 ayat.
    Quran versi Warsh, perlakuan basmallah’-nya sama dengan 112 basmalah' lainnya [Afrika Utara, Usman Al-Qutbi Al-Masri dan Nafi bin abdulrahman] = 6214 ayat (versi lainnya: 6616, 6217, 6204 dan 6226 ayat, ref: Daleel Al-Hayran Fil Kash a’n Ayaay Al-Quran), ini TIDAK termasuk 113 Basmallah, jika ditotal = 6124 + 113 = 6327 ayat.

    Namun, mengenai basmalah pun, masih pula terdapat variasi pendapat lainnya, yaitu apakah "basmallah" termasuk surah atau tidak atau bahkan merupakan hal lainnya, lihat rekaman pendapat ini di tafsir Ibn Kathir

  17. 6237 ayat [‘Abdullah Yusuf ‘Ali AQ 1:1 termasuk di dalamnya]

  18. 6616 ayat [Ibn-i Abbas di "Tafsir Imam Syafi'i", Ahamd ibn Mustafa Farrān; Juga di Tafseer Al Itqan fi Uloom al Quran, Vol.1 Hal.84, Allamah Jalaluddin Suyuti; Juga di "Daleel Al-Hayran Fil Kash a’n Ayaay Al-Quran"]

  19. 6666 ayat [Riwayat Zamahshari (ra), "the genius Eloquence Scholar of the Arabic language and literature"), Bediuzzaman, mujaddid (the reformer), abad ke-13 M. Ibn-i Huzeyme, satu diantara imam-imam besar ini, memberikan rincian jumlah 6666 ayat di topik “Quran’s miracle of number” dalam buku “An Nasih wa’l Mansuh”:

  20. 1000 ayat janji (wa’ad);
    1000 ayat Ancaman (wa’id);
    1000 ayat Perintah (amr);
    1000 ayat larangan (nahi);
    1000 ayat Informasi dan kisah (Ikhbar);
    1000 ayat Peringatan dan contoh (amsal);
    500 ayat aturan;
    100 ayat doa dan pemujaan;
    66 ayat “nasikh dan mansukh”;
    Total ---> 6666 ayat di Quran]

    "KH Drs Hasan Basri: Kandungan atau isi al Quranul karim terdiri dari 11 point. Al Quran juga mempunyai 6666 ayat. Menurut penelitian Ibnu Abbas RA tentang 11 bagian itu adalah amar, nahi, wa’ad, wa’id, qishoh, ibroh, haram, halal, naikh, mansukh, dan doa. Seribu, seribu, seribu, seribu, seribu, seribu, 500, 100 dan 66. ini kandungan al Quranulkarim. Perintah, larangan, janji, ancaman, qishotul’ada, haram dan halal, nasikh dan mansukh, doa kepada Allah ini harus kita amalkan penuh dengan iman dan ihtisaban.

    [KH Drs Hasan Basri, Sarjana sastra UIN Ciputat, kiai dan guru majlis taklim, pernah 15 tahun menjabat sebagai ketua MUI Ciputat, ketua DPC PKB Kecamatan Ciputat. tinggal di Ciputat, Banten]"

  21. 17.000 Ayat [Muhammad Yakub Al Kulayni, "Al Kafi" (2/634):

  22. 28 علي بن الحكم، عن هشام بن سالم (2)، عن أبي عبدالله (عليه السلام) قال:
    إن القرآن الذي جاء به جبرئيل (عليه السلام) إلى محمد (صلى الله عليه وآله) سبعة عشر ألف آية (3).
    تم كتاب فضل القرآن بمنه وجوده [ويتلوه كتاب العشرة]
    ____________
    (2) في بعض النسخ [هارون بن مسلم] مكان هشام.
    (3) قد اشتهر اليوم بين الناس أن القرآن ستة آلاف وستمائة وست وستون آية وروى الطبرسى (ره) في المجمع عن النبى (صلى الله عليه وآله) أن القرآن ستة آلاف ومائتان وثلاث وستون آية. ولعل الاختلاف من قبل تحديد الايات. [*]

    "Ibn al-Hakam, dari Hisham ibn Salim (2),dari Abu Abdullah: "Qur'an yang diturunkan pada Muhammad melalui Jibril sebanyak 17.000 ayat"
    ____________
    Keterangan:
    (2) Dari beberapa copy-an [Harun ibn Muslim] tempatnya Hisham.
    (3) masyhur dikalangan masyarakat bahwa ayat quran adalah 6666 ayat yang diriwayatkan oleh Tubrusi (RA)..dari Nabi SAW that the Qur'an is 6263 ayat, MUNGKIN perbedaan dalam hal penentuan ayat. [memberikan keterangan koq menggunakan kata MUNGKIN]

    Komentar Mulla Bagir Majlisi, di "Mitarul ugul" tentang hadis "Al Kafi" ini:

    "Riwayat ini sahih dan tidak dapat dipungkiri bahwa riwayat ini dan banyak lagi riwayat-riwayat sahih lainnya secara eksplisit (berkata) bahwa Quran telah hilang dan berubah. Bagiku, (Aku yakin) bahwa riwayat-riwayat mencapai tawatur (misal jumlahnya banyak) sehubungan dengan arti, dan mengabaikan semua ini berarti mengabaikan seluruh riwayatnya pula, namun ku pikir bahwa narasi-narasi dalam arti ini adalah tidak kurang dari narasi-narasi jika Imamah jadi bagaimana mereka pastikan ini dengan memakai riwayat-riwayat?" [Mirat Al-Uqool Vol 12, hal. 525]

    Perdebatan mengenai lemah/tidaknya hadis sahih kalangan Syi'ah ini, terpusat dirantai perawi yang memang Kulayni singkatkan penulisannya [أما نحن فنقرأ على قراءة أبي, yaitu nomor hadis 27]. Rantai penyampai itu, seharusnya tertulis lengkap, yaitu "Dari Muhammad bin Yahya, dari Ahmad bin Muhammad, dari Ali bin al-Hakam, dari Hisyam bin salim, dari Abu Abdullah". Karena disingkat, maka munculah celah bahwa "Ahmad b. Muhammad" adalah yang "bin Sayyar" BUKAN yang "bin Isa", di mana "bin sayyar" orangnya diragukan. Dan tentu saja, telah disiapkan pula beberapa hadis untuk menujukan bahwa "Ahmad bin Muhammad" ini adalah yang "bin sayyar" yang kacau.

    Padahal argumen bantahan tersebut sangatlah lemah:

    1. Petunjuk rantai penyampaiannya, sebenarnya telah disebutkan kulayni, dengan merujuk no. hadis sebelumnya, hadis no.27. Jadi, "Al-Hakkam" mendapatkannya dari "Muhammad bin Yahya, dari Ahmad bin Muhammad" dan
    2. Pasangan rantai penyampainya disebutkan lebih lengkap dan sangat jelas lagi di hadis yang lebih awal lagi, hadis no.26, yaitu "Muhammad bin Yahya, dari Ahmad bin Muhammad bin isa"!

    Sebagai Ahli hadis, Kulayni tahu jelas beda "Bin Sayyar" dan "Bin Isa", Sehingga, jika merupakan perawi berbeda, maka akan ditulis untuk membedakan, seperti rantai perawi berbeda lainnya
Kemudian,
Hadis sahih Syi'ah menyatakan bahwa Mushaf Fatima 3x qur'an (mushaf Usman) [di: sini, sini dan sini, Disahihkan oleh: Al-Majlisi, à Mir’aat Al-`Uqool, vol.3, pg.54]. Sampe hadis:

عليها السلام؟ قال: مصحف فيه مثل قرآنكم هذا ثلاث مرات، والله ما فيه من قرآنكم حرف واحد.
(Kami memiliki mushaf Fatimah. Mereka tidak tahu, apa itu mushaf Fatimah? Mushaf Fatimah berisi seperti quran kalian ini 3 kali lipat. Demi Allah, tidak ada satupun bagian yang dijelaskan dalam Quran kalian satu hurufpun.” [al-Kafi, al-Kulaini, jilid 1, hal.287].

Hadis lainnya juga mengatakan bahwa Quran versi Sunni hanya 1/3nya: "Qur'an mempunyai 1 Juta dan 27.000 huruf" [Dari Tabrani, dari Umar b. Khattab, Di: al-Itqan, vol.2 p.70 ATAU "The Perfect Guide to the Sciences of the Qurān, Vol. 1, Suyūṭī, hal.167. Juga di: The Collection and Preservation of the Qur'an, Ayatullah Sayyid Abul Qasim al Khui]

Konon mushaf tersebut hanya dimiliki al-ma’shumin (imam yang maksum), selain mereka, maka tidak ada yang tahu isinya kecuali bagian mukadimah saja. Berikut penjelasan Habib Yasir, tokoh Syiah (lihat di: youtube):

هو كتاب إلهي مختص بالمعصومين – عليهم السلام – وسمي بمصحف الزهراء عليها لأنه قد أملي على الزهراء والزهراء كتبته. فهو غير موجود عندنا لكنه حقيقة ليس خيالا ولكن الموجود عندنا منه فقط صفحة واحدة، الصفحة الأولى فقط، يعني أهل البيت بينوا مصحف فاطمة هذا المقدار فقط، لكم الحق والاطلاع عليه، باقيه مربوط بنا نحن؛ مختص بنا نحن، فليس لكم الحق والاطلاع عليه، بداية هذه الصفحة هكذا:بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ من الله العزيز القدير…أو الشئ ما ذكرت النص.. الى أمته فاطمة الزهراء – عليها السلام – وثم فيه مجموعة من الوصايا الإلهية
(Mushaf Fatimah adalah kitab yang diturunkan Tuhan, husus dimiliki al-Ma’shumin. Dinamakan mushaf az-Zahra, karena mushaf ini didektekan kepada az-Zahra, kemudian az-Zahra menulisnya. Kitab itu tidak ada pada kami, namun itu hakiki bukan khayalan. Namun yang ada pada kami hanya 1 halaman saja, yaitu halaman pertama saja. Artinya, ahlul bait – yang maksum itu – hanya menjelaskan mushaf Fatimah hanya seukuran ini (berisyarat dengan jari jempol & telunjuknya). Kalian berhak atasnya dan boleh mempelajarinya. Sisanya, hanya khusus untuk kami, dan kalian tidak punya hak atasnya dan tidak boleh mempelajarinya. Di paragraf awal halaman itu, bunyinya sebagai berikut, “Bismillahir rahmanir rahim, dari Allah Dzat yang Maha Agung lagi Maha Kuasa… bla..bla..bla yang saya sendiri tidak hafal…. kepada hamba-Ku Fatimah az-Zahra kemudian disebutkan berbagai kumpulan wasiat dari Allah)

Demikianlah menurut kaum Syiah, namun di kalangan Sunni-pun, masih terdapat variasi klaim jumlah huruf quran, yaitu: 340.740 huruf / 323.015 huruf / 321.530 huruf / 321.180 huruf yang disebutkan di Tafsir Ibn Kathir dan Tafsir Qurtuby

Salah satu alasan mengapa jumlah huruf ini berbeda karena pemakaian alif, yang bisa jadi alasannya karena mempertahankan klaim angka yang dianggap mistis "786", misalnya:
    Bismillah:
    ba sin mim alif lam lam ha
    B S M A L L H
    2 60 40 1 30 30 5

    Alrahman:
    alif lam ra hae mim nun
    A L R HH M N
    1 30 200 8 40 50

    Alrahim:
    alif lam ra hae ya mim
    A L R HH Y M
    1 30 200 8 10 40
Penjumlahan seluruh angka di atas adalah 786. Namun klaim ini juga tidak tunggal, karena "basmalah" bukan hanya terdiri 19 HURUF, ada "alif" lain di dalamnya, sehingga ada pula variasi klaim jumlah huruf "basmalah", yaitu 20 huruf, 21 huruf dan bahkan 22 huruf!

Buktinya?

bismi tanpa 'alif' adalah merupakan buatan umar:

Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan ke sekretarisnya "Panjangkanlah (awal) huruf BA, jelaskanlah huruf SINnya dan bulatkanlah huruf MIMnya karena mengagungkan Kitab ALLAH” [sumber: Tafsir Ar Razy]

alasan lainnya, misal seperti ini:

Ada 3 'alif' yang "dibuang" pada BASMALAH,

1. Alif lafaz ISMI,
2. Alif lafaz ALLAH,
3. Alif lafaz ALRAHMAAN.

Harusnya akan seperti ini: باسم اللاه الرحمان الرحيم (basm allah alrhman alrhym)

Para ulama hanya menjelaskan pembuangan 'alif' pada lafaz BISMI saja dan tidak di detail lainnya.

Jika pada basmalah, 'alif' pada lafaz 'ISMI' di 'BISMI' harus dibuang NAMUN MENGAPA:
  1. di AQ 96.1 ("اقرأ باسم ربك" → "iq'ra (اقْرَأْ) bi-is'mi (بِاسْمِ) rabikka (رَبِّكَ)", baca dengan nama tuhanmu),
  2. di AQ 56.74, 96; AQ 69.52 ("سَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ" →"fa-sabbih (فَسَبِّحْ) bi-is'mi (بِاسْمِ) rabikka (رَبِّكَ)", maka muliakan/bertasbihlah dengan nama Rabbmu)
'alif' pada lafaz ISMI di BISMI tidak dibuang?

Ini menjadi petunjuk penting bahwa 'bismi' seharusnya mengandung 'alif' sehingga: ba (2) + alif (1) + sin (60) + mim (40) = 4 huruf BUKAN 3 huruf. Ini menjadi total huruf menjadi 20 bukan 19 dan total menjadi 787 bukan 786. Jika dengan alrahman saja maka akan menjadi 21 huruf dan jumlah angka menjadi 788 :)

Sebagian ulama berpendapat, pembuangan alif ini dinisbatkan pada: bahwa penulisan huruf BA yang ditulis agak jangkung seukuran setengah jangkungnya alif itu supaya menunjukan alif yang dibuang tadi, dan karena huruf BA ini adalah huruf pertama dalam Al Quran, maka penulisan dengan agak jangkung ini bertujuan TA’DHIM terhadap Al Quran. Syeikh Muhammad Thohir Al Kurdi berpendapat, alasan-alasan di atas sebaiknya dikembalikan kepada kaidah2 khot, yaitu untuk memperindah tulisan saja karena boleh2 saja kita menulis huruf BA dengan memanjangkan awalnya setengah tinggi alif pada penulisan dimana saja tidak khusus pada BASMALAH seperti jika menggunakan Khoth Kufy, Tsuluts dan Naskh. Dan akan terlihat indah juga jika huruf BA ini ditulis biasa saja tanpa ditarik keatas pada pemakaian khot Farisy dan Riq’ah. [Sumber: Tarikh Al Quran Al Karim, hal 159 dan 160]

Jadi, apapun kata yang membuat 'alif' dapat di tambahkan tidak mencukupi untuk menjelaskan variasi total jumlah huruf quran hingga mencapai puluhan ribu tersebut.

Perlu anda ketahui,
klaim angka "786" digunakan para penyembah HARI KRSHNA (ingat dengan huruf "I" bukan "E")
    ha ra ya kaaf ra shiin nun alif
    H R I K R S N A
    5 200 10 20 200 300 50 1
Tentu aja jumlah 786 dengan struktur huruf di atas akan mendapatkan tantangan bantahan, misalnya huruf "ya" harusnya dibuang karena bla..bla..bla

Kemudian,
terdapat variasi klaim jumlah total surat di Quran, dalam "The Fihrist":
  1. 114 surah [Al-Fadl ibn Shadhan: ‘Ata ibn Yasar]
  2. 113 surah [Al-Fadl ibn Shadhan: 'Asim al-Jahdari, hal.62]
  3. 116 Surah [Al-Fadl ibn Shadhan: Ubayy bin ka'b, hal 57-61] dan banyak lagi variasi jumlah surat yang lainnya
Apapun teknik dan cara pengakuan pemotongan surah/ayat dan alasannya maka TIDAK SEHARUSNYA JUMLAH TOTAL HURUFNYA PUN ikut menjadi berbeda-beda pula, bukan?!

Jika anda baca buku "The Collection and Preservation of the Qur'an", Anda akan temukan informasi yang jelas dan lugas betapa kacau dan kontradiktifnya PEMBUATAN kitab QURAN versi sunni yang kerap diklaim sempurna itu.

Jika total jumlah saja sudah TIDAK JELAS kepastiannya, maka bagaimana dengan kepastian lainnya???

Jadi QURAN MANA YANG MASIH ASLI?

____________
Sumber:
  1. Which Quran?
  2. Ikhtisar Literatur Islam abad ke-10 Masehi, "The Fihrist", p.62
  3. Index of Islam, December 26, 2010 Ver.
  4. "Tafsir al-Qurtubi"
  5. "How Many Verses (Ayahs) Are There in the Quran?"
  6. "Tafsir Ibn Kathir, Abridged, Volume 1, Parts 1 and 2 (Surat Al-Fatihah sampai Surat Al Baqarah ayat 252), diringkas oleh sekumpulan ulama di bawah supervisi Shaykh Safiur-Rahman Al-Mubarakpuri [Darussalam Publishers & Distributors, Riyadh, Houston, New York, Lahore; Januaury 2000], pp. 35-36" + Sunni scholar Uthman bin Saeed bin Uthman Abu Amro al-Daani (w. 444 H) [Al Itqan fi Uloom al Quran, Vol.1, hal.84]
  7. al-Itqan Fi Ulum al-Quran jzk:1 m.s:134-135, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, Beirut 2000 / Mukjam Ulum al-Quran m.s:190-192 , Dar Al-Qalam,Damsyik 2001
  8. Fawasil Syarah Naazimatul Al-Zuhri fi ‘Ulum Al-Fawasil, Imam Syatibi, (Syarh Syeikh Abdul Fatah al Qadhi)
Tentu saja setelah membaca hal-hal di atas, mungkin akan ada bantahan berupa tantangan untuk menghitung sendiri atau secara bersama-sama dengan menggunakan Quran yang ada sekarang. Pertanyaan mendasarnya untuk sang penantang adalah BENARKAH Quran yang ada sekarang ini adalah yang asli? Belum tentu. Sebodoh-bodohnya orang yang menghitung barang yang sama, maka SELISIH JUMLAH HURUF adalah TIDAK LOGIS berbeda sampai PULUHAN RIBU hingga JUTAAN banyaknya, bukan?! []
------------

Huruf-huruf Tidak Jelas Maksud di Quran (Muqatta'ah)

    Alif laam raa, kitaabun uhkimat aayaatuhu (kitab yang tersusun ayat-ayatnya) tsumma fushshilat (serta dijelaskan detail) min ladun hakiimin khabiirin (dari Yang Maha Bijaksana lagi Tahu) (AQ 11.1)
Ironinya, potongan huruf-huruf pertama ayat di atas, tidak jelas maksudnya (tidak ada penjelasan detail Allah dan Nabi) bukan satu-satunya tapi terdapat sebanyak 29 potong huruf (Muqatta'ah) tidak jelas maksud yang tersebar di 29 surat: "Alif Laam Miim" (AQ 2.1; 3.1; 29.1; 30.1; 31.1; 32.1) atau "Alif laam raa" (AQ 10.1; 11.1; 12.1; 14.1; 15.1) atau "Alif laam miim raa" (AQ 13.1) atau "Alif laam miim shaad" (AQ 7.1) atau "Haa Miim" (AQ 40.1; 41.1; 43.1; 44.1; 45.1; 46.1) atau "Haa Miim 'Ain Siin Qaaf" (AQ 42.1-2) atau "Shaad" (AQ 38.1) atau "Thaa Siin" (AQ 27.1) atau "Thaa Siin Miim" (AQ 26.1; 28.1) atau "Thaahaa" (AQ 20.1) atau "Qaaf" (AQ 50.1) atau "Kaaf Haa Yaa 'Ain Shaad" (AQ 19.1) atau "Nun" (AQ 68.1) atau "Yaa siin" (AQ 36.1).

Ibn Kathir dalam tafsir surat AQ 2.1:
    "Para ulama tafsir berselisih pendapat sehubungan dengan huruf-huruf yang mengawali banyak surat Al-Qur'an. Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa hal ini merupakan sesuatu yang hanya diketahui oleh Allah Swt. saja, maka untuk mengetahui maknanya mereka mengembalikannya kepada Allah Swt. dan tidak berani menafsirkannya....Di antara mereka ada yang menafsirkan, mereka berselisih pendapat mengenai maknanya...Tiada kesepakatan ulama sehubungan dengan masalah fawatihus suwar ini atas sesuatu yang tertentu, melainkan mereka masih berselisih pendapat. "
Ironinya juga, Quran menyampaikan seperti ini:
    "..(bi)lisaan(in/un) arabiyy(in/un) mubiin(in/un)" (..(dengan) bahasa arab yang JELAS/TERANG) [AQ 16.103, 26.195] juga di: "quraanan 'arabiyyan ghayra dhi iwajin.." (Quran dalam bahasa arab yang tidak bengkok (tidak belok-belok)..)" [AQ 39.28].
Di ayat ini, Ibn Kathir dalam tafsirnya meyampaikan:
    "Maksudnya: `Quran ini yang kami turunkan padamu, Kami turunkan dalam kesempurnaan dan kefasihan bahasa arab, sehingga membuat JELAS, tidak ada ruang untuk alasan dan memberi BUKTI JELAS, menunjukan jalan lurus." [AQ 26.195]. Dan: "maksudnya: ini dalam dialek arab yang sederhana/jelas, tanpa kebengkokkan, penyimpangan atau kebingungan. Ini sederhana, bukti jelas. Allah telah membuatnya menjadi seperti ini dan telah diturunkan seperti ini" [AQ 39.28]
Entah mengapa Allah SWT tidak mampu konsisten padahal hanya dalam 1 buku yang sama saja.

Terkait dengan huruf Arab yang tak jelas maksudnya ini, Hartwig Hirschfeld membantu Allah SWT dengan menyampaikan apa yang awalnya disarankan Noldeke (belakangan Noldeke kembali ke teori lama milik Dr. Loth: huruf-huruf ini adalah sandi mistis Kabalis) bahwa di monogram kolektor pribadi sebelum menjadi quran resmi yaitu di salah satu naskah Kitab Al-Taisir dari Al Dani (Cod. Brit. Mus. Or. 3068, fol. 72v 1. 2) huruf TH (Surat 20.) diikuti kata alaihi as salam. Sehingga dua huruf ini merujuk ke seseorang, sementara surat miliknya, tidak memiliki nama atau judul lain sama sekali. Hartwig menyampaikan bahwa T adalah inisial Talha, sedangkan H adalah inisial Abu Huraira. Menurut Hartwig, ketika Zayd b. Thabit mengkompilasi quran, Ia kumpulkan dengan inisial mereka dan menempatkannya di awal kumpulan. Untuk sebagian besar yang tidak terdapat, Zayd berkebebasan mengatur baris yang ditentukan Umar, atau sesuai penilaiannya sendiri. Bagian ini, oleh karenanya, tidak berinisial dan dipahami sebagai milik Zayd. Hartwig kemudian membuat sandingan setiap huruf muqatta‘ah dengan nama inisialnya, yaitu: (ا ل) Alif Laam = ta'rif atau kata sandang; (م) Miim untuk al-Mughirah; (ص) Saad untuk Hafsah; (ز/ر) Zai/Ra untuk al-Zubair; (ك) Kaaf untuk Abu Bakar; (هـ) Ha (huruf ke-26) untuk Abu Huraira; (ن) Nun untuk Usman; (ط) Ta untuk Talha; (س) Sin untuk Saad bin Abi Waqqas; (ح) Ha (huruf ke-6) untuk Huzaifah; (ع) Ain untuk Umar/Ali/Ibn Abbas/Aisyah dan (ق) qaf untuk al-Qasim bin Rabi’ah. ["Theories on the Initial" dari "New researches into the composition and exegesis of the Qoran", Hirschfeld, Hartwig, 1902, hal.141-143]

Kalangan Muslim ada yang mendukung pendapat ini di antaranya adalah Taha Husein: “...terdapat topik lain yang wajib aku ingatkan kamu yaitu persoalan huruf Arab yang tidak difahami ini yang diawal sebahagian surah seperti عسقألم، ألر، طس، كهيعص، حم، dan lain-lainnya. Maka kalimat-kalimat ini bisa jadi sebagai tanda untuk membedakan antara beberapa mushaf yang terdapat di kalangan Arab. Contohnya كهيعص tanda bagi mushaf Ibn Mas’ud, حم عسق tanda bagi mushaf Ibn Abbas, طس tanda bagi mushaf Ibn Umar, dan seterusnya. Kemudian berterusan sepanjang zaman akhirnya jadilah al-Qur’an.” [Arafah, Muhammad Ahmad (1986), Naqd Mataain fi al-Quran al-Karim, c.2, Kaherah: Maktabah al-Zahra’, h. 7-8 dan Al-Mutiri, Abdul Muhsin bin Zain (2006), Da’awa al-Ṭa’inin fi al-Quran al-Karim fi al-Qarn al-Rabi’‘Ashr al-Hijri wa al-Radd ‘Alaiha, Beirut: Dar al-Basyair al-Islamiyyah, h.260]

Ini makin memperjelas bahwa Quran bukan dari Allah tapi dari hasil pemikiran Manusia. []
------------

Ayat-Ayat Setan

Sub judul di atas ini bukanlah suatu ejekan. Karena silang pendapat keberadaan ayat-ayat ini JUSTRU muncul dari kalangan ISLAM SENDIRI dan kebanyakan dari mereka MENOLAK bahwa ayat-ayat ini pernah ada dengan alasan bahwa TIDAK COCOK dengan ALUR AJARAN dan alasan lainnya adalah hadis-hadis yang melaporkan ini mursal, Namun demikian, mereka tetap TIDAK MAMPU membuang FAKTA bahwa PERISTIWA INI NYATA ADA, karena bahkan banyak hadis sahih merekam bagian peristiwa ini.
    Riwayat Ibn Abbas:
    سَجَدَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالنَّجْمِ وَسَجَدَ مَعَهُ الْمُسْلِمُونَ وَالْمُشْرِكُونَ وَالْجِنُّ وَالْإِنْسُ
    Nabi SAW bersujud ketika membacakan surah An-Najm (no.53). Bersujud pula (bersama Beliau) kaum Muslimin, musyrikin, jin & manusia [Bukhari, kitab at-Tafsiir, Tafsir surat an-Najm, bab فاسجدوا لله واعبدوا, Bukkhari 2.19.177 dan 6.60.385]

    Riwayat Ibnu Mas'ud:
    أَوَّلُ سُورَةٍ أُنْزِلَتْ فِيهَا سَجْدَةٌ {وَالنَّجْمِ} قَالَ فَسَجَدَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَجَدَ مَنْ خَلْفَهُ إِلَّا رَجُلًا رَأَيْتُهُ أَخَذَ كَفًّا مِنْ تُرَابٍ فَسَجَدَ عَلَيْهِ فَرَأَيْتُهُ بَعْدَ ذَلِكَ قُتِلَ كَافِرًا وَهُوَ أُمَيَّةُ بْنُ خَلَفٍ
    "Pertama surat An Najam turun, Rasulullah SAW dan orang-orang yang berada di belakangnya bersujud dan aku lihat seorang laki-laki mengambil segenggam tanah bersujud di atasnya. Kelak aku lihat orang itu terbunuh dalam keadaan kafir. Ia adalah Umayyah bin Khalaf." [HR. al-Bukhari, kitab at-Tafsiir, Tafsir surat an-Najm, bab فاسجدوا لله واعبدوا]

    حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، قَالَ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ، قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، قَالَ سَمِعْتُ الأَسْوَدَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رضى الله عنه قَالَ قَرَأَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم النَّجْمَ بِمَكَّةَ فَسَجَدَ فِيهَا، وَسَجَدَ مَنْ مَعَهُ، غَيْرَ شَيْخٍ أَخَذَ كَفًّا مِنْ حَصًى أَوْ تُرَابٍ فَرَفَعَهُ إِلَى جَبْهَتِهِ وَقَالَ يَكْفِينِي هَذَا‏.‏ فَرَأَيْتُهُ بَعْدَ ذَلِكَ قُتِلَ كَافِرًا‏.‏
    ...Nabi melantunkan surat Najm (53) dan bersujud sambil melantunkan itu dan semua orang bersujud dibelakangnya dan seorang dari mereka mengambil setangan penuh batu atau tanah mengangkatnya kemukanya dan berkata "Ini cukuplah bagiku". Kelak aku lihat orang ini wafat sebagai seorang kafir [Bukkhari 2.19.173, 176 dan juga riwayat Abdullah (b.Umar) di 6.60.386 dan di Muslim 4.1191]
KAPAN, DIMANA, MENGAPA dan BAGAIMANA ayat-ayat setan KONTROVERSIAL ini ada?.
    Maka apakah patut kamu menganggap al Lata dan al Uzza, dan Manat yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? [AQ 53.19-22, Golongan Al makiyya dan turun di urutan ke-23]
Ayat di atas ini adalah BENTUKAN FINAL dari Quran sekarang ini, Jadi, ketika anda baca ayat di atas tentunya tak tampak keanehannya padahal sewaktu ayat aslinya pertama kali dilantunkan, ia bahkan mampu membuat para MUSYRIKIN MEKKAH ikut-ikutan bersujud.

Tafsir Ibn kathir untuk ayat AQ 53.19-20 hanya menjelaskan tentang al Lata, Al Uzza dan Manat yang dilanjutkan dengan penyampaian beberapa hadis di SETELAH HIJRAH, yaitu setelah PENAKLUKAN MEKKAH (8 AH).

Penjelasan Ibn Kathir tentang ayat di atas benar-benar SANGAT TIDAK NYAMBUNG, di samping karena ayat ini turun di SEBELUM HIJRAH juga karena tidak menjelaskan mengapa ketika diturunkan banyak MUSYRIKIN ikut bersujud (termasuk Umayyah bin Khalaf, yang saat itu MASIH HIDUP. Kelak di Badar (2 AH), Ia dibunuh Bilal dengan kejamnya. Lihat Bukkhari 3.38.438). Titik terang kejadian ayat ini justru kita dapatkan di tafsir Ibn kathir untuk AQ 22.52-53 (turun di urutan ke-103):
    Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat- Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat
Ibn kathir menjelaskan:
    "Kebanyakan ahli tafsir menceritakan kisah Gharanniq dan peristiwa kembalinya orang-orang yang berhijrah ke negeri Habasyah (Ethiophia, Abbysinia) karena mengira bahwa orang-orang musyrik Quraish sudah masuk Islam. Akan tetapi seluruh jalan periwayatannya bersifat mursal dan aku (Ibn kathir) tidak melihat adanya sanad dengan jalur yang sahih. Wallahu A'lam.:

    Ibn Abi Hatim meriwayatkan, bahwasannya Sa'id bin Jubair berkata: Rasullullah SAW di kota Mekkah membacakan surat An-Najam. Ketika berliau sampai kepada ayat "Maka apakah patut kamu menganggap al Lata dan al Uzza, dan Manat yang ketiga", beliau bersabda: "Lalu syaitan membisikkan pada lisannya: "Itulah kisah gharaiq al-ula (burung surgawi yang terbang tinggi)" Sesungguhnya syafa'at mereka di harapkan. Mereka menyebutkan, tidak pernah ilah kami disebut baik sebelum hari ini, lalu ia sujud dan merekapun sujud, maka Allah menurunkan ayat ini: (AQ 22.52) [Juz 17/550]
Walaupun Ibn Kathir menyatakan "seluruh jalan periwayatannya bersifat mursal dan tidak melihat adanya sanad dengan jalur yang sahih" namun Ibn Taymiyya malah menerima kejadian tersebut dan juga isnad/sanadnya (rantai perawi). Pendapat Ibn Taymiyya (saya kutip dari Disertasi PhD, Muhammad Sahib Ahmad):
    Insiden ayat-ayat setan diriwayatkan dalam banyak laporan (antara 18 dan 25, tergantung pada bagaimana seseorang menganggap sebuah riwayah adalah independen) tersebar di sirah nabawiyah dan literatur tafsir yang berasal dari dua abad pertama Islam. Indikasinya bahwa insiden ini terbentuk sebuah bagian standar normal dalam ingatan sejarah masyarakat muslim awal tentang kehidupan pendirinya (Bahwa insiden tersebut merupakan elemen standar dalam ingata sejarah awal muslim, tentu saja, tidak berarti bahwa hal itu merupakan fakta sejarah. untuk analisis teks-teks narasi dan rantai transmisinya, lihat bag.1 dari Disertasi Phd saya.). Dari mulai sekitar pertengahan abad kedua dan seterusnya (abad ke-8), namun, dengan kebangkitan gerakan hadits di satu sisi dan perkembangan teologi sistematik di sisi lainnya, Ingatan sejarah masyarakat awal menjadi sasaran evaluasi ulang yang disandarkan pada kreteria doktrin baru dan metodologi penyelidikan [Ibn Taymiyyah and the satanic verses", Muhammad Sahib Ahmad, studia islamica, 1998/2 (mars) 87, hal 70].
Sahib Ahmad juga mengutip pendapat Ibn Taymiyya melalui karya Ibn Abd Al Hadi (w.744 M), yaitu "Uqud al-Durriyya min manaqib Shaykh al-Islam Ibn Taymiyya":
    Mereka yang mengenali bahwa transmisi ini DAPAT DIANDALKAN, berkata, "Setan memasukan ini ke telinga mereka namun nabi SAW tidak menyatakan itu" (Sahib Ahmad: point dari Ibn Taymiyyah di sini adalah jika Setan mempunyai kemampuan menirukan suara nabi, maka ia dapat kapanpun menyampaikan ayat-ayat palsu dimana pendengar akan menerima itu sebagai yang dikatakan oleh Nabi. Dalam situasi ini, integritas perwahyuan tidak lagi bergantung pada perlindungan Nabi tapi pada perlindungan dari setiap dan semua individu dari tipuan setan dengan cara ini)..Mereka yang mensyahkan bahwa ini telah di transmisikan oleh para muslim awal, berkata: Ini adalah transmisi yang dapat diandalkan dan TIDAK MUNGKIN untuk tidak menerima ini, dan quran melengkapi bukti untuk ini dengan kalimat, "Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun ..AQ 52-53" Mereka mengatakan: Laporan dalam penjelasan ayat ini dalam buku-buku tafsir dan hadis di ketahui baik dan dapat di andalkan dan quran sepakat dengan laporan-laporan ini" [Ibid, hal 74-77]
Sahib Ahmad juga menyatakan bahwa:
    Ibn Taymiyya menerima sejarah insiden ayat-ayat setan sebagai sesuatu yang secara keseluruhannya cocok dengan misi Muhammad dan teridentifikasi posisi ini sebagai berasal dari quran dan dari muslim awal. Esensi dari argumen Ibn Taymiyya adalah insiden ini TIDAK DAPAT DITOLAK dengan dasar isnad yang lemah karena transmisi laporannya SAHIH [Ibid. hal 77-78]
Di samping itu, Sahib Ahmad juga menyampaikan bahwa dari 30 jalur transmisi, hanya 3 yang mempunyai transmisi marasil (mursal) yang dapat diandalkan, tidak satupun ulama hadis menerima dengan kreteria sahih, dalam maksud: tidak ada satupun yang isnad/sanadnya tak terputus. Al Qadi Iyad dalam konteks isnad/sanad (rantai perawi) menyatakan "lemah". Tapi, Ibn Taymiyya MENERIMA kejadian ayat-ayat setan ini dan juga Isnadnya [Ibid, hal.78-86].
    Note:
    Catatan kaki tulisan Sahib Ahmad di hal. 82, terdapat opini Ibn Hajar al-asqalani tentang Al Qadi Iyad: "untuk seseorang, melihat posisi Al Qadi Iyad pada isnad-isnad ayat-ayat setan adalah TIDAK KONSISTEN dengan metodologi hadisnya", ref. Tarikh, hal 114
Kisah kejadian Ayat setan juga di sampaikan dalam tafsir Jalalyn utk 22:52-53:
    ..Nabi di kumpulan dari kaum Quraisy, setelah melantunkan ayat al-Najm, "Maka apakah patut kamu menganggap al Lata dan al Uzza, dan Manat yang ketiga (afara'ait-ul Lata wal Uzza wa Manat ath-thalitha-al ukhra)" [53:19-20] ditambahkan, sebagai akibat Setan memasukan ke lidahnya tanpa Ia [Nabi] menyadarinya, [berikut kata-kata]: 'mereka adalah burung surgawi yang terbang tinggi (al-gharānīq al-'ula) yang syafaatnya diharapkan (tilk al-gharaniqa- tal-'ula, wa anna shafa'at-u-hunna latarja), dan kemudian mereka [kaum Quraisy] demikian senangnya. Namun Gabriel, belakangan memberitahu Dia [Nabi] bahwa Setan telah masuk ke lidahnya dan ia sedih karenannya, tetapi [kemudian] nyaman dengan ayat berikut bahwa ia mungkin diyakinkan [dari kesenangan Allah]: Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat- Nya. Dan Allah Maha Mengetahui apapun Setan telah dilemparkan, maka Allah menegaskan wahyu-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang Setan masukan tersebut, Maha Bijaksana, dengan memungkinkan Ia [Setan] melakukan hal-hal seperti itu, atas apapun yang Allah kehendaki.

    Note:
    Gharaniq adalah bentuk jamak dari ghirniq, ghurnuq, ghurnayg, ghuraniq, semacam spesies burung supranatural. kata ini muncul dalam sajak pra islam dalam banyak bentuk. Kamus Al Munjid menggambarkannya sebagai burung Air yang mempunyai sayap lebar dan kaki panjang. Arti keduanya adalah pemuda/pemudi putih yang menarik. Dalam Al-Tibyan dari Syaikh Abu Ja'far tusi (7:292), mengutip Al-Hasan (Al-Basri) memberikan arti juga "Malaikat". Terjemahan lainnya mentermahkannya sebagai: "Angsa", burung yang cantik, "Burung-burung yang mampu terbang tinggi" dan "wanita-wanita yang Agung" ["Debating Muslims: Cultural Dialoques in Postmodernity and tradition", Michael M. J. Fisher, Mehdi Abedi]
Hubungan antara AQ 53.19-20 + AQ 22.52 dan KEPULANGAN para pengungsi dari abyssnia, terekam di WAQIDI dan TABARI, sebagaimana yang diteliti oleh MUIR
    Muhammad memerintahkan pengikutnya untuk Hijrah ke Habasyah/Abyssinia [Muir, Ch.4 hal 132 dan Ibn Ishaq,bab 60 hal 282] dan hijrah itu terjadi di rajab tahun ke-5 [Muir, Ch 4, hal 133] dan atas perintah Muhammad. Belum berlalu 3 bulan, beberapa dari mereka kembali ke Mekkah [Muir Ch 5 hal 149], Alasan kepulangan disampaikan Muir sehubungan dengan AQ 53.19-20, yaitu mereka pikir bahwa kaum Mekkah sudah masuk Islam [Muir Ch.5 hal.150-154, juga disampaikan ayat-ayat yang ditambahkan setan ada juga dalam karya: Katib al Waqidi hal. 89; Tabari, hal. 140-142; Ibn Hisyam (namun hanya di karya Ibn Ishaq) dan juga di sampaikan MUIR terjadi penolakan riwayat ini dari kalangan ortodox islam].
Juga kejadian ini ada di Tabari Vol.1, yang di translasikan oleh G. R. Hawting, di "The Idea of Idolatry and the Emergence of Islam: From Polemic to History", Hal 131-132, juga di The History of al-Tabari, translasi dan bibliography oleh W. Montgomery Watt dan M.V. McDonald [State University of New York Press (SUNY), Albany 1988], Volume 6, pp. 107-112. Bahkan juga ada di tafsir Imam al-Baghawi, dalam tafsir "Lubab al-Ta’wil fi Ma`alim al-Tanzil (Dar al-Fikr ed. vol. 3) dalam hubungannya dengan kisah "burung laut" (qissat al-gharaaniq):
    Ibnu 'Abbas, Muhammad ibn Ka `b al-Qurazi dan lainnya dalam tafsir Al-Qur'an mengatakan.. bahwa ketika Nabi SAW..berada di sebuah pertemuan dengan kaum Quraisy di suatu hari, Allah menurunkan Sura al-Najm (53) 19-20 dimana iblis menambahkan ucapan pada lidahnya (alqa al-setan `ala lisanihi): "Mereka adalah burung yang dimuliakan yang syafaatnya mereka sangat diharapkan.

    Ketika kaum Quraish mendengar hal ini, mereka sangat bersukacita. Rasulullah melanjutkan dengan bacaannya sampai akhir Sura, pada saat ia bersujud, Muslim dan semua orang kafir yang berada di dalam masjid (ka bah) bersujud. Tidak ada orang kafir mapun tidak yang tidak bersujud, kecuali al-Walid ibn al-Mughira and Abu Uhayha Sa`id ibn al-`As yang mengambil segenggam tanah dan menempelkan di dahi mereka, bersujud di atasnya, karena mereka berusia tua tidak bisa bersujud. Kemudian kaum Quraish berada dalam kegembiraan dengan cara mereka mendengar dewa-dewa mereka disebutkan, mengatakan: "Muhammad telah menyebutkan dewa kita dengan cara terbaik yang mungkin." mereka juga mengatakan: "Kami pasti tahu bahwa Allah memberi hidup dan mati serta menciptakan dan memelihara, tetapi tuhan-tuhan kami memberikan syafaat bagi kami di hadapanNya, jadi jika Muhammad mengakui bagian mereka, tentunya kami bersamanya". Ketika malam tiba, Gibril datang kehadapan Rasulullah SAW dan berkata:" Wahai Muhammad.! Apa yang telah Anda lakukan? Anda telah bacakan pada orang-orang sesuatu yang saya tidak pernah bawakan pada anda dari Allah Ta'ala dan Mahakuasa". Mendengar hal ini, Nabi SAW mengaku sangat sedih dan takut sekali pada Allah (swt). Maka Allah menurunkan kepadanya ayat berikut di mana Ia menghiburnya, sebagaimana Ia pernah berbelaskasih padanya: AQ 22.52

    Sementara itu, sahabat-sahabat Nabi yang di Abyssynia mendengar berita tentang sujud Quraisy dan isu bahwa kaum Quraisy Mekkah telah menerima Islam, sehingga sebagian dari mereka pulang ke keluarga mereka. Tetapi ketika mereka mendekati Mekkah mereka menerima berita bahwa apa yang mereka dengar tentang Islam dan orang-orang Mekkah adalah palsu. Jadi tidak ada yang benar-benar memasuki Mekkah kecuali dengan perlindungan atau diam-diam. Ketika ayat di atas diturunkan (AQ 22.52), orang-orang Quraish mengatakan: "Muhammad menyesali kata-katanya tentang status dewa kami di hadapan Allah dan sekarang mengubahnya"
[Detail lainnya silakan lihat di: Is the Satanic Verses Story True?, Wikipedia: Satanic Verses, Reexamining Satan’s Influence and Control over Muhammad]

Sekarang tampak jelas hubungannya, bukan?

Dalam buku "PROCEEDINGS OF THE PANEL ON "CORRECTION OF ERRONEOUS INFORMATION PUBLISHED ON ISLAM AND MUSLIMS" THE CASE OF THE SATANIC VERSES - by The Islamic Educational, Scientific, and Cultural Organization - ISESCO, 1413 AH/1992 AD, di Hal. 100:
    Al Najm (no.53) turun di tahun ke-5 kenabian dan surat Al Hajj [no.22] turun di tahun ke 13 (akhir periode Mekkah) atau periode awal Medinah.

    hadis-hadis yang mewartakan SETAN yang turut serta menurunkan ayat di Al Najm (no.53) dan pencabutannya kembali oleh Allah di Al Hajj (no.22), dinyatakan AUTENTIK dan SAHIH oleh Al-Tabari, B. Hajar dan B. Taimiya.
Jadi,
di samping selisih hingga 100 surat (urutan ke-103 vs urutan ke-23) juga terdapat selisih 8 (DELAPAN) tahun lamanya waktu yang diperlukan ALLAH, JIBRIL dan NABI untuk MENYADARI adanya CAMPUR TANGAN SETAN! Jika hal ini adalah suatu ke Alpaan, maka ini sungguhlah SANGAT..TER..LA..LU!!!!

[Tentu saja, dalam berbagai tafsir anda dapat temukan pernyataan penafsir bahwa DI MALAM HARINYA nabi melakukan koreksi ayat itu dan menjadikannya seperti bentukan Quran yang saat ini, namun ada satu problem besar pada "tambahan" kisah ini, yaitu kapankah para QURAISH itu tahu? apakah di keesokan harinya? atau pada kesempatan apa?]

Dalam Tafhim al-Qur'an dari Sayyid Abul Ala Maududi (seorang pemikir Islam pendiri Jamaah Islamiah Pakistan), disampaikan kutipan Ibn Saad tentang latar belakang AQ 53 yang berhubungan dengan emigrasi ke abbysinia pada Tahun ke-5 masa kenabian:
    Ibnu Sad berkata bahwa sebelum ini, di bulan Rajab tahun ke-5 setelah kenabian, sekelompok kecil para sahabat telah beremigrasi ke Abyssinia. Kemudian, ketika di Ramadhan tahun yang sama insiden ini berlangsung berita menyebar bahwa Nabi SAW telah membacakan Surah An-Najm secara terbuka dalam kumpulan kaum Quraisy dan seluruh kaum, termasuk kaum muslim dan kafir, telah bersujud bersama beliau. Ketika emigran Abyssinia mendengar berita ini mereka mengira bahwa kaum musyrikin Mekkah telah menjadi Muslim. Setelah itu, sebagian dari mereka kembali ke Mekkah di bulan Syawal tahun ke-5 kenabian, hanya untuk tahu bahwa ternyata berita itu salah dan konflik antara Islam dan kafir merebak seperti sebelumnya. Akibatnya, emigrasi kedua Abyssinia terjadi, di mana banyak orang meninggalkan Mekkah.

    [Maududi berpendapat (pendapatnya tanpa menyertakan rujukan), bahwa kejadian bersujud massal para musyrikin Mekkah membuat mereka malu dan kemudian mengarang tentang munculnya ayat-ayat setan, Pendapat ini bertolak belakang dengan hadis dari riwayat Ibn Hatim yang disampaikan Ibn kathir dalam tafsirnya di atas dan juga dari Jalalayn dan Imam al-Baghawi dalam tafsir mereka]

[Copy scan dari: "The Life of Muhammad": A Translation of Ibn Ishaq's Sirat Rasul Allah, with introduction and notes by Alfred Guillaume (Oxford University Press, Karachi, Tenth impression 1995), pp. 165-167; 'Ali ibn Ahmad al-Wahidi, Asbab al-Nuzul]

Latar belakang dari kemunculan ayat-ayat setan ini merupakan serangkaian alur panjang suatu kejadian yang berawal dari ulah Nabi dan pengikutnya yang tak kunjung berhenti mencomooh/melecehkan/mencerca: tradisi, nenek moyang, agama dan tuhan-tuhan kaum Quraish, sebagaimana terekam di Quran:
    Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan...[AQ 6.108]
Tafsir untuk ayat tersebut, di "Lubaabut Tafsiir Min Ibni Katsir", Penerbit Muassasah Daar Al-Hilaal Kairo, cetakan ke-1, 1994, pustaka Imam Asy-sayfi'i, Bogor, cetakan ke-2, Mei 2003, juz 7/272:
    hadis dari Ali bin abi Thalhah dari ibn Abbas, "Orang Quraish berkata, hai muhammad hentikan makianmu terhadap ilah-ilah kami, atau kami akan mencaci rabbmu" lalu ALLAH MELARANG RASULULLAH dan dan orang2 mukmin mencaci...juga Aburazzaq menyatakan dari mamar dari qatadah, "Dahulu kaum muslimin mencaci berhala-berhala kaum kafir, lalu orang kafir mencaci maki Allah"
Pun demikian Abu talib tetap membela keponakannya, yang berakibat 40 pemimpin suku Quraish bersepakat memberlakukan sangsi adat sosial-ekonomi kepada Bani Hasyim [juga Bani Muttalib, baik mereka masih kafir maupun tidak]. Beberapa mengatakan, sangsi ini terjadi di 617 M, namun terdapat beberapa sumber yang menyatakan kejadian ini terjadi di 615 M["Appendix B. A Brief Chronology of the Life of Prophet Muhammad, yang mengutip dari buku: Jihad in the Qur'an: The Truth from the Source (Second Edition), Louay Fatoohi; juga di Muhammad, Yasin T. al-Jibouri].

Sangsi pengucilan adat, sosial dan ekonomi kepada bani Hasyim [dan Mutalib] sangatlah berat hingga nabi menyuruh mereka hijrah ke Abbyssinia.
    Note:

    1. Usman ikut juga hijrah ke Abyssinia dan pulang pada 3 bulan kemudian. namun, sepulangnya dari Abyssinia, Usman tidak juga ikut Nabi dalam sangsi adat kaum Quraish, ia malah menetap di Mekkah dan membangun bisnisnya.
    2. Demikian pula ABU BAKAR dan UMAR juga ada di Mekkah.
    3. Ketika kaum Islam menjadi kelaparan akibat sangsi ekonomi, Abu Bakar dan Umar juga tidak tercatat mereka berpartisipasi membantu diam2 dengan resiko di musuhi, mereka yang tercatat membantu dalam catatan sejarahwan muslim adalah Hakim b. Hizam b. Huwaylid

    Mengapa Mereka tidak ikut bersama Nabi dan mengapa tidak membantu Nabi dan pengikutnya dengan perbekalan makanan dikala susah? Pertanyaan inilah yang juga merupakan pertanyaan abadi kaum Syi'ah yang tidak pernah dapat dijawab oleh kaum Sunni.
Tidak berapa lama setelah mereka hijrah ke Abbysinia tersebut, turunlah surat AQ 53:19-20, yang merekam peristiwa Muhammad SAW memuji 3 tuhan kaum Quraish. Turunnya surat inilah membuat hubungan di antara mereka sempat melunak kembali sebagaimana tergambar di Tabari.
    Ketika [Penduduk Mekkah] mendengar itu, Mereka gembira. Apa yang nabi katakan mengenai Alah-Alah mereka mereka, menyenangkan dan menggembirakan mereka, Mereka mendengarkan Nabi..Ketika saatnya untuk bersujud di akhir surat itu, Nabi bersujud dan para muslim mengikuti Nabi..Para kaum Quraish musyrik dan yang lainnya yang ada di mesjid juga bersujud atas apa yang mereka dengar berkenaan dengan dewa-dewa mereka. Semua yang ada dimesjid saat itu baik itu Kafir atau tidak semua bersujud. Hanya Walīd bin al-Mughīra, sang tetua yang telah berumur ini ngga mampu berlutut, tangannya menggenggam sejumput tanah dari lembah di Mekkah [dan meletakannya di jidadnya]. Kemudian semua orang berhamburan keluar dari Mesjid.

    Kaum Quraish berhamburan keluar dan merasa gembira ketika mendengar apa yang mereka dengar bagaimana nabi membicarakan Nabi mereka. Mereka berkata, "Muhammad telah menyebut dewa-dewa kita dengan sangat baiknya. Apa yang Nabi telah lafalkan Ia berkata Mereka adalah "High-Flying Crane" yang syafaatnya sangat diharapkan".

    Para pengikut Nabi yang sebelumnya telah beremigrasi ke Abyssinia mendengar kejadian bersujud ini dan disampaikan kepada mereka bahwa kaum Quraish telah menerima Islam. beberapa orang diantara mereka memutuskan kembali, sementara beberapa lainnya tetap tinggal [Abu Ja`far Muhammad bin Jarir al-Tabari, "Tarikh al-Tabari: Tarikh al-Umam wal-Muluk", 1997, Volume I, Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, Beirut (Lebanon) ATAU DI "The History of al-Tabari", translated and annotated by W. Montgomery Watt and M.V. McDonald [State University of New York Press (SUNY), Albany 1988], Volume 6, pp. 107-112. JUGA DI Ibn Sa'd dalam "Kitab Al-Tabaqat Al-Kabir", English translation by S. Moinul Haq, M.A., PH.D assisted by H.K. Ghazanfar M.A. (Kitab Bhavan Exporters & Importers, 1784 Kalan Mahal, Daryaganj, New Delhi- 110 002 India), Volume I, parts I & II, pp. 237-238]
Anda yang belum terkontaminasi dan bernurani baik, ketika membaca ini segera mengetahui bagaimana watak kaum quraish yang sebenarnya. Ternyata, mereka yang dinyatakan kafir ini, bahkan tidak bersifat pendengki dan pendendam pada nabi, pengikut dan ajarannya.

Selekas mereka mendengar pujian yang sepatutnya pada yang mereka hormati, maka ketika itupula mereka membuang semua perbedaan melakukan sujud bersama-sama dengan para penghina, pencomooh, penghujatnya serta melupakan semua penghinaan terhadap leluhur, cara hidup, adat istiadat dan tuhan-tuhan mereka.

Beginikah prilaku kaum yang di kategorikan berwatak sangat keji itu? []
------------

Isep Penis Bapakmu!

Sebagai pembanding prilaku jahiliyyah vs Muslim, berikut ini kefanatikan Nabi pada Allah dan mengajarkan umatnya menggunakan makian vulgar "gigit penis bapakmu" pada hal-hal yang asabiyah. Anjuran ini diikuti oleh Ubayy bin Ka'b, dengan ucapan "gigit penis bapakmu" dan Abu bakar dengan ucapan "Isep kemaluan Al-lat"
    عن أبي بن كعب أنه سمع رجلا يقول : يا آل فلان! فقال له اعضض بهن أبيك و لم يكن. فقال له : يا أبا المنذر ما كنت فحاشاً! فقال : إني سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول : من تعزى بعزى الجاهلية فأعضوه بهن أبيه و لا تكنوا

    Hadis dari Ubayy bin Ka’b:
    Ku dengar Rasullulah SAW berkata: ”Jika seseorang dengan bangganya menyatakan turunannya seperti yang orang jaman Pra Islam lakukan, katakan padanya gigit penis bapakmu dan jangan dipermanis

    [Ahmad no.20285 (4 jalur Perawi). Juga di: Tabarani, Ibn Hajar, Ibn Hibban dan total di 33 kitab para pengumpul hadis. Albani menyatakanya sebagai hadis sahih. Juga di Fatwa komite tetap kerajaan Saudi Arabia dan Fatwa islamweb no.71170 (tahun 2006)]

    Namun makian 'gigit penis bapakmu' juga merupakan ekspresi kemarahaan dalam tradisi Arab:

    Al-Kalbi melaporkan bahwa Imru 'al-Qays maju dengan bendera berkibar hendak memerangi Bani Asad yang telah membunuh ayahnya dan melewati Tabala. Ada kuil Dzul-Khalasa, sesembahan kaum Arab yang hendak mencari dukungan ilahi. Imru 'al-Qays melakukan ramalan dan panah larangan keluar. Ini terjadi ke-2 dan ke-3 kalinya. Dipatahkan dan dilemparkannya panah-panah itu ke wajah Dhal-Khalasa, berseru: "Gigit penis bapakmu! Bagaimana jika bapakmu yang dibunuh, jangan kau larang aku!" Lalu Dia menyerang Bani Asad dan memerangi mereka dengan singkat

    ["as-Sirat an-Nabawiyyah", Ibn Kathir, Translasi Trevor Le Gassick, Garnet Publishing, 2006, Vol.1, hal.85]
Asabiyah adalah segala sesuatu kefanatikan baik itu suku, keluarga, nasionalitas, SESEMBAHAN, dst pokoknya apapun yang fanatik adalah terlarang kecuali fanatik tentang Islam tentunya
    Ubbai Ibn Ka'b mendengar seseorang menyatakan 'Asabiyyah jadi ia katakan padanya "gigit penis bapaknya". Orang-orang melihat padanya dan berkata, "Aku rasakan apa yang kau rasakan, namun aku tak dapat katakan selain yang rasullullah perintahkan pada kami dan berkata ,"jika kau dengar seseorang berkata tentang jahiliyah (Asabiyyah), katakan padanya untuk "gigit penis bapaknya" [Musnad Al Imam Ahmad Ibn Hanbal No. 21233, sahih dan disahihkan Al Albani dalam "Sahih Al Jami' " dan disahihkan Shu'aib Al Arnaa'ut dalam karyanya tentang kesahihan dari Al Musnad]. Untuk ini, silakan check:

    1 - عن أبي بن كعب أنه سمع رجلا يقول : يا آل فلان فقال له اعضض بهن أبيك ولم يكن فقال له : يا أبا المنذر ما كنت فاحشا فقال : إني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : من تعزى بعزى الجاهلية فأعضوه بهن أبيه ولا تكنوا
    الراوي: أبي بن كعب المحدث: الألباني - المصدر: السلسلة الصحيحة - الصفحة أو الرقم: 1/538 خلاصة حكم المحدث: إسناد رجاله ثقات فهو صحيح إن كان الحسن سمعه من عتي بن ضمرة فإنه كان مدلسا وقد عنعنه
    ---------------

    2 - من تعزى بعزاء الجاهلية فأعضوه بهن أبيه ولا تكنوا الراوي: - المحدث: محمد المناوي - المصدر: تخريج أحاديث المصابيح - الصفحة أو الرقم: 4/267
    خلاصة حكم المحدث: رجاله موثقون
    ---------------

    3 - إذا رأيتم الرجل يتعزى بعزاء الجاهلية ، فأعضوه بهن أبيه ولا تكنوا الراوي: أبي بن كعب المحدث: السيوطي - المصدر: الجامع الصغير - الصفحة أو الرقم: 633
    خلاصة حكم المحدث: صحيح
    ---------------

    4 - من تعزى بعزاء الجاهلية ، فأعضوه بهن أبيه ، ولا تكنوا . الراوي: أبي بن كعب المحدث: الألباني - المصدر: تخريج مشكاة المصابيح - الصفحة أو الرقم: 4828
    خلاصة حكم المحدث: صحيح
    ---------------

    5 - من سمعتموه يدعو بدعوى الجاهلية فأعضوه بهن أبيه ولا تكنوا . الراوي: أبي بن كعب المحدث: الوادعي - المصدر: الصحيح المسند - الصفحة أو الرقم: 10
    خلاصة حكم المحدث: حسن
    ---------------

    Kejadian Abu bakar berkata, "isep kemaluan Al-lat" adalah saat bersama Nabi:

    Kemudian 'Urwah berkata: "Muhammad, katakan padaku: jika Kamu basmi habis sukumu, apakah kamu pernah dengar orang-orang Arab yang menghancurkan rasnya sendiri sebelummu?..Abu Bakr berkata,"Isep kemaluan al-Lat!"..[The Victory of Islam: Muhammad at Medina A.D. 626-630/A.H. 5-8, Michael Fishbein, Hal.76, no.1536 dan Sirat nabawiyah, Jilid ke-1, Bab.167, hal.278-279. Juga di "Lubaabut Tafsiir Min Ibni Katsiir", Cet-1, Tahun 1994, Jilid 7, Juz 26, hal.452. Juga di hadis Ahmad no. 18152 dan 18166, perawi: (hadis Ahmad no.18152, dari Yazid bin harun - Muhammad bin Ishaq bin Yasar; hadis Ahmad no. 18166, dari 'Abdurrazaq - Ma'mar) - Az Zuhri Muhammad bin Muslim bin Syihab - 'Urwah bin Zubair - (Miswar bin Makhramah dan Marwan bin Hakam)]

    Peristiwa tersebut termaktub pula di hadis Bukhari 3.50.891. Hadis ini panjang sekali, namun anda akan temukan kalimat arab, "امصص بظر اللات", yang berarti "pergi dan isep kemaluan Al-lat". Sang penterjemah, Muhsin Khan rupanya gak tega, ia perhalus kata itu dengan terjemahan "Abused".

    Hal menarik lain yang anda temukan di hadis bukhari tersebut adalah rekaman prilaku "BUKAN ASABIYYAH" karena menyangkut Islam :), misal, "setiap kali Rasulullah meludah, air liur itu akan jatuh di tangan salah satu dari mereka (sahabat Nabi) dan ia akan mengoleskannya pada wajah dan kulit..jika Ia wudhu, mereka akan berjuang untuk mengambil air sisanya"
Pendapat pakar Islam mengenai hal ini, misalnya:
    Ibn Taymiyya:
    ولهذا قال من قال من العلماء إن هذا يدل على جواز التصريح باسم العورة للحاجة والمصلحة وليس من الفحش المنهى عنه كما في حديث أبي بن كعب عن النبي قال من سمعتموه يتعزى بعزاء الجاهلية فأعضموه هن أبيه ولا تكنوا رواه أحمد فسمع أبي بن كعب رجلا يقول يا فلان فقال اعضض أير أبيك فقيل له في ذلك فقال بهذا أمرنا رسول الله [wikipedia, kitab no. 55]

    [Karenanya, beberapa ulama berkata bahwa ini adalah sebuah bukti untuk secara terbuka menyebutkan bagian pribadi dari suatu kebutuhan atau persoalan dan bukan karena kotor maka dilarang. Sebagaimana Ahmad riwayatkan hadis dari Ubay bin Ka'b dari Nabi SAW: Siapa aja yang kamu dengar memanggil seperti pangilan Jahilliya maka katakan padanya untuk menggigit penis bapaknya dan jangan mempermanis ucapan].

    Ibn al-Qayyim berkata:
    وفي قول الصديق لعروة امصص بظر اللات دليل على جواز التصريح باسم العورة إذا كان فيه مصلحة تقتضيها تلك الحال كما أذن النبي أن يصرح لمن ادعى دعوى الجاهلية بهن أبيه ويقال له اعضض أير أبيك ولا يكنى له فلكل مقام مقال

    [Dalam ucapan sahabat (Abu Bakr al-Siddiq) pada Urwah: 'Isep kemaluan Al-Lat', adalah bukti bahwa boleh menyatakan nama anggota tubuh pribadi jika diperlukan pada permasalahan tersebut, seperti Rasullulah SAW boleh lakukan pada seseorang yang melakukan dakwah jahilliyah untuk "menggigit penis ayahnya", dan dikatakan padanya "gigit penis bapakmu" dan tidak perlu repot mempermanis dengan bunga-bunga, setiap situasi punya ucapan yang cocok untuk di sampaikan] []
---------

Kabah, Qiblat dan Allah

Allah yang konon berbeda dengan sesembahan lainnya ternyata mempunyai betis, tangan, kaki dan jari-jari tangan ini. Walaupun berwujud demikian, lokasi keberadaannya ternyata merupakan POLEMIK ABADI dikalangan umat Islam.

Misalnya ada yang mengklaim bahwa Allah ada dimana-mana dengan mengutip ayat, "..Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan" [AQ 57.4] dan/atau, "dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya" [AQ 50.16-18], NAMUN INI TIDAKLAH BENAR, karena BUKAN Allah yang ada bersama mereka dan berada lebih dekat dari urat leher MELAINKAN MALAIKAT:
    Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. [AQ 50.16-18]

    Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah [AQ 13.11]

    Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi yang mulia dan mencatat mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan [AQ 82.10-12].

    Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya dan utusan-utusan Kami selalu mencatat di sisi mereka [AQ 43.80]
Karena SUDAH JELAS bahwa ini merupakan pekerjaan malaikat-malaikatNya, maka dimana lokasi keberadaan Allah?

DI LANGIT
Allah berada di suatu tempat di langit yang tempat itu bahkan telah ada sebelum Ia ada, menciptakan Arsynya di atas air dan bersemayam diarsynya yang di pikul para malaikat:
    Riwayat Abdan - Abu Hamzah - Al A'masy - Jami' bin Syidad - Shafwan bin Muhriz - 'Imran bin Hushain: ...dan bertanya awalnya ini telah dikatakan Allah telah ada tak ada apapun sebelumnya ("وَلِنَسْأَلَكَ عَنْ أَوَّلِ هَذَا الْأَمْرِ مَا كَانَ قَالَ كَانَ اللَّهُ وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ قَبْلَهُ", "Walinas̊ạảlaka ʿan̊ ạảwãli hadẖā ạl̊ạảm̊ri mā kāna qāla kāna ạllãhu walam̊ yakun̊ sẖaẙʾuⁿ qab̊lahu"), adalah arsy-Nya di atas air dan kemudian mencipta langit dan bumi dan menuliskan atas segala sesuatunya'. [Bukhari no. 6868]

    Dimana Allah yang telah ada SEBELUM menciptakan apapun?

    Riwayat [Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Ash Shabbah] - Yazid bin Harun - Hammad bin Salamah - Ya'la bin 'Atho` - Waki' bin Hudus - pamannya Abu Razin berkata;

    Aku bertanya; "Wahai Rasulullah, dimanakah Rabb sebelum menciptakan ciptaannya? (yā rasūla ạllãhi ạảẙna kāna rabũnā qab̊la ạản̊ yakẖ̊luqa kẖal̊qahu)" beliau menjawab: ""Adalah di awan ("كَانَ فِي عَمَاءٍ", "Kāna fī ʿamāʾiⁿ"), apa yang di bawahnya udara dan apa yang di atasnya udara ("مَا تَحْتَهُ هَوَاءٌ وَمَا فَوْقَهُ هَوَاءٌ", "mā taḥ̊tahu hawāʾuⁿ wamā faẘqahu hawāʾuⁿ"), dan Kemmudian menciptakan 'Arsy-Nya di atas air ("ثُمَّ خَلَقَ الْعَرْشَ عَلَى الْمَاءِ", "tẖumã kẖalaqa ạl̊ʿar̊sẖa ʿalay̱ ạl̊māʾi")" [Ibn Majah no.178/182, derajat hadis: Hasan (Darussalam). Juga, di "Lubaabut Tafsiir Min Ibni Katsiir", juz 12, Pentahqiq: DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh, Cet-1, Tahun 1994, Jilid 4, hal.324: Dalam tafsir AQ 11.7, Ibn Kathir menyatakan hadis ini, hadis Tirmidhi, hadis Imam Ahmad dan bahwa Tirmidhi menyatakan derajat hadis ini Hasan].

    Riwayat Ahmad bin Mani' - Yazid bin Harun - Hammad bin Salamah - Ya'la bin Atho` dan Waki' bin Hudus - pamannya, Abu Razin:

    "Wahai Rasulullah dimanakah Allah sebelum menciptakan ciptaanya (yā rasūla ạllãhi ạảẙna kāna rabũnā qab̊la ạản̊ yakẖ̊luqa kẖal̊qahu)? beliau menjawab: "adalah di awan, apa yang dibawahnya udara dan apa yang di atasnya udara dan kemudian menciptakan ArsyNya di atas air ("‏كَانَ فِي عَمَاءٍ مَا تَحْتَهُ هَوَاءٌ وَمَا فَوْقَهُ هَوَاءٌ وَخَلَقَ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ‏", "kāna fī ʿamāʾiⁿ mā taḥ̊tahu hawāʾuⁿ wamā faẘqahu hawāʾuⁿ wakẖalaqa ʿar̊sẖahu ʿalay̱ ạl̊māʾi")" Ahmad bin Mani' berkata: Yazid bin Harun berkata: Istilah Ama` adalah tidak ada sesuatu pun bersamanya. Abu Isa berkata: Seperti itu Hammad bin Salamah dan Waki' meriwayatkan. Syu'bah, Abu Awanah, Husyaim dan Waki' bin Udus mengatakan dan itu lebih shahih. Abu Razin namanya Laqith bin Amir. Abu Isa mengatakan bahwa hadits ini hasan [Tirmidhi no.3034. Juga lihat Ahmad no.15599, 15611]. Note: Pendapat Yazid bin harun tentang ama sangatlah tidak nyambung dengan kalimat "kaana fii amaa..hawaun (adalah di awan apa yang dibawahnya udara dan aba yang di atasnya udara)"

    Karena Allah telah ada di "tempat tertentu sebelum menciptakan", maka akan ada yang bertanya siapa yang menciptakan Allah:

    Riwayat Harun bin Ma'ruf - Sufyan - Hisyam - Bapaknya - Abu Hurairah - Rasulullah SAW:
    "Manusia akan selalu bertanya-tanya hingga dikatakan, 'Ini makhluk yang Allah telah menciptakannya, lalu siapakan yang menciptakan Allah? ' Maka siapa saja yang mengalami hal semacam itu, hendaklah ia mengatakan 'aku beriman kepada Allah'."

    [Abu Dawud no.4098, Muslim no. 193 (Riwayat Abdullah bin ar-Rumi - an-Nadlar bin Muhammad - Ikrimah (Ibnu Ammar) - Yahya - Abu Salamah - Abu Hurairah - Rasulullah SAW: .."Wahai Abu Hurairah, mereka akan senantiasa bertanya kepadamu hingga mereka berkata, 'Ini Allah, lalu siapa yang menciptakan Allah'." Abu Hurairah: "Ketika aku berada di masjid, tiba-tiba orang-orang dari kaum Badui mendantangiku, 'Wahai Abu Hurairah, ini Allah, lalu siapakah yang menciptakan Allah'. Perawi berkata, 'Kemudian Abu Hurairah mengambil kerikil dengan telapan tangannya, lalu melempar mereka sambil berkata, 'Berdirilah, berdirilah, sungguh benar kekasihku'") Juga di Muslim 190, 192, Muslim no.195 dari riwayat Anas. Di Ahmad no.8666 (orang yg bertanya bukan orang Badui tapi orang Irak). Ahmad no. 20864 (Riwayat Khuzaimah bin Tsabit) yang bertanya bukan orang tapi setan (juga riwayat Abu Huraira dan Aisyah)]

    ..dan Nabi besar SAW, Jibril dan Allah SWT-pun tidak mampu menjawabnya.
Quran juga mengatakan bahwa Allah bersemayam di arsy (istawaa 'alaa al'arsyi) [AQ 7.54, AQ 57.4, AQ 32.4, AQ 25.59, AQ 20.4, AQ 10.3] untuk mengatur segala urusan [AQ 10.3] dari langit ke bumi, kemudian urusan itu naik kepadaNya [AQ 32.5]. Para Malaikat memikul 'Arsy [AQ 40.7]. Arsynya di atas air ("عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ", arsyuhu ala al-mai) [AQ 11.7]

PETA LENGKAPNYA adalah: di atas 7 langit ada laut - di atas laut ada Arsy - dan allah berada di atas Arsy.
    Riwayat [(Muhammad bin Ash Shabbah - Al Walid bin Abu Tsaur) dan (Ahmad bin Abu Suraij - 'Abdurrahman bin Abdullah bin Sa'd dan Muhammad bin Sa'id - Amru bin Abu Qais) dan (Ahmad bin Hafsh - Bapaknya - Ibrahim bin Thahman)] - Simak - Abdullah bin Amirah - Al Ahnaf bin Qais - Al Abbas bin Abdul Muthallib:
    ..Beliau (SAW) lalu bertanya: "Apakah kalian tahu berapa jarak antara langit dan bumi?" mereka menjawab, "Kami tidak tahu." Beliau bersabda: "Sesungguhnya jarak antara keduanya adalah bisa 71, atau 72, atau 73 tahun perjalanan -perawi masih ragu-. kemudian langit yang di atasnya juga seperti itu." Hingga beliau menyebutkan 7 langit. Kemudian setelah langit ke-7 terdapat lautan, jarak antara bawah dan atasnya seperti jarak antara langit dengan langit (yang lain). Kemudian di atasnya terdapat 8 malaikat yang jarak antara telapak kaki dengan lututnya sejauh langit dengan langit yang lainnya. Dan di atas mereka terdapat Arsy, yang antara bagian bawah dengan atasnya sejauh antara langit satu dengan langit yang lainnya. Dan Allah Tabaraka Wa Ta'ala ada di atasnya." [Abu Dawud no.4100, Tirmidhi no.3242 (hasan gharib). Ibn Majjah no.189].
Bukan cuma Arsy Allah bahkan Arsynya Iblispun ada di atas Air:
  1. Riwayat Abu Kuraib, Muhammad bin Al Ala` dan Ishaq bin Ibrahim, teks milik Abu Kuraib - Abu Mu'awiyah - Al A'masy - Abu Sufyan - Jabir - Rasulullah SAW: "Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air ("إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ", "Ại̹nã ại̹b̊līsa yaḍaʿu ʿar̊sẖahu ʿalay̱ ạl̊māʾi") lalu mengirim bala tentaranya, (setan) yang kedudukannya paling rendah bagi Iblis adalah yang paling besar godaannya." [Muslim no. 5032. Juga di Ahmad no.13858, dari riwayat Abu Mu'awiyah - Al 'A'masy - Abu Sufyan - Jabir - Rasulullah SAW: "Iblis meletakkan istananya di atas air kemudian mengutus pasukannya.."]

  2. Tentang pengertian ‘arsy (عَرْش), ulama memberikan penjelasan yang berbeda-beda. Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar menjelaskan bahwa ‘arsy (عَرْش) merupakan ”pusat pengendalian segala persoalan makhluk-Nya di alam semesta”. Penjelasan Rasyid Rida di antaranya berdasarkan AQ 10.3, "Kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy (عَرْش = singgasana) untuk mengatur segala urusan"

    Jalaluddin as-Suyuthi (pengarang tafsir Ad-Durr al-Mantsur fi Tafsir bi al-Ma'tsur) mengutip hadis dari Ibnu Abi Hatim - Wahhab ibnu Munabbih bahwa Allah SWT menciptakan `arsy dan kursi dari cahaya-Nya. `Arsy melekat di kursi. Para malaikat berada di tengah-tengah kursi tersebut. `Arsy dikelilingi oleh empat buah sungai dan Para malaikat berdiri di setiap sungai sambil bertasbih/memuliakan Allah. Note:Dari 4 sungai, 2 tidak terlihat dan 2 terlihat, yang terlihat ini bernama sungai Nil dan Efrat, lokasinya tidak konsisten disebutkan, yaitu di langit ke-1 (Bukhari no.6963) atau langit ke-2 (Bukhari 9.93.608) atau langit ke-7 (Muslim 1.314 dan Bukhari 4.54.429; 5.58.227) atau Di langit, namun tidak disebutkan langit keberapa (Muslim 40.6807 dan Bukhari 7.69.514)

    Kursi [kur'siyyuhu (AQ 2.55)/kur'siyyihi (AQ 38.34)] TIDAK SAMA dengan arsy/. Arti kursi adalah BUKAN "pengetahuan allah", BUKAN arsy, BUKAN "bukan kekuasaan dan kekuatan Allah" NAMUN "pijakan kedua kaki Allah"

    Ibnu ‘Abbas:
    الكرسي موضع قدميه و العرش لا يقدر قدره
    "Al-Kursi adalah pijakan kedua kaki (Allah), dan ‘Arsy tidak ada yang tahu ukurannya kecuali Allah." (‘Abdullah Bin Ahmad, as-Sunnah no. 586, isnad/sanad-nya hasan – Tahqiq Muhammad Sa’id Salim al-Qahthani. Al-Hakim (al-Mustadraknya 2/310: Hadis ini sahih menurut Bukhari dan Muslim walaupun mereka tidak meriwayatkannya. Disepakati adz-Dzahabi). Fathul Bari Ibn Hajjar (8/199 : Dari Ibnu ‘Abbas bahawa al-Kursi adalah pijakan kedua kaki (Allah) sanadnya sahih). Al-Albani, Mukhtasar al-‘Uluw lil ‘aliyyil Ghoffar, Adz-Dzahabi (1/75 : Perkataan ibn Abbas Sahih mauquf). Hadis ibn Abbas juga termuat di Musnad Ahmad, lihat ibn kathir dan "ask the scholar"]

    Rupanya bukan cuma para pejabat dan anggota dewan kenegaraan yang butuh "Arsy" dan "kursi" (atau gedung/tempat bersemayam) ternyata allah dan Iblis-pun demikian :)
DI BUMI
Dalam perjalanan waktu, Allah rupanya tidak lagi berada di langit namun di bumi, dengan merujuk pada perkataan Ibrahim:

"Sesungguhnya, Aku (innii) akan pergi ke Tuhanku (Dhaahibun Ilaa Rabbii) yang akan menuntunku (sayahdiini) [AQ 37.99]

Di mana?
    Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia, ialah di BAKKAH ("بِبَكَّةَ" = bi-bakkata) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia [AQ 3.96]. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, MAQAM IBRAHIM; barangsiapa memasukinya menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke RumahNYa...[AQ 3.97]

    Note:
    seharusnya Bakkah BUKANLAH Makkah:
    Dan Dia-lah yang menahan tangan mereka dari kamu dan tangan kamu dari mereka di tengah kota Mekkah ("مَكَّةَ" = makkata) sesudah Allah memenangkan kamu atas mereka, dan adalah Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. [AQ 48.24]

    "بِبَكَّةَ" (bi "بِ" - bakkata "بَكَّةَ", huruf ke-1, "ب") "مَكَّةَ" (makkata, yang huruf ke-1, "م")
    Bahkan kata: Bakkata "بَكَّةَ" kata: Bakat "بَكَتْ" (AQ 44.29)

    Jika Bakkata = Makkata, maka dengan cara yang sama, orang boleh-boleh saja memaksakan diri bahwa malaa' (مَلَأء, "kelayakan") = balaa' (بَلَآء, "wabah"), bukan?!. Mereka yang menyatakan BAKKAH = MEKKAH adalah akibat penafsiran paksa ayat Alkitab ini:

    Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu (bayith), yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah! (Kata yang di artikan ziarah ini tidak ada ibraninya alias TAMBAHAN). Apabila melintasi lembah Baka (Baka', artinya menangis, sebuah lembah di area Palestina), mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air (ma'yan); bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat. Mereka berjalan makin lama makin kuat,hendak menghadap Allah di Sion [Mazmur 84:4-8]. Sion adalah Yerusalem [1 Raja 8.1]
Alasan lain mengapa Bakkah adalah bukan Mekkah adalah berkenaan dengan ritual yang dilakukan Muhammad sejak menjadi Nabi hingga 18 setelah Hijrah yang juga di tujukan ke arah tembok Ratapan dan selama itu, Allah SWT tidak pernah menyatakan Baitul Maqdis bukan qiblat (tempat menyembah) Allah. Sample dari sirat Nabawiya bahwa Muhammad lebih menyukai shalat menghadap Yerusalem (Baitul Maqdis) daripada ka'bah (Baitul Atiq):
  1. Ketika SEBELUM HIJRAH dan sebelum baiat AQABA ke-2, Al Barra bin Ma'rur bersama yang lain pergi haji. Walaupun Ia masuk Islam, Ia tidak mau shalat memunggungi KABAH, jadi Ia shalat menghadap Ka'bah sementara teman-temannya menghadap YERUSALEM, karena Nabi juga menghadap ke Yerusalem. Ketika mereka bertanya pada Nabi, mereka kemudian Shalat bersama Nabi menghadap YERUSALEM. [Ibn Ishaq, Bab 85 hal 338-339]
  2. "..Jika beliau shalat, beliau menghadap Syam, dan menjadikan Ka'bah di antara beliau dengan Syam." [Ibid, bab 64, hal 307]
  3. "..Di Mekkah, kiblat beliau menghadap ke Syam. Jika beliau shalat, beliau shalat di antara tiang Yamani dan Hajar Aswad, dan menjadikan Ka'bah di antara beliau dan Syam, kemudian beliau berdiri melakukan shalat." [Bab 56, hal 252]
Di tafsir Ibn kathir untuk AQ 2.115, kita temukan informasi bahwa ketika Muhammad di Mekkah Ia Shalat juga menghadap Baitul Maqdis: "Di Mekkah, Rasullullah SAW biasa shalat ke arah Baitul Maqdis, di mana Ka`bah berada di antara dirinya dan Qiblat"
    Note:
    Kata Yerusalem/Al Quds ("القدس" atau Ūrsālim-Al-Quds "أورسالم القدس") di Quran tidak pernah ada, sementara di Alkitab terdapat 667 x
Jadi, cukup banyak alasan untuk menyatakan Bakkah seharusnya bukan Mekkah dan Kabah adalah bukan rumah asli grup agama samawi.

Kemudian, Allahpun akhirnya menetap di Qiblat (tempat menyembah) yaitu di Mesjidil Haram,
    Riwayat 'Abdullah bin Yusuf - Malik - Nafi' - 'Abdullah bin 'Umar, bahwa Rasulullah SAW melihat ludah di dinding kiblat, [Bukhari no.1137: Spontan Beliau menampakkan kemarahannya kepada jama'ah mesjid lalu berkata:] lalu beliau menggosoknya kemudian menghadap ke arah orang banyak seraya bersabda: "Jika seseorang dari kalian berdiri shalat janganlah dia meludah ke arah depannya, karena Allah berada di hadapannya ketika dia shalat [Bukhari no.1137: "Sesungguhnya Allah berada dihadapan setiap orang dari kalian. Maka bila sedang shalat janganlah seseorang meludah"]
Lantas, bagaimana keberadaan Allah yang ada di langit dan juga di Bumi ini menjadi dimungkinkan dalam Islam? Karena kosmologi semesta di Islam, langit itu berbentuk Kubah di atas bumi datar dan pertemuannya ada di ufuq:
  1. Bahwa bumi ini berada di atas punggung sebuah ikan yang sangat besar, misal pada hadis Ibnu Abi Hatim: Abu'Ubaidillah kemenakan ibn wahab - pamannya - Abdullah bin Ayyash - Abdullah bin Suleiman - daraj - isa ibn hilal al-sadafi - Abdullah bin 'Amr - Rasulullah SAW:

    "antara bumi dan semua yang berikutnya berjarak 500 tahun berjalan kaki, dan itu ada diatas punggung ikan paus,..." Hadis ini gharib jiddan (perawinya tunggal: Apakah itu di tiap tingkatan rantai atau hanya di satu mata rantai perawi) dan tampak bersandar [Ibn Kathir tafsir AQ 20.6]

    Riwayat Abu Zakaria Yahya bin Muhammad Al‘Anbari - Muhammad Bin Abdul Salam - Ishak bin Ibrahim - Jarir - Sulaiman bin Mahran al-Asadi al-A'mash - Abu Zabyan - Abdullah bin Abbas:

    "Pertama kali yang Allah ciptakan adalah pulpen dan mengatakan: 'tuliskan'. (Pulpen) bertanya, "Apa yang mesti saya tulis?" (Allah) berkata, "Takdir mulai saat itu hingga kiamat". Katanya: SinggasanaNya di atas air, mengangkat uap air memisahkan gulungan para langit, membuat Nun (Ikan besar/Ikan Paus), Meratakan bumi dan bumi di punggung Nun, Nun menjadi gelisah, Bumi bergoyang/bergoncang, (Allah) mengencangkan dengan gunung-gunung, bumi menjadi stabil/kokoh' - Hadis ini sahih menurut syarat syaikhain (Bukhari Muslim) tetapi mereka tidak meriwayatkannya [Ibn Kathir tafsir AQ 68.1 atau Al Hakim Nishaburi dalam "Al-Mustadrak alaa al-Sahihain" hadis no. 3893]

    Riwayat Abu Habib Zaid Al-Mahdi Al Marouzi - Sa’id Ibn Yaqub Al-Talqani - Mu’amal Ibn Ismail - Hamad Ibn Zaid - Ata’a Ibn Al Sa’ib - Abu Al Dahee Muslim Ibn Subaih - Ibn Abbas - NABI SAW:

    "Yang pertama Allah ciptakan adalah pulpen dan Ikan paus. (Allah) mengatakan (pada) pulpen "tulis". (pulpen) bertanya, "apa yang mesti saya tulis". (Allah) berkata, "semua yang akan terjadi hingga hari kiamat" Kemudian membacakan (Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis) Jadi nun adalah ikan [Jalaludin Suyuti dalam "Al-Itqan fi Ulum al-Qur'an", hal.553]

    Riwayat Musa b. Harun al-Hamdani - ‘Abdallah b. Mas‘ud dan beberapa sahabat NABI:

    "Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untukmu. Kemudian ia tarik/rentangkan para langit dan dijadikan tujuh langit" Arsy Allah ada di atas Air. Tidak ada penciptaan sebelum Air. Ketika Ia ingin mencipta. Ia ambil uap dari Air. Uap itu terangkat ke atas, air berkumpul di atasnya. Ia kemudian menamakan itu "Langit". Kemudian ia keringkan air, dan membuatnya menjadi 1 bumi. Ia kemudian memisahkannya dan menjadikannya menjadi 7 Bumi pada Minggu dan Senin. Ia ciptakan bumi di atas Ikan [Hut], Itu adalah Ikan (nun) yang disebutkan di Qur'an: "Ikan. Demi Qalam." Ikan ada di air. Air ada di atas bebatuan [kecil]. Batuan ada di punggung Malaikat. Malaikat ada di atas Bebatuan [Besar]. Bebatuan besar -yang disebutkan di Luqman - ada di angin, tidak dilangit atau di bumi. Ikan bergerak dan menjadi gelisah. Sebagai hasilnya, Bumi menjadi berguncang [gempa]. Kemudian ia kokohkan, pasakan gunung2 di atasnya, dan manjadi stabil. Ini dinyatakan pada kalimat Allah Dan telah Kami jadikan di bumi ini "gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama kalian" [The History of Al-Tabari: General Introduction and From the Creation to the Flood, translated by Franz Rosenthal [State University of New York Press (SUNY), Albany, 1989], Volume 1, pp. 218-220]

  2. Bahwa (Allah-lah yang menciptakan tujuh langit) satu di atas yang lainnya seperti KUBAH, (dan seperti itu pula bumi) tujuh bumi tapi mereka DATAR. [Tanwîr al-Miqbâs min Tafsîr Ibn ‘Abbâs untuk AQ 65.12.

    kemudian,
    "Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap (saqfan) yang terpelihara,[..]" [AQ 21.32] [Tafsir Ibn Kathir: Artinya, menutupi bumi seperti kubah di atasnya], "Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit kanopy/kubah/atap (binaa-an) [AQ 2.22, juga di AQ 40.60, tentang "dan langit kanopy/kubah/atap (binaa-an)].

    Tafsir Ibn kathir untuk AQ.2.22,29:
    Bahwa Allah mulai dengan menciptakan BUMI dulu baru kemudian membuat LANGIT menjadi 7 langit. Ini adalah bagaimana bangunan biasanya di mulai, lantai dulu baru kemudian bagian atapnya [Ini juga pendapat Mujahid, Ibn Abbas bahwa bumi diciptakan terlebih dahulu.

    "Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya)..[AQ 13.2].

    Tafsir Ibn kathir untuk AQ 13.2:
    Berkenaan dengan kalimat (menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan) adalah seperti yang Allah maksudkan di surat 36:38 (dan matahari berjalan di tempat peredarannya) [Ada dua pendapat dan keduanya menyatakan Matahari dan bulan yang bergerak terus menerus]. 'arsy adalah atap dari ciptaan dan tidak berbentuk BULATAN seperti di klaim banyak astronomer. Lebih seperti KUBAH yang di topang oleh pilar. Ditandu oleh para malaikat dan di atas dunia, di atas kepala-kepala orang.

    Hadis juga menyampaikan langit dan Arsy dengan bentuk Qubah:
    "Tidak tahukah kamu bagaimana Allah itu? Sungguh, Arsy-Nya ada di atas semua langit-Nya seperti ini -lalu isyarat tangannya beliau mengatakan, 'Seperti Kubah, dan Arsy itu berteriak dan menyeru kepada Allah seperti tunggangan berteriak kepada pengendara karena berat-."

    [Abu dawud no.4101, juga statement Ibnu Taimiyah: "Adapun Al Arsy maka dia berupa kubah sebagaimana diriwayatkan dalam As Sunan karya Abu Daud dari jalan periwayatan Jubair bin Muth’im: "Telah datang menemui Rasulullah SAW seorang A’rab dan berkata: "Wahai Rasulullah jiwa-jiwa telah susah dan keluarga telah kelaparan- dan beliau menyebut hadits- sampai Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah diatas ArsyNya dan ArsyNya diatas langit-langit dan bumi, seperti begini dan memberikan isyarat dengan jari-jemarinya seperti kubah" (Ibnu Abi Ashim dalam As Sunnah 1/252)]

    Dalil bahwa bumi BUKAN bulatan namun datar gepeng, lihat di sini

  3. Bahwa AQ 18.86 menyatakan perjalanan Zulkarnaen dari ufuk timur hingga ufuk barat:

    "Mereka menanyaimu tentang Dzulkarnain. Katakanlah Aku bacakan padamu cerita tentangnya. Sesungguhnya telah diberikannya kekuasaan di bumi, dan Kami telah berikan dari tiap suatu jalan. Maka iapun berjalan [fa-atba'a sababaan].
    Hingga [ḥattaa] ketika [idhaa] sampai [balagha] di tempat terbenam [maghriba] matahari [al shamsi], MENDAPATI itu [WAJADAHAA] terbenam [taghrubu] di [fii] mata air yang berlumpur hitam [ayyin hamiatin], dan mendapati [wawajada] DI DEKAT ITU/SEKITAR/SISI [indahaa] segolongan umat [qawman]...
    Hingga ketika sampai ke tempat terbit [mathli'a] matahari [al shamsi], MENDAPATI itu [WAJADAHAA] menyinari [tathlu'u] pada ['alaa] segolongan umat [qawmin]...
    Hingga ketika sampai [balagha] di antara [bayna] dua gunung [alssaddayni], MENDAPATI [WAJADA] di [min] sebelahnya [duunihimaa] suatu kaum [qawman].." [AQ 18.83-86, 90, 93].

    Matahari yang berjalan BUKAN bumi, misal:
    "Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda Allah" [AQ 18.17] atau di: "Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan" [AQ 39.5].

    Detail penegasan lintasan matahari berjalan ada di hadis qudsi Imam Ahmad no.91 yang diriwayatkan Abu Dharr: "Suatu ketika aku bersama nabi (naik) seekor keledai yang berpelana atau dengan beludru. Itu saat matahari terbenam. beliau berkata kepadaku, 'Hai Abu Dharr, apakah engkau tau dimana ini tenggelamnya?' Aku berkata, 'Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. "Beliau berkata,' Ini tenggelam di mata air yang keruh, (kemudian) ia menuju dan sujud di hadapan Tuhannya, Yang Perkasa dan teragung, di bawah tahtanya. Dan ketika waktunya pergi keluar, Allah mengijinkannya untuk keluar dan dengan demikian ia terbit.[Juga di Abu Dawud no.3991,no.4002. Di Bukhari: no.2960/4.54.421, no.4428/6.60.327, no.6874/9.93.520 dan no.6881/9.93.528 dan juga Muslim: no.228/1.297]

  4. Quran menyampaikan bahwa bahwa malaikat-malaikat menghadap Allah [AQ 70:4] lokasinya di sekitar area ufuk [AQ 53:7, 81.23] antah berantah:

    Maka apakah hendak membantahnya/meragukannya (afatumārūnahu) tentang (ʿalā) apa (mā) yang dilihatnya (yarā)? Dan sesungguhnya (walaqad) Ia telah melihatnya (raāhu) waktu turun (nazlatan) lainnya (ukh'rā), dekat (ʿinda) Sidratil Muntaha, Di dekat itu (ʿindahā) taman/surga (jannatu) tempat tinggal (al-mawā).. [AQ 53.12-15]

    Ufuq (bil/bi + ufuq = di kaki langit/horizon. Bentuk jamak: aafaaq (AQ 41.53) = seluruh penjuru. Matahari terbit/tenggelam di ufuk timur/barat sebagai kaki langit. Ufuk adalah tempat jibril dilihat Muhammad (AQ 53.7, 81.23) yaitu di sidratil muntahal dan di dekatnya ada jannah (surga, taman) (AQ 53.14-17) dan ada sungai-sungai. Jannah/Surga didalamnya ada tanah [adam diciptakan dari tanah], pohon, sungai-sungai, mata air, Istana, dipan, pintu, permadani, perhiasan emas mutiara, gelang [AQ 18.31, 22.23, 25.10, 38.51, 43.71] piring, gelas dari emas, pakaiannya dari sutera [AQ 35.33], 2 warna surga adalah hijau tua [55.64], bidadari-bidadari yang "siap bekerja" di atas permadani yang sebelahnya ada buah2an [AQ 55.54, 55.70], minuman campuran jahe [AQ 76.17] dan kekekalan surgawan/wati serta bidadarinya selama LANGIT dan BUMI masih ADA [AQ 11.107-108]

    Lokasi sidratul Muntahal bervariasi, yaitu: di langit ke-6 (Muslim no.252) atau di langit ke-7 (Muslim no.234. Bukhari no.2698, 3598, 6963. Ahmad no.12047, 12212). Di bawah Sidratil Muntahal terdapat 4 sungai:

    Jibril berkata; "Ini adalah Sidratul Munahaa" didasarnya ada 4 sungai, 2 sungai tak terlihat dan 2 sungai terlihat..adapun 2 sungai tak terlihat adalah dua sungai yang berada di surga, sedangkan 2 sungai yang terlihat adalah NIL dan EUFRAT" [Bukhari no.3598, 2968, 5179]

    Sungai Nil dan Eufrat juga ada: Di langit ke-1 [Bukhari no.6963], Di langit ke-2 [Bukhari 9.93.608], Di langit ke-7 [Muslim 1.314; dan Bukhari no.4.54.429; 5.58.227] dan/atau di langit, namun tidak disebutkan langit keberapa [Muslim 40.6807 dan Bukhari 7.69.514]
Dengan langit bertumpuk satu di atas lainnya yang membentuk qubah di atas tumpukan bumi yang datar bagaikan burger ini, maka kita sekarang bisa pahami kaitannya, bukan? []
---------

Mekkah, Sentra Tradisi Menyembah Kaum JAHILIYAH

Kabah, tempat sentral ritual tradisi penyembahan Quraish telah dilakukan sejak Pra Islam dan beranjut di jaman Islam:
    telah dijadikan (ja'la) Allah (Allahu) Ka'bah (alka'bata) rumah (albayta) suci/haram (Alharama) qiyaman (tegak/berdiri) bagi manusia (li-nasi) bulan (wal-shasrha) suci (Alharama) sesajen binatang (Al-hadya), berkalung (wal-qalāida) demikian itu (dhalika) hendaknya kamu tahu (litaʿlamū)....[AQ 5.97]

    li-iilaafi (Untuk rasa aman/Tradisi) quraysyin (Kaum Quraish/mencari nafkah) iilaafihim (tradisi/rasa aman) rihlata (bepergian) alsysyitaa-i (musim dingin) waalshshayfi (dan panas) falya'buduu (dan keharusan mereka menyembah) rabba (pemilik) haadzaa (ini) albayti (rumah) alladzii (Ia yang) ath'amahum (Memberi mereka makan) min (di) juu'in (kelaparan) waaamanahum (dan memberi mereka rasa aman) min (dari) khawfin (rasa takut) [AQ 106.1-5]

    Dan ketika Kami menjadikan rumah (al-bayta) tempat berkumpul bagi masyarakat dan tempat yang aman. Dan jadikanlah (waittakhidzuu) dari maqam Ibrahim (min maqaami ibraahiima) tempat shalat (mushallan). Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf (lilththaa-ifiina), yang i'tikaf (waal'aakifiina), yang ruku' (waalrrukka'i) dan yang sujud (alssujuudi)".[AQ 2.125]

    Aku hanya diperintahkan untuk menyembah (a'buda) tuhan (rabba) KOTA (albaldati) ini.. [AQ 27.91]

    Note:
    Untuk AQ 106.1, 2. Satu terjemahan mengartikan kata iilaafi: tradisi/kebiasaan. Namun, Tafsir jalalyn untuk AQ 106.2 menuliskan arti iilaf: keamanan mereka (īlāfihim: diulang untuk penekanan, yang merupakan kata kerja benda dari [kata kerja] ālafa). Jadi lebih tepatnya diartikan 'rasa aman/keamanan'.

    Arti kata Quraish:
    Al-taqarrush: 'berkumpul bersama setelah terpisah'..
    ..dari kata al-taqarrush: 'bisnis dan perdagangan'. Ini disampaikan Ibn Hisham..
    Al-Jawhari berkata, 'mendapatkan penghasilan' dan 'mengumpulkan' dan bentuk kata kerjanya adalah qarasha dalam bentuk lampau, Yaqrushu dalam bentuk sekarang..
    Quraysh dari kata qarsh (binatang laut). Al-Bayhaqi: Riwayat Abu Nasr b. Qatada - Abu Al-Hasan 'Ali b. 'Isa Al-Malini - Muhammad b. Al-Hasan b. Al-Khalil Al-Nisawi - Abu Kurayb - Waqi' b. Al-Jarrah - Hisham b.'Urwa - Ayahnya - Abu Rakana Al-'Amiri: Mu'awiya bertanya pada Ibn 'Abbas, "Mengapa dinamakan Quraysh?" Dijawab, "Dari binatang laut, paling besar, disebut al-qarsh. Tidak melepaskan apapun baik itu kurus atau gemuk untuk dimangsanya..
    Dinamakan Quraysh, karena ia adalah pemandu dan penjaga barang Bani al-Nadr. Kaum arab akan berkata, 'Karavan kaum Quraysh' datang daripada menyebutkan 'karavan banu Nadr'.
    Al Jawhari: Kata sifat dari Quraysh adalah Qurayshi ["Al-Sira Al-Nabawiyya", Ibn Kathir, vol.1. hal.60-62]. Jadi lebih tepat diartikan 'mencari nafkah'

    Had: binatang (unta, lembu, kambing, biri-biri) yang dibawa ke Ka'bah untuk mendekatkan diri kepada Allah, disembelih ditanah haram dan dagingnya dihadiahkan kepada fakir miskin dalam rangka ibadat haji.

    Qalaid: binatang had-ya yang diberi kalung, supaya diketahui orang bahwa binatang itu telah diperuntukkan untuk dibawa ke Ka'bah. [ada juga upacara Taqlid (mengalungkan bunga berwarna di sekeliling leher Budn (unta yang hendak di kobankan), lihat ini di Bukhari 2.26.617 dari riwayat Abdullah bin Abbas]

    Di AQ 2.125, kalimat, "Dan jadikanlah dari maqam Ibrahim tempat shalat" merupakan hasil sumbangan saran pemikiran Umar bin Khatthab yang disetujui Allah SWT [Bukhari no.387 dan no.4123 (hal ke-3 yang disetujui adalah menceraikan istri yang membangkang) sementara di hadis Muslim no.4412 (hal ke-3 yang disetujui adalah tentang tawanan perang Badar)]. Jadi shalat di maqam Ibrahim adalah ritual baru yang dibuat dan bukan berasal dari jaman Jahiliyyah
JAMAN PRA-ISLAM
Kaum Quraish juga memuja Allah azza wa Jalla sebagai Allah yang lebih besar (Allahuakbar) yang dinamai HUBAL. Pemujaan terhadap Allah satu ini dibawa oleh AMR BIN LUHAI:
    Ibnu Hisyam berkata bahwa salah seorang dari orang berilmu berkata kepadaku bahwa AMR BIN LUHAI pergi dari Makkah ke Syam untuk satu keperluan. Ketika tiba di Ma'arib, daerah di Balqa'. Ketika itu, Ma'arib didiami Al-Amaliq--anak keturunan Imlaq (ada yang mengatakan Amliq) bin Lawudz bin Sam bin Nuh. Di sana, Amr bin Luhai melihat mereka menyembah berhala. Ia berkata kepada mereka, "Berhala-berhala apa yang kalian sembah seperti yang aku lihat ini?" Mereka berkata kepada Amr bin Luhai, "Kami menyembah berhala-berhala ini guna meminta hujan kepadanya, kemudian ia memberi kami hujan. Kami meminta pertolongan kepadanya kemudian ia memberikan pertolongan kepada kami." Amr bin Luhai berkata kepada mereka, "Apakah kalian mau memberiku satu berhala untuk aku bawa ke jazirah Arab kemudian mereka menyembahnya?" Mereka memberi Amr bin Luhai satu berhala yang bernama Hubal. Amr bin Luhai tiba di Makkah dengan membawa berhala. Ia memasangnya, kemudian memerintahkan manusia menyembahnya dan mendewa-dewakannya [Sirat Nabawiyah Ibn ishaq, Jilid ke-1, Bab.10, hal 60-61]

    Abdul Mutalib (kakek Nabi) melakukan nazar di hadapan HUBAL, sang Allah azza wa jalla suku quraish, jika ia mempunyai sepuluh anak kemudian mereka besar dan mampu melindunginya, ia akan menyembelih salah seorang dari mereka untuk Allah. Ketika anaknya genap sepuluh dan mereka mampu melindunginya, ia kumpulkan mereka dan menjelaskan nadzarnya serta mengajak mereka menetapi nadzar tersebut untuk Allah. Mereka mentaatinya dan berkata, "Hendaklah setiap orang dari kalian mengambil dadu kemudian menulis namanya di atas dadu tersebut, kemudian kalian datang kepadaku," Mereka kerjakan apa yang diperintahkan Abdul Muthalib setelah itu menemuinya. Kemudian Abdul Muthalib membawa mereka ke Patung Hubal di Ka'bah untuk melakukan pengundian dan nama Abdullah muncul dalam undian tersebut.

    Ketika ia hendak membawa Abdullah ketempat penyembelihan, Kaum quraish menentangnya untuk menyembelih anaknya dan menyarankan agar Ia menemui seorang dukun. Rupanya Abdul Mutalib juga tidak ingin anaknya disembelih sehingga saran itu diikutinnya. Sang dukun yang ditemuinya menyarankan bahwa ketika di dadu yang di kocok mengeluarkan nama Abdullah bukan nama Unta maka agar ditebus dengan 10 unta demikian seterusnya hingga dadu mengeluarkan nama Unta maka Tuhan telah berkenan.

    Setelah sepakat, Abdul Muthalib mendekatkan Abdullah dan sepuluh unta, Ia berdiri dan berdoa kepada Allah Azza wa Jalla di samping Patung Hubal. Mereka mengocok kotak dadu dan yang keluar nama Abdullah. Mereka tebus dengan 10 unta, dilakukan pengulangan hingga 10x nama Abdullah muncul, ditebus dengan unta hingga jumlahnya menjadi 100 ekor. Pada undian ke-11, nama Abdullah tidak muncul lagi dan itu dianggap Allah sudah iklas, namun Abdul Muthalib mengulangi lagi hingga 3x lagi dan kali ini yang keluar selalu nama unta, hingga itu dianggap bahwa Allah telah berkenan. Kemudian kesemua unta tersebut disembelih, dan manusia dibiarkan bebas mengambilnya. [Sirat Nabawiyah, Ibn Ishaq, bab 29. hal. 124-128]
Memperhatikan penggunaan kata Allah azza wa jalla pada kisah di atas, maka setidaknya terdapat dua kemungkinan:
  1. Allah azza wa jalla hanyalah sekedar nama generik untuk penyebutan sesembahan tertingginya diantara tuhan lainnya atau
  2. Allah SWT adalah HUBAL
Namun kemungkinan ke-2 tampaknya kurang tepat karena: walaupun setelah perintah shalat 5x turun (di peristiwa Isra' wal Mi 'raj, sebelum hijrah) dan setelah perpindahan tempat menyembah Allah (pada 16an bulan setelah hijrah), saat itu, Allah tinggal bersama banyak allah lainnya. Sehingga tidak terlalu jelas Allah yang mana yang kaum muslim maksudkan namun pada hadis sehaktu diperang UHUD[↓] kita temukan bahwa Allah yang kaum muslim sembah bukanlah Hubal.
    Riwayat 'Amru bin Kholid - Zuhair - Abu Ishaq - Al Bara' bin 'Azib: ..Abu Sufyan berkata: "Perang ini sebagai balas bagi perang Badar karena dalam perang kemenangan memang silih berganti. Sungguh kalian akan dapatkan kaum memutilasi jasad dan mencincang korban yang aku tidak memerintahkannya tapi aku juga tidak merisaukanku". Kemudian Abu Sufyan mulai menyenandungkan sya'ir: "(a’lu Hubal, a’lu Hubal) HUBAL AGUNG, HUBAL AGUNG". Nabi SAW: "Mengapa kalian tidak membalasnya?". Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apa yang harus kami katakan?". Beliau berkata: "(Qulu Allahu a'laa) Ucapkanlah: ALLAH LEBIH AGUNG". Abu Sufyan berkata lagi: "Kami punya tuhan HUBAL sedangkan kalian tidak". Nabi SAW: "Mengapa kalian tidak membalasnya?". Para saohabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apa yang harus kami katakan?". Beliau berkata: "Ucapkanlah: Allah Pelindung kami sedangkan kalian tidak punya". [Bukhari no.2812, no.3737]
Kemudian,
disamping sebagai yang pertama memperkenalkan Hubal, Amir Bin Luhai Al Khuza'i juga pencetus tradisi penyembelihan hewan Qurban!
    Riwayat Musa bin Isma'il - Ibrahim bin Sa'ad - Shalih bin Kaisan - Ibnu Syihab - Sa'id bin Al Musayyab:
    Bahirah adalah unta yang kantong susunya ditahan untuk berhala-berhala hingga tidak boleh bagi seorang pun memerasnya, Sa`ibah adalah unta yang mereka sebut untuk tuhan-tuhan mereka tidak boleh diberi beban tunggangan apa pun diatasnya. Ibnu Al Musayyib - Abu Hurairah - Rasulullah SAW: "Aku melihat Amru bin Amir Al Khuza'i menyeret ususnya dineraka." IA ADALAH ORANG PERTAMA YANG MEMBUAT UNTA SA'IBAH.
    Al Washilah adalah unta yang masih perawan. Unta itu sengaja dibikin perawan semenjak diperanakan. Setelah itu dijodohkan dengan unta betina lagi. Unta itu mereka suguhkan untuk berhala-berhala mereka. hingga salah satunya bisa menyentuh yang lainnya tanpa ada unta jantan. Unta Haam adalah unta subur, mereka membiarkannya beranak hingga bilangan tertentu. Apabila telah selesai, ia tinggalkan untuk berhala-berhala mereka dan dijaga dari beban apapun hingga tidak boleh ada tunggangan apapun diatasnya. Mereka menamakannya Al Haami..[Bukhari no.4257, 4258. Muslim no.5097. juga ada di Ahmad no.4038 yang di hadis tersebut ada kalimat, "Sesungguhnya yang pertama kali mempersembahkan sesaji..adalah Abu Khuza'ah Amru bin Amir, dan sungguh aku melihatnya menyeret usus-ususnya di neraka.." dalam 2 jalur perawi dhaif]

    Note:
    Lihat juga catatan kaki di AQ 5.103 dari tafsir Jalalin. Saibah: Hewan yang dinazarkan untuk diQurbankan kepada Allah. Bahirah: Hewan betina yang telah beranak 5x dan anak ke-5 itu jantan. Wasilah: Hewan betina yang melahirkan anak kembar jantan dan betina, yang jantan disebut washilah. Haam: Hewan jantan yang telah membuntingkan betina 10x.
Ritual jahiliyyah kaum Quraish dan Muhammad di jaman Pra Islam berupa ritual penyembahan yang dimulai dengan pengucapan Talbiyah (Tekad ihram), penyembelihan hewan Qurban, melakukan haji dengan tawaf (mengelilingi) pada Kabah sebanyak 7x sebagai tanda syukur mereka:
    Riwayat Abbas bin Abdul 'Azhim Al Anbari - An Nadlr bin Muhammad Al Yamami - Ikrimah bin Ammar - Abu Zumail - Ibnu Abbas: DULU ORANG-ORANG MUSYRIK MENGATAKAN: "LABBAIKA LAA SYARIIKA LAKA (Aku patuhi panggilanMu yang tiada sekutu bagiMu). Rasulullah SAW: "Celakalah kalian, cukuplah ucapan itu dan jangan diteruskan." Tapi mereka meneruskan ucapan mereka; ILLAA SYARIIKAN HUWA LAKA TAMLIKUHU WAMAA MALAKA (kecuali sekutu bagi-Mu yang memang Kau kuasai dan ia tidak menguasai)." Mereka mengatakan ini sedang mereka bertawaf di Baitullah. [Muslim no. 2032]

    Ibn Ishaq: "Ada yang mengatakan bahwa penyebab anak keturunan Ismail menyembah batu ialah jika mereka mengalami kesulitan di Makkah, dan ingin pergi mencari rezki di negeri-negeri lain, mereka membawa salah satu batu dari batu-batu tanah suci Makkah sebagai bentuk penghormatan mereka terhadap Makkah. Jika mereka berhenti di suatu tempat, mereka meletakkan batu tersebut, kemudian thawaf di sekelilingnya persis seperti mereka thawaf di sekeliling Ka'bah..Jika orang-orang Kinanah dan orang-orang Quraisy melakukan talbiyah mereka berkata, "LABBAIK ALLAHUMMA LABBAIKA. LABBAIKAN LAA SYARIIKA LAKA ILLA SYARIIKUN HUWA LAKA. TAMLIKUHI WA MAA MALAKA (Aku sambut panggilan-Mu ya Allah, aku sambut panggilan-Mu. Aku sambut panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu milik-Mu. Engkau memilikinya dan tidak ada yang memilikinya)." [Sirat Nabawiyah, Ibn Ishaq, Jilid 1, Bab. 10, hal.61]

    Riwayat Salim - ayahnya: Aku melihat Rasul Allah tiba di Mekkah; mula-mula dia mencium batu hitam (hajar aswad) ketika akan melakukan tawaf dan berlari-lari kecil di 3 putaran (tawaf) pertama dari tujuh kali putaran (tawaf) [Bukhari 2.26.673]

    Riwayat Ahmad bin Muhammad - 'Abdullah - 'Ashim: Aku berkata kepada Anas bin Malik: "Apakah kalian tidak menyukai melaksanakan sa'i antara bukit Shafa dan Marwah (bukit kecil yang ada di antara Ka'bah yang jaraknya 450 m dan lokasinya sekarang ada di Mesjidil haram)?'. Dia menjawab: "Ya benar, karena itu bagian dari syi'ar-syi'ar jahiliyyah hingga kemudian Allah menurunkan "Sesungguhnya Ash-Shafa dan Al Marwah adalah bahagian dari syi'ar-syi'ar Allah..) [Bukhari no. 1538]

    Riwayat Abu Al Yaman - Syu'aib - Az Zuhriy - 'Urwah: [AQ 2.158] Aisyah:..Ayat ini turun berkenaan dengan Kaum Anshar, yang ketika mereka belum masuk Islam, mereka berniat haji untuk patung Manat Sang Thoghut yang mereka sembah di daerah Al Musyallal (Bukhari no. 1665: Aisyah mengatakan untuk patung Manat di daerah sekitar Qudaid) Waktu itu, barangsiapa yang berniat haji, dia merasa berdosa bila harus sa'i antara bukit Ash-Shafa dan Al Marwah. Setelah mereka masuk Islam, mereka bertanya kepada Rasulullah SAW tentang masalah itu, mereka berkata: "Wahai Rasulullah, kami merasa berdosa bila melaksanakan sa'i antara bukit Ash-Shafa dan Al Marwah". Maka kemudian Allah Ta'ala menurunkan ayat "Sesungguhnya Ash-Shafa dan Al Marwah adalah sebahagian dari syi'ar-syi'ar Allah"..

    Kemudian aku kabarkan hal ini kepada Abu Bakar bin 'Abdurrahman, maka katanya: "Sungguh ini suatu ilmu yang aku belum pernah mendengar sebelumnya, padahal aku sudah mendengar dari orang-orang ahli ilmu yang menyebutkan bahwa diantara manusia, selain orang-orang yang diterangkan oleh 'Aisyah RA, ada yang dahulu melaksanakan ihram untuk Manat, mereka juga melaksanakan sa'i antara bukit Ash-Shafa dan Al Marwah. Ketika Allah menyebutkan thawaf di Ka'bah Baitullah tapi tidak menyebut sa'i antara bukit Ash-Shafaa dan Al Marwah dalam Al Qur'an, mereka bertanya kepada: "Wahai Rasulullah, dahulu kami melaksanakan thawaf antara bukit Ash-Shafaa dan Al Marwah dan Allah telah menurunkan ayat tentang thawaf di Ka'bah Baitullah tanpa menyebut Ash-Shafa, apakah berdosa bagi kami bila kami sa'i antara bukit Ash-Shafaa dan Al Marwah?". Maka Allah Ta'ala menurunkan ayat ("Sesungguhnya Ash-Shafaa dan Al Marwah adalah sebahagian dari syi'ar Allah").

    Abu Bakar bin 'Abdurrahman berkata: "Maka aku mendengar bahwa ayat ini turun untuk 2 golongan orang yaitu golongan orang-orang yang merasa berdosa karena pernah melaksanakan sa'i antara bukit Ash-Shafa dan Al Marwah saat mereka masih jahiliyyah dan golongan orang-orang yang pernah melaksanakannya namun merasa berdosa bila melaksanakannya kembali setelah masuk Islam karena Allah pada mulanya hanya menyebutkan thawaf di Ka'bah Baitullah dan tidak menyebut Ash-Shafa hingga kemudian Dia menyebutkannya setelah memerintahkan thawaf di Ka'bah Baitullah. [Bukhari no. 1534]. Di hadis ini kata tawaf dan Sa'i tidak dibedakan, mungkin karena keduanya dilakukan dengan cara berlari-lari kecil atau berjalan cepat

    Di hadis lainnya dikatakan alasan tidak mau Tawaf/Sa'i bukan karena penyembahan manat tapi penyembahan Isah dan Nailah:

    Riwayat Yahya bin Yahya - Abu Mu'awiyah - Hisyam bin Urwah - bapaknya - Aisyah: "..Di zaman Jahiliyah orang-orang Anshar menyembah 2 berhala yang terletak di tepi pantai, yaitu berhala yang disebut Isaf dan Nailah. Sesudah mereka mendatangi kedua berhala tersebut, mereka sa'i antara Shafa dan Marwa dan sesudah itu, mereka bercukur...Kemudian Allah menurunkan ayat: 'Sesungguhnya Shafa dan Marwa adalah sebagian dari syi'ar agama Allah….' [Muslim no. 2239]

    Ibnu Ishaq: "Mereka membuat berhala Isaf dan Nailah di sumur Zamzam dan menyembelih hewan qurban di samping kedua berhala tersebut. Isaf adalah laki-laki dan Nailah adalah wanita dari Jurhum. Isaf berzina dengan Naila di Ka'bah, kemudian Allah mengubah keduanya menjadi batu.

    Ibnu Ishaq - Abdullah bin Abu Bakr bin Muhammad bin Amr bin Hazm - Amrah binti Abdurrahman bin Sa'ad bin Zurarah - Aisyah: "Kita selalu mendengar bahwa Isaf dan Nailah adalah laki-laki dan wanita dari Jurhum yang melakukan hubungan haram di Ka'bah, kemudian Allah Ta'ala mengubah keduanya menjadi batu. wallahu a'lam."

    Ibnu Ishaq: Abu Thalib berkata, "Orang-orang Asy'ari menderumkan unta-unta mereka Di tempat mengalirnya air Isaf dan Nailah" [Sirah Nabawiyah Ibn Ishaq, Bab 10, hal.64-65]

    Tabari dari As-Sya’bi:
    أن وَثَنًا كان في الجاهلية على الصفا يسمى”إسافًا”، ووثنًا على المرْوة يسمى”نائلة”، فكان أهل الجاهلية إذا طافوا بالبيت مَسحوا الوثَنين. فلما جاء الإسلام وكُسرت الأوثان
    “berhala jaman jahiliyah di Shafa bernama “isaf” dan berhala di Marwah dinamakan Nailah. Masyarakat jahiliyah jika thawaf di Ka’bah, mereka mengusap ke-2 berhala tersebut.." [Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Quran 3/231, Muassasah Risalah, cet.I, 1420H, Syamilah]

    Kejadian dapatnya terjadi perzinahan Isaf dan Marwah di Kabah, menunjukan bahwa KABAH, rumah Allah yang disembah itu, ternyata juga ber-SETAN. Menariknya ada satu hadis yang menyatakan bahwa ada setan yang menyertai Muhammad SAW:

    Harun bin Sa'id Al Aili - Ibnu Wahab - Abu Shakr - Ibnu Qusaith - Urwah - Aisyah: Rasulullah SAW keluar dari kediamannya pada suatu malam. Aisyah berkata: Aku merasa cemburu pada beliau lalu beliau datang dan aku melihat yang beliau lalukan. Beliau bertanya: "Kau kenapa, wahai Aisyah?" aku menjawab: Orang sepertiku mengapa tidak menyemburui orang seperti Tuan? Rasulullah SAW: "Apa setanmu mendatangimu?" Aisyah bertanya: Waha Rasulullah, apakah ada setan menyertaiku? Beliau menjawab: "Ya." Aisyah bertanya: Juga menyertai semua manusia? Beliau menjawab: "Ya." Ia bertanya: Menyertai Tuan juga? Beliau menjawab: "Ya, hanya saja Rabbku menolongku mengalahkannya hingga ia masuk Islam (نَعَمْ وَلَكِنْ رَبِّي أَعَانَنِي عَلَيْهِ حَتَّى أَسْلَمَ)" [Muslim no.5035]

    Berikut sample dari Sirat Nabawiyah, tentang KONSISTENSI pelaksanaan ritual suku Quraish di Kabah sejak jaman PRA ISLAM:

    1. Ibnu Ishaq berkata, "Pada suatu hari raya, orang-orang Quraisy mengadakan rapat di samping salah satu dari patung-patung mereka. Mereka mengkultuskan patung tersebut, menyembelih hewan qurban untuknya, duduk berdoa disampingnya, dan thawaf di sekitarnya. Itulah hari raya mereka dalam setiap tahunnya. [Ibn Ishaq, bab 42 hal 187]
    2. “Pada bulan itu, Rasulullah SAW menetap di Gua Hira’..aktifitas pertama beliau ialah pergi ke Ka’bah sebelum pulang ke rumahnya. Beliau thawaf di sekitar Ka’bah sebanyak 7x atau lebih. [Ibid, Bab 44, hal 197]
    3. Usai melakukan penyendirian di Gua Hira’, Rasulullah SAW melakukan aktifitas-aktifitas yang biasa beliau lakukan. Beliau pergi ke Ka’bah, dan thawaf di sekitarnya. Ketika beliau sedang thawaf, beliau bertemu dengan Waraqah bin Naufal. [Ibid, hal 199]
    4. ..tiba-tiba Rasulullah SAW muncul. Beliau berjalan hingga menyentuh tiang Ka'bah, kemudian thawaf di Ka'bah.[Ibid bab 54, 242]
    5. Pamannya Hamzah bin Abdul Muththalib, waktu itu masih belum masuk islampun mempunyai kebiasaan yang sama, yaitu..Hamzah pulang dari berburu, ia tidak langsung pulang ke rumah, namun terlebih dahulu thawaf di Ka'bah.[Ibid, bab 55, hal 244]
    6. Di salah satu asbabunuzul turunnya alkafirun 109.1-6, Ibnu Ishaq berkata, "..Rasulullah SAW sedang melakukan thawaf di Ka'bah kemudian bertemu dengan Al-Aswad bin Al-Muththalib bin Asad bin Abudl Uzza, Al-Walid bin Mughirah, Umaiyyah bin Khalaf dan Al-Ash bin Wail. [Ibid, bab 66, hal 234-235]
    7. ..Rasulullah SAWpun masuk ke dalam masjid, kemudian beliau melakukan thawaf di Baitullah dan shalat di sampingnya, lalu pulang ke rumah. [Ibid, Bab 69, hal 341], dan masih banyak lagi
JAMAN ISLAM:
Ritual penyembahannyapun PERSIS seperti yang dahulu dilakukan oleh kaum musyrik, yaitu dimulai dengan pengucapan Talbiyah (Tekad ihram) yang sangat mirip:
    Riwayat 'Abdullah bin Yusuf - Malik - Nafi' - 'Abdullah bin 'Umar: cara talbiyah Rasulullah SAW adalah: "Labbaik allahumma labbaik. Labbaika laa syariika laka labbaik. Innal hamda wan ni'mata laka wal mulka. Laa syariika laka". (Aku patuhi panggilanMu ya Allah. Aku patuhi panggilanMu tidak ada sekutu bagiMu. Sesungguhnya segala puji, nikmat milikMU begitu pula di kerajaanMu. Tidak ada sekutu bagiMu) [Bukhari no.1448, 1449. Juga di Muslim no.2029, 2030, 2031]

    Note:
    Penyebutan Allahhumma dilakukan oleh muslim dan non muslim. Kata Arab ALLAH JAMAK/ELOHIM adalah allāhumma (اللَّهُمَّ) = Allahu (اللَّهُ) + mm (مَّ) muncul dalam 5 ayat: AQ 3.26, 8.32, 10.10 (Subhanakallahumma, sering diartikan "terpujilah allah kami", padahal kata Arab "kami" tidak ada di sana), 39.46 dan AQ 5.114, "qaala 'iisaa ibnu maryama/kata Isa bin Maryam: allaahumma rabbanaa/Allahumma tuan kami..") yang tampaknya, Arabisasi kata Ibrani "Elohim"/Allah yang jamak menjadi ALLAHUMMA, karena dihadis dikatakan Waraqa bin Naufal (Sepupu Khadijah), biasa menulis injil ke bahasa Arab [Bukhari no.6467/9.87.111, 4572/1.1.3], sehingga tidak heran terdapat kata allahumma dalam bahasa Arab.

    Juga, TIDAKLAH BERDASAR, menyatakan akhiran MM/"مَّ" sama arti dengan awalan "YAA/"يا" sehingga "ALLAHUMMA" diartikan "YA ALLAH". Malah, menurut Shari Lowin: "...bentuk jamak, diindikasikan dengan bunyi akhir "m" (huruf arab mim)..mirip kata..(allāhumma), jamak dari الله (Allāh).." ["Arabic and Hebrew Love Poems in Al-Andalus", Shari Lowin, hal.152].

    Di abad selanjutnya,
    terdapat bukti bahwa kata elohim (PSALM 50/51) diterjemahkan allahumma ke dalam bahasa arab [Lihat: di sini dan di sini atau di sini] :

    Honne-ni ELOHIM ke-hasde-kha
    Ke-robh rahame-kha mehe fesa'ay


    Diterjemahkan Hafs ibn Albar Al-Quti Alqurtubi (dari Andalus (spanyol), 899 Masehi):

    LAHUMMA fa-rham-nl bi-hasbi ruhmi-ka
    wa-mhu dunubi bi-katiri hanni-ka


    Diterjemahkan Sa'adyah Ga'on (882 M - 942 M):

    ALLAHUMMA raf-ni bi-ihsani-ka
    wa-mhu dhunubi bi-kathrat rahmati-ka


    Juga konfirmasi penegasan dalam Fatwa "God… or Allah?" bahwa allahumma dalam bahasa arab adalah sama dengan elohim dalam bahasa ibrani:
    "Memperhatikan penggunaan dalam ibrani kata "Elohim". Elohim singkatan untuk konsep kemahakuasaan, berikut atribut-atributnya. KAMI MUSLIM MENGATAKAN Allahumma untuk ALLAH dan atribut-atribunya atau nama-nama dan karasteristiknya.."

    Atau:
    "Quran juga menggunakan hubungan nama 'Allahumma', yang mungkin merupakan terjemahan arab dari 'Elohim', sebuah kata untuk ‘tuhan’ atau ‘dewa’ yang di pakai dalam teks injil Ibrani. Menarik untuk dicatat bahwa kata aramaic "El", yang merupakan kata untuk tuhan dalam bahasa yang diucapkan Yesus, pastinya lebih menyerupai dalam suara untuk kata "Allah" daripada kata inggris "God". Ini juga benar untuk berbagai kata untuk tuhan seperti "El" dan "Elah", dan BENTUK JAMAK "Elohim".." ["Can Muslims Use 'God' instead of 'Allah'?", V.A. Mohamad Ashrof]
Ritual tawaf dan pujian "Allahuakbar" yang dilakukan para muslim tidak dilakukan disembarang ruku yang dilewati atau tidak dilakukan diseluruh ruku yang ada di kabah (4 buah ruku/sudut) dan juga tidak dilakukan di ruku yamani, namun hanya dilakukan ketika pelakunya sampai di ruku Hajar Aswad, tempat sang batu apung hitam berada.

Jadi,
ritual penyembahan yang sekarang ini sudah ada sejak jaman jahiliyah pra-Islam, bedanya di setelah jaman Islam, tidak perlu lagi ada berhala lain untuk disembah dan turut menikmati kemeriahan pesta sesajen, tidak ada lagi pembedaan kategori hewan qurban seperti Saibah/Bahira/Wasilah/Haam dan lainya, semuanya sama, dapat dijadikan sesajen, tidak perlu lagi membawa bebatuan Mekkah kemanapun sebagai wakil sesembahan yang kemudian disembah, tawaf dan bertalbiyah padanya, semua bentuk penyembahan terpusat pada Kabah, dari manapun, di manapun berada, cukup berpaling dan menyembah pada kabah karena Allah ada di Kabah []
---------

Perpindahan Tempat Menyembah Dari Jerusalem Ke Mekkah

Setelah Hijrah ke Medina, Baitul Atiq (ka'bah) berada di Selatan sedangkan Baitul Muqadis di Utara, saat itu selama 16/17 bulan lamanya, beliau dan pengikutnya shalat menghadap Baitul Muqadis dan TIDAK ke Baitul Atiq (ka'bah), hingga kemudian terjadi perpindahan tempat menyembah yaitu kembali ke Baitul Atiq (ka'bah).

Kejadian ini membingungkan pengikutnya hingga perlu diturunkan sebuah ayat sebagai alasan bahwa ini adalah urusan kepatuhan tanpa syarat atas apa yang diperintahkan dan bukan urusan arah menyembah:
    BUKANLAH menghadapkan wajahmu ke arah TIMUR dan BARAT itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian..[AQ.2.177]
Menariknya, Tafsir Ibn kathir untuk ayat AQ 2.177 memberikan dalih adanya arah yang diunggulkan kaum lainnya untuk menyembah:
    Abu Al-`Aliyah berkata "Kaum Yahudi biasa menghadapkan wajah ke arah BARAT sebagai kiblat mereka, sementara Kaum Kristen biasa menghadapkan wajah ke arah TIMUR untuk kiblat mereka"
Juga dalam riwayat Abdur-razzaq - Ma'mar - Qatadah bahwa kaum Yahudi menganggap bahwa yang baik itu shalat menghadap ke barat, sedang kaum Nashara mengarah ke timur, sehingga turunlah ayat tersebut di atas (AQ 2.177). [Juga riwayat Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir - Qatadah. Juga riwayat Ibnu Abi Hatim - Abil 'Aliyah]. Lokasi turunnya surat perpindahan Qiblat di Mesjid Qiblatain, Medina.

Singkatnya, hadis-hadis di atas mengklaim bahwa kaum Yahudi dan Nasrani menyatakan adanya keunggulan 1 arah mata angin untuk memuja Allah. Ini mengada-ada dan tidak berdasar.

Mengapa? Menuduhkan arah Barat kepada kaum Yahudi saja sudah salah!


Karena dari kota MEDINA, Baitul Maqdis (Yerusalem) arahnya condong ke UTARA ("", 333.1°) sedangkan Baitul Atiq (Ka'bah, Mekkah) arahnya adalah SELATAN ("", 176.4°).

Bagi kaum Yahudi, bukanlah arah mata anginnya namun "tembok ratapan" yang lokasinya ada di barat kuil Sulaiman.

Turunnya Ayat tersebut menyebabkan mesjid Qiblaitain mempunyai dua kiblat, itulah sebabnya disebut sebagai mesjid 2 kiblat. Di kemudian waktu, kiblat yang tersisa hanya 1 yaitu yang menghadap ke Mekkah.
    Note:
    Mesjid Qiblatain dibangun di urutan ke-3. Mesjid yang pertama kali dibangun adalah mesjid Quba, ketika Nabi Hijrah singgah di Quba beberapa malam sebelum sampai Medina. Mesjid ke-2 yang dibangun adalah mesjid Nabawi, dibulan-bulan awal di Medina bersamaan dengan pembangunan rumah Nabi dan lokasinya ada disebelah rumah Nabi.
    Terdapat penelitian bahwa arah kiblat beberapa mesjid melenceng dari ka'bah dan terjadi juga di area Mekkah sekalipun, sebanyak 200 mesjid melenceng qiblatnya :). Beberapa penelitian, yang dilakukan sebelum pemerintah Saudi melakukan pemugaran mesjid-mesjid di 30 tahunan ini, menemukan fakta serupa pada beberapa mesjid kuno dan tampaknya kemudian dilakukan koreksi arah kiblat pada mesjid-mesjid tersebut. [Lihat: ini dan ini untuk detailnya]
Alasan perpindahan tempat menyembah kembali ke Ka'bah
Di buku tafsir Ibn Kathir di juz 2 hal. 288 untuk AQ 2.115 disampaikan keterangan bahwa kaum ulama terbagi dalam dua kelompok pendapat tentang Qiblat shalat menghadap baitul maqdis, yaitu: "itu adalah perintah Allah" dan pendapat lainnya adalah "itu BUKAN PERINTAH ALLAH, namun Ijtihad Nabi pribadi":
    Al-Qurthubi menceritakan dari Ikrimah, Abu Al-Aliyah dan Hasan Al-Basri bahwa menghadap ke Baitul Maqdis berdasarkan ijtihad dari Rasullulah SAW. Maksudnya, bahwa menghdap ke Baitul Maqdis itu dilakukan setelah kedatangan beliau ke Madina. Dan hal itu masih terus berlangsung selama belasan bulan. Kemudian beliau sering berdoa dan berharap agar kiblatnya di rubah ke dengan maksud agar kiblatnya di ubah kearah Ka'bah. Yang merupakan kiblat Nabi Ibrahim. Maka permohonan beliaupun dikabulkan. Kemudian beliu diperintahkan untuk mengarahkan kiblatnya ke Baitul Atiq (Ka'bah). Setelah itu Rasullulah menyampaikan kotbah kepada orang-orang dan memberitahukan hal itu kepada mereka
Tafsir Ibn Kathir untuk ayat AQ 2.115 dan AQ 2.144, mengulas persitiwa perpindahan kiblat:
    Ketika Hijrah, beliau ber-qiblat ke Baitul Maqdis selama 16 atau 17 Bulan. Dan setelah itu Allah menyuruhnya menghadap ka'bah. Itulah mengapa ayah mengatakan, "Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah" Ali bin Abi Talhah bekata bahwa Ibn `Abbas berkata, "Bagian pertama dari Quran yang di hapus/abrogasi adalah mengenai kiblat. Ketika Rasullullah migrasi ke Medina, yang merupakan hunian kaum yahudi, Ia pertama-tama DIPERINTAHKAN untuk menghadap Baitul Maqdis (Yerusalem). Orang Yahudi senang dan Rasullullah menghadap Baitul Muqadis selama 10 BULAN.

    Namun beliau lebih menyukai untuk menghadap Qiblat kaumnya sendiri (Mekkah) dan beliaupun biasa memandang ke langit dan kemudian Allah menurunkan "Sungguh Kami melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. (AQ 2.144)". Para Yahudi, keheranan dengan perkembangan ini dan berkata, "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari tempat menyembah (Baitul Maqdis) yang biasanya? (maa wallaahum 'an qiblatihimu allatii kaanuu 'alayhaa)" Katakanlah (kepada Muhammad): "Kepunyaan Allah-lah Timur dan barat" (AQ 2.142). Allah kemudian berkata "Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah". (AQ 2.115) `Ikrimah berkata bahwa Ibn `Abbas berkata, "Arahnya Allah adalah kemanapun mukamu menghadap, timur atau barat''. Mujahid berkata bahwa, "Kemanapun arah yang kau kehendaki, Engkau mendapatkan kiblat untuk menghadap, yaitu Ka`bah.''

    Namun, Allah menurunkan ayat ini (AQ 2.115) SEBELUM perintah menghadap ke KA'BAH.

    Ibn Jarir berkata, "beberapa mengatakan bahwa ayat ini diturunkan kepada Rasullullah sebagai ijin seseorang shalat sunnah menghadap kemanapun mereka mau baik itu di arah barat atau timur, sewaktu bepergian, ketika ketahukan dan ketika berhadapan dengan musuh" sebagai contoh, Ibn Umar biasa shalat dengan menghadap kemanapun arah tunggangannya saat itu menghadap dan MENGKLAIM bahwa Rasullah SAW juga melakukan yang sama ketika menafsirkan, "kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah". Hadis juga riwayat Imam Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa'i, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwyah dan berasal dari Ibn Umar dan Amir bin Rabi;ah TANPA MENYEBUTKAN ayat itu (AQ 2.115).
Beberapa alasan lain peristiwa perpindahan tempat sesembahan:
  1. Tabari: Menurut Yunus b. ‘Abd al-A‘la – Ibn Wahb – Ibn Zayd: Nabi menghadap kearah Yerusalem selama 16 Tahun, dan ketika sampai di telinganya bahwa kaum Yahudi mengatakan, "Demi Tuhan, Muhammad dan pengikutnya tidak tahu kiblat mereka sampai kami mengarahkan mereka" Ini TIDAK DISUKAI nabi dan ia mengangkat kepalanya ke arah langit dan Allah berkata, "Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit.." ["The History of Al-Tabari: The Foundation of the Community", Translasi oleh M. V. McDonald, blibliograpi oleh W. Montgomery Watt [State University of New York Press (SUNY), Albany 1987], Vol.7, hal. 25]
  2. Alasan perpindahannya disampaikan dalam tafsir Jalalyn: Ketika hijrah ia di perintahkan menghadap ke Yerusalem adalah UNTUK MEMENANGKAN HATI kaum Yahudi.
  3. KH.Drs.A. Masduqi Machfudh menjelaskan bahwa tujuan kiblat ke Baitul Maqdis adalah untuk menjinakkan hati orang-orang Yahudi, karena kiblat mereka adalah Baitul Maqdis dan untuk menarik mereka kepada syari'at Al Qur'an dan agama yang baru. Namun Orang-orang Yahudi itu berkata: "Muhammad menyalahi agama kita tetapi mengikuti kiblat kita". Sikap orang-orang Yahudi tersebut membuat Nabi Muhammad saw tidak senang [Khulashatul Kalam fi Arkanil Islam, Sayyid Ali Fikri, KH.Drs.A. Masduqi Machfudh, Ramadlan 1416 H]
  4. Alasan terpilihnya kembali Ka'Bah disamping tempat itu sudah terbiasa menjadi sesembahan kaumnya sendiri, bisa jadi karena alasan nostalgia ketika Muhammad berusia 25 tahun, di peristiwa renovasi Kabah (ditinggikan dan diberi atap karena sering kemasukan maling harta dalam kabah), ketika memasuki pengerjaan peruntuhan pondasi terdapat pondasi batu yang tidak dapat di bongkar. Dikatakan bahwa seorang Quraish menemukan di tiang kabah tulisan Syiria, mereka tidak bisa membaca ini hingga seorang Yahudi membacakannya pada mereka, "Aku adalah Allah pemilik Bakkah. Aku ciptakan ini dihari aku menciptakan langit dan bumi dan membentuk matahari dan bulan. Aku kelilingi ini dengan 7 Malaikat lurus. Ini akan berdiri selama 2 gunungnya berdiri. Penduduknya diberkahi susu dan air" dan di maqam terdapat tulisan: "Mekkah adalah rumah suci Allah. Rezkinya datang dari tiga jalan. Janganlah penduduknya menjadi orang pertama yang mengotorinya". Setelah itu terjadi keributan peletakan Hajar Aswad yang nyaris memicu pertengkaran hebat, solusi yang diambil oleh mereka adalah siapa yang datang paling pagilah yang berhak meletakan Hajar aswad. Tidak sengaja, Muhammad terpilih karena datang paling pagi [Sirat Nabawiyah Ibnu Ishaq Bab 37 hal 161-163 atau di "The Life of Muhammad", A. Guillaume, hal.84-85]
Tampaknya berubah statement adalah hal lazim dan bukan hal memalukan bagi beliau malah hal ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa Allah sangat sayang pada beliau, sehingga apapun hasrat dan keinginan beliau akan terkabul :) Bahkan Aisyah pun sampai takjub dibuatnya:
    Riwayat Zakariya bin Yahya - Abu Usamah -Hisyam bin Urwah - Bapaknya (Urwah bin As-Zubair) - Aisyah: Aku selalu menganggap remeh wanita-wanita yang menyerahkan dirinya pada RasulIullah SAW dan aku biasa berkata, "Dapatkah seorang wanita menyerahkan dirinya?" Maka ketika Allah menurunkan, "Kamu boleh menangguhkan menggauli siapa yang kamu kehendaki di antara mereka dan menggauli siapa yang kamu kehendaki. Dan siapa-siapa yang kamu ingini untuk menggaulinya kembali dari perempuan yang telah kamu cerai, maka tidak ada dosa bagimu." [AQ 33.51] Aku berkata (pada Nabi), "Aku merasa bahwa Tuhanmu bergegas sekali untuk memenuhi keinginan dan hasratmu" [Bukhari no.4414/6.60.311. Juga di hadis Muslim no.2658, dari riwayat Abu Kuraib Muhammad bin Al 'Ala - Abu Usamah - Hisyam - ayahnya - Aisyah]
Kemudian,
beberapa beralasan bahwa beliau shalat menghadap baitul maqdis adalah karena di baitul Atiq (Kabah) saat itu banyak sesembahan lain. Alasan ini jelas sangat tidak valid, mengingat ketika tempat menyembah dipindahkan kembali ke Baitul atiq-pun, saat itu, hingga beberapa tahun kemudian, sejumlah ratusan sesembahan masih bercokol di kabah :) Sehingga, apapun variasi pendapatnya, tetap TIDAK menolak FAKTA bahwa ketika di Mekkah, Nabi SAW TIDAK shalat menghadap Ka'bah namun menghadap Baitul Maqdis dan ketika ketika 1 (satu) orang pengikutnya enggan shalat memunggungi Kabah, tetap dimintanya untuk menghadap Baitul Maqdis.

Tentu saja,
Umat Islam tidak mengakui bahwa mereka juga menyembah berhala seperti kaum jahiliyah yang juga terpusat dilakukan di Ka'bah dan beralasan bahwa ka'bah adalah rumah pemersatu (keseragaman shalat) dan bahwa Allah ada di mana-mana dengan merujuk pada kalimat di bawah ini:
    (walillaahi almasyriqu waalmaghribu fa-aynamaa tuwalluu fatsamma wajhu allaahi..) Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah..[AQ 2.115 (Surat Medina), AQ 26.28 (Surat Mekkah) dan AQ 70.40 (surat Mekkah)]
Sayangnya kalimat ayat itu BERBANTAHAN SENDIRI dengan ayat ini:
    (laysa albirra an tuwalluu wujuuhakum qibala almasyriqi waalmaghribi walaakinna albirra man aamana biallaahi..) Bukanlah hal benar bahwa kamu menghadapkan wajahmu ke arah TIMUR dan BARAT, akan tetapi hal benar yang beriman kepada Allah,.. [AQ.2.177, turun SEBELUM surat 2.144, 149,150]
Mereka yang bertahan dengan alasan ayat [AQ 2.115, AQ 26.28 dan AQ 70.40] tidak mengetahui bahwa KEMUDIAN diturunkan lagi ayat yang memerintahkan dengan tegas sebanyak 3x, bahwa Masjidil Haram adalah tempat menyembah!
  1. ... Dan tidak kami jadikan tempat menyembah (wamaa ja'alnaaalqiblata) kamu yang biasanya (allatii kunta 'alayhaa) melainkan agar Kami tahu siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot (illaa lina'lama man yattabi'u alrrasuula mimman yanqalibu 'alaa 'aqibayhi). Dan sungguh itu terasa amat berat, kecuali bagi kaum yang telah diberi petunjuk oleh Allah (wa-in kaanat lakabiiratan illaa 'alaa alladziina hadaa allaahu)...Sungguh Kami lihat mukamu menengadah ke langit (qad naraa taqalluba wajhika fii alssamaa-i), maka sungguh akan Kami memalingkanmu ke (falanuwalliyannaka) tempat menyembah (qiblatan) kesukaanmu (tardaahaa). Palingkanlah mukamu pada Masjidil Haram (tardaahaa fawalli wajhaka syathra almasjidi alharaami). Dan dimana saja kamu berada (wahaytsu maa kuntum), palingkan mukamu padanya (fawalluu wujuuhakum syathrahu). Dan sesungguhnya kaum yang diberi Al Kitab tentunya tahu itu hak dari Tuhannya (wa-inna alladziina uutuu alkitaaba laya'lamuuna annahu alhaqqu min rabbihim). [AQ 2.144]

    Note:
    Qiblatan dan Al Qiblata artinya bukanlah "arah menyembah" melainkan "tempat menyembah/tempat shalat": "Dan Kami wahyukan pada Musa dan saudaranya: (wa-awhaynaa ilaa muusaa wa-akhiihi an) "Dirikan kaummu di Mesir rumah-rumah (tabawwaaa liqawmikumaa bimishra buyuutan) dan jadikanlah rumah-rumah kalian (waij'aluu buyuutakum) tempat menyembah (qiblatan) dan dirikanlah sembahyang/shalat (wa-aqiimuualshshalaata)..[AQ 10.87]

  2. Dan dari mana saja kamu (wamin haytsu kharajta), maka palingkanlah wajahmu pada Masjidil Haram (fawalli wajhaka syathra almasjidi alharaami). sesungguhnya ketentuan itu benar-benar hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan [AQ 2.149]

  3. Dan dari mana saja kamu (wamin haytsu kharajta), maka palingkanlah wajahmu pada Masjidil Haram (fawalli wajhaka syathra almasjidi alharaami). Dan dimana saja kamu berada (wahaytsu maa kuntum), maka palingkanlah wajahmu padanya (fawalluu wujuuhakum syathrahu), agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. [AQ 2.150]
Ini adalah triple konfirmasi bahwa menyembah harus pada kabah!

Terdapat hadis yang membedakan antara Qiblat/kabah vs arah timur-barat, yaitu:
  1. jika tidak pasti benar kabah ada di mana namun tetap saja berusaha merujuk pada kabah, misal dengan riwayat Malik - Nafi' - Umar bin Khaththab: "Apa yang di antara barat dan timur adalah kiblat, apabila menghadap ke arah Ka'bah." [Malik no.413, dan dalam Tirmidhi no.314, disebutkan, maksud arah timur dan barat yaitu jika keharusan shalat untuk menghadap Kabah]
  2. Barat/Timur jelas bukanlah Qiblat dengan Riwayat [(Zuhair bin Harb dan Ibnu Numair) dan Yahya bin Yahya] - berkata kepada Sufyan bin Uyainah: engkau mendengar Az-Zuhri - Atha' bin Yazid al-Laitsi - Abu Ayyub - Nabi SAW bersabda: 'Apabila kalian mendatangi tempat buang hajat, maka janganlah kalian menghadap kiblat dan jangan pula membelakanginya; saat buang air besar atau buang air kecil, menghadaplah ke timur atau ke barat.'..Sufyan menjawab, "Ya." [Muslim no.388 juga di Bukhari no.141, 380].
Ada 2 kondisi shalat yang boleh TIDAK menyembah pada Kabah:
  1. jika dalam keadaan takut/bahaya (Khauf), "Jika kamu dalam keadaan takut (khif'tum), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan..." [AQ 2.239], tafsir boleh untuk tidak menyembah pada kabah adalah berdasarkan perkataan Abdullah bin Umar: “Jika keadaan lebih menakutkan daripada itu, mereka shalat dengan berjalan kaki atau dengan menunggangi tunggangan, baik menghadap qiblat atau tidak (Bukhari no.1417 dan Malik 396), Jadi tentunya setelah aman (AQ 2.103), kembali menyembah pada Kabah
  2. Untuk shalat nafawil (tambahan. jamak: Nafilah) biasanya dalam perjalanan dan/atau shalat sunnah [tidak wajib, selain fardhu (wajib: 5 waktu)]
Malahan,
Setelah keharusan menyembah (baca: kiblat) pada Kabah, jangankan lagi pada arah timur dan barat bahkan menghadap pada arah langit-pun TERLARANG dan berbahaya karena pelanggarnya dapat berakibat mengalami hilang penglihatan:
    Riwayat 'Ali bin 'Abdullah - Yahya bin Sa'id - Ibnu Abu 'Arubah - Qatadah - Anas bin Malik berkata, "Nabi SAW: "Kenapa orang-orang mengarahkan pandangan mereka ke langit ketika mereka sedang shalat? Suara beliau SEMAKIN TINGGI beliau bersabda: "Hendaklah mereka menghentikannya atau Allah benar-benar akan menyambar penglihatan mereka." [Bukhari no. 708. Lihat KBBI. "الصَّلاَةِ" = Al sallata = salat]

    Riwayat ath-Thahir dan Amru bin Sawwad - Ibnu Wahb - Al-Laits bin Sa'd - Ja'far bin Rabi'ah - Abdurrahman al-A'raj - Abu Hurairah - Rasulullah SAW: "Hendaklah suatu kaum menghentikan untuk mengangkat pandangan mereka ke langit ketika berdoa dalam shalat atau niscaya pandangan mereka akan dicabut (dibutakan)." [Muslim no.650. Untuk Muslim no.649: Riwayat Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Abu Kuraib - Abu Muawiyah - al-A'masy - al-Musayyab - Tamim bin Tharafah - Jabir bin Samurah -Rasulullah SAW bersabda, ".. atau niscaya pandangan tersebut tidak kembali kepada mereka (buta)."]

    Riwayat Abu Mu'awiyah, Riwayat Al A'masy, Riwayat Musayyib bin Rafi' - Tamim bin Tharafah - Jabir bin Samurah - Rasulullah SAW: "Orang-orang yang mengangkat pandangan mereka ke langit saat shalat segera menyudahinya, atau pandangan mereka tidak akan kembali lagi?" [Ahmad no. 20060. Untuk Ahmad no.20134: Riwayat Abdurrahman bin Mahdi - Sufyan - Al A'masy - Musayyab bin Rafi' - Tamim bin Tharafah - Jabir bin samurah - Nabi SAW]

    Riwayat Suwaid bin Nashr - 'Abdullah - Yunus - Ibnu Syihab - 'Ubaidullah bin 'Abdullah bahwasanya seorang laki-laki sahabat nabi SAW bercerita kepadanya ia mendengar Rasulullah SAW: "Jika salah seorang dari kalian shalat, janganlah memandang ke langit, pandangannya akan tersambar." [Nasai no.1181. Juga di Sunan Abu Dawud no.778]
Mengapa? Karena Allah ada di Kabah:
    Riwayat 'Abdullah bin Yusuf - Malik - Nafi' - 'Abdullah bin 'Umar, bahwa Rasulullah SAW melihat ludah di dinding kiblat, [Bukhari no.1137: Spontan Beliau menampakkan kemarahannya kepada jama'ah mesjid lalu berkata:] lalu beliau menggosoknya kemudian menghadap ke arah orang banyak seraya bersabda: "Jika seseorang dari kalian berdiri shalat janganlah dia meludah ke arah depannya, karena Allah berada di hadapannya ketika dia shalat [Bukhari no.1137: "Sesungguhnya Allah berada dihadapan setiap orang dari kalian. Maka bila sedang shalat janganlah seseorang meludah"] [Bukhari no.391]
Itulah mengapa tidak perlu lagi membawa bebatuan Mekkah kemanapun sebagai wakil sesembahan yang kemudian disembah, tawaf dan bertalbiyah padanya, karena semua bentuk penyembahan terpusat pada Kabah, dari manapun, di manapun berada, cukup berpaling dan menyembah pada kabah karena Allah ada di Kabah []
---------

Hajar Aswad, Tangan Kanan Allah Di Bumi

Ayat di bawah ini memberikan konfirmasi bahwa Allah bertempat tinggal di Kabah di Mesjidil Haram
    "Dan ketika Kami tempatkan/tetapkan tempat (bawwa-naa) kepada Ibrahim (li Ibrahim) lokasi/sisi (makaana) Baitullah (albayti) bahwa "Jangan kamu perserikatkan AKU dengan sesuatu (laa tusyrik bii syay-an) dan sucikan rumahKu (wathahhir baytiya) ini bagi orang-orang yang thawaf (lilththaa-ifiina), dan yang berdiri/beribadat (waalqaa-imiina) dan yang ruku' dan sujud (waalrrukka'i alssujuudi)" [AQ 22.26]
Segala ritual atau prosesi penyembahan Allah yang ada di Kabah agar tidak mempersekutukannya dengan Illah lainnya
    Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhada-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang. [AQ 7.191]
Di "pembebasan" kota mekkah,
saat itu dilakukan penggusuran paksa pada sekumpulan sesembahan, termasuk juga hubal, yang diperserikatkan dengan "AKU" di Kabah
    Riwayat Abdullah bin Masud:
    Rasullullah SAW memasuki Mekkah (pada tahun penaklukan Mekkah) dan terdapat 360 berhala di sekitar Ka'bah. kemudian Ia mulai memukul mereka dengan tongkat di tangan dan berkata, "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap." Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap"(AQ 17.81) ‘"Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak akan mengulangi (AQ 34.49) [Bukhari 6.60.244]
Demikianlah, dari penggusuran paksa itu, hanya tersisa 1 (Satu) berhala saja yang tidak di gusur, yaitu berhala batu apung hitam yang Nabi sebut sebagai ALLAHUAKBAR (Allah yang lebih besar).
    Riwayat Ibn Abbas:
    Rasullullah melakukan tawaf di Ka'bah Baitullah di atas unta. Setiap kali sampai di sudut (ar-rukun, tempat hajar aswad/batu hitam) Ia menunjuk batu itu dengan sesuatu pada tangannya dan menyebut “Allahu-Akbar” (takbir) [Bukkhari 2.26.697/no.1525, Bukhari 2.26.681,682/no.1508, 1509; Bukhari no.4483; Musnad Ahmad no.2258; Darimi no. 1774].

    Note:
    Arti Akbar bukanlah "maha besar" TAPI "lebih besar/kuat". Untuk memahami arti itu, mari kita lihat kata "akbar" (أكبر = "lebih besar") VS "kebir" (كبير = "besar") di AQ.2.219, "yas-aluunaka 'ani alkhamri waalmaysiri qul fiihimaa itsmun kabiirun wamanaafi'u lilnnaasi wa-itsmuhumaa akbaru min naf'ihimaa.. (يسالونك عن الخمر والميسر قل فيها اثمتتفكرون كبير ومنافع للناس واثمهما اكبر من نفعهما) -> "Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa besar (kabirirun) dan beberapa manfa'at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar (akbaru) dari manfa'atnya". [Ayat lain sebagai pembandingan aplikasai kata (kabir vs akbar) lihat di AQ 2.217. Untuk Ayat yang mengandung kata "akbaru" tapi tanpa diikuti kata ("من", min = dari) dan juga tanpa kata "kabir" namun tetap diartikan "lebih" besar/kuat lihat samplenya di [AQ 3.118, AQ 6.19 ("lebih kuat"), AQ 6.78, AQ 68.33, AQ 16.41]. Kata "allahi akbaru" (AQ 29.45) tetap juga diartikan "lebih besar"]

    Sehingga ketika Allah SWT diperbandingkan dengan seluruh Ilah lain di area itu, maka berhala Allah, pujaan para muslim ini, diklaim sebagai "lebih" Allah dari lainnya. Dari sini, kita ketahui bahwa kata "Allah" hanyalah nama generik penyebutan tuhan yang lebih tinggi dari tuhan-tuhan lainnya. Bagi muhammad dan pengikutnya, yang lebih tinggi adalah Allah azza wa jalla.
ALLAH YANG LEBIH BESAR sebagai tempat meminta, berlindung dan yang menerima sesembahan kurban adalah berhala batu apung hitam dan dalam melakukan ritualnya, caranyapun PERSIS seperti kaum musyrik biasa lakukan yang juga dimulai dengan pengucapan Talbiyah (Tekad ihram) yang juga mirip


Ibn Rajab menyampaikan dalam Dhayl tabaqat al-hanabila bahwa Ibn al-Fa'us al-Hanbali memberi hadis yang berarti harafiah: "Dia sering berkata: Batu Hitam itu hakikatnya adalah Tangan Kanan Allah" [Ibn Rajab, Dhayl Tabaqat al-hanabila 7:174-175. lihat di: "On The Anthropomorphism Of Salafis", bagian terbawah dan catatan kaki no.4]

Ternyata,
Batu hitam yang disebut "allahuakbar" adalah "TANGAN KANAN Allah di Bumi.." [Riwayat - Ibn `Abbas, Jabir, Anas, dan lainnya - Ibn Abi `Umar al-Ma`dani dalam Musnadnya, al-Tabarani, al-Suyuti dalam "Jami` al-saghir (1:516 #3804-3805)", Ibn `Asakir dalam "Tarikh Dimashq (15:90- 92)", al-Khatib di "Tarikh Baghdad (6:328)", dan lainnya]
    Note:
    Ibn Ibn al-Jawzi dan Ibn `Adi (al-Kamil 1:342) menyatakan: Palsu. Cf. al-Ahdab, Zawa’id Tarikh Baghdad (5:321-323 #949) namun al-`Ajluni menyatakan SAHIH karena ada riwayat Ibn `Abbas yang dinarasikan al-Quda`i dengan kalimat: “Di sudut [batu hitam] (al-rukn) adalah tangan kanan Allah di bumi…,” dan dinyatakan: HASAN sebagai hadis Nabi. detail lainnya lihat "Hadis tentang turunnya Allah, GF Hadad]
Dari Abdullah Ibn Umar - Rasulullah Saw, "Di hari kiamat kelak, akan datang rukun (Hajar Aswad) dalam bentuk yang lebih besar dari gunung Abi Qubaisy. Ia memiliki dua bibir kemudian menceritakan siapa saja yang pernah menyentuhnya dengan niat. Ia (Hajar Aswad) adalah Yaminullah (tangan kanan Allah) yang disentuh oleh para hamba-hamba Nya." (HR. Khuzaimah. Perawi Abdullah Ibn Muamil, menurut Adz-Dzahabi adalah lemah dan Al-Baihaqi menyatakan hadis ini lemah, namun menurut Ibn Hibban, Perawi tersebut tsiqah (bisa dipercaya), Ibn Hajjar: meskipun perawi termasuk yang suka menafsirkan hadist namun jika ada hadis lain yang menguatkan maka hadis ini termasuk hadis Hasan sebagaimana pandangan Imam Tirmidhi. Hadis lain yang menguatkannya, yaitu dari riwayat Humaid Ibn Abi Sawiyyah: "Rukun itu dan Maqam (Ibrahim) adalah batu Yaqut dari bebatuan surga. Dan jika tidak disentuh dosa-dosa manusia, maka pastilah akan terang dunia ini. Dan orang sakit yang menyentuhnya pastilah akan sembuh" (HR. Baihaqi. Imam Nawawi dalam al-Majmu: sanadnya Sahih), dengan demikian hadist Ibn Umar, tidak termasuk hadis dhaif [lihat: "13 Misteri Di Kota Mekkah", Dedi, hal.40-41]

Beberapa sampel dibawah ini adalah hadis sahih tentang batu hitam sebagai tangan kanan Allah di Bumi, yang berasal dari Ibn Abbas (dari link ini), yaitu:
    "الحجر الأسود يمين الله في أرضه" ("Hajar Aswad adalah tangan kanan Allah swt di bumi-Nya"). Riwayat At-Tabrani dalam kitab Mu'jam-nya.dan Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam dari Ibnu Abbas secara marfu'. Ibnu Abil Fawaris menyebutkan dalam kesembilan kesimpulannya dari Ibnu Abbas juga, bahwasanya ia mengatakan: Hajar Aswad adalah tangan kanan Allah Azza Wa-Jalla di bumi. Barang siapa yang tidak sempat membai'at Rasulullah saw lalu ia menyapu Hajar Aswad maka ia telah membai'at Allah dan Rasul-Nya. Demikianlah Al-Azraqi mengeluarkannya dalam kitab Tarikh-nya. Ia juga mengeluarkannya dari Ibnu Abbas, ia mengatakan: Rukun adalah tangan kanan Allah swt di bumi, Ia (Allah) menjabat Hamba-Nya sebagaimana seseorang diantara kalian menjabat tangan sesamanya.

    Pada lafaz lain dikatakan bahwa: Al-Rukun Al-Aswad ini adalah tangan kanan Allah Azza Wa-Jalla di bumi. Ia menjabat tangan hamba-Nya sebagaimana seseorang menjabat tangan sesamanya. Al-Qadha'I juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas secara mauquf pada Ibnu Abbas, tetapi shahih dengan lafaz: Al-Ruknu adalah tangan kanan Allah Azza Wa-Jalla yang dengannya Ia menjabat ciptaan-Nya. Demi jiwa Ibnu Abbas yang berada di tangan-Nya, tidak ada seorang muslim pun yang berdo'a kepada Allah swt di sisinya kecuali Allah swt mengabulkannya.

    Demikianlah riwayat yang tidak ada peluang bagi akal untuk mengotak-atiknya. Ia memiliki beberapa syawahid dan hadits ini hasan, walaupun ia dhaif berdasarkan pada sumbernya (aslihi), sebagaimana ungkapan beberapa ulama diantara mereka. Diantaranya hadis riwayat Ad-Dailami dari Anas dengan lafaz: Hajar Aswad adalah tangan kanan Allah swt. Barang siapa yang menyapunya maka dengan tangan kanannya maka ia telah berbai'at kepada Allah swt. Diantaranya pula, hadis riwayat Al-Harits bin Abi Usamah dalam musnadnya dari Jabir dengan lafaz: Hajar Aswad adalah tangan kanan Allah swt di bumi yang mana Allah menjabat tangan hamba-Nya dengannya... [Imam al-Sakhawi. Sumber: al-Maqâshid al-Hasanah Fî Bayân Katsîr Min al-Ahâdîts al-Musytahirah 'Ala al-Alsinah, Alih Bahasa dan Catatan Kaki: Idrus Abidin, Lc., MA. Atau: lihat Imam al-Ajluni dalam Kashf al-Khafa, yang menghukumi hadis ini hasan berikut shawahid-nya (dalil/pendukungnya)]

    Rantai perawi sahih dari al-Azraqi yang berasal dari hadis Ibnu Abbas, "Sudut ini tangan kanan Allah yang Esa di bumi, Ia berjabat tangan dengan budak-nya.." [Amir al-San'ani dalam Subul al-Salam, 2/206, "وروي الأزرقي بإسناد صحيح من حديث ابن عباس، قال: "إن هذا الركن يمين الله عَزَّ وجَلَّ في الأرض يصافح بها عباده مصافحة الرجل أخاه وأخرج أحمد عنه الركن يمين الله في الأرض يصافح بها خلقه، والذي نفس ابن عباس بيده ما من امرىء مسلم يسأل الله عنده شيئاً إلا أعطاه إياه"]

    Riwayat Muhammad Ibn Abu Umar - Yahya Ibn Sulaym - Ibn jurayji - Muhammad Ibn Abbad Ibn Jafar - Ibn Abbas: mereka mengatakan bahwa sudut ini tangan kanan Allah di bumi, Ia berjabat tangan dengan budaknya,...Ini mauquf sahih [Imam Ibn Hajar al-Asqalani dalam Matalib al-Aliyya, nomor hadis 1223 (وقال محمد بن أبي عمر : حدَّثنا يحيى بن سليم ، سمعت ابن جُريج يقول : سمعت محمد بن عباد بن جعفر يقول : سمعت ابن عباس رضي الله عنهما يقول : إن هذا الركن يمين الله في الأرض ، يصافح بها عباده ، مصافحة الرجل أخاه . هذا موقوف صحيح). Juga ada di Akhbar Makka dari al-Faqihi]
Ritual pemujaan berhala Allah yang dilakukan Quraish dan Nabi adalah sebagaimana disampaikan hadis di bawah ini:
    Riwayat Salim - ayahnya:
    Aku melihat Rasul Allah tiba di Mekkah; mula2 dia mencium batu hitam (hajar aswad) ketika akan melakukan tawaf dan berlari-lari kecil di tiga putaran (tawaf) pertama dari tujuh kali putaran (tawaf) [Bukkhari 2.26.673]

    Yahya bercerita padaku dari Malik apa yang dia dengar bahwa ketika Rasul Allah SAW telah selesai Tawaf Kabah, sholat 2 rakat, dan ingin berangkat ke Safa dan Marwa, dia akan memberi hormat ke sudut tempat Batu Hitam berada sebelum berangkat. [Muwatta 20.33.113]

    Walaupun Umar pernah berkata bahwa "Demi Allah! Aku tahu bahwa engkau cuma sekedar Batu dan jika aku tidak melihat Nabi menciumu dan menyentuhmu aku tidak akan pernah mau melakukan itu [Bukhari 2.26.667 dari riwayat Abis bin Rabia. Bukhari 2.26.675, 679 dari riwayat Zaid bin Aslam yang berasal dari ayahnya. Bukkhari 2.26.680 dari riwayat Az-Zubair bin 'Arabi]

    Terdapat kegiatan yang disebut sebagai tawaf Sunnah, yaitu tawaf pada batu hitam sambil mengucapkan takbir (Allahu-Akbar) dan tahlil (La ilaha illahlah). [Fiqh-Sunnah Bag 76]
Lantas apa kegunaan Batu hitam itu?
  1. Batu hitam tersebut, jika disentuh berkhasiat untuk menghapuskan dosa:

    Riwayat Qutaibah - Jarir - 'Atha` bin As Sa`ib - Ibnu Ubaid bin Umair - bapaknya bahwa Ibnu Umar terlihat berdesak-desakan di antara dua rukun, yang mana tidak ada sahabat Nabi SAW yang lain seperti dia. Saya bertanya; "Wahai Abu Abdurrahman, kenapa kamu berdesak-desakan di antara dua rukun, padahal saya seorangpun sahabat Nabi SAW yang lain sepertimu." Dia menjawab; "Hal itu saya lakukan, karena saya mendengar Rasulullah SAW: 'Menyentuh keduanya dapat MENGHAPUSKAN DOSA-DOSA....Abu 'Isa berkata; " Hammad bin Zaid - 'Atha' bin As Sa`ib - Ibnu Ubaid bin Umair - Ibnu Umar seperti hadits di atas, namun di dalamnya tidak menyebutkan dari bapaknya." Abu 'Isa berkata; "Ini merupakan hadits hasan." [Tirmidhi no.882 (959). Dinyatakan Hasan oleh Tirmidhi dan sahid oleh Hakim (1/664), Adh-Dhahabi dan Ibn Hibbaan]]

    Riwayat Sufyan - 'Atha bin As Sa`ib - Abdullah bin Ubaid bin Umair - Ibnu Umar hingga sampai kepada Nabi SAW: "Sesungguhnya beristilam (mencium, menyentuh atau berisyarat) kepada dua rukun, dapat menghapuskan dosa-dosa." [Ahmad no. 4357]

    Riwayat Husyaim - Atha bin As Sa`ib - Abdullah bin Ubaid bin Umair - bapaknya bertanya kepada Ibnu Umar, "Kenapa aku tidak melihatmu menyentuh rukun kecuali menyentuh dua rukun ini; hajar aswad dan rukun yamani? Maka Ibnu Umar menjawab, "Jika aku melakukannya itu karena aku telah mendengar Rasulullah SAW pernah menyatakan bahwa dengan menyentuhnya akan dapat menghapus kesalahan-kesalahan (yang diperbuat). [Ahmad no. 4230]

  2. Batu hitam itu berasal dari Surga [Riwayat Ibn Abbas, Timidhi no.877. Dinyatakan sahih oleh Albani di bukunya di hadis 695]. Ibn Abbas juga menyampaikan Bahwa Nabi berkata ketika Batu itu turun dari Surga, Ia berwarna putih dan menjadi hitam karena dosa-dosa dari turunan Adam (Tirmidhi no.803, Ahmad no. 3356). Ibn Abbas juga mengatakan bahwa Nabi berkata. Allah akan mengembalikan di hari kiamat dan batu itu akan memiliki 2 mata untuk melihat dan 2 mulut untuk bersaksi, tentang siapa-siapa yang menyentuhnya dengan tulus [Riwayat Ibnu Khutsaim - Sa'id bin Jubair - Ibnu Abbas - Rasulullah SAW di Tirmidhi no. 884, Ibn Majjah no. 2935, Ahmad no. 2105, 2511, 2660, 3331]
Karena khasiat utama dari BATU HITAM ternyata dapat menghilangkan dosa (padahal hanya Allah yang mampu lakukan itu), maka wajar sekali jika batu hitam itu disembah.

Jelas sudah bahwa Allah yang mahaperkasa lagi maha kuasa yang merupakan sesembahan Nabi dan para muslim di seluruh dunia ini tidak lain dan tidak bukan adalah BATU HITAM ini.
    Note:
    Kelompok militan Negara Islam di Irak dan al-Sham (ISIS), yang mengklaim diri sebagai satu-satunya Negara Islam, telah menyatakan bahwa mereka akan menghancurkan Ka'bah di Mekkah, Arab Saudi. APA mengutip anggota ISIS Abu Turab Al Mugaddasi berdasarkan laporan dari media Turki, yang mengatakan di Twitter, "Insya Allah, kita akan membunuh orang-orang yang menyembah batu di Mekkah dan menghancurkan Ka'bah. Orang-orang pergi ke Mekkah untuk menyentuh batu, bukan untuk Allah"
    [Lihat: Media Turki, Tahahaber, "IŞİD Kabe’yi Yıkma Kararı Aldı", tanggal 30 Jun 2014, jam 01:26:40. juga APA: "ISIS: We will ruin the Kaaba after capturing Saudi Arabia", 30 Juni 2014 12:15, FoxNews: "ISIS menghancurkan kuil dan masjid, mungkin menargetkan Mekkah", 10 Juli 2014 dan Huffington Post: "Reported ISIS Member Says They Will Destroy The Kaaba In Mecca, 'Kill Those Who Worship Stones'", 2014/07/01. Kebingungan Harun Yahya/Adnan Oktar ketika menerima kabar ini, lihat di sini (1 Juli 2014). Kecurigaan bahwa ini ulah intelejen Yordania atau Saudi :) misalnya di blog ini, NAMUN DEMIKIAN tweet Ulama Syiah, Muhammad Al-Hilli, 28 Juni 2014, jam 08:43, menuliskan, "#ISIS twitter account, confirmed authentic by Saudi Scholar, states the need to destroy the Kaaba!!"]
Terdapat jenis batu lain yang tidak kalah ajaibnya walaupun tidak berkhasiat untuk menghapuskan dosa, di menjelang kiamat kelak, banyak batu yang berkemampuan berpikir, mengenali perbedaan dan mampu berbicara:
  1. Riwayat Salim bin Abdullah Umar - Abdullah bin 'Umar: Kaum Yahudi, nanti akan memerangi kalian. Akan tetapi kalian mengalahkan mereka, kemudian batu pun berkata: "WAHAI MUSLIM, ADA YAHUDI DI BELAKANGKU, BUNUHLAH DIA". [Bukhari no. 3593, Muslim no. 2921, Tirmidzi no.2236, Ahmad no. 5330, 6112, 6151]
  2. Riwayat Abu Hurairah - Rasulullah SAW: “Kiamat tidak akan terjadi sehingga kaum Muslimin memerangi Yahudi, lalu kaum Muslimin akan membunuh mereka sampai-sampai setiap Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon, TETAPI BATU dan POHON ITU BERKATA, "WAHAI MUSLIM, WAHAI HAMBA ALLAH, ADA YAHUDI DI BELAKANGKU, KEMARILAH dan BUNUHLAH IA.’ KECUALI (pohon) gharqad karena ia adalah pohon Yahudi.” [Muslim 41.6985]
Itulah mengapa tidak perlu lagi membawa bebatuan Mekkah kemanapun sebagai wakil sesembahan yang kemudian disembah, tawaf dan bertalbiyah padanya karena semua bentuk penyembahan terpusat pada Kabah, dari manapun, di manapun berada, cukup berpaling dan menyembah pada kabah karena Allah adalah batu yang ada di Kabah []
---------

Uhud, Tempat Allah Kalah

Di Uhud ini,
Allah rupanya kalah agung dibandingkan Hubal, Allah juga gagal melindungi kaum muslim dan bahkan Muhammadpun sampai babak belur berdarah-darah hingga melarikan diri dari medan perang, menghilang ke area pegunungan. Di bawah ini akan kita temukan bahwa yang melindungi Muhammad ternyata baju besi, sekelompok pemanah dan orang yang melindunginya menjauh dari medan perang Uhud dan serangkaian ucapan penyemangat dan janji-janji yang disampaikan Muhammad agar mereka mati-matian berjibaku melindunginya

Ketika di Badar, Rasulluah SAW memberikan dorongan pada Auf bin Harits seperti ini:
    Ibnu Ishaq berkata bahwa Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku bahwa Auf bin Al-Harits anak Afra' berkata, "Wahai Rasulullah, apa yang membuat Tuhan berbahagia dengan hamba-Nya?" Rasulullah SAW bersabda, "Ia tancapkan Tangan-Nya pada musuh tanpa menggunakan baju besi." Kemudian Auf bin Al-Harits melepas baju besinya, membuangnya, mengambil pedangnya, dan menyerang musuh, hingga tewas sahid.(Ibn Ishaq/Hisham, jilid ke-1, bab 117 hal 604)
Kematian Auf, rupanya membekas sangat dalam dalam benaknya, hingga ketika di Uhud, Muhammad sampai memakai 2 lapis baju besi dan mengandalkan bantuan 50 orang pemanah bersamanya:
    Ibnu Ishaq berkata, "..Ketika itu, Abdullah bin Jubair diberi sandi pakaian putih dan jumlah pasukan pemanah adalah lima puluh orang. Rasulullah SAW bersabda kepada Abdullah bin Jubair, 'Lindungi kami dari pasukan berkuda orang-orang Quraisy dengan anak panah kalian...hendaklah engkau tetap diposisimu. Kita tidak akan didatangi dari belakangmu! Rasulullah SAW merapatkan kedua baju besinya..." (Ibn Ishaq/Hisham, jilid ke-2, bab 136 hal 28)
Jika di perang Badar, konon Malaikat saja ikut berperang, dan jumlahnya sampai 1000 (AQ 8.9) namun rupanya Allah sangat percaya diri di Uhud ini, dikatakan mereka juga hadir di Uhud ini, namun hanya sebagai cheerleaders:
    Ibnu Ishaq berkata bahwa orang yang tidak aku ragukan kejujurannya berkata kepadaku dari Misqam dari Ibnu Abbas RA yang berkata, "Para malaikat tidak ikut perang di selain Perang Badar. Pada perang-perang selain Perang Badar, mereka menjadi penambahan jumlah dan tidak ikut bertempur secara langsung."(Ibn Ishaq/Hisham, jilid ke-1, bab 117, hal 609-610)
Di Perang Uhud ini, Muhammad SAW berhasil membunuh Ubayy Bin Khalaf dengan tangannya sendiri:
    (dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.…) [8:17]. 'Abd al-Rahman ibn Ahmad al-'Attar - Muhammad ibn 'Abd Allah ibn Muhammad al-Bayya' - Isma'il ibn Muhammad ibn al-Fadl al-Sha'rani - Kakeknya - Ibrahim ibn al-Mundhir al-Hizami - Muhammad ibn Fulayh - Musa ibn 'Uqbah - Ibn Shihab - Sa'id ibn al-Musayyab - Ayahnya berkata: "Pada hari perang UHUD..Rasullullah SAW melihat tulang selangka (clavicle) di sela baju besi Ubayy, dan ia tikam itu dengan tombak. Tidak ada darah keluar pada lukanya namun Ubayy jatuh dari kudanya dan patah tulang rusuk..Ubayy kemudian wafat sebelum mencapai Mekkah Dan Allah menurunkan ayat ini.

    Safwan ibn 'Amr - 'Abd al-Rahman ibn Jubayr sehubungan dengan hari penaklukan Khaybar, Rasullullah SAW, meminta sebuah busur, dan mereka bawakan busur yang panjang. Ia berkata, "Ambilkan yang lain" dan Ia dibawakan sebuah busur yang pegangannya sebesar kepalan orang. Rasullullah SAW kemudian melepaskan sebuah panah ke arah benteng, mengenai dan membunuh Kinannah bin Al-Huqayq yang saat itu sedang ada dipembaringannya, dan allah menurunkan ayat ini..[Asbab Al-Nuzul, Al-Wahidi AQ 8.17, juga lihat GF Haddad]

    Note:
    Dalam "The Life of Muhammad", A Translation of Ibn Ishaq Sirat Rasul Allah, A. Guillaume, hal.403, disebutkan Di perang Uhud ini ada 2 orang dari Bani Jumah yang dibunuh Nabi SAW:

    ..Dari B. Jumah b.'Amr: 'Amr b.'Abdullah b.'Umayr b.Wahb b.Hudhafa b.Jumah dikenal dengan Abu Azza yang dibunuh rasullullah ketika menjadi tawanan dan Ubayy b.Khalaf b.Wahb b.Hudhafa b.Jumah yang rasul bunuh dengan tangannya sendiri..

    Khusus tentang Abu Azza/Abu Izzah Al-Jumahi, di Sirat Nabawiyah Ibn Ishaq/Hisyam, jilid ke-2, oleh penterjemah berbeda (penerbit: Darul falah):

    Bab 145, hal.70 disampaikan:
    Muhammad SAW menyuruh orang memenggal Abu Azza ketika dirinya menjadi tawanan sewaktu Abu Azza minta dirinya dibebaskan, masalahnya Ibn Hisyam menyampaikan 2 riwayat yang tidak singkron mengenai alasan dan juga siapa yang memenggalnya, yaitu dari riwayat Abu Ubaidah, yang memenggal adalah Zubair namun dari riwayat Sa’id bin Al-Musaiyyib yang memenggal adalah Ashim bin Tsabit.

    Ibnu Hisyam berkata, "Abu Ubaidah berkata kepadaku bahwa sebelum pulang ke Madinah, Rasulullah SAW menangkap...dan juga Abu Izzah Al-Jumahi. Tadinya Rasulullah SAW menawan Abu Izzah Al-Jumahi di Perang Badar, kemudian membebaskannya. Abu Izzah Al-Jumahi berkata, ‘Wahai Rasulullah, bebaskan aku!’ Rasulullah SAW bersabda. ‘Tidak, demi Allah, engkau tidak lagi bisa membasuh kedua sisi badanmu di Makkah dan tidak lagi bisa berkata, ‘Aku telah menipu Muhammad 2x. Penggal lehernya, hai Zubair.’ Zubair pun memenggal kepala Abu Izzah Al-Jumahi.”

    Ibnu Hisyam berkata, “Aku mendengar dari Sa’id bin Al-Musaiyyib yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada Abu Izzah Al-Jumahi, ‘Sesungguhnya orang Mukmin tidak bisa disengat dari satu lubang hingga 2x. Penggal kepalanya, hai Ashim bin Tsabit.’ Ashim bin Tsabit pun memenggal kepala Abu Lzzah Al-Jumahi.”

    Di bab 136, hal.23, disampaikan alasan Abu Azza bergabung dengan kaum mekkah melawan Muhammad:

    Ibnu Ishaq berkata, "Abu Izzah Amr bin Abdullah Al-Jumahi dibebaskan tanpa tebusan oleh Rasulullah SAW di Perang Badar, karena miskin dan mempunyai tanggungan keluarga yang banyak. Pasca Perang Badar, ia berkata, 'Wahai Rasulullah, aku orang miskin dan mempunyai tanggungan keluarga yang banyak seperti engkau ketahui, maka bebaskanlah aku, mudah-mudahan Allah memberi shalawat dan salam kepadamu.' Rasulullah SAW membebaskan Abu Izzah Al-Jumahi. Beberapa hari sebelum Perang Uhud, Safwan bin Umayya (w. 41 AH/661 M) berkata kepada Abu Izzah Al-Jumahi, "Hai Abu Izzah, engkau penyair, oleh karena itu, bantulah kami dengan lidahmu dan keluarlah bersama kami!' Abu Izzah Al-Jumahi menjawab, 'Sesungguhnya Muhammad telah membebaskanku dan aku tidak ingin membantu orang-orang yang hendak memeranginya.' Safwan bin Umayya berkata, 'Bantulah kami dengan dirimu. Demi Allah, jika engkau tidak terbunuh maka aku berjanji akan membuatmu kaya dan jika engkau terbunuh maka anak-anak perempuanmu mendapat jatah seperti jatah anak-anak perempuanku di saat sulit dan mudah.' Akhirnya Abu Izzah Al-Jumahi berangkat dalam rombongan orang-orang Tihamah dan mengajak orang-orang Bani Kinanah.."

    Tampaknya Abu Azza dibunuh bukan karena fisiknya digunakan memerangi muslim namun karena dirinya adalah penyair dan miskin sehingga tidak akan ada yang membayar tebusannya. Jadi tanpa diberi kesempatan di ajak untuk masuk Islam, Ia dibunuh.
Kemudian,
Pertahanan para Muslim jebol dan rupanya 2 baju besi Muhammad juga tidak cukup dan hampir saja Ia terbunuh:
    Ibnu Hisyam berkata, Rubaih bin Abdurrahman bin Abu Sa’id Al-Kudhri berkata dari ayahnya dari Abu Sa’id Al-Kudhri bahwa di Perang Uhud:

    1. Utbah bin Abu Waqqas melempar Rasulullah SAW hingga memecahkan gigi antara gigi depan dengan gigi taring sebelah kanan bagian bawah dan melukai bibir bawah beliau.[Kejadian ini menarik mengingat Allah berkata di AQ 8.17, "..dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.…", tampaknya Allah saat itu, sedang kebingungan, karena beliau malah melempar rasulNya sendiri]
    2. Abdullah bin Syihab Az-Zuhri melukai kening Rasulullah SAW.
    3. Ibnu Qami’ah melukai bagian atas pipi yang menonjol hingga dua rantai besi perisai masuk ke dalam bagian atas pipi beliau
    4. Rasulullah SAW terperosok ke salah satu lubang yang dibuat Abu Amir agar kaum Muslimin terperosok ke dalamnya tanpa sepengetahuan mereka..(hal 42-43)
Di samping baju besi dan 50 orang pemanah, Ia pun masih dilindungi oleh 9 orang lagi:
    Anas b. Malik berkata (ketika musuh berada di atas angin) pada hari Perang Uhud, Rasulullah SAW ditinggalkan dengan hanya tujuh orang dari Ansar dan dua orang dari Quraisy. Ketika musuh maju ke arahnya dan kewalahan, ia berkata: Siapa saja yang dapat menjauhkan musuh dari kita akan mendapat surga atau akan menemaniku di surga. Seorang pria dari Ansar maju ke depan dan berjuang sampai ia terbunuh. Musuh maju dan kewalahan lagi dan Ia mengulangi kata-kata: Siapa saja yang dapat menjauhkan musuh dari kita akan mendapat surga atau akan menemaniku di surga. Seorang pria dari Ansar maju ke depan dan berjuang sampai ia terbunuh. Keadaan ini berlanjut hinga satu persatu ke-7 orang Ansar itu tewas (Hadis Muslim 19.4413)

    Note:
    Mereka tidak akan pernah menyangka ketika Allah dan rasulnya menjanjikan surga yang kekal (misal: AQ 3.136,198; AQ 4.13, 57, 122; AQ 5.85, 199) ternyata kekekalannya pun hanya sebatas "selama ada langit dan bumi" [AQ 11.106-108]
Menariknya,
Muhammad sendiri tidak tertarik dan menghidari Surga di saat itu. Dan malah, seorang yang bernama Abu Dujana, juga melindunginya, padahal sebelumnya, gaya jalannya saja sempat Rasullulah komentari seperti ini, "Sesungguhnya gaya jalan seperti ini adalah gaya jalan yang dibenci Allah kecuali gaya jalan seperti itu di tempat ini" (Ibn Ishaq/Hisham, jilid ke-2, bab 136 hal 30), Ia yang dikomentari itu mengorbankan diri dan membentengi Muhammad dari hujan panah musuh:
    Abu Dujanah membentengi Rasulullah SAW hingga panah mengenai punggungnya..banyak sekali panah yang mengenai dirinya. Sa’ad bin Abu Waqqash berkata, ‘Sungguh aku lihat Rasulullah SAW mengambil anak panah untukku sambil bersabda, ‘Lemparlah, ayah-ibuku menjadi tebusannya.’” (Ibn Ishaq/Hisham, jilid ke-2, bab 136 hal 44-45)

    Tafsir Ibn kathir AQ 3.149-153:
    Sa`id bin Al-Musayyib berkata, "Ku dengar Sa`d bin Abi Waqqas berkata, Rasullulah memberiku panah-panahnya dari tempat anak panahnya pada saat di peristiwa Uhud dan berkata, `Tembak, Biar ku korbankan Ayah dan ibuku untuk mu.''' Al-Bukhari juga mengkoleksi hadis ini. Dua hadis menyatakan bahwa Sa`d bin Abi Waqqas berkata, "Pada saat di peristiwa Uhud, Aku melihat dua lelaki memakai baju putih, satu di kanan nabi dan satunya di kiri, yang sedang bertahan dengan kuatnya. Ku tak pernah melihat pria-pria ini sebelum dan sesudah hari itu.'' Artinya malaikat Jibril dan Mika'il
Cilakanya ucapan Muhammd saat itu adalah ucapan kosong belaka, karena ayah dan Ibu dari Nabi tidaklah di Surga namun di neraka..karena kafir.
  1. Riwayat Musa bin Isma'il - Hammad - Tsabit - Anas: Seorang laki-laki bertanya, "Ya Rasulullah! Di manakah ayahku?" beliau menjawab, "Di Neraka!" [Abu Dawud no.4095/41.4700]. Ketika orang itu pergi, beliau memanggilnya seraya berkata, "Sesungguhnya bapakku dan bapakmu di neraka" [Muslim no.302/1.398 (Riwayat Abu Bakar bin Abu Syaibah - Affan - Hammad - Tsabit - Anas). Ahmad no.11747, 13332, Juga "Qaa'idatun Jalilah At-Tawassul wal Wasilah", Cetakan 1977, Hal.8, Lahore-Pakistan, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah]

  2. "Riwayat Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Zuhair bin Harb - Muhammad bin Ubaid - Yazid bin Kaisan - Abu Hazim - Abu Hurairah: Nabi SAW menziarahi kubur ibunya, lalu beliau menangis sehingga orang yang di sekelilingnya pun ikut menangis. Kemudian beliau berkata: "Aku mohon izin Rabb-ku untuk memintakan ampunan baginya, namun tidak diperkenankanNya, dan Aku meminta izin untuk menziarahi kuburnya lalu diperkenankanNya. Karena itu, berziarahlah kubur karena akan mengingatkan kalian akan kematian" [Muslim no.1622/4.2130, 1621/4.2129, Abu Daud no.2815/20.3228, Nasa'i no.2007/3.21.2036, Ibnu Majah no.1561/1.6.1572, Ahmad no.9311, Baihaqi (4/76). Tafsir Ibnu Katsir jilid 2 hal.393-395]

  3. Riwayat Hasan bin Musa dan Ahmad bin 'Abdul Malik - Zuhair - Zubaid bin Al Harits - Muharib bin Ditsar - 'Abdullah bin Buraidah - ayahnya: Kami bersama Nabi SAW, beliau singgah di tempat kami, saat itu beliau bersama sekitar seribu tentara berkuda, beliau shalat dua rakaat kemudian beliau menghadapkan wajah ke arah kami bercucuran air mata. Umar bin Al Khaththab menghampirinya berkata: Wahai Rasulullah! Ada apa denganmu? Rasulullah SAW berkata: "Aku memintakan ampunan untuk ibuku pada Rabbku AzzaWaJalla tapi Ia tidak mengizinkanku, aku pun bercucuran air mata karena iba padanya dari Api (Neraka) (مِنْ النَّارِ)" [Ahmad no.21925, Ibnu Abi Syaibah, Hakim (1/376), Ibnu Hibban (no. 791), Baihaqi (4/76) dan Tirmidzi]

  4. Juga dari 2 (dua) hadis mursal di bawah ini, sebagai asbabunuzul AQ 2.119,

  5. "Sesungguhnya Kami telah mengutusmu dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka"

    Hadis Mursal:
    Rasulullah SAW: "Betapa inginnya aku tahu nasib ibu bapakku." Maka turunlah ayat (AQ 2.119). Rasulullah SAW tidak menyebut-nyebut lagi kedua ibu bapaknya hingga wafatnya [Riwayat Abdurrazzaq dari atTsauri - Musa bin 'Ubaidah - Muhammad Ibnu Ka'b al-Qarzhi]
    Rasulullah SAW pada suatu hari berdoa. "Di mana kedua ibu bapakku kini berada?" Maka Allah turunlah ayat (AQ 2.119) [Riwayat Ibnu Jarir - Ibnu Juraiz - Dawud bin Abi 'Ashim]
Setelah mengorbankan banyak orang,
Muhammad berhasil melarikan diri mencari selamat dari perang dahsyat ini dan menghilang ke gunung Uhud bersama kawanannya:
    Kemudian beliau pergi ke jalan ke Gunung Uhud bersama mereka dengan dikawal Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Kaththab, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Az-Zubair, Al-Harits bin Ash-Shammah, dan beberapa orang lainnya dari kaum Muslimin.” [hal. 46] mendakinya dalam keadaan badan mulai lemah, dan mengenakan baju besi di depan dan belakang badannya. Beliau berusaha mendaki gunung tersebut, namun gagal, kemudian Thalhah bin Ubaidillah duduk di bawah beliau dan berdiri dengan beliau hingga beliau berdiri tegak. Ketika itulah Rasulullah SAW – seperti dikatakan kepadaku oleh Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Az-Zubair dari ayahnya dari Abdullah bin Az-Zubair dari Az-Zubair—bersabda, “Thalhah wajib masuk surga.’ (hal.47)
Saat itu, mundurnya Nabi dan pasukannya jelas tidak sedang bersiasat, dan ini menarik, karena di perampokan Badar (17 Ramadhan 624 M), bukankah Allah telah menurunkan larangan melarikan diri dari pertempuran?
    "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur)" [AQ 8.15]. "Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam.."[AQ 8.16]

    Note:
    Dalam sunan Abu Dawud, sunan an-Nasa’i, Mustadrak al-Hakim, Tafsir Ibnu Jarir dan Ibnu Mardawaih, dari Abu Sa’id, bahwasanya ia berkata dalam ayat ini: waman yuwallihim yawma-idzin duburahu (Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu.) “Sesungguhnya ayat ini diturunkan pada ahli Badar (orang ikut perang Badar)” [Lubaabut Tafsiir Min Ibni Katsiir juz 9, Pentahqiq: DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh, Cet -1, Tahun 1994, Jilid 4, hal.21]
..dan luka yang di deritanya ini juga membangkitkan Murka Allah:
    Beliau membersihkan darah dari wajahnya dan menyiramkan air tersebut ke kepalanya sambil bersabda, ‘Allah sangat marah kepada orang melukai wajah nabinya’.”(hal.48)
Sangat wajar jika Allah marah, bagaimana tidak?
Muhammad, Rasullulah yang perkasa ini telah memakai 2 lapis baju besi, sekumpulan orang sudah mengorbankan diri mati satu persatu agar Ia selamat kabur dari medan perang, belum lagi dengan tambahan 2 personel malaikat (jibril dan mikael) yang ada di sisi kanan dan kirinya turut serta tapi masih saja Muhammad terluka parah dan kalah padahal ketika di Badr, yaitu ketika berhasil merampoki karavan quraish dan jelas bukan dalam kondisi berhadap-hadapan, Allah bicara seperti ini:
    karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya; dan barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya. (AQ 8.13)
Di Uhud ini,
Muhammad, Rasul Allah yang perkasa, malah terluka di wajah terkena lemparan batu yang entah kenapa dua malaikat yang ada di sisi kanan dan kiri Muhammad dan tentunya juga Allah bisa-bisanya luput menangkap batu itu dan juga banyak muslim yang terbunuh serta termutilasi.
    Ibnu Ishaq berkata, “Hindun binti Utbah dan wanita-wanita Quraisy lainnya mencincang-cincang korban dari sahabat-sahabat Rasulullah SAW – seperti dikatakan kepadaku oleh Shalih bin Kaisan – dan memotong telinga-telinga dan hidung-hidung mereka. Bahkan, Hindun binti Utbah menjadikan telinga-telinga dan hidung-hidung korban dari para sahabat sebagai gelang kaki dan kalung, sedang gelang kaki, kalung, dan cincinnya ia berikan kepada Wahsyi budak Jubair bin Muth’im. Tidak cukup itu, Hindun binti Utbah membelah hati Hamzah bin Abdul Muththalib, mengunyah, dan ingin menelannya namun tidak mampu, kemudian memuntahkannya...Setelah itu, Hindun binti Utbah naik ke atas batu yang tinggi, kemudian berteriak dengan suara terkerasnya,

    Kami balas kemenangan kalian di Badar
    Dan perang demi perang tetap menyala
    Aku tidak bisa bersabar atas kematian Utbah,
    Saudaraku, pamanku, dan anak sulungku
    Aku telah menyembuhkan diriku dan melaksanakan nadzarku
    Engkau telah menyembuhkan kemarahan hatiku, hai Wahsyi
    Aku berterima kasih kepadamu, hai Wahsyi, sepanjang umurku
    Hingga tulang belulangku remuk di kuburanku

    Aku sembuhkan sakitku dengan Hamzah di Uhud
    Ketika aku belah perut dari hatinya
    Itu semua menghilangkan sengatan kesedihan dariku
    Perang menghujani kalian dengan kucuran deras hujan yang dingin
    Kami maju kepada kalian bak singa-singa’.
Apa yang terjadi berikutnya adalah menciptakan serangkaian alasan penjelasan tentang kekalahan di Uhud sebagaimana termaktub dalam surah Al Imran. Alasan yang paling mantap yang Allah sampaikan adalah mengulangi lagi ide Abu Sufyan bahwa kalah/menang bergiliran dan juga tambahan dari allah yang juga unik adalah kekalahan ini merupakan ujian dari Allah:
    Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) (AQ 3.140) Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik.(AQ 3.167)"
Entah kenapa,
tidak seorangpun yang bertanya, "koq bisa-bisanya Allah yang maha tahu ini sampai tidak lagi berkemampuan membedakan mana yang kafir dan yang bukan dan/atau mana yang munafik dan yang bukan?", Bukankah jelas-jelas Allah sendiri menyatakan bahwa, "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya"?? [AQ 14.4, 16.93, 35.8, 13.27] [] []
---------

Allah TIDAK mahatahu

Pasca peristiwa Uhud, Tuhannya Muhammad memang TIDAK mahatahu: "..waliya'lama allaahu alladziina aamanuu (dan supaya Allah tahu/membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) [AQ 3.140]
    Razi dalam tafsirnya menyatakan "pengertian literal dari firman Tuhan, "agar Tuhan tahu" akan menyatakan bahwa Tuhan mengganti [hari-hari] untuk mendapatkan pengetahuan..dan menyampaikan sejumlah ayat lain di mana frasa seperti ini atau serupa muncul...bahwa Hisham b. Al-Hakkam, seorang murid terkenal dari Imam Ke-6 Ja'far al-Sadiq, biasa menyebutkan ayat-ayat itu, untuk menyatakan bahwa Tuhan tidak mengetahui insiden itu sampai terjadinya." [The Qur'an and Its Interpreters, Volume II: The House of 'Imran, Mahmoud Ayoub, hal.330]
Sample lain bahwa Tuhan-nya Muhammad TIDAK mahatahu:
  1. Tidak tahu benar tidaknya Isa berkata "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?" [AQ 5.116]
  2. Tidak tahu apa alasan Iblis: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu termasuk orang-orang yang tinggi?" [38.75-76; AQ 15.32-33; AQ 7.12-13]
  3. Allah sampai mengumpulkan mereka semuanya dan bertanya kepada malaikat: "Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?" [AQ 34.40-41]
  4. "..allaahi waliya'lama almuminiina waliya'lama alladziina naafaquu.." (..agar Allah tahu siapa orang-orang yang beriman dan agar Allah tahu siapa orang-orang yang munafik..) [AQ 3.166-167]
  5. "..liya'lama allaahu man yakhaafuhu bialghaybi.." (..Supaya Allah tahu orang yang takut kepada-Nya, walau Ia tidak melihat-Nya..) [AQ 5.94]
  6. Kepada Musa agar berdakwah ke firaun: "..la'allahu yatadzakkaru aw yakhsyaa" (..mudah-mudahan ia ingat atau takut) [AQ 20:44]
  7. "liya'lama an qad ablaghuu risaalaati rabbihim.." (Supaya Ia (Allah) tahu, bahwa benar rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya..) [AQ 72.28]
  8. "..la'allahu yazzakkaa aw yadzdzakkaru.." (..Mudah-mudahan/barangkali ia ingin membersihkan dirinya atau mendapatkan pengajaran..) [AQ 80.3-4]
  9. tidak tahu bintang-bintang (bahkan lebih besar dari matahari) bukan alat pelempar setan [AQ 67.5] dan tidak akan berjatuhan [AQ 81.2; 82.2]
  10. Tidak tahu bulan tidak bercahaya [AQ 71.16; 10.5; 25.61], dan lainnya
Quran membenarkan kitab-kitab sebelumnya (misal AQ 5.46; 3.3; 61.6), tapi Tuhan kitab-kitab sebelumnyapun memang juga TIDAK mahatahu. [Detail lain, lihat: Agama Langit: Matahari Melintasi Bumi dan Bentuk Bumi adalah Piringan Datar]

Tuhan Perjanjian lama juga TIDAK mahatahu, misal:
bertanya, "Di manakah engkau?", ketika Adam bersumbunyi di antara pohon di taman [Kejadian 3.8-9]; Menyesal dan pilu telah menciptakan manusia di bumi [Kej 6.6, kejadian Nuh]; Perlu turun melihat, apakah benar telah berkelakuan seperti keluh kesah orang atau tidak [Kej 18.20-21, Sodom dan Gomora]; Perlu bertanya "Siapakah namamu?" kepada Yakub [Kej 32.27]; Perlu bertanya, "Siapakah orang-orang yang bersamamu itu?" kepada Bileam [Bilangan 22.9]; Perlu bertanya "Dari mana engkau?", kepada Iblis [Ayub 1.7; 2.2]; bintang-bintang (yang juga matahari, tidak akan jatuh ke Bumi), dijatuhkannya beberapa ke bumi, dan diinjak-injaknya [Dan 8.10]; Tidak tahu saat kaum Israel mengangkat raja dan pemuka [Hosea 8.4], dan lainnya

Tuhan Perjanjian baru, juga TIDAK mahatahu, misal:
Perlu mencobai Yesus [Mat 4.1-10; Mark 1.12-13; Luk 4.1-13]; bertanya, “Siapa yang menjamah jubah-Ku?” [Mark 5.30, Luk 8.45, tapi beda lagi di Mat 9.22]; bertanya "Berapa roti ada padamu?" [Mat 15.34; Mark 8.5]; Ketika lapar, mengapa tidak tahu pohon Ara yang didatanginya tidak berbuah, perlu kecewa dan mengutuknya, tidak tahu bukan musimnya buah ara dan tidak dapat membuatnya berbuah? [Mat 21.18-19; Mark 11.12-13]; Tidaktahu bahwa bintang-bintang ADALAH MATAHARI juga, oleh karenanya TIDAK AKAN berjatuhan dari langit ke Bumi [Mat 24.29; Mar 13.25; Wahyu 6.13, 12.4]; sebagai pengklaim penguasa masa lalu, sekarang dan masa depan, tapi di Getsemani, merasa sedih dan gentar? sampai berdoa yang sama 3x, "Sekiranya mungkin" dan tidak tahu bahwa muridnya akan tertidur? [Mat 26.37-45; Mark 14.32-41]; Merasa kecewa dan tidak tahu bahwa telah ditinggalkan [Mat 27.46; Mark 15.34], dan lainnya

Jadi BOHONG BELAKA klaim mahatahu Allah di PERJANJIAN LAMA (misal: 1 Sam 2.3, Ayub 37.16, 42.2, Mazmur 44.22; 139.4,7-8; Amsal 15.3, Yeremiah 16.1, 23.4); Di PERJANJIAN BARU (misal: KPR 1.24, Ibrani 4.13, 1 John 3.20); dan Di QURAN (misal: Kepada Malaikat: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" [AQ 2:30], kepada Adam: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" [AQ 2.33], kepada Muhammad: "sesungguhnya Tuhanmu, benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan hati mereka dan apa yang mereka nyatakan" [AQ 27:74], "...Dan Allah mengetahui apa yang dalam hatimu. Dan adalah Allah Maha Mengetahui.." [AQ 33:51], "...Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka.." [AQ 48:18], Padahal Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan [AQ 84:23]) []
---------

Allah yang Maha Tak Mampu, Sesembahan Yang Butuh Pertolongan Umat

Di atas sekali telah kita kupas AQ 105.1-5 bahwa kehebatan Allah menjaga rumahnya dari serangan tentara gajah tidak lain hanyalah dongeng belaka.

Secara fakta sejarah,
jangankan untuk menciptakan lalat, bahkan untuk menghindari rumahnya sendiri dari bencana banjir yang sampai merusak, misalnya: Tahun 638, tahun 1039, yang dikabarkan hingga menewaskan 4 000 orang, tahun 1611, tahun 1629, yang menenggelamkan banyak orang dan perlu direkonstrusi ulang pada November 1630, tahun 1941, tahun 2008 dan terakhir tahun 2012, ALLAH bahkan TIDAK BERKEMAMPUAN untuk membuatnya tidak terjadi.

Dalam perjalanan sejarah, Allah tercatat TIDAK SANGGUP menghindari rumahnya dan juga Allah batu hitam dari kerusakan dan pecah oleh manusia.

Sehingga wajar saja quran menyampaikan bahwa pertolongan manusia terhadap Allah sangatlah diperlukan Allah:
    walayanshuranna (وَلَيَنصُرَنَّ) allaahu (اللَّهُ) man (مَن) yanshuruhu (يَنصُرُهُ)..
    dan Sesungguhnya (wala) Allah (allaahu) pasti menolong (yanshuranna) orang (man) yang menolong-Nya (yanshuruhu).[AQ 22:40]

    waliya'lama (وَلِيَعْلَمَ) allaahu (اللَّهُ) man (مَن) yanshuruhu (يَنصُرُهُ) warusulahu (وَرُسُلَهُ) bialghaybi (بِالْغَيْبِ)
    dan supaya (wali) Allah (allahu) mengetahui (ya'lama) siapa (man) yang menolongNya (yanshuruhu) dan (wa) rasul-rasul-Nya (rusulahu) padahal (bial) (allah) tidak dilihatnya (ghaybi). [AQ 57.25]

    yaa ayyuhaa (يَاأَيُّهَا) alladziina (الَّذِينَ) aamanuu (آمَنُوا) in (إِن) tanshuruu (تَنصُرُوا) allaaha (اللَّهَ) yanshurkum (يَنصُرْكُمْ) wayutsabbit (وَيُثَبِّتْ) aqdaamakum (أَقْدَامَكُمْ)
    waHai (yaa ayyuhaa) orang-orang ( alladziina) mukmin/beriman (aamanuu), jika (in) kamu menolong (tanshuruu) Allah (allaaha), akan menolong kalian (yanshurkum) dan meneguhkan (wayutsabbi) kedudukan2 kalian (aqdaamakum). [AQ 47.7]
Setelah wafatnya Muhammad, yaitu setelah perang Karbala yang menewaskan Husain (cucu Muhammad), yaitudisekitar 63 H/683 M, Yazid bin Mu'awiyah (681-683) mengerahkan pasukan yang dipimpin Husain bin Numair menuju Medina dan menghancurkan mesjid Nabi, kemudian di 64 H/683M menuju ke Mekkah, dengan meriam/manjaniq, menghancurkan 4 tembok kabah, membunuh ribuan muslim yang protes [1 atau 2, 3], membuat Kabah terbakar api dan Hadjar Aswad pecah menjadi 3 bagian [The New Encyclopedia of Islam, Cyril Glassé, hal.245. Tabari Vol.19, hal.223-225: Sudut Yamani pecah 3 bagian].

Ibn Zubayr lah orang pertama, setelah menyatukan pecahan hajar aswad tersebut dan kemudian membingkainya dengan PERAK. Menariknya ada Fatwa Syaikhul Islam Nawawi bahwa penggunaan tempat yang terbuat dari emas dan perak adalah Haram:
    "ويحرم تزيين الحوانيت والبيوت والـمجالس بأواني الذهب والفضة على المذهب الصحيح المشهور"
    ["Dan adalah terlarang (haram) untuk mendekorasi pasar-pasar, rumah, bangunan, majalis (tempar berkumpul termasuk urusan religi) dengan awani (al-Qāmūs al-Muhīt: "كل ظرف يمكن أن يستوعب غيره" -Tiap tempat atau wadah yang mengelilingi sesuatu diluarnya”) dari emas dan perak.."[Imam Ash-Shafi'i]
Pembingkaian ini makin mengukuhkan bentuk hajar aswad menjadi seperti YONI tradisi India yang merupakan objek ritual pemujaan Ibu Devi Kali (Maa batakali)!

Zubayr juga menambahkan dekorasi batuan di pojokan Yamani, sebagaimana disampaikan fatawa no.20425:
    Dalam buku Al-Tarikh al-Qadiem li Makkah wa Bayt-Allah il-Karim (Sejarah lampau Makkah dan bayt Allah) oleh Muhammad Tahir al-Kurdi al-Makki (vol. 3, p. 256), di katakan bahwa batu di sudut Yemeni (al-Rukn al-Yamaani) berawal dari saat ketika ‘Abd-Allaah ibn al-Zubayr membangun ulang Ka’bah, dan itu tetap hingga masa kita sekarang, dan setiap orang yang membangun ulang Ka’bah membiarkan batu ini tetap di situ. Dikatakan bahwa pada 1040 AH, di masa Sultan Murad IV, yang membangun ulang Ka’bah, ujung dari batu di sudut ini PECAH dan diberikan cairan besi di sini, dan sebelumnya pecahan dari batu itu disatukan dengan menggunakan perekat dan paku, di jaman Fatimid
Setelah serangan dari Yazid yang merusak Kabah, Zubayr kemudian merobohkan Kabah hingga rata tanah dan membangunnya ulang. Ia tambahkan pintu di barat dan timur, meninggikan bangunan.
    Konon dijaman ibrahim ukuran PxLxT kabah adalah sebagai berikut:

    Tinggi: 9 hasta (4.5 m) dan TANPA ATAP.
    Panjang ke-1 antara rukun Aswad (timur) - rukun Syami/syiria (utara) = 32 hasta (16 m) yang di sisinya terdapat Hijr Ismail.
    Lebar ke-1 antara rukun Syami/Syiria (utara) - Gharbi (Barat): 22 hasta (11 m).
    Panjang ke-2 antara rukun Gharbi (barat) - rukun Yamani (selatan): 31 hasta (15.5 m).
    Lebar ke-2 antara rukun Yamani (Selatan) - rukun Aswad (timur): 20 hasta (10 m)

    Pada jaman pra islam, yaitu dijaman Qusay bin Kilab, tingginya bertambah 9 hasta menjadi totalnya 18 hasta (9 m) dan di buat atap. Panjang dari arah hijr Ismail di potong 6 hasta.

    Pada jaman Zubayr (64 H/683 M), tingginya ditambah lagi 9 hasta sehingga totalnya menjadi 27 Hasta (13.5 m) hingga hari ini. Pintu kabah menjadi 2 buah berdiri di atas tanah dan MENAMBAHKAN lagi 6 Hasta yang di potong Qusay bin Kilab.
Pada tahun 692,
Kalifah Abdul malik ibn Marwan mengirim pasukan yang di pimpin Al Hajjaj bin Yusuf ke Mekkah dan berhasil membunuh Ibn Zubayr. Tafsir Ibn Kathir menuliskan bahwa Hajjaj bersurat kepada Ibn Marwan melaporkan bahwa Ibnu Zubair telah menambahi panjang dan merubah Ka'bah. Ibn Marwan tidak senang atas tindakan Zubayr memerintahkan Hajjaj untuk merombak ulang menjadi seperti model sebelumnya. Pada 74 H/694H, Hajjaj membuang 1 pintu (arah barat), menaikkan kembali pintu timur, memotong lagi arah hijr Ismail sebanyak 6 hasta sehingga bangunan itu kembali seperti model quraish [link dan link]

Pada Rabu 19 Sya'ban 1039 H/1629 M,
Mekkah dan sekitarnya mengalami hujan deras yang berakibat banjir setinggi 2 meter dari pegangan pintu Ka'bah dan membuat dua sisi tembok bagian rukum syam (utara)runtuh dan tembok timur sampai pintu Al Syami tidak bersisa kecuali tiang pintunya. Tangga ke atap Ka'bah ikut runtuh. Pada 1040 H/1630 M, Sultan Murad IV memerintahkan pembangunan ulang Ka'bah.
    Imaam Ibn ‘Illaan Al-Makki menyaksikan kejadian ini dan menyampaikan detail pembangunan ini. Ia MELIHAT BATU HAJAR ASWAD dan berkata,

    "warna batu yang menempel pada DINDING KABAH adalah SEPUTIH SEPERTI BATU Al-Maqaam. panjangnya adalah 1/2 hasta dan lebarnya 1/3 hasta. BEBERAPA BAGIAN HILANG sekitar 1 Qirat dan ketebalannya 4 qirat dan terdapat PENGIKAT PERAK SEKELILINGNYA…dan batu itu BERISI 13 PECAHAN; 4 diantaranya BESAR dan sisanya kecilan. sebuah campuran di buat untuk merekatkan pecahan itu"

    Muhammad Taahir Al-Kurdi (d. 1400 A.H.), sejarahwan dan seorang ahli KALIGRAFI, menyampaikan:

    "Bagian terlihat dari batu item tersebut di jaman kita [pertengahan abad ke-14 H] yang kita sentuh dan cium berisi 8 PECAHAN KECIL dengan variasi ukuran, pecahan terbesar adalah seukuran kurma. mereka memecahkan batu ini selama agresi. 50 TAHUN LALU [permulaan abad ke-14H], terdapat 15 PECAHAN. Namun, berkurang karena modifikasi dari BINGKAI batu hitam. Pecahan menjadi semakin kecil dan tipis yang dicampur dengan lilin, MUSK dan amber dan ditempatkan di batu"

    Pernyataan di atas di konfirmasi oleh ‘Ubayd Al-Hal Al-Kurdi, pengarang "Al-Ka'bah Al-Mu‘aththamah wal-Haraman Ash-Sharifan", Sejarahwan saat perluasan Masjidi Haram dan Mesjid Nabi dan restorasi Ka'bah. Ia menyatakan di bukunya yang terbit di 1419 H/1999 M bahwa batu hitam itu tidak dapat digambarkan karena hanya 8 pecahan yang terlihat dan kemudian mengutip narasi Al-Kurdi. [The Black Stone - II]
Di mana pecahan lainnya?

Dalam perjalanan waktu, Allahuakbar sang batu item itu ter-mutilasi, pecah menjadi beberapa bagian. 6 Pecahan, sekurangnya di klaim ada di Turki. Ini memungkinkan karena kekaisaran Turki pernah berkuasa hingga meliputi Saudi Arabia dan tampaknya di masa itu, mereka membawa ke Turki, oleh-oleh berupa: Pedang, busur, jubah nabi, Gigi, jenggot, rambut nabi (1800 mesjid dan musium Topkapi menyimpan beberapa helai jenggot nabi) dan tentu saja beberapa pecahan Allahuakbar sang batu hitam:
  1. satu pecahan ada di turbe (makam) Sulaiman I, Masjid Süleymaniye (dibangun: 1550, selesai: 1558) oleh penguasa ottoman, sulaiman 1 (1520 - 1566).

    Makam/mesjid ini sempat mengalami kerusakan karena api tahun 1660 dan diperbaiki Sultan mehmet IV (1648-1687), juga bagian kubah sempat runtuh karena gempa 1766

  2. satu pecahan ada pada mihrab (bagian pada masjid/mushalla tempat imam memimpin salat, yaitu arah Qiblat: tempat menyembah(AQ 10.87)) Masjid Biru (dibangun:1609, selesai:1616) oleh Raja Ahmed 1 (1603 - 1617).

    Besaran potongan ini sekitar lebar 20 cm dan tinggi 12 cm, dikelilingi hiasan emas

  3. Empat Pecahan (ukuran 2cm x 1.5 cm) ada di Sokullu Sehit Mehmet Pasa Camii (dibangun:1571, selesai:1572). Arsitek mesjid ini bernama Mimar Sinan (suami dari cucu dari Sulaiman 1), Mesjid ini 37an tahun lebih tua dari mesjid Biru.

    Lokasi Pecahan batu hitam: 1 di atas mihrab, 1 di atas mimbar sebelah atas, 1 di bawah mimbar bawah dan 1 ada di atas pintu masuk mesjid.

    [lihat gambar: di sini dan di sini]
Pada tanggal 12 Januari 930 M,
sekte Qarmatiah, saat musim haji, menyerang Mekkah membunuhi banyak penduduk dan juga yang berhaji serta mencopot hadjar aswad (batu hitam yang di cium Muhammad dan ditunjuk sebagai "Allahuakbar"). Batu itu dikembalikan 22/23 tahun kemudian (952 M) dalam keadaan patah dan rusak [link dan link], Di laporkan bahwa mereka memaksa calon korban berjalan melintasi dataran Najd, merebut kota dan membantai 30.000 yang berhaji. Pada sumur zam-zam, mayat-mayat dimasukan ke dalamnya [link]
    Note:
    Air Zam-zam bukanlah air alami dari mata air alami yang muncul dari retakan tanah dan muncrat sendiri ke permukaan. Air ini muncul secara buatan melalui proses penggalian tanah. Hadis yang menyatakan malaikat menggali bumi dengan tumitnya jelas tidak benar, kejadian penutupan sumur Zam-zam dengan mayat-mayat telah menunjukan bahwa sumur tersebut berdiameter cukup besar. Tampaknya juga telah terdapat perubahan pada kedalaman sumur Zam-zam antara dulu vs sekarang, yaitu dari 5 kaki (1.52 M) dan sekarang menjadi 30.5 M.

    Kedalaman sumur Zam-zam saat ini tercatat tidak kurang dari 30.5 meter dengan internal diameter lubang sumur 1.08 M - 2.66 M. Air zam-zam ini, sebelum sampai ke konsumen, harus melalui serangkaian proses pengolahan berupa filter pasir, filter mikro, disinfektan dengan sinar ultraviolet. Proses kebersihan air, saat ini semakin ditingkatkan lagi menjadi 3 Fase pengolahan [Sumber: Saudi Geological Survey (sgs.org.sa)]
Fatawa no.45643
    Ibn kathir mencatat kejadian penyerbuan sekte qamartiah yaitu pada 317 H, mereka menumpahkan darah yang berhaji di Mesjidil Haram, MEMECAHKAN HAJAR ASWAD dan membawanya ke tempat mereka selama 22 tahun sampai 339 H.

    Fatawa ini juga membantah kisah yang berasal dari tulisan berjudul "Al-Hajar al-Aswad" (Dr. Pervaiz Habibullah)" yang mengutip Jalaal al-Suyooti bahwa seorang Ulama hadis ‘Abd-Allaah ibn ‘Ukaym menyampaikan hadis nabi kepada Abu taahir al-Qamari (pendiri qamartiah): "Batu hitam...TIDAK AKAN TENGGELAM DI AIR dan TIDAK AKAN PANAS TERKENA API..". TIDAK PUNYA DASAR RUJUKANNYA di dalam SUNNAH (Hadis) manapun!
Variasi kisah hoax ini dapat anda temukan juga di buku "Setan Pun Hafal Ayat Kursi", oleh Ustadz Aep Saepulloh hal 218-221:
    Khalifah Muthi Lillah mengutus Abdullah bin Akim menebus batu itu seharga 30.000 dinar

    [Note:
    Fatawa "Can Makkah become Dar Al-Harb?" oleh Imam Hamad Ibn 'Atiq An Nadji dan Shaykh Abu Basir At-Tartusi, hal.13 catatan kaki no.24, 26: Setelah Abu Tahir Al-Qamarti wafat di tahun 331 H, maka di tahun 339 H, anak-anaknya menjual batu itu seharga 50.000 dinar kepada Khalifah Muthi' Lillah].

    Dikisahkan Abdullah bin Akim kemudian menguji keaslian Hajar aswad dihadapan ABU TAHIR AL QUMURTHI. Ketika Abu Tahir tanya darimana Abdullah tahu tentang ini, Abdullah menyampaikan hadis rasul, "...Ia tidak akan tenggelam apabila dimasukkan ke dalam air, tidak akan panas apabila dibakar, dan tidak akan pecah apabila dibenturkan".
Di samping telah disampaikan di atas bahwa hadis ini TIDAK ADA dalam sunnah, problem ke-2 kisah ini adalah Abu Tahir Al-Qurmuthi SUDAH WAFAT (331 H/332 H) SEBELUM Muthi' Lillah menjadi Khalifah (334 H - 363 H/955 M - 984 M). Baru disetelah wafatnya Abu Tahir, yaitu 8 tahunan kemudian, tahun 339 H, anak2nya Abu Tahir-lah yang menjualnya batu itu pada sang Khalifah. Problem ke-3 kisah ini, Batu itu TERBUKTI DAPAT PECAH dan TELAH PECAH 3 bagian sebelum diboyong oleh Abu Tahir.

Muhammad Saa’id Bikdaash penulis jaman sekarang yang hidup di Madinah menyampaikan kisah Sekte Qaarmatiah di "Fadhl Al-Hajar Al-Aswad":

"Di hari senin, 18 Dhul Hijjah, Abu Taahir Al-Qarmati bersama 900 orang menyerbu Masjid Al-Haraam membunuh sejumlah jemaah haji dan menutup sumur Zamzam dengan mayat mereka. ia membunuh 30.000 orang di jalanan mekkah.. Ia mendatangi batu hitam dan memukulnya dengan beliung/sangkur dan membawanya ke kotanya, Hajar, (sekarang Bahrain dan area timur Saudi Arabia).."

Sekte Qamartiah menyimpat batu hitam selama 22 tahun dan membangun kabah baru disana. Setelah kematian Abu Tahir Al-Qarmati (lahir 906 – Wafat 944/332H) karena sebab alami (Heinz Halm, 1996, The Empire of the Mahdi: The Rise of the Fatimids Brill, p.383), yaitu di hari idul adha 339 H, pemimpin qamartiah, Sunbur ibn Al-Hasan Al-Qarmati mengembalikan batu hitam ke mekkah [The Black Stone - II, juga lihat ringkasan sejarahnya di: REPUBLIKA, 12 Maret 2009]

Mengapa Abu Tahir Al Qarmati memutuskan memboyong Batu apung hitam itu ketempatnya?

Kerena ritual pemujaan terhadap batu telah lama dilakukan suku arab sebagaimana disampaikan ibn Ishaq:
    "Ada yang mengatakan bahwa penyebab anak keturunan Ismail menyembah batu ialah jika mereka mengalami kesulitan di Makkah, dan ingin pergi mencari rezki di negeri-negeri lain, mereka membawa salah satu batu dari batu-batu tanah suci Makkah sebagai bentuk penghormatan mereka terhadap Makkah. Jika mereka berhenti di suatu tempat, mereka meletakkan batu tersebut, kemudian thawaf di sekelilingnya persis seperti mereka thawaf di sekeliling Ka'bah..Jika orang-orang Kinanah dan orang-orang Quraisy melakukan talbiyah mereka berkata, "LABBAIKALLHUMMA LABBAIKA. LABBAIKAN LAA SYARIIKA LAKA ILLA SYARIIKUN HUWA LAKA. TAMLIKUHI WA MAA MALAKA (Aku sambut panggilan-Mu ya Allah, aku sambut panggilan-Mu. Aku sambut panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu milik-Mu. Engkau memilikinya dan tidak ada yang memilikinya)." [Sirat Nabawiyah, Ibn Ishaq, Jilid 1, Bab. 10, hal.61]
"Ibn Fahd Al-Makki menyampaikan di buku "It-Haaf al-Wara bi-Akhbaari Ummul-Qura" tentang insiden pada 413 AH, yaitu ‘Ubaydi pemimpin Mesir membujuk 10 orang memindahkan batu item dengan pedang dan beliung menghujamkan 3x pada batu hitam..pecah di tengah permukaan dengan retak di kanan dan kiri dan menyembabkan beberapa pecahan sebesar kuku berwarna kuning tua jatuh ke bawah. [The Black Stone - III]

Isabel Burton dalam buku, "Personal narrative of a pilgrimage to al-Madinah and Meccah", vol.2. hal.168, catatan kaki no.1 mengutip pernyataan Johann Ludwig Burckhardt bahwa di tahun 1674 Masehi beberapa orang MELUMURI HAJAR ASWAD DENGAN KOTORAN, sehingga mereka yang menciumnya berakhir dengan janggut yang ternoda kotoran dan tertuduh pelaku yang melakukannya dianggap kaum Persia/syiah.

Hoax lain seputaran hajar aswad, misalnya:
    Encyclopedia Americana menulis: "..Sekiranya orang2 Islam berhenti melaksanakan thawaf ataupun shalat di muka bumi ini, niscaya akan terhentilah perputaran bumi kita ini, karena rotasi dari super konduktor yang berpusat di Hajar Aswad, tdk lg memencarkan gelombang elektromagnetik.

    Menurut hasil penelitian dari 15 Universitas: menunjukkan Hajar Aswad adalah batu meteor yang mempunyai kadar logam yang sangat tinggi, yaitu 23.000 kali dari baja yang ada.."
Pertama,
Tidak ada dimanapun di Encyclopedia Americana yang menyatakan itu. [Silakan Check di sini]. Sebelum manusia ada, bumi ini telah berotasi pada sumbunya.

Kedua,
buku, "Meteorites: A Journey Through Space and Time", Alex Bevan dan John De Laeter hal.14 menyatakan bahwa di tahun 1938, Muhammad Khan, seorang ulama muslim-lah yang secara sepihak menyatakan bahwa batu hitam ini adalah meteorit dan tidak pernah terbukti bahwa batu ini merupakan meteorit. [lihat juga: "New Light on the Origin of the Holy Black Stone of the Ka'ba", Thomsen, E., hal 87-91 dan "Kaaba Stone: Not A Meteorite, Probably an AGATE", Dietz, R. S.; McHone, J., hal 173-179].

karena batu ini sangat disakralkan kaum muslim, di mana setiap orang yang mencongkelnya akan dibunuh dan kemudian pecahan-pecahan hajar aswad ini telah lama tertempel di kabah dalam bingkai perak, maka darimana 15 universitas mendapatkan sample ujinya? dan mengapa tidak pernah ada jurnal manapun yang mempublikasikan hasilnya?

Seandainya hadis di atas tidak hoax, maka dapat mengapungnya batu ini di air dan juga begitu mudah pecahnya batu ini menunjukan bahwa batu ini mempunyai kerapatan rendah, komposisi struktur dan kekerasan batu yang mendekati jenis batu apung biasa dan bukan terdiri dari struktur sejenis besi dengan ketahanan 23.000 x baja.

Sebagai contoh:
skala mohs Intan: 10, Apati: 5. Kekerasan intan: 140.000x, Apati 6.5x. Maka jika ada benda yang di klaim mempunyai kekerasan 23.000x baja, maka alangkah kocaknya batu itu menjadi begitu mudah pecah, bukan?

Dari fakta di atas ini,
dari seluruh ajaran yang ada di muka bumi ini, hanya di ajaran ini saja Allahnya begitu lemahnya sehingga sangat membutuhkan pertolongan manusia untuk membela dan membantunya agar eksis.[]
---------

Allah shalat pada Nabi?

Kata “shalat”, ketika diterjemahkan, artinya menjadi SANGAT TIDAK KONSISTEN. Di quran, dari 99x akar kata "ṣād lām wāw (ص ل و)" digunakan:
  1. HANYA 7x diartikan sebagai "berkat/rahmat/kasih", yaitu di AQ 9.103 ("وَصَلِّ", waṣalli); AQ 33.43 ("يُصَلِّي", yuṣallī); AQ 33.56 ("يُصَلُّونَ", yuṣallūna dan "صَلُّوا", ṣallū); AQ 2.157 ("صَلَوَاتٌ", ṣalawātun); AQ 9.99 ("وَصَلَوَاتِ", waṣalawāti) dan AQ 9.103 ("صَلَاتَكَ", ṣalataka) DAN HANYA 1x diterjemahkan sebagai "BIARA-BIARA YAHUDI”.

    Mereka itulah yang mendapat keberkatan (صَلَوَاتٌ, salawâtun) yang sempurna dan rahmat (وَرَحْمَةٌ, warachmatun) dari Tuhan mereka (رَّبِّهِمْ, rabbihim).. [AQ 2.157]
    … wasalawâtun ("وَصَلَوَاتٌ") wamasâjidu yudzkaru fiihâ ismu allaahi (..dan biara-biara Yahudi dan masjid-mesjid yang menyebut di dalamnya nama Allah [AQ 22.40]
    Dialah yang memberi rahmat ("يُصَلِّي",yuṣallī) kepadamu dan malaikat-Nya,.. [AQ 33.43]

    Padahal untuk arti kata = Berkat, di quran sendiri ada akar kata bā rā kāf (ب ر ك) yang muncul 32 x, yaitu bāraka (بَٰرَكَ), tabāraka (تَبَارَكَ), barakāt (بَرَكَٰت), mubārakat (مُّبَٰرَكَة) dan mubārak (مُبَارَك) yang SELURUHNYA KONSTAN diartikan berkat!

    Sedangkan untuk arti kata = Rahmat/kasih, di Quran sendiri ada ratusan kali penggunaan variasi kata raḥima (رَّحِمَ), arḥam (أَرْحَم), raḥmān (رَّحْمَٰن), raḥmat (رَحْمَة), raḥīm (رَّحِيم), marḥamat (مَرْحَمَة) dan rāḥimīn (رَّٰحِمِين) yang SELURUHNYA KONSTAN diartikan rahmat/kasih

    Sedangkan kata "صَلَوَاتٌ", ṣalawātun (jamak, kata benda), secara ajaib mempunyai 2 arti terjemahan yaitu BERKAT (AQ 2.157) dan juga BIARA-BIARA YAHUDI (AQ 22.40)! sementara itu, ada pula kata muṣallan ("مُصَلًّى", AQ 2.125) yang diartikan tempat untuk shalat atau jika merujuk pada "biara-biara Yahudi" ada kata arab "كنيس" (kaniis) yang dalam bahasa Yahudi adalah "בֵּית הַכְּנֶסֶת" (beyt ha-k’nese) dan untuk gereja "كنيسة" (kaniisa (Jamak) kanaa’is)!

  2. Selebihnya, yaitu 92x-nya KONSTAN diartikan sebagai DOA/SHALAT/TEMPAT SHALAT, sample ayat:

    Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka lalu kamu hendak mendirikan shalat (الصَّلَاةَ, al+salata) bersama-sama mereka..dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang (يُصَلُّوا, yuṣallū), lalu mereka bersembahyang (فَلْيُصَلُّوا, falyuṣallū).. [AQ 4.102] atau "..Malaikat memanggilnya (Zakariya), sedang berdiri melakukan shalat (يُصَلِّي, yusallî) di mihrab" [AQ 3.39]

    "..ḥāfiẓū ʿalā (ال + صَّلَوَاتِ, Al + Salawati) wal-ṣalati al-wus'ṭā../..perliharalah semua shalat kalian dan shalat al wustha.." [AQ 2.238] atau "wa-alladhīna hum ʿalā ṣalawātihim../dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.." [AQ 23.9]

    muṣallan ("مُصَلًّى" → AQ 2.125: Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat)

    ṣallā (صَلَّىٰ, Orang ke-3 tunggal, pria → misal: AQ 75.31; 87.15; 96.10),
    yusalla (يصلى, Orang ke-3, pria tunggal. misal: "صلِّ قبل أن يُصلى عليك" atau shalatlah sebelum anda dishalatkan),
    ṣallū (صَلُّوا, orang ke-2, Pria, jamak. Misal: hadis muslim 1128: "صَلُّوا فِى بُيُوتِكُمْ" Sholatlah di rumah kalian),
    yusallu (يُصَلُّوا, orang ke-3, Pria, jamak. Misal AQ 4.102),
    yuṣallūna (يُصَلُّونَ, orang ke-3, Pria, jamak. Misal Bukhari no. 613: "يُصَلُّونَ جَمِيعًا" / yusalluuna jami'aa / shalat berjamaah),
    ṣalli (صَلِّ, orang ke-3, pria, tunggal. Misal: Hadis Muslim no.1027: "صَلِّ الصَّلاَةَ لِوَقْتِهَا" shalatlah di waktu shalat),
    wa-salli (وَ+صَلِّ → AQ 9.103),
    tu-salli (تُصَلِّ, orang ke-2, tunggal → AQ 9.84),
    al sallata (الصَّلاَةَ → AQ 9.103)
Sekarang lihat bagaimana kaum muslim menterjemahkan 2 ayat di bawah ini yang sama-sama menggunakan kata yuṣallū:
    Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya yusallûna ("يُصَلُّونَ", orang ke-3, maskulin, jamak) pada ("عَلَى", ʿalā) Nabi. Hai orang-orang yang beriman, sallû ("صَلُّوا", orang ke-2, maskulin, jamak) untukNya (عَلَيْهِ, alahi).. [AQ 33.56. Note: Terjemahan Indonesia untuk Arab "yusallûna" dan "sallû" adalah bersalawat]

    VS

    Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka lalu kamu hendak mendirikan shalat ("الصَّلَاةَ", al-ṣalata) bersama mereka,...dan datang golongan yang kedua yang belum shalat ("يُصَلُّوا", yuṣallū, orang ke-3, maskulin jamak), lalu mereka shalat ("فَلْيُصَلُّوا", falyuṣallū, orang ke-3, maskulin jamak)... [AQ 4.102. Note: Terjemahan Indonesia untuk kata yusallû adalah shalat/sembahyang]
Kaum muslim, tentunya tahu problem terjemahan kata "ṣallū" di atas, oleh karenanya, mereka pun berdalih bahwa untuk SELAIN Allah berarti mendoakan (ato memberkati) [Tafsir Tabari hal. 237]. Lantas Allah dan Malaikat mendoakannya itu KEPADA apa/siapa lagi? Untuk apa lagi? Bukankah Quran sendiri telah mengatakan bahwa:
    Quran:
    Dan tiap-tiap manusia telah Kami tetapkan takdirnya (thaa-irahu) di lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.[AQ 17.13]
    ...Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat [AQ 37.96]
    Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab sebelum Kami menciptakannya..[AQ 57.22]

    Hadis:
    Riwayat Salamah bin Syabib - Al Hasan bin A'yan - Ma'qil - Abu Az Zubair - Jabir - nabi SAW:

    "TIDAK SEORANGPUN DARI KALIAN YANG DIMASUKAN SURGA OLEH AMALNYA dan TIDAK JUGA DISELAMATKAN DARI NERAKA KARENANYA, TIDAK JUGA AKU KECUALI KARENA RAHMAT DARI ALLAH."

    [Muslim no.5042, 5043, 5037-5041; Bukhari no.5241, no.5982; Ibn Majah no.4191 dan di Musnad Ahmad]

    Riwayat Qa'nabi - Malik - Zaid bin Unaisah - Abdul Hamid bin 'Abdurrahman bin Zaid Ibnul Khaththab - Muslim bin Yasar Al Juhani - Umar Ibnul Khaththab pernah ditanya tentang ayat ini:

    (Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka) -Qs. Al A'raf: 172- Al Qa'nabi membaca ayat tersebut, lalu Umar berkata, "Aku juga pernah mendengar Rasulullah SAW ditanya tentang ayat itu, lalu beliau menjawab; "Sesungguhnya Allah menciptakan Adam,

    lalu ALLAH MENGUSAP PUNGGUNGNYA (sulbi) DENGAN TANGAN KANAN-Nya hingga keluarlah keturunan Adam dari punggungnya. Kemudian Allah berfirman: "AKU MENCIPTAKAN MEREKA UNTUK MASUK SURGA, dan mereka akan beramal dengan amalan-amalan penduduk surga."

    kemudian ALLAH KEMBALI MENGUSAP PUNGGUNG ADAM hingga keluarlah keturunan Adam dari punggungnya. Setelah itu Allah berfirman: "AKU MENCIPTAKAN MEREKA UNTUK MASUK NERAKA, dan mereka akan beramal dengan amalan-amalan penduduk neraka."

    Seorang laki-laki bertanya, "Wahai Rasulullah, lalu untuk apa gunanya beramal?"

    Rasulullah SAW: "Sesungguhnya jika Allah menciptakan seorang hamba untuk masuk ke dalam surga maka Ia akan menjadikannya beramal dengan amalan penduduk surga, sehingga ia mati dengan amalan penduduk surga lalu memasukkannya ke dalam surga.

    Dan jika Allah menciptakan seorang hamba untuk masuk ke dalam neraka maka Ia akan menjadikannya beramal dengan amalan penduduk neraka, sehingga ia mati dengan amalan penduduk neraka lalu memasukkannya ke dalam neraka."

    Riwayat Muhammad Ibnul Mushaffa - Baqiyyah - Umar bin Ju'tsum Al Qurasyi - Zaid bin Abu Unaisah - Abdul Hamid bin 'Abdurrahman - Muslim bin Yasar - Nu'iam bin Rabi'ah: "Aku sependapat dengan Umar Ibnul Khaththab dengan hadits ini, namun hadits Malik lebih lengkap."

    [Abu Dawud no.4081, Juga di Tirmidhi no.3001 (Hasan), 3002 (Hasan sahih). Malik no.1395. Ahmad no. 294, 2157, 17000. Kemudian di hadis Ahmad no. 26216, Riwayat Haitsam - Abu Ar Rabi' - Yunus - Abu Idris - Abu Darda' - Nabi SAW: "Ketika Allah menciptakan Adam, Allah memukul bahu kanan Adam, maka keluarlah keturunan berkulit putih seperti molekul, dan memukul bahu kirinya keluar keturunan berkulit hitam seperti arang, Allah berkata pada yang di bagian kanannya, 'Masuklah ke Surga dan Aku tidak perduli'. berkata pada yang di bagian kirinya, 'Masuklah ke dalam Neraka dan Aku tidak perduli'"]
Ibn Al Athir (1160-1233 M) dalam “Al-Nihaayah fi Ghareeb al-Athar” menyampaikan dengan jelas arti dari kata “Sala’h”:
    الصلاة والصلوات وهي العبادة المخصوصة وأصلها في اللغة الدعاء فسميت ببعض أجزائها وقيل إن أصلها في اللغة التعظيم. وسميت العبادة المخصوصة صلاة لما فيها من تعظيم الرب تعالى.
    Al-Sala’h’ dan ‘Al-Salawaat’: digunakan untuk jenis penyembahan/ibadah tertentu. Asal literalnya adalah doa. Terkadang, 'Sala'h' dirujuk untuk menyebutkan salah satu atau lebih bagian tersebut. Juga dikatakan bahwa asal literal kata tersebut adalah 'untuk memuliakan” dan penyembahan tertentu disebut 'Sala'h', karena membawakan kemuliaan Tuhan. [The Meaning of the Word “Sala’h”, May 19, 2001]
Pendapat Ibn Athir di atas didukung 15 hadis lebih (dikumpulkan oleh Suyuti, Tabarani,dan lainnya, 6 hadis adalah "baik") yang memberikan konfirmasi dari Allah dan Jibril bahwa Allah juga berdoa.

Dalam tafsir Ibn kathir AQ 33.56, kita temukan hadis bahwa Allah juga Shalat/berdoa:
    قَدْ قَالَ اِبْن أَبِي حَاتِم حَدَّثَنَا عَلِيّ بْن الْحُسَيْن حَدَّثَنَا أَحْمَد بْن عَبْد الرَّحْمَن حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَشْعَث بْن إِسْحَاق عَنْ جَعْفَر يَعْنِي اِبْن الْمُغِيرَة عَنْ سَعِيد بْن جُبَيْر عَنْ اِبْن عَبَّاس أَنَّ بَنِي إِسْرَائِيل قَالُوا لِمُوسَى عَلَيْهِ السَّلَام هَلْ يُصَلِّي رَبّك ؟ فَنَادَاهُ رَبّه عَزَّ وَجَلَّ : يَا مُوسَى سَأَلُوك هَلْ يُصَلِّي رَبّك فَقُلْ نَعَمْ أَنَا أُصَلِّي وَمَلَائِكَتِي عَلَى أَنْبِيَائِي وَرُسُلِي فَأَنْزَلَ اللَّه عَزَّ وَجَلَّ عَلَى نَبِيّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " إِنَّ اللَّه وَمَلَائِكَته يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيّ يَا أَيّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا" وَقَدْ أَخْبَرَ سُبْحَانه وَتَعَالَى بِأَنَّهُ يُصَلِّي عَلَى عِبَاده الْمُؤْمِنِينَ فِي قَوْله تَعَالَى " يَا أَيّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اُذْكُرُوا اللَّه ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَة وَأَصِيلًا هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَته"
    Ibnu Abu Hatim - Ali ibnu Husain - Ahmad ibnu Abdur Rahman - ayahku - ayahnya - Asy'as ibnu Ishaq - Ja'far ibnu Mugirah - Sa'id ibnu Jubair - Ibnu Abbas: bahwa Bani Israil berkata kepada Musa a.s., "Apakah Rabb/Tuhan-mu shalat (يُصَلِّي, "yusalli")?" Maka Tuhan berseru pada Musa, "Hai Musa, mereka menanyakan kepadamu, apakah Tuhanmu shalat? Katakanlah, 'Ya. Aku shalat dan para malaikat-Ku pada ("على", 'alā) para nabi dan rasulnNya" dan Allah SWT menurunkan pada Nabinya SAW firman..
Dalam hadis qudsi di bawah ini:
    Kaum Israel berkata pada Musa: Apakah Tuhanmu berdoa? Musa menjawab: Takutlah pada Allah, wahai anak2 Israel! Allah berkata: Wahai Musa! Apakah yang dikatakan kaummu? Musa menjawab: Oh Tuhanku, engkau pastinya telah tahu? Mereka berkata: Apakah Tuhanmu berdoa? Allah berkata: Katakan pada mereka DOAKU bagi para pelayanku yakni ampunanku melebih murkaku. Jika tidak demikian, maka aku telah memusnahkan mereka. [Hadis qudsi no.216]
Hadis di atas merupakan terjemahan Dr Abdul Khaliq Kazi, Professor kajian Islam di Universitas Malaysia, Kuala lumpur, anda dapat download di sini atau di sini (Inggris dan indonesia), hal. 305. Al-Ahadith l-Qudsiyyah dikumpulkan ulang oleh komite untuk Quran dan hadis Majelis tinggi urusan Islam yang diterbitkan di Kairo Mesir yang diekstrak dari 6 kumpulan buku hadis resmi kalangan Sunni, Imam Malik muwatta, dan lainnya.

Contoh hadis lainnya:
    (مجمع الزوائد ومنبع الفوائد: 17612- وعن أبي هريرة قال‏:‏ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم‏:‏ ‏"‏قلت‏:‏ يا جبريل أيصلي ربك جل ذكره‏؟‏ قال‏:‏ نعم، قلت‏:‏ ما صلاته‏؟‏ قال‏:‏ سبوح قدوس سبقت رحمتي غضبي‏)
    Majma' al-Zawa'id wa Manbie al-Fawa'id: 17612- Abu Huraira: Muhammad bertanya pada Jibril, apakah Tuhanmu Berdoa, Jibril menjawab Ya, Lalu Muhammad bertanya bagaimana Ia berdoa?, Jibril berkata: "Terpujilah, Termulia, ampunanku melebihi murkaku" [dari Al Tabarani]

    Dalam Al Sirah Al Halabiyya dari Ibnu Hisham:
    (قلت يا جبريل أيصلى ربك قال نعم قلت وما يقول قال يقول سبوح قدوس رب الملائكة والروح سبقت رحمتى غضبى)
    Aku [Muhammad] berkata, “Wahai Jibril, apakah Tuhanmu berdoa?” Dia berkata, “Ya.” Aku bertanya, “Apa yang dikatakanNya?” “Inilah apa yang dikatakanNya. Dia berkata: ‘Mulia, suci, Tuhan para malaikat dan roh. Ampunanku melebihi amarahku.’”

    Hadis Sahih Tirmidzi, (Aisha Bewley, Riyad as-Salihin, Imam Abu Zakaria Mohiuddin Yahya An-Nawawi, (The Meadows of the Righteous), Book of Knowledge, 241. Chapter: the excellence of knowledge):

      1387. Abu Umama menyampaikan bahwa Rasul Allah berkata, “Allah dan para malaikatnya dan orang2 di surga dan di bumi, BAHKAN para semut dalam bebatuan DAN ikan, BERSHOLAT bagi berkat2 pada orang2 yang mengajarkan kebaikan.”

    Imam Nawawi ini konon merupakan 1 diantara 7 Syaikhul Islam.

    Kemudian,
    Hadis Tirmidhi no.2685 (Abu Isa: hasan gharib):

    عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ قَالَ ذُكِرَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلَانِ أَحَدُهُمَا عَابِدٌ وَالْآخَرُ عَالِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ
    الْفُضَيْلَ بْنَ عِيَاضٍ يَقُولُ عَالِمٌ عَامِلٌ مُعَلِّمٌ يُدْعَى كَبِيرًا فِي مَلَكُوتِ السَّمَوَاتِ
    قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ صَحِيحٌ ← Penilaian Hasan Gharib atas hadis ini oleh Abu Eisa.
    سنن الترمذي كتاب العلم باب ما جاء في فضل الفقه على العبادة

    [Riwayat Abu Umamah al-Bahili:
    .. Kemudian Rasulullah saw berkata: "Sesungguhnya Allah, malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi - bahkan semut di lubangnya, bahkan ikan shalat pada orang yang mengajarkan orang untuk berbuat baik]
Nabi shalat pada Allah wajar.
Pengikut Nabi shalat pada Allah wajar.
Namun di Islam, bahkan Allah + Malaikat pun malah shalat pada Nabi!

Malah, karena manusia SEBELUM LAHIRNYA SAJA SUDAH DITETAPKAN TAKDIRNYA UNTUK MASUK SURGA ATAU NERAKA, MAKA JANGANKAN BERAMAL, BAHKAN BERDOA PUN TIDAK ADA GUNANYA LAGI []
---------

Allah Bersumpah Pada CiptaanNya?

Quran menginformasikan bahwa bersumpah dengan/pada selain Allah adalah dosa besar tak berampun, Ia telah kafir dan berbuat Syirik, karena mengadakan sekutu bagi Allah!

Quran:
"..janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. [AQ 2.22]
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. [AQ 4.48]

Hadis:
Riwayat Qutaibah - Abu Khalid Al Ahmar - Al Hasan bin Ubaidullah - Sa'd bin Ubaidah - Ibnu Umar mendengar seorang laki-laki mengucapkan: "Tidak, demi Ka'bah." Ibnu Umar lalu berkata; "TIDAK BOLEH BERSUMPAH DENGAN SELAIN ALLAH. Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah MAKA IA TELAH KAFIR dan BERBUAT SYIRIK" Abu Isa berkata; "Hadits ini hasan".[Tirmidhi no.1455. Juga di Abu Dawud no.2829. Imam Ahmad no. 5356, 5799, 5800. Ahmad no.311, yaitu: "Dari Abu Sa'id - Israil - Sa'id Bin Masruq - Sa'd Bin 'Ubaidah - Ibnu Umar - Umar berkata; "Tidak, demi bapakku, ". Rasulullah SAW: "Diamlah kamu, sesungguhnya barangsiapa bersumpah dengan sesuatu selain Allah, maka dia telah musyrik"]

Namun, Allah dan/atau "ITU BENAR-BENAR PERKATAAN MUHAMMAD YANG MULIA, wahyu dari TUAN SEGALA ALAM" ternyata malah bersumpah demi/dengan/pada APAPUN JUGA! Misal:
  1. Demi Masa (AQ 103.1),
  2. Demi: kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, kuda yang mencetuskan api dengan pukulan dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi (AQ 100.1-3),
  3. Demi: buah tin dan zaitun (AQ 95.1),
  4. Demi bukit sinai (AQ 95, 2),
  5. Demi Kota (AQ 95.3, 90.1),
  6. Demi kamu (Muhammad) (AQ 90.2),
  7. Demi Bapak dan Anaknya (AQ 90.3),
  8. Demi: matahari sepenggalan naik dan malam apabila telah sunyi (AQ 93.1,2),
  9. Demi: Malam yang telah menutupi,siang apabila terang benderang dan penciptaan laki-laki dan perempuan (AQ 92.1-3),
  10. Demi: matahari dan cahayanya di pagi hari, bulan apabila mengiringinya, siang apabila menampakkannya, malam apabila menutupinya, langit serta pembinaannya, bumi serta penghamparannya, jiwa serta penyempurnaannya (AQ 91.1-7),
  11. Demi: fajar, malam yang sepuluh (ramadhan), yang genap dan ganjil, malam bila berlalu. Pada yang demikian itu terdapat sumpah oleh orang-orang yang berakal. (AQ 89.1-5),
  12. Demi langit dan yang datang pada malam hari, Demi langit dan yang datang pada malam hari (AQ 86.1,11),
  13. Demi: langit dengan bintang-bintang besar/menara penjaga[1], hari yang dijanjikan, yang menyaksikan dan yang disaksikan (AQ 85.1-3),
  14. Demi cahaya merah di waktu senja, malam dan apa yang diselubunginya, bulan apabila jadi purnama (AQ 84.16-18),
  15. Demi: bintang-bintang, yang beredar dan terbenam, malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya, subuh apabila fajarnya mulai menyingsing (AQ 81.15-18),
  16. Demi: yang mencabut dengan keras, lemah lembut, yang turun dari langit dengan cepat, yang mendahului dengan kencang,yang mengatur urusan (AQ 79.1-5),
  17. Demi: malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan, yang terbang dengan kencangnya, yang menyebarkan dengan seluas-luasnya, yang membedakan dengan sejelas-jelasnya, yang menyampaikan wahyu, menolak alasan-alasan atau memberi peringatan (AQ 77.1-6),
  18. Demi: hari kiamat, jiwa yang amat menyesali (AQ 75.1-2),
  19. Demi: bulan, malam ketika telah berlalu dan subuh apabila mulai terang (AQ 74.32,33),
  20. aku bersumpah (uq'simu) dengan Tuhan Yang memiliki (bi rabi) timur dan barat, sesungguhnya Kami (kata sambung in, jamak) benar-benar Maha Kuasa. (Lah, ada berapa tuhan lagi, sehingga ini menjadi jamak?) (AQ 70.40),
  21. Demi: kalam dan apa yang mereka tulis (AQ 68.1),
  22. Demi: bintang ketika terbenam (AQ 53.1), Demi bukit, Kitab yang ditulis, lembaran yang terbuka, Baitul Ma'mur, atap yang ditinggikan, laut yang berisi[2] (AQ 52.1-5),
  23. Demi: yang menerbangkan debu dengan kuat, awan yang mengandung hujan, kapal-kapal yang berlayar dengan mudah, yang membagi-bagi urusan (AQ 51.1-4),
  24. Demi: langit yang beriak[3], (51.7)
  25. Tengkuk[4]. Demi quran yang mulia (AQ 50.1),
  26. Demi Tuhan langit dan bumi (Lah, Allah yang mana lagi sumpah yang Allah SWT tujukan? kenapa Ia tidak katakan demi diriku?) (AQ 51.23),
  27. Pujian dengan pengetahuan/memuliakan[5] Demi Kitab yang menjelaskan (AQ 44.1-2),
  28. Pujian dengan pengetahuan/memuliakan[5] Demi Kitab yang menerangkan (AQ 43.1-2),
  29. Dengan sesungguhnya[5], Demi Al Quran yang agung (AQ 38.1),
  30. Demi yang ber shaf-shaf dengan sebenar-benarnya, yang melarang dengan sebenar-benarnya dan yang membacakan pelajaran (AQ 37.1-3),
  31. O yang mendengar[5] Demi Quran yang penuh hikmat (AQ 36.1-2).
  32. Demi Hidup mu (muhammad ) (AQ 15.72),
  33. DAN YANG PALING MENAKJUBKAN ADALAH SUMPAH ALLAH yang ini: Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat. [AQ 69.38-39]. Sesungguhnya ITU BENAR-BENAR PERKATAAN RASUL YANG MULIA dan bukan perkataannya penyair..dan bukan perkataan tukang tenung.. WAHYU DARI tuannya sekalian alam [AQ 69.40-43)
Allah yang konon maha perkasa ini, gapah sekali mengobral sumpah pada apapun, sehingga, ucapan quran "Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina..". [AQ 68.10] → BUKANKAH, LEBIH COCOK DITUJUKAN PADA beliauNya sendiri?

Al kahfi (18).23-24, menyampaikan alasan mengapa Nabi SAW tidak dapat memberi jawaban esok harinya tapi baru terjadi dalam 15 hari kemudian:
    walaa taquulanna lisyay-in innii faa'ilun dzaalika ghadaan
    [18:23] Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi,
    illaa an yasyaa-a allaahu waudzkur rabbaka idzaa nasiita waqul 'asaa an yahdiyani rabbii li-aqraba min haadzaa rasyadaan
    [18:24] kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah" (jika Allah berkehendak). Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini".
Di ayat ini, Nabi SAW diajari tatacara yang seharusnya dilakukan mahluk yang tidak sempurna dalam melakukan sesuatu, yaitu MEMOHON KEHENDAK YANG MAHA SEMPURNA AGAR BERKENAN, karena, tatacara inipun dilakukan Allah SWT, Ia perlu juga MEMOHON KEHENDAK YANG LEBIH SEMPURNA AGAR BERKENAN:
    laqad shadaqa allaahu rasuulahu alrru/yaa bialhaqqi latadkhulunna almasjida alharaama in syaa-a allaahu aaminiina...
    [48:27] Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman...
Di ayat ini, Allah SWT telah memberi contoh dengan juga memohon kepada Tuhannya, meminta izin kepada Tuhannya, agar berkenan mengabulkan, karena, Allah SWT-pun, adalah juga tidak sempurna. Jadi, masihkah pantas mengklaim diri monotheisme?
---------
Note:
  1. Menurut Al-`Awfi dalam tafsir Ibn kathir utk AQ 15.16-19, Buruj = بُرُوجٍ "merujuk pada 'benteng penjaga'. Ia dibuat jadi 'Bintang jatuh' untuk melindungi dari Iblis yang mencoba mendengarkan informasi dari langit tertinggi. Jika ada syaitan yang menerobos untuk mencuri denganr, sebuah 'bintang jatuh' datang dan menghancurkannya. Ia mungkin lolos dan menyampaikannya pada Syaitan lainnya di bawah[..]". Arti lain buruj (jamak) : Menara, bintang2 besar, yang tampak)

  2. masjuri = الْمَسْجُورِ artinya bukan mendidih

  3. Hubak (tunggal), Hubuk (jamak) artinya adalah riak, gelombang. Hibaka artinya menenun. Jadi kalimat ini untuk menunjukan langit yang berawan seperti riak2 air yang berbusa

  4. Wikipedia: Qaf = ق = Tengkuk, kerongkongan. Arti dalam ibrani: lubang jarum, jarum, monyet pengucapannya sama

  5. Wikipedia: ha mim = حم. Ḥā (ح): Singkatan dari puji. Mīm (م): Singkatan dari mengetahui/memuliakan. Ṣād (ص): Dengan sesungguhnya. Ya-sin = يس =Yā (ي): Oh. Sīn (س): singkatan dari mendengar. (Note: Dewa Arab Sin = dewa BULAN) []
---------

Tentang Taqiyya dan Gelar "Al-Amin"-nya Muhammad

Arti kata "taqiyya (تقية)" di kamus: Penipuan/pura-pura - menyembunyikan, sebagian menyembunyikan / menyamarkan perasaan, kepercayaan atau informasi ketika ada ancaman bahaya kematian atau serius dan ketika ada ancaman dari iblis besar.

Referensi dari kalangan Sunni:
  1. Jalal al-Din al-Suyuti dalam "al-Durr al-Manthoor Fi al-Tafsir al-Ma'athoor," Ibnu 'Abbas menyatakan, Ia adalah periwayat yang PALING terkenal dan terpercaya tradisi dalam pandangan kaum Sunni, pendapat tentang al-Taqiyya dalam ayat Alquran:

    "Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena memelihara diri (" tat-taqooh "), supaya kamu terlindungi ("tooqatan") dari mereka .... [AQ 3.28]

    Bahwa Ibnu Abbas mengatakan: "al-Taqiyya adalah dengan lidah saja, ia yang telah dipaksa untuk mengatakan apa yang membuat murka Allah (SWT), dan hatinya damai ( yaitu, iman BENAR nya BELUM goyah), maka (mengatakan yang terpaksa untuk dikatakan) tidak akan membahayakan dirinya (sama sekali), (karena) al-Taqiyya adalah dengan lidah saja, (TIDAK di hati) ".

    Di Sunan al-Bayhaqi dan Mustadrak al-Hakim, Ibn Abbas berkata: "al-Taqiyya disampaikan dengan lidah, sementara hati tetap beriman"

  2. Abu Bakr al-Razi dalam "Ahkam al-Quran," v2, hal.10, menjelaskan ayat"...kecuali karena memelihara diri ("tat-taqooh"), supaya kamu terlindungi ("tooqatan") dari mereka .... [AQ 3.28]" dengan menegaskan bahwa al-Taqiyya HARUS DI GUNAKAN ketika seseorang takut hidupnya. Sebagai tambahan, Ia riwayatkan dari Qutadah yang berkata sehubungan ayat di atas: "Diijinkan untuk menggunakan kata-kata menipu ketika al-Taqiyya adalah wajib"

  3. Riwayat Abd al-Razak, Ibnu Sa'ad, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Mardawayh, al-Baihaqi dalam bukunya "Al-Dala-il," dan itu dikoreksi Al-Hakim dalam bukunya "al-Mustadrak" bahwa:

    "Para kafir ditangkap, 'Ammar bin Yasir (disiksa sampai) mengucapkan kata-kata kotor tentang Nabi SAW dan memuji dewa-dewa mereka, dan ketika dibebaskan, dia pergi ke Nabi SAW, Nabi berkata: "Apakah ada sesuatu di pikiran mu?"
    'Ammar bin Yasir berkata: "buruk, Mereka tidak melepaskan saya hingga saya bicara buruk tentang Anda dan memuji dewa-dewa mereka!"
    Nabi berkata: "Bagaimana jadinya dengan Iman mu?"
    Ammar menjawab: "masih ber-iman."
    Jadi Nabi berkata: "Nanti jika mereka datang lagi untukmu, lalukan hal yang sama lagi." Saat itu Allah menurunkan ayat AQ 16.106"

    Btw,
    Kisah Yasir sekeluarga telah tersirkulasi secara keliru, yaitu bahwa orang tuanya [Yasir dan Summayya] wafat disiksa dan bahwa Sumayya (ibunya) adalah martir wanita pertama dalam Islam. Kisah ini adalah dusta, TABARI mencatat bahwa Sumayya tidaklah wafat dan malah kawin lagi dengan Al Azraq: Setelah Yasir wafat, Sumayya dikawinkan dengan Al-Azraq, seorang budak Bizantium milik al-Harith b.Kaladah Al Thaqafi[134]. Al-Azraq adalah satu dari budak-budak kaum Ta'if yang pergi ke Nabi selama pengepungan al-Taif, dan Nabi membebaskan mereka; dan diantara yang dibebaskan adalah [juga] Abu Bakrah[135]. Sumayyah melahirkan anak [lelaki], yaitu Salamah b.Al-Azrag, ini menjadi saudara tiri Ammar

    134 Ia hidup dijaman Pra-Islam, belajar ilmu pengbatan di Persia, dikenal sebagai dokter Arab dimasanya. Lihat Hawting, "Development"
    135 Anak Al-Harith b.Kaladah dari budak wanita bernama Sumayyah (BUKAN ibunya Ammar). Ia dibebaskan Nabi dan menjadi seorang sahabat yang terkenal. Keturunannya mencapai posisi tinggi dalam pembelajaran dan administrasi. Lihat Ibn 'Abd al-Barr, Isti'db, IV, 23 dan Ibnu Hajar, Isabah, IV, 334-35, untuk perbedaan antara Sumayyah budak wanitanya Abu Hudzaifah, yang jadi Ibunya Ammar dan Sumayyah budak wanita Al-Harith b.Kaladah yang jadi ibunya Abu Bakrah dan Salamah.

  4. Taqiyya dapat dilakukan bukan hanya ketika terancam namun juga dapat diberlakukan ketika mendapatkan kesempatan membunuh bagi Nabi (dan Allah):

    Riwayat Jabir bin Abdullah:
    Rasul Allah berkata “Siapakah yang mau membunuh Ka`b bin al-Ashraf yang telah menyakiti Allah dan RasulNya?”
    Berdirilah Maslama dan berkata,”O Rasul Allah! Maukah kamu agar aku membunuhnya?”
    Sang Nabi berkata,”Iya”.
    Maslama berkata, “Maka izinkan saya untuk berkata sesuatu (yang menipu Ka`b).”
    Sang Nabi berkata, “Silakan katakan.”
    Maslama mengunjungi Ka`b dan berkata,”Orang itu (Muhammad) menuntut Sadaqa (zakat) darim kami, dan dia telah menyusahkan kami, dan aku datang untuk meminjam sesuatu dari kamu.”
    Ka`b menjawab, “Demi Allah, engkau akan merasa lelah berhubungan dengan dia!”
    Maslama menjawab,”Sekarang karena kami sudah mengikuti dia, kami tidak mau meninggalkan dia kecuali dan sampai kami melihat bagaimana nasibnya akhirnya.
    Sekarang kami mau engkau meminjamkan dua ekor unta dengan satu atau dua buah bekal makanan.”
    Ka`b berkata, “Iya, tapi kalian harus menggadaikan sesuatu denganku.”
    Maslama dan kawannya berkata,”Apa yang kau inginkan?”
    Ka’ b menjawab, “Gadaikanlah istri-istrimu padaku.”
    Mereka menjawab, ”Bagaimana kami dapat menggadaikan istri2 kami padamu sedangkan kamu adalah orang yang paling tampan diantara orang2 Arab?”
    Ka`b berkata, "Kalau begitu gadaikan anak2 lakimu padaku.”
    Mereka berkata, “Bagaimana kami dapat menggadaikan anak2 laki kami padamu? Nanti mereka akan diejek orang2 yang mengatakan ini dan itu dan mereka telah digadaikan dengan seekor unta penuh bekal makanan. Ini akan membuat kami sangat malu, tapi kami mau menggadaikan senjata2 kami padamu.”
    Maslama dan kawannya berjanji pada Ka`b bahwa Maslama akan kembali padanya. Dia kembali pada Ka`b pala malam harinya bersama saudara angkat Ka`b, yakni Abu Na'ila. Ka`b mengajak mereka ke bentengnya dan dia pergi bersama mereka. Istrinya bertanya, "Hendak ke manakah kau selarut ini?"
    Ka`b menjawab,"Maslama dan saudara (angkat) ku Abu Na'ila telah datang."
    Istrinya menjawab, "Aku mendengar suara seperti darah mengucur dari dirinya."
    Ka`b menjawab, "Mereka tidak lain adalah saudaraku Maslama dan saudara angkatku Abu Na'ila. Orang dermawan seharusnya menjawab permintaan (untuk datang) di malam hari meskipun (permintaan itu) adalah undangan untuk dibunuh."
    Maslama pergi dengan dua orang dan berkata pada mereka, "Jika Ka`b datang, aku akan menyentuh rambutnya dan mengendusnya (menghirup bau rambutnya), dan jika kalian melihat aku telah mencengkeram kepalanya, tusuklah dia. Aku akan biarkan kalian mengendus kepalanya."
    Ka`b bin al-Ashraf datang pada mereka, pakaiannya membungkus badannya dan menebarkan bau parfum. Maslama berkata, "Aku belum pernah mencium bau yang lebih enak daripada ini."
    Ka`b menjawab, "Aku kenal wanita2 Arab yang tahu bagaimana menggunakan parfum kelas atas."
    Maslama minta pada ka`b, "Maukah engkau mengizinkanku mengendus kepalamu?"
    Ka`b menjawab, "Boleh."
    Maslama mengendusnya dan mengajak kawannya melakukan hal yang sama. Lalu ia minta pada Ka`b lagi, "Maukah engkau mengizinkanku mengendus kepalamu?"
    Ka`b berkata, "Ya".
    Ketika Maslama berhasil mencengkeram kepala Ka`b erat2, dia berkata (pada kawan2nya), "Bunuh dia!"
    Lalu mereka membunuhnya dan pergi melaporkan hal itu pada sang Nabi. [Bukhari 5.59.369; Muslim 19.4436; juga di Ibn Ishaq, hal.368; Tabari, vol.7, hal.94-97]

  5. Atau simak Fatawa no.59879 tentang bolehnya ber-taqiyya ketika berteman dengan musuh [orang kafir] dengan tujuan agar Ia dapat ditarik menjadi Islam, namun jika sudah tidak bisa maka perlakukanlah kembali Ia sebagai musuh Allah

    Juga contoh bagaimna cara menipu AGAR seseorang menjadi mualaf, seperti dalam video di bawah ini (Memri TV (Al-Nas TV), tanggal 10 Agustus 2009, dari ulama Mesir, Mahmud Al Masri (Gambar kecil di kiri bawah sang ulama, aslinya bukanlah kartun):


  6. Sumpah dapat diingkari dengan membayar denda:

    Riwayat Muhammad bin Abdullah - Utsman bin Umar bin Faris - Ibnu 'Aun - Al Hasan - Abdurrahman bin Samurah - Rasulullah saw: "..Jika kamu bersumpah atas suatu sumpah, kemudian melihat ada yang lain lebih baik, maka lakukan yang lebih baik, dan bayarlah kaffarat sumpahmu." [Bukhari no.6227]
    Riwayat Zuhair bin Harb - Ibnu Abu Uwais - Abdul Aziz bin Muthalib - Suhail bin Abu Shalih - Ayahnya - Abu Hurairah - Rasulullah SAW: "Barangsiapa mengucapkan sumpah, kemudian dia melihat ada sesuatu yang lebih baik dari yang dia ucapkan, hendaknya dia melakukan hal itu dengan membayar kafarah (denda) dari sumpahnya." [Muslim no.3115]

    Quran-pun mencatat bahwa Allah SWT mengijinkan Muhammad SAW mengingkari sumpahnya, "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepadamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu [AQ 66.2]
Terlihat betapa luasnya dimensi taqiya ini yaitu tidak harus selalu dalam keadaan nyawa terancam bahkan dapat diaplikasikan agar seseorang menjadi mualaf, yang dalam bahasa sederhananya, berbohong dalam Islam juga berarti sebuah cara cerdik. [Bacaan lain lihat: di sini dan di sini]

Tentang julukan "AL-AMIN"-nya Muhammad:
    Abu ja'far (al-Tabari): ..10 tahun setelah pernikahan Nabi (dengan Khadijah), Quraish menghancurkan Kabah dan membangunnya ulang. Menurut Ibn Ishaq, ini terjadi saat Nabi SAW berusia 35 tahun [Tabari, vol.6, hal.51]. Riwayat Humayd - Salamah - Muhammad b.Ishaq - perawi tertentu: Semua kabilah di Quraisy mengumpulkan batu-batu untuk membangun ulang Kabah. Setiap kabilah mengumpulkan batu sendiri-sendiri ketika memasuki tahap peletakan Hajar Aswad, mereka bertengkar. Setiap kabilah ingin mengangkat Hajar Aswad, mereka bertengkar..dan bersiap-siap untuk perang..Orang-orang Quraisy selama empat atau lima malam dalam kondisi seperti itu..Kemudian mereka bertemu di Masjidil Haram untuk berunding. Beberapa perawi menambahkan bahwa Abu Umaiyyah bin Al-Mughirah, orang tertua di kalangan Quraisy berkata, "Hai kaum Quraish, biarlah orang yang pertama masuk pintu Mesjid ini menjadi penengah perbedaan kalian dan boleh menjadi hakim untuk masalah ini" Orang pertama yang masuk adalah Nabi SAW dan ketika mereka melihatnya mereka berkata, "Ini adalah seorang 'Al-Amin", Kami menerimanya, Ia adalah Muhammad"..Sebelum Rasulullah SAW menerima wahyu, orang-orang Quraisy menyebutnya Al-Amin (orang yang terpercaya)." [Tabari, vol.6, hal.58-59]
Dengan mengesampingkan bahwa pada hadis di atas terdapat perawi yang tidak diketahui, sehingga bukan hadis terpercaya, maka kata Al-Amin bukanlah gelar khusus hanya untuk Muhammad. Kata "Amin" adalah kata benda, yang artinya, "Sesuatu yang dipercayakan padanya, pengawas, administrator", yaitu posisi dalam tanggung jawab ekonomi atau keuangan atau representatif sah. Arti teknis kata "amin" adalah "kepala sebuah serikat dagang". Kata "amin" dalam jamak adalah "aminat" [Lihat Kamus: "The New Encyclopedia of Islam", Cyril Glassé, hal.48 atau "Encyclopaedia of Islam", Edited by: P. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel, W.P. Heinrichs. hal.437]. Di masa itu, dari sebelum kawin (hingga 10 tahun kemudian), Muhammad adalah penanggung jawab urusan bisnis dagang kepercayaan Khadijah, Istrinya, sebagaimana termuat dalam:
    Riwayat Ibn Humayd - Salamah - Ibn Ishaq: ..Khadijah meminta Rasulullah SAW menjualkan barang dagangannya ke Syam...beliau menerima tawaran Khadijah,..membawa barang dagangan Khadijah..hingga di Syam..Setelah itu, menjual barang dagangan yang dibawanya dari Makkah, dan membeli apa yang ingin beliau beli. Setelah merampungkan aktifitas bisnisnya, beliau pulang ke Makkah..Tiba di Makkah, beliau menyerahkan uang hasil penjualan barang dagangan kepada Khadijah, dan Khadijah membeli barang dagangan yang dibawanya dengan harga dua kali lipat atau lebih sedikit.." [Tabari, vol.6, hal.47-48]
    Riwayat Al-Harith - Muhammad b.Sa'd - Muhammad b.'Umar - Ma'mar dan lainnya - Ibn Shihab al-Zuhri: Riwayat yang sama disampaikan para ulama lokal, Khadijah hanya menyewa Muhammad SAW dan satu orang lain dari suku Quraish untuk pergi ke Pasar Hubashah di Tihamah..[Tabari, vol.6, hal.49]
Jadi kata "Al-Amin" adalah gelar posisi dalam bisnis BUKAN sebagai pujian karena tidak pernah berdusta atau karena tepat ucapan, apalagi, ayat Quran di atas telah menyampaikan bahwa Muhammad diijinkan untuk mengingkari sumpah, juga pada ayat Quran lainnya, terekam jelas pandangan umum kaum Quraish Mekkah terhadap Muhammad di masa itu, yaitu sebagai seorang pendusta, misal di AQ 42.24, "Dia (Muhammad) telah mengada-adakan dusta terhadap Allah." atau AQ 25.4, "Dan orang-orang kafir berkata: 'Al Qur'an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan Muhammad dan dia dibantu kaum yang lain'" []
---------

Benarkah Ibrahim pernah Ke Mekkah? Membangun Kabah? Maqam Ibrahim?

Hadis bukkhari dari riwayat Abu Dhar menyampaikan hadis nabi bahwa mesjid yang pertama dibangun adalah "Al-Masjid-ul-Haram" dan yang berikutnya adalah "Mesjid Al-Aqsa" dengan jarak 40 tahun [Bukhari 4.55.585, 636]. Karena konon, Masjid Aqsa dibangun Sulaiman dan karena kaum ajaran abrahamic bersepakat bahwa Ibrahim ada di kisaran 2000 SM sementara Sulaiman ada di kisaran 958 SM - 951 SM, maka SEHARUSNYA selisihnya BUKAN 40 tahun, namun 1000 tahun.

Ini sudah membingungkan, bukan?! Pasti ada yang keliru diantara keduanya.

Kemudian,
Quran menyampaikan bahwa rumah yang pertama kali di bangun adalah di Bakkah
    Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah di BAKKAH ("بِبَكَّةَ" = bi-bakkata) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia [AQ 3.96]. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) MAQAM IBRAHIM; barangsiapa memasukinya menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke rumahNya...[AQ 3.97]
Seharusnya Bakkah BUKANLAH Makkah:

Dan Dia-lah yang menahan tangan mereka dari kamu dan tangan kamu dari mereka di tengah kota Mekkah ("مَكَّةَ" = makkata) sesudah Allah memenangkan kamu atas mereka, dan adalah Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. [AQ 48.24]

dan segera kita temukan hal yang TIDAK SAMA, yaitu:
  1. "بِبَكَّةَ" (bi "بِ" - bakkata "بَكَّةَ", huruf ke-1, "ب") "مَكَّةَ" (makkata, yang huruf ke-1, "م")
  2. dan bahkan kata: Bakkata "بَكَّةَ" kata: Bakat "بَكَتْ" (AQ 44.29)
jika Bakkata = Makkata, maka dengan cara yang sama, orang boleh-boleh saja memaksakan diri bahwa malaa' (مَلَأء, "kelayakan") = balaa' (بَلَآء, "wabah"), bukan?!. Mereka yang menyatakan BAKKAH = MEKKAH adalah akibat penafsiran paksa ayat Alkitab ini:
    Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu (bayith), yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah! (Kata yang di artikan ziarah ini tidak ada ibraninya alias TAMBAHAN). Apabila melintasi lembah Baka (Baka', artinya menangis, sebuah lembah di area Palestina), mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air (ma'yan); bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat. Mereka berjalan makin lama makin kuat,hendak menghadap Allah di Sion [Mazmur 84:4-8]. Sion adalah Yerusalem [1 Raja 8.1]

    Note:
    Ada baiknya anda baca sendiri perdebatan, "Mekkah, Paran dan Bakkah antara: kubu kristen VS kubu Islam. Kedua belah kubu sama-sama menggunakan ALKITAB sebagai basis argumen Bakka = atau dengan Mekkah.
Alasan lain mengapa Bakkah adalah bukan Mekkah adalah berkenaan dengan ritual yang dilakukan Muhammad sejak menjadi Nabi hingga 18 setelah Hijrah yang juga di tujukan ke arah tembok Ratapan dan selama itu, Allah SWT tidak pernah menyatakan Baitul Maqdis bukan qiblat (tempat menyembah) Allah. Sample dari sirat Nabawiya bahwa Muhammad lebih menyukai shalat menghadap Yerusalem (Baitul Maqdis) daripada ka'bah (Baitul Atiq):
  1. Ketika SEBELUM HIJRAH dan sebelum baiat AQABA ke-2, Al Barra bin Ma'rur bersama yang lain pergi haji. Walaupun Ia masuk Islam, Ia tidak mau shalat memunggungi KABAH, jadi Ia shalat menghadap Ka'bah sementara teman-temannya menghadap YERUSALEM, karena Nabi juga menghadap ke Yerusalem. Ketika mereka bertanya pada Nabi, mereka kemudian Shalat bersama Nabi menghadap YERUSALEM. [Ibn Ishaq, Bab 85 hal 338-339]
  2. "..Jika beliau shalat, beliau menghadap Syam, dan menjadikan Ka'bah di antara beliau dengan Syam." [Ibid, bab 64, hal 307]
  3. "..Di Mekkah, kiblat beliau menghadap ke Syam. Jika beliau shalat, beliau shalat di antara tiang Yamani dan Hajar Aswad, dan menjadikan Ka'bah di antara beliau dan Syam, kemudian beliau berdiri melakukan shalat." [Bab 56, hal 252]
Di tafsir Ibn kathir untuk AQ 2.115, kita temukan informasi bahwa ketika Muhammad di Mekkah Ia Shalat juga menghadap Baitul Maqdis: "Di Mekkah, Rasullullah SAW biasa shalat ke arah Baitul Maqdis, di mana Ka`bah berada di antara dirinya dan Qiblat"
    Note:
    Kata Yerusalem/Al Quds ("القدس" atau Ūrsālim-Al-Quds "أورسالم القدس") di Quran tidak pernah ada, sementara di Alkitab terdapat 667 x
Jadi, cukup banyak alasan untuk menyatakan Bakkah seharusnya bukan Mekkah dan Kabah adalah bukan rumah asli grup agama samawi.

Mengapa Mekkah BUKAN Bakkah?
    Dan tiadalah kamu berada di dekat gunung Thur ketika Kami menyeru (Musa), tetapi (Kami beritahukan itu kepadamu) sebagai rahmat dari Tuhanmu, supaya kamu memberi peringatan kepada kaum (Quraisy) YANG SEKALI-KALI BELUM DATANG KEPADA MEREKA PEMBERI PERINGATAN SEBELUM KAMU agar mereka ingat.[AQ 28.46]
Perhatikan kalimat dalam huruf besar di atas!

Jika benar Ibrahim pernah ke Mekkah dan membangun Kabah maka mengapa Qur'an katakan belum pernah datang NABI kepada kaum ARAB QURAISH dalam hal pemberi peringatan?
Benarkah Mekkah = Bakkah?
Mengapa Yahudi dan Kristen sebelumnya tidak berkiblat ke Mekkah dan melakukan ritual Haji?
Mengapa Para Nabi dulu juga TIDAK PERNAH berkiblat di Mekkah?
Pernahkah Ibrahim ke Mekkah?
Membangun Kabah?
Di mana Ibrahim Wafat?

Untuk memahami ini, berikut RINGKASAN KEHIDUPAN ABRAHAM (Dari sumber Islam dan Nasrani).

Abraham lahir di Ur-Kasdim. (Aram-Mesopotamia ("area dua sungai", Eufrat dan Tigris), Kota Nahor, Kej 24.10]. Kemudian bersama ayahnya (Terah) dan sepupunya (Lot) menuju tanah Kanaan dan menetap di Haran [11.27-32].

Abraham di Umur 75 tahun, bersama sepupunya Lot, ia pergi dari Haran ke Kanaan menelusuri negeri itu ke ARAH BARAT SUNGAI YORDAN DI WILAYAH ORANG KANAAN YANG TINGGAL DI LEMBAH YORDAN tak jauh dari pohon-pohon tempat ibadat DI MORE [Ulangan 11.30], Abraham kemudian mendirikan Mezbah. Ia berjalan lagi ke ANTARA BUKIT BETEL dan AI, mendirikan Mezbah juga. Kemudian pergi KE TANAH NEGEB. [Ke 12-1-9].

→ TANAH NEGEB, MORE, YORDAN ada di AREA KANAAN [Bilangan 33.40]. AREA KANAAN meliputi Sidon ke arah Gerar sampai ke Gaza, ke arah Sodom, Gomora, Adma dan Zeboim sampai ke Lasa [Kej.10.19.]

Sesampainya di Mesir, Abraham khawatir yang tak beralasan bahwa ia akan dibunuh karena Sara cantik. Dari kepengecutannya ini, Ia bersiasat menyatakan bahwa Sara adalah adiknya. Sara dikawini Firaun dan dan kemudian dikembalikan kembali kepada Abraham, Ia di minta pergi dari Mesir [Kej 12.10-20]. [Sumber Islam: Tafsir Ibn kathir untuk AQ 21.63, Firaun dibohongi Ibrahim bahwa Sara adalah adik Ibrahim].

Dari Mesir, Ia kembali ke tanah Negeb, Kanaan. (Lembah Yordan, Kej 13.10]. Dari situ Lot tetap menetap di lembah Yordan, Kanaan. Sementara Abraham menuju ke arah Timur lagi (masih di Kanaan) dan menetap di sana. [Kej 13].

Tahun ke-10 di Kanaan, Sara yang belum berketurunan memberikan budak perempuannya, Hagar, orang mesir [Sumber Islam: Bukhari 4.55.578 dan 7.62.21 dari Abu Huraira, dari nabi: Firaun memberikan Hajar sebagai budaknya Sara], untuk di setubuhi Abraham agar dapat memberikan Sara anak. Hagar kemudian hamil [Kej.16.1-3].

Ketika Hagar tau dirinya hamil (artinya kehamilan saat itu sudah 1 bulan), dan karena sara tidak punya anak, Hagar kemudian memandang rendah / hina / menghujat / mengutuk / melecehkan ("qalal" Sara [Kej 16.4]. Sara berkata kepara Abraham: "Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku kepangkuanmu, tetapi baru saja dirinya tahu sedang mengandung, ia memandang rendah aku; TUHAN yang menjadi Hakim antara aku dan engkau". Abraham menjawab Sara, "HAMBAMU di bawah kekuasaanmu; perbuatlah sesukamu padanya" Sara pun menindas Hagar [Kej 16.5-6]. Hagar LARI meninggalkan SARA hingga sampai MATA AIR DI PADANG GURUN, yakni dekat mata air di jalan KE SYUR, bertemu Malaikat tuhan yang juga menyebut HAGAR sebagai HAMBA Sara dan menyuruhnya kembali pada tuannya dan menasehati agar membiarkan dirinya untuk di tindas SARA. Hagar diberitahu bahwa kelak anaknya, Ismail, lakunya seperti keledai liar, tangannya akan melawan tiap orang dan tangan tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya Ia akan menentang semua saudaranya. [Kej 16.7-12]. Ketika Ismail kemudian Lahir, Usia Abraham adalah 86 tahun [Kej 16.16] [Sumber Islam: Tafsir Ibn kathir untuk AQ 37.101, menyatakan bahwa saat Ismail lahir, Abraham berusia 86 tahun]

→ Mata air/sumur itu dinamakan Lahab roi, ada di PADANG GURUN SYUR, jalan menuju ke Syur, di TANAH NAGEB, KANAAN, di antara daerah KADESH dan SYUR (Daerah GERAR juga ada di antara dua daerah itu) [Kej.20.1]. SEBELAH TIMUR MESIR menuju ASYUR [Kej 25.18; Kel 15.22; 1 Sam 15.7]

Ketika usia Abraham 99 tahun, Tuhan memberikan janji padanya berupa tanah Kanaan. Ismail di sunat ketika berusia 13 tahun, Ismail dikatakan tuhan akan mempunyai 12 keturunan dan semuanya menjadi Raja. Kelak di saat Abraham berusia Usia 100 tahun dan Sara berusia 90 tahun, mereka AKAN punya anak bernama Ishak. Di tahun sebelum kelahiran Ishak, Sodom dan Gomora musnah. [Kej 17-18]. Lot bersetubuh dengan kedua anak perempuannya. [Kej 19.30-38].


Abraham berangkat ke Tanah Negeb dan menetap di area antara KADESH dan SYUR. Ia tinggal di GERAR sebagai orang asing. [Kej 20.1]. Penguasa GERAR adalah Raja Abimelekh dan lagi-lagi Abraham melakukan kepengecutan khawatir terbunuh Ia bersiasat bahwa sarah adalah adiknya. Sarah dikawini Abimelekh dan dikembalikan ke Ibrahim, mereka diperkenankan hidup di daerah itu. [Kej 20.2-18]. Sarah kemudian hamil dan kemudian Ishak lahir dan di usia 8 hari, ia di sunat (Abraham saat itu berusia 100 tahun, Sara berusia 90 tahun). Ketika Ishak mencapai usia untuk disapih, diadakan perayaan [Kej 21.1-8]

Usia sapih menyusui: 3 tahun (2 Mac 7:27; 2 Trw 31.16); 2 tahun (AQ 31.14). Saat Ishak lahir, Ismail berusia 14 tahun. Saat Ishak selesai di sapih Usia Ismail 16-17 tahun. Ini artinya, selama 16-17 tahun ini baik Ismail+ hagar+ sarah+ ibrahim ADA DI AREA KANAAN, tepatnya di daerah GERAR dan BUKAN di MEKKAH.

GERAR adalah daerah orang FILISTIN [Kej. 21.32-33].

Pada waktu itu, Sara melihat Ishak DILECEHKAN ["tsachaq"] Ismail. [Kej 21.9]. Sara meminta Abraham mengusir Hagar dan Ismail [Kej 21.10]. Bisa jadi alasannya adalah:
  1. "anak hamba tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak." [Kej. 21.10]
  2. Kata "tsachaq" memilik banyak arti, di antaranya: Mencemooh, Menghina, Mempermainkan, mengolok, melawak dan MENCUMBU (secara seksual, lihat aplikasinya utk secara seksual di Kej 26.8, 39.14).
Jika, Ismail menghina dan mengolok2 bayi yang baru di sapih ini tidak cukup membuat SARA marah besar, karena ia terbukti telah mampu menerima Ismail selama bertahun-tahun ini, maka kondisi yang lebih mungkin yang terjadi saat itu adalah Ismail, remaja usia 16-17 tahun, MELECEHKAN Ishak secara seksual. Dengan kondisi ini maka TIDAK ADA 1 (Satu) IBU MANAPUN yang tidak marah besar.

Abraham sebenarnya berkeberatan, namun ternyata Tuhan malah mendukung Sara dan befirman, "dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak. Tetapi keturunan dari hambamu itu juga akan Kubuat menjadi suatu bangsa karena iapun anakmu." [Kej 21.12-13]. Pagi-pagi Abraham bangun, menyiapkan roti dan sekantung kulit air, Ia meletakkan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar


Aneh sekali menggendong anak berusia 16-17 tahun, kecuali anak itu lumpuh atau cacat, namun tidak ada laporan Ismail cacat.

Mereka mengembara di Padang gurun Beersheba/be-ayr' sheh'-bah. (Be-ayr' adalah sumur/mata air) [Kej.21.14]. Ketika air di kantung kulit mereka habis, Ismail dibuang di semak-semak, kemudian dia duduk menangis, Ia diperlihatkan sumur dan mengisi ulang kantong airnya [Kej 21.15-19]. Mereka kemudian menetap di sana, di padang Paran, Ismail menjadi pemanah dan kemudian mengawinkan Ismail dengan wanita mesir [Kej 21.20-21].


Kepergian Hagar/Ismail adalah dengan berjalan kaki dan tidak mempunyai keperluan untuk bergegas. Seorang yang berjalan tidak bergegas mempunyai kecepatan 3-4 km/jam. Jarak terjauh yang ditempuh menyusur padang gurun hingga berhenti adalah sehabisnya air dalam kantung airnya dan ia tidak menemukan air lagi. itupun masih siang. Anggap saja mereka Ibu anak berjalan selama 10 jam tanpa henti, sehingga jarak tersebut kurang lebih 30-40 KM (Jarak antara Gerar - Beersheba adalah 20 KM. sementara jarak ke Mekkah = 1200 Km)

PADANG PARAN yang memilikii mata air (Bersyeba) adalah di DAERAH ORANG FILISTIN, AREA KANAAN (Bisa jadi lebih condong ke arah menuju ke Mesir, karena:
  1. HAGAR dulu pernah bertemu Tuhan (El) Roi di padang gurun yang berlokasi di sebelah Timur MESIR,
  2. Hagarpun adalah orang Mesir,
  3. Ismail nantinya akan menikah dengan orang Mesir.
  4. Ismail wafat di usia 137 tahun. Keturunannya mendiami daerah Hawila -Syur, di sebelah timur Mesir ke arah Asyur [Kej 25.17-18].
Tentang Be-ayr' sheh'-bah, Hamba dari Raja Abimelekh pernah merampas Sumur. Raja kemudian mengembalikan kepada Abraham. Namun Abrham membuat perjanjian dengan raja berupa 7 ekkor domba sebagai bukti pengakuan bahwa Abrahamlah yang menggali sumur. Tempat itu kemudian disebut Bersyeba. Setelah itu Abimelekh dan panglimanya Pikhol pulang (ke Filistin). Abraham menanam sebatang pohon Tamariska di Bersyeba dan tinggal di negeri orang Filistin sebagai orang asing [Kej 21:30-34].

Sumber Islam: Perjalanan Abraham dan Ismail + Hagar ke Mekkah dan PEMBANGUNAN KA'BAH:
    Riwayat Ibn Abbas: Ketika Abraham memiliki perbedaan dengan istrinya, (karena kecemburuannya terhadap Hajar, ibu Ismail), Ia bawa Ismail dan ibunya pergi berbekal kantung air dari kulit yang berisi air, ibu Ismail biasa minum air di kantung kulit air sehingga curahan air susunya meningkat untuk anaknya.

    Ketika Abraham sampai di Mekkah, Ia membuat Hajar duduk di bawah pohon dan setelah itu, Ia kembali ke rumahnya. Ibunya Ismail mengikutinya dan ketika mereka mencapai Kada ', Hajar memanggilnya dari belakang, "O Ibrahim! Untuk siapa engkau meninggalkan kami?" Dia menjawab, "untuk Allah." Hajar berkata, "Saya puas bersama Allah.".

    Hajar kembali ke tempatnya dan mulai minum air di kantung kulit, dan air susunya meningkat untuk anaknya. Ketika ia kehabisan air, dia bergumam, "Sebaiknya aku pergi dan melihat-lihat agar aku bertemu dengan seseorang"

    Dia naik ke gunung Safa untuk melihat-lihat, berharap bertemu seseorang, tetapi sia-sia. Ketika ia turun ke lembah, Ia berlari hingga mencapai gunung Marwa. Ia berlari kian kemari berkali-kali. Kemudian ia bergumam, "Sebaiknya aku lihat keadaan anak". Pergilah ia dan menemukannya dalam keadaan sekarat. Ia tak tahan melihatnya sekarat dan bergumam, "Jika aku pergi dan melihat-lihat, aku mungkin bertemu dengan seseorang". Kemudian ia naik ke gunung, mencari sejenak namun tidak dapat menemukan siapa pun. Dengan demikian Ia selesaikan tujuh putaran antara Safa dan Marwa.

    Kembali ia bergumam, "sebaiknya aku kembali dan melihat keadaan anak". Tapi tiba-tiba, Ia mendengar suara dan Ia berkata pada suara yang aneh itu, "Tolong saya saya jika engkau dapat memberikan pertolongan" Benar! Itu adalah Gabriel. Gabriel menghantam bumi dengan tumitnya seperti ini (Ibn 'Abbas menghantam bumi dengan tumitnya mengilustrasikan itu) dan kemudian air menyembur keluar. Ibunya Ismail takjub dan mulai menggali.

    (Abu Al-Qasim) (yaitu Nabi) berkata, "Jika Hajar biarkan air itu, itu akan telah mengalir di permukaan bumi.") Ibunya Ismail mulai minum airnya dan susunya meningkat untuk anaknya.

    Kemudian beberapa orang dari suku Jurhum, ketika melewati bagian bawah lembah, melihat beberapa burung dan itu mengejutkan mereka, dan mereka berkata, 'Burung hanya dapat ditemukan di tempat di mana ada air." Mereka mengutus seseorang untuk ketempat itu dan menemukan air, dan kembali memberitahukan mereka tentang ini. Kemudian mereka semua pergi kepadanya dan berkata, "O Ibunya Ismail! Apakah anda ijinkan kami bersama Anda (atau tinggal bersama Anda)?" (Dan kemudian mereka tinggal di sana.). Lama kemudian anaknya mencapai usia puber dan menikah dengan seorang wanita dari mereka.

    Kemudian ide muncul pada Abraham yang ia sampaikan ke istrinya (Sarah), "Saya ingin panggil tanggungan saya yang saya tinggalkan (di Mekkah)." Ketika ia pergi ke sana, ia disalami (istri Ismail) dan Ia berkata, 'Di mana Ismail?' Istri Ismail menjawab, "Ia pergi berburu.". Abraham mengatakan (padanya), "Saat ia datang, katakan padanya untuk mengubah ambang pintu rumahnya.". Ketika Ismail datang, istrunya mengatakan hal yang sama. Lalu Ia berkata padanya, "Engkau adalah ambang batas, jadi kembali pada keluargamu (kamu diceraikan)."

    Kembali Abraham berpikir untuk mengunjungi tanggungannya yang ia telah tinggalkan (di Mekkah), dan Ia berkata pada istrinya (Sarah) tentang niatnya. Abraham datang ke rumah Ismail dan bertanya. "Di mana Ismail?" Istri Ismail menjawab, "Dia pergi berburu," dan menambahkan, "Maukah Engkau menginap (beberapa waktu) dan makan dan minum?" Abraham bertanya, 'Apa makananmu dan apa minumanmu?" Istri Ismail menjawab, 'makanan kami adalah daging dan minuman kami adalah air." Abraham berkata, 'Ya Allah! berkatilah makanan dan minuman mereka!"

    Abu Al-Qa-sim (yaitu Nabi) berkata, "Karena panggilan Abraham ada berkah (di Mekkah)".

    Sekali lagi Abraham berpikir untuk berkunjung ke keluarganya yang telah ia tinggalkan (di Mekkah), Jadi ia sampaikan pada istrinya (Sarah) tentang keputusannya. Ia pergi dan temukan Ismail di belakang sumur Zam-zam, meraut anak panahnya. Abraham berkata, "Hai Ismail, Tuhanmu telah memerintahkan aku untuk membangun rumah bagi-Nya". Ismail berkata, "Taatilah (perintah) Tuhanmu". Abraham berkata, "Allah juga memerintahkan ku bahwa engkau harus membantu saya". Ismail berkata, "Aku akan lakukan."

    Kemudian keduanya bangkit dan Abraham mulai membangun (Ka'bah), sementara Ismail menangani batu-batu dan keduanya berkata, "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (AQ 2.127). Ketika bangunan menjadi tinggi dan orang tua (Abraham) tidak lagi dapat mengangkat batu-batu (pada posisi yang tinggi), Abraham berdiri di atas batu dari maqam dan Ismail membawa batu-batu yang diserahkannya, dan keduanya berkata, 'Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (AQ 2.127). [Bukhari 4.55.584]

    Penyampaian lainnya:

    Riwayat Ibn Abbas: Wanita pertama yang menggunakan korset adalah ibu Ismail. Ia menggunakan korset agar dapat menyembunyikan jejak dari Sarah. Abraham membawa Hajar dan anaknya Ismail ketika ia menyusuinya, ke sebuah tempat di dekat Ka'bah di bawah sebuah pohon di tempat Zam-zam, DI TEMPAT TERTINGGI di masjid. Selama hari-hari tersebut tak ada seorang pun di Mekkah, juga tak ada air. Jadi Abraham membuat mereka duduk di sana dan ditempatkan di dekat mereka tas kulit yang berisi beberapa kurma, dan kantung kulit kecil berisi air dan berangkat pulang.

    Ibunya Ismail mengikutinya berkata, "Hai Ibrahim! kemana engkau hendak pergi, meninggalkan kami di lembah ini dimana tak ada orang yang kami sukai menemani kami, juga tak ada apapun?" Hajar ulangi berkali-kali, tapi Abraham tak menoleh kembali padanya, lalu Hajar bertanya, "Apakah Allah memberi perintah pada mu untuk melakukan hal ini?". Abraham berkata, "Ya.". Hajar berkata, "Jika demikian Ia tak akan mengabaikan kita" dan kembali sementara Abraham melanjutkan perjalanannyam dan hingga sampai Thaniya di mana mereka tak dapat melihatnya, Abraham menghadap Ka'bah, dan mengangkat kedua tangannya, memanggil Allah dan memanjatkan doa-doa:

    "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau yang dihormati, ya Tuhan kami agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (AQ 14.37)

    Ibu Ismail terus menyusui Ismail dan minum air. Ketika air di kantung kulit air habis, ia menjadi haus dan anaknya juga menjadi haus. Ia memandang anaknya melemparkan dengan penuh kesakitan, Ia tinggalkan Ismail, karena Ia tak tahan memandangnya, dan menemukan bahwa gunung Safa adalah gunung terdekat darinya di tanah itu. Ia berdiri di atasnya dan melihat sekeliling lembah dengan tajam berharap dapat menemukan seseorang, tapi tak melihat siapapun. Lalu ia turun dari Safa dan ketika Ia mencapai lembah, Ia selipkan jubahnya dan berlari di lembah seperti orang dalam kesusahan dan kesulitan, hingga ke seberang lembah dan tiba di gunung Marwa di mana Ia berdiri di atasnya dan mulai mencari berharap menemukan seseorang, tapi tak ada siapapun. Ia ulangi tujuh kali."

    Nabi berkata, "Ini adalah sumber dari tradisi masyarakat berjalan antara itu ketika Ia mencapai Marwa. Ia mendengar suara dan Ia bergumam untuk menenangkan diri dan mendengarkan dengan perhatian. Ia dengar suara lagi dan berkata, 'O, Engkau telah membuat saya mendengar suara mu! Punyakan engaku sesuatu untuk menolongku?" Dan lihatlah! Ia melihat satu malaikat di tempat Zam-zam, menggali bumi dengan tumitnya (atau sayapnya), hingga air mengalir dari tempat itu. Hajar mulai membuat sesuatu seperti baskom di sekitarnya, menggunakan tangannya dengan cara itu, dan dengan tangannya menuangkan air ke kantung air kulitnya, dan air itu mengalir keluar setelah ia meraup sebagiannya"

    Nabi menambahkan, "Semoga Allah melimpahkan rahmat pada ibunya Ismail! Apakah Ia membiarkan Zam-zam, Zam-zam akan menjadi sungai yang mengalir di permukaan bumi."

    Nabi lebih lanjut menambahkan, "Lalu Ia minum dan menyusui anaknya Malaikat berkata padanya, 'Jangan takut diabaikan, karena ini adalah Rumah Allah yang akan dibangun oleh anak ini dan ayahnya dan Allah tidak pernah mengabaikan umat-Nya". Rumah ini PADA WAKTU ITU ADA DI TEMPAT TINGGI YANG MENYERUPAI SEBUAH BUKIT KECIL, dan banjir datang, mengalir ke kanan dan kiri.

    Dia tinggal dengan cara itu hingga beberapa dari suku Jurhum atau sebuah keluarga dari Jurhum melintasi Hajar dan anaknya, karena mereka (orang-orang Jurhum) datang lewat menuju 'Kada. Mereka ada di bagian bawah Mekkah di mana mereka melihat seekor burung yang memiliki kebiasaan terbang di sekitar air dan tidak meninggalkannya. Mereka berkata, 'burung ini pasti melayang di sekitar air, meskipun kita tahu bahwa tidak ada air di lembah ini.". Mereka kirim satu atau dua utusan untuk menemukan sumber air, dan kembali menyampaikan tentang air itu. Jadi mereka menghampiri (ke air)"

    Nabi menambahkan, "ibunya Ismail sedang duduk di dekat air Mereka bertanya, 'Apakah Anda izinkan kami tinggal bersama Anda?' Hajar menjawab, 'Ya, tetapi kalian tidak punya hak kepemilikan air.' Mereka sepakat dengan itu.".

    Nabi lebih lanjut berkata," ibu Ismail menyukai seluruh keadaan itu dan menikmati ditemani orang-orang ini. Jadi, mereka menetap di sana dan kemudian mereka kirim keluarga mereka datang dan menetap bersama mereka hingga beberapa keluarga menjadi penduduk tetap di sana. Anak itu (Ismail) tumbuh besar dan BELAJAR BAHASA ARAB dari mereka dan menyebabkan mereka mencintai dan mengaguminya hingga ia tumbuh besar, dan ketika Ia mencapai usia pubers mereka membuat Ismail menikahi seorang wanita dari antara mereka.

    Setelah ibunya Ismail meninggal, Abraham datang setelah Ismail menikah untuk menengok keluarga yang ia tinggalkan sebelumnya, tetapi ia tidak menemukan Ismail di sana. Ketika ia tanya istri Ismail tentangnya, dijawab, "Ia sedang pergi mencari Nafkah untuk kami." Lalu Abraham bertanya tentang cara hidup dan kondisi mereka, Istri Ismail menjawab, "Kami hidup dalam kesengsaraan, kesulitan dan kemiskinan' mengeluh pada Ibrahim. Ibrahim berkata, "Ketika suamimu kembali, sampaikan salam ku padanya dan katakan padanya untuk mengubah ambang pintu (rumahnya)."

    Ketika Ismail datang, Ia tampaknya telah merasakan sesuatu yang tidak biasa sehingga ia bertanya kepada istrinya, "Apakah ada yang datang mengunjungimu? ' Istrinya menjawab, 'Ya, seorang tua seperti ini dan itu datang dan bertanya padaku tentangmu dan aku dan sampaikan dan Ia bertanya tentang keadaan hidup kita dan aku katakan padanya bahwa kami hidup dalam kesulitan dan kemiskinan.'. Kemudian Ismail berkata, 'Apakah dia menyarankan sesuatu?" Istrinya menjawab, 'Ya, dia berkata padaku untuk menyampaikan salamnya padamu dan agar memberitahumu untuk mengubah ambang pintumu". Ismail berkata, "Itu ayahku dan Ia perintahkanku untuk menceraikanmu. Kembalilah ke keluargamu". Jadi, Ismail menceraikannya dan menikahi wanita lain di antara mereka (yaitu Jurhum).

    Lalu Abraham tinggal jauh dari mereka untuk jangka waktu yang Allah kehendaki dan mendatangi mereka lagi setelah beberapa waktu tapi tak menemukan Ismail. Jadi Ia datang kepada istri Ismail dan bertanya tentang Ismail. Istrinya berkata, "Ia pergi mencari nafkah untuk kami." Ibrahim bertanya, 'Bagaimana kehidupan kalian?' bertanya padanya tentang rezeki dan kehidupan merea. Istri Ismail menjawab, 'Kami makmur dan melimpah (yaitu kami memiliki segalanya melimpah).' Kemudian Ia berterima kasih pada Allah. Abraham berkata, 'apa yang kalian makan? ' jawabnya, 'Daging'. Abraham berkata, 'Apa yang kalian minum?' jawabnya, 'Air' Abraham berkata,"Ya Allah! Berkatilah daging dan air mereka"

    Nabi menambahkan, "Di waktu itu mereka tak memiliki gandum dan jika mereka memiliki gandum, Abraham juga akan menyebut Allah untuk memberkati".

    Nabi menambahkan,"Jika seseorang hanya memiliki dua hal sebagai rezeki, kesehatannya dan keadaannya akan memberikan pengaruh buruk kecuali Ia tinggal di Mekkah".

    Tambah Nabi,". Lalu Abraham berkata pada istri Ismail, "saat suami kembali, sampaikan salamku padanya dan katakan padanya bahwa Ia harus jaga ambang pintu rumahnya.". Ketika Ismail kembali, ia bertanya pada istrinya, "Apakah ada yang mendatangimu? ' Ia menjawab, 'Ya, seorang pria tampan tua datang pada ku,' Jadi Istri Ismail memujinya dan menambahkan "Ia bertanya tentangmu dan ku sampaikan padanya dan Ia bertanya tentang kehidupan kita dan ku katakan padanya bahwa kami berada pada kondisi baik". Ismail bertanya, 'Apakah ada ia menyampaikan padamu nasihat? " Istrinya berkata, 'Ya, Ia mengatakan padaku untuk menyampaikn salam padamu dan memerintahkan untuk menjaga ambang pintumu". Atas itu Ismail berkata, 'itu adalah ayah ku dan engkau adalah ambang batas. Ia memerintahkan ku untuk tetap bersamamu"

    Lalu Abraham tinggal jauh dari mereka untuk jangka waktu yang Allah kehendaki dan mendatangi mereka lagi setelah beberapa waktu. Ia lihat Ismael dibawah pohon di dekat Zamzam, sedang mengasah anak panahnya. Ketika ia lihat Abraham, ia bangkit untuk menyambutnya. Abraham berkata, 'Hai Ismail! Allah telah memerintahkanku.' Ismail berkata, 'Lakukan apa yang Tuhanmu perintahkan engkau untuk lakukan" Abraham bertanya, 'Maukah engkau membantuku?'. Ismail berkata, 'Aku akan membantumu' Abraham berkata, 'Allah telah memerintahkanku untuk membangun rumah di sini' sambil dia MENUNJUK KE BUKIT TINGGI ("أَشَارَ إِلَى أَكَمَةٍ مُرْتَفِعَةٍ عَلَى") dari SEKITARNYA'

    Nabi menambahkan, "Kemudian mereka mengangkat fondasi rumah (yaitu Ka'bah). Ismail membawa batu-batu dan Abraham yang membangun, dan ketika dinding menjadi tinggi, Ismail membawa batu ini dan meletakkannya untuk Abraham yang berdiri di atasnya dan melanjutkan membangun, sedangkan Ismail menyerahkan batu, dan keduanya berkata, 'Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

    Nabi menambahkan, "Lalu mereka berdua terus membangun dan berkeliling Ka'bah berkata: 'Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui' (2,127) [Bukhari 4.55.583]
Dari 2 hadis di atas (juga FATAWA 13043), terdapat banyak kejanggalan, diantaranya:
  1. Alasan kecemburuan Sara yang mengawali kisah adalah aneh dalam banyak cara, yaitu:

    (1) Sara-lah yang menyerahkan Hajar untuk disetubuhi suaminya agar melahirkan anak untuknya (ditradisi Abrahamik, anak yang dilahirkan budak adalah milik tuannya), jadi kecemburuan adalah tidak logis.
    (2) Hajar menyembunyikan kehamilan dengan korset adalah aneh karena kehamilan Hajar memang dikehendaki Sara.
    (3) Mengantar perempuan yang dicemburi istrinya adalah aneh karena menunjukan preferensi pada Hajar.
    (4) Mengantar hingga jarak 1200 Km (Fatawa menyatakan lokasi awal adalah di Palestina) dan meninggalkan begitu saja ibu dan anaknya sendiri yang sedang menyusui di tempat antah berantah dan dalam kesulitan adalah aneh dan biadab. Di samping jarak terlalu jauh, mempersulit diri Abraham sendiri yang padahal cukup menempatkan mereka pada jarak tidak terlalu jauh dengan kondisi yang menunjang kehidupan mereka, namun tidak dilakukan.

  2. Alasan di Mekkah ada Kabah, tetap tidak memerlukan upaya harus pergi dengan seorang perempuan dan anak yang sedang menyusu dan berakhir dengan meninggalkannya begitu saja tanpa ada apapun dan siapapun. Toh Abraham dapat datang sendiri (atau dengan pembantu lainnya) untuk mengunjungi kabah (dan/atau) membangun kabah. Bahkan kejadian pembangunannya pun baru akan terjadi PULUHAN tahun kemudian (setelah Ismail beristri ke-2), maka:

    (1) Jika benar ADAM pernah membangun Kabah, mengapa sebelum IBRAHIM dan ISMAIL, TIDAK ADA satupun NABI yang PERNAH DATANG KE SANA?

    Note:
    bahwa Adam yang pertama membangunnya, dari hadis marfu' berasal dari 'Abd Allah b. ' Amr; perawi Ibn Lahi'a adalah daif, lemah. [Ibn Kathir, The Life of the Prophet Muhammad (Al-Sira al-Nabawiyya), translated by Professor Trevor Le Gassick, reviewed by Dr. Ahmed Fareed [Garnet Publishing Limited, 8 Southern Court, south Street Reading RG1 4QS, UK; The Center for Muslim Contribution to Civilization, 1998], Volume I, p. 119]

    (2) Jika benar IBRAHIM dan ISMAIL yang MEMBANGUN KABAH, MENGAPA SETELAH IBRAHIM dan ISMAIL, TIDAK ADA satupun NABI BERIKUTNYA yang PERNAH DATANG KE SANA?

  3. Hadis menyatakan mereka berjalan kaki, tidak bergegas karena Hajar membawa anak dan menyusui. Oleh karenanya, kecepatan perjalanan adalah lambat (3 - 4 km/jam, jarak tempuh bisa jadi maksimum 20-25 km/hari). Untuk jarak 1200 Km, diperlukan 48-60 harii. Kondisi ini sangat tidak logis jika hanya dengan tujuan meninggalkan ibu dan anaknya sendiri yang sedang menyusu di tempat antah berantah.

  4. Hadis menyatakan Hajar ditinggalkan di bawah pohon tanpa ada air, maka bagaimana mungkin tidak ada air namun ada POHON besar? Keberadaan pohon mengindikasikan adanya air disekitar, dan toh kisah pada akhirnya menyatakan adanya mata air, ini logika yang aneh.

  5. Hadis menyatakan Hajar ditinggal sendirian, kemudian sekelompok orang datang dan tahu pasti Hajar hanya sendiri. Dengan jumlah mereka, tidak perlu mereka minta izin untuk minum dan tinggal, Karena air adalah barang sangat berharga di padang gurun, maka aneh sekali MEREKA TIDAK REBUT dan KUASAI. Juga, TIDAK ADA 1 LELAKI dari SUKU ITU yang berusaha mengawini HAJAR ataupun MEMAKSA HAJAR MELAYANI NAFSUNya atau MEMPERBUDAK HAJAR.

  6. Hadis menyatakan KABAH BERLOKASI DI KETINGGIAN SEBUAH BUKIT dibandingkan dengan dataran sekitarnya, yang bahkan aliran airpun mengalir melewati kanan dan kirinya, namun fakta saat ini: Ka'bah terletak di bagian rendah antara dua bukit, kerap terkena banjir dan bahkan sampai merusaknya, misalnya: Tahun 638, tahun 1039, yang dikabarkan hingga menewaskan 4 000 orang, tahun 1611, tahun 1629, yang menenggelamkan banyak orang dan perlu direkonstrusi ulang pada November 1630, tahun 1941, tahun 2008 dan terakhir tahun 2012

  7. Hadis menyatakan jelas bahwa ISMAIL BUKAN SUKU ARAB, Ia bahkan TIDAK MENGERTI BAHASA ARAB dan malah belajar bahasa arab pada suku Jurhum. Ini menujukan bahwa Ismail BUKAN bangsa arab, BUKAN bapak bangsa arab dan bangsa arab sudah ada sebelum Ismail ada. [Lanjutan: Are the Arabs Descendants of Ishmael? dan Ishmael Is Not the Father Of Muhammad: 1 dan 2, ISMAIL]

  8. Hadis menyebutkan bahwa jumlah kedatangan Ibrahim ke Mekkah adalah 4x: Ke-1, saat meninggalkan Hajar dan anaknya di tempat antah berantah. Ke-2, ketika berbicara dengan istri pertama Ismail dan kemudian Ismail ceraikan. Ke-3, berbicara dengan Istri kedua Ismail. Ke-4, ketika membangun Ka'bah. Hajar dan Ismail tidak tahu bahasa Arab, pastinya belajar pada suku Jurhum, maka dengan bahasa apa Ibrahim berbicara dengan kedua istri Ismail? Juga, hadis tidak pernah menyebutkan disetiap kedatangan Ibrahim, ada pembicaraan pengorbanan Ismail.
Ibrahim Diperintahkan Mengurbankan Anak: ISMAIL atau ISHAK?
Kemudian Abraham diperintahkan tuhan ke tanah Moria (Arab: marwah) ke sebuah Gunung untuk mengorbankan Ishak (2 Taw 3.1, gunung Moria dikatakan letaknya di Yerusalem). Ishak disebut sebagai ANAK TUNGGAL Abraham. (Kej.22.2). Abraham beserta para pembantunya dan Ishak bangun pagi-pagi, memotong kayu dan pergi naik keledai. Pada hari ke-3 karena tempat yang dituju sudah terlihat (siang hari), Pembantu dan Keledai di suruh menunggu. Abraham bersama Ishak berjalan dan Ishak yang memanggul kayu bakar (umur Ishak sudah cukup besar). Ishak tidak jadi dikorbankan karena Malaikat tuhan memberikan anak domba yang terikat di belukar (Siang hari), setelah mengorbankan domba mereka pulang ke Bersyeba.[Kej. 22.3-19]

Perkiraan jarak lokasi pengorbanan Ishak:
Perjalanan Abraham dan Ishak tidak tercatat dilakukan secara bergegas. Bisa jadi mereka hanya berjalan di siang hari dan malam hari diperuntukan untuk istirahat. Jarak tempuh keledai seharinya dapat mencapai sekitar 30 km, Jadi 60 KM untuk 2 (hari). Pada hari ke-3, berjalan kaki dengan membawa beban + perlu waktu untuk melakukan ritual (menyembelih+membersihkan+membakar) yang seluruhnya di lakukan adalah wajar sebelum matahari terbenam. Jadi kemungkinan lama mereka berjalan maksimum 4 jam saja dan tidak bergegas (3-4 km/jam), sekitar 12-16 km. Total jarak tempuh sampai ke gunung yang dituju adalah 72-76 km dari area Bersyeba. [Jarak Bersyeba-Yerusalem adalah sekitar 74 km]
→ Lokasi Gunung: Masih di area KANAAN.

Tentang ANAK TUNGGAL:
Hukum ajaran Ketuhanan Abrahamic (Yahudi, Kristen dan Islam) menyatakan bahwa anak dari Ibu yang BERSTATUS sebagai BUDAK maka anaknya juga Budak.

Kristen/Yahudi:
PL: Kej. 17.12-13, Kel.23.12, Imanat 22:11
PB: Gal 4.22-23, 30-31.

Sumber Islam:
Pertanyaan pada Ibn Timiyya, Syaikhul Islam (Vol. 31, pp 376, 377): "Seorang pria menikahi budak wanita, melahirkan anak baginya. Apakah anak itu berstatus merdeka atau tetep budak?"

Ibnu Timiyya:
  1. "Anaknya wanita itu akan menjadi milik tuannya menurut semua Imam (empat mazhab Islam) karena anak mengikuti (status) ibunya apakah merdeka atau budak. Kalo anak BUKAN DARI RAS ARAB, maka ia budak, tetapi para ulama masih bersengketa jika ia berasal dari ras Arab - apakah berstatus merdeka/budak karena ketika Aisyah (Istri Muhammad) punya budak wanita berasal dari ras Arab, Muhammad bilang pada Aisyah, `Bebaskan gadis itu karena dia dari anak-anak Ismael.'"
  2. Ahli undang-undang Abu Hanifah mengatakan, "Muhammad adalah seorang Arab, oleh karena itu tidak diterima untuk memperbudak orang Arab karena bangsawan ras ini karena Muhammad adalah dari mereka." [Vol. 31, hal 380]
  3. Keuntungan bersetubuh dengan budak wanita adalah karena anaknya juga akan jadi BUDAK: "TIDAK diperbolehkan orang Arab merdeka menikahi budaknya kecuali tidak bisa dihindari, misal tidak mampu menikahi wanita merdeka. Jika terjadi dan menikahi budak, anak-anaknya adalah juga budak, karena mereka ikut status ibu dalam perbudakan"[Di Vol. 31, hal 383]
Fatwa 5707:
Jika seorang wanita diperbudak menurut syariat, Tuannya diperbolehkan berhubungan intim dengannya...jika seorang budak wanita hamil, anak menjadi milik tuannya dan si Ibu merdeka ketika tuannya meninggal, karena si Ibu adalah umm Walad.

Tentang ANAK SULUNG yang KEHILANGAN KESULUNGANNYA:
  1. Abel, Kain dan Set. Set menggantikan abel (Kej. 4.25, "Allah telah mengaruniakan kepadaku anak yang lain sebagai ganti Habel; sebab Kain telah membunuhnya". Arti ayat ini bisa menjadi dua maksud: sebagai anak sulung atau anak yang mati di bunuh kain. Jika berarti anak sulung, maka anak yang pernah melakukan kesalahan tidak akan membuat dia mewarisi kesulungan. Ismail juga diusir karena melecehkan Ishak secara seksual.)
  2. Esau dan Yakub di kej. 25.27-34 dan 27.1-40. Pada Kej.25.23, "anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda". Pada kejadian Ismail vs Ishak, referensi keberihakan tuhan pada Ishak, yaitu di kej 17.19 "Tetapi Allah berfirman: 'Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya'" Walaupun demikian Ismail pun diberkati tuhan itupun karena permintaan Ibrahim di Kej 17:20 "Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar.". Penegasan berulang tentang keberpihakan tuhan pada Ishak dan bukan pada Ismail di Kej 17.21, "Tetapi perjanjian-Ku akan Kuadakan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga.".
  3. Ruben (Anak sulung dari Lea) vs Yusuf (Anak dari Rahel). Karena ruben meniduri Bilha (gundik ayahnya sendiri, yakub Kej 35.22, 49.4), maka hak kesulungannya diberikan kepada Yusuf (1 Taw 5.1). Perhatikan kasus Ismail yang melecehkan Ishak.
  4. Keturunan Yusuf: Manasye vs Efraim (Kej 48.17-19)
  5. Keturunan Isei: 7 kakak Daud vs Daud (si bungsu), yang jadi sulung adalah si bungsu, Daud (1 Sam 16.10-13)
  6. Keturunan Daud (1 Taw 14.3-7), dimana Solomo/sulaiman bukan anak sulung dan Ia yang dijadikan sulung (1 Taw 28.4-6, 29.23-25)
Mungkin akan ada yang berargumentasi LEGALITAS Ismail dengan alasan bahwa Sarah memberikan Hagar kepada Abraham untuk dijadikan Istri/selir/gundik (ishshah) [Kej 16.3]. Mereka yang berpendapat ini melupakan bahwa kata "ishshah" SELAIN berarti Istri juga berarti selir atau gundik dan SELAIN dari itu juga berarti:
  1. SUNDAL misal: "Karena bagi seorang sundal [ishshah] sepotong rotilah yang penting, tetapi isteri [ishshah] orang lain memburu nyawa yang berharga. [Ams 6:26] " ATAU
  2. PEREMPUAN misal: "Maka pergilah ia ke sana, lalu bercakap-cakap dengan perempuan [ishshah] itu, sebab Simson suka kepadanya. [Hakim 14,7]. Contoh lain: Ia harus mengambil [laqach] seorang perempuan [ishshah] yang masih perawan [b@thuwliym].[Imanat 21.13]
Di Alkitab terdapat referensi yang membedakan perempuan yang berstatus sebagai ISTRI dan BUKAN, yaitu dengan ada/tidaknya MAS KAWIN/MAHAR untuk memperistri, seperti yang dilakukan ISHAK ketika mengawini Ribka [Kej. 24.53] atau ketika Yakub mengawini Rahel dan Lea memberikan mahar kerja 7x2 tahun [Kej. 29.18-30].

Abraham selain menyetubuhi budak perempuan Sarah (Hagar), setelah wafatnya sara dan dimasa tuanya ia juga menyetubuhi perempuan lain (Ketura) tidak disampaikan adanya MAHAR (Semua keturunan dari GUNDIKNYA di SURUH PERGI JAUH DARI ISHAK agar tidak mengganggu ISHAK, mereka di suruh pergi ke arah timur, tanah timur), juga ketika YAKUB menghampiri budak2 Rahel (Ribka) dan juga Lea (Zilpa) tidak disampaikan adanya mahar. [Detail lainnya lihat di "Slavery"]

Sehingga, walaupun Ismail merupakan anak ke-1, namun Ia lahir dari IBU (non Ibrani) yang BERSTATUS sebagai BUDAK, maka ia mewarisi STATUS SEBAGAI BUDAK. Ishak satu-satunya anak yang lahir dari IBU yang BUKAN BUDAK.

Sumber Islam:
Mengenai siapa yang dikurbankan Abraham apakah: Ishak atau Ismail yang kelak akan dikenang sebagai tradisi Idul Adha di kalangan umat Islam, Quran emang membungkam untuk menyampaikan namanya.

Hadis Bukkhari 4.55.583 dan 584 dari riwayat Ibn Abbas di atas, walaupun memerinci sejarah hidup Ismail namun tidak menyinggung adanya peristiwa kurban, namun terdapat beberapa hadis lain yang tampil menyebutkan nama sang kurban, salah satunya:

Riwayat Yunus - Hammad - 'Ata` ibn As Sa`ib - Sa'id ibn Jubair - Ibn Abbas: Nabi berkata bahwa Jibril membawa Abraham ke Jamra al-Aqabah (bagian atas Jamrah atas, pilar atau tempat untuk merajam) dan Setan menampakkan dirinya. Lalu Abraham melempari setan dengan 7 batu hingga setan (jatuh pingsan/menghilang). Kemudian Ia ke Jamrah tengah (wustha) dan lagi Setan menampakkan dirinya, ia kembali melempari dengan 7 batu yang menyebabkan setan (jatuh pingsan/menghilang). Ia ke Jamrah lebih rendah (qushwa), dan lagi Setan menampakkan dirinya. Lagi ia melempari setan yang menyebabkan setan jatuh (jatuh pingsan/menghilang) lagi.

Sekarang ketika Abraham ingin MENYEMBELIH PUTRANYA ISHAK, Ishak berkata ayahnya, "Ayah, ikat aku agar aku tak merasakan takut dan darahku memercikan ke seluruh tubuhmu saat Engkau menyembelihku" Jadi Abraham mengambil dan mengikatnya dan mengambil pisau.

Ketika ia hendak menyembelihnya sebuah suara memanggilnya dari belakang, "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu (AQ 37.105)" [Musnad Ahmad no. 2658]

Masalahnya..

Nama di atas itu, BUKANLAH satu-satunya pendapat yang tegas dari kalangan Islam...Mereka sendiri aja pusing akan hal ini dan terbagi kedalam 2 kubu. TABARI, menyampaikan list 2 kubu pendapat bahwa yang dikorbankan adalah: Ishak [hal 82 s.d hal 86] VS Ismail [hal 86 s.d hal 90]. Demikian juga adanya 2 pendapat sebagaimana yang disampaikan di Tanwîr al-Miqbâs min Tafsîr Ibn ‘Abbâs untuk AQ 37.102 dan Tafsir Jalalyn untuk AQ 37.107.

kemudian,
Jalalayn tafsir AQ 37.102 menyatakan bahwa usia anak tersebut saat dikurbankan adalah 7 - 13 tahun.

Informasi dari hadis bukkhari di atas malah memporakporandakan pendapat Jalal al-Din al-Mahalli (W. 1459 M) dan Jalal al-Din al-Suyuti (w. 1505 M). Karena riwayat ibn Abbas ini menyampaikan bahwa kedatangan Ibrahim ke Mekkah itu jumlahnya 4x, setelah meletakan ibu dan anak yang sedang menyusu itu sendirian di padang gurun antah berantah. kedatangan berikutnya hanya terjadi ketika Hajar telah wafat, Ismail telah dewasa dan menikah dan membangun kabah

Pun demikian,
Ibn kathir mengatakan dalam tafsir AQ 37.101, bahwa hadis dari Imam Ahmad yang berasal dari riwayat Ibn Abbas (narasinya mirip dengan hadis Imam Ahmad di atas..malah menyatakan bahwa nama sang kurbannya adalah ISMAIL.

Waduh..Jadi Ibn Abbas yang di Musnad Ahmad ini sebenarnya yang benar itu hendak menyampaikan yang mana?

Padahal,
jika mau memperhatikan quran dengan benar maka di Quran ada satu paket kisah penyembelihan anaknya, yang diawali karena mimpi, yang merujuk pada Ishak jelas terlihat:

"Tuhanku (rabbi) beri aku (hab-li) dari (mina) para yang SALEH (al-salihiina) [AQ 37.100]. Maka kami beri kabar baik (fa-basharnahu) dengan anak (bi-ghulaamin) penyantun/berbudi (halimin) [AQ 37.101] Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat DALAM MIMPI bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."[AQ 37.102] ...Dan-Kami beri dia kabar gembira (wa-basharnahu) dengan Ishaq (bi-ishaqa) seorang nabi (nabiyan) dari (mina) para yang SALEH (al-salihin) [AQ 37.112].

Imbuhan "wa" pada basharnahu, berarti "dan". Imbuhan yang merupakan kata sambung yang menunjukan kesetaraan dengan kata atau frase sebelumnya sehingga dalam hal ini adalah keberhasilan Ibrahim dan anaknya dari ujian yang diberikan serta anak yang salihin yang halimin yaitu Ishaq seorang nabi.

Kedatangan Malaikat memberitakan kelahiran anak yang dijanjikan:
  1. (Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata: "Janganlah kamu takut", dan mereka memberi kabar gembira (wabasharūhu) kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak ʿalīmin. Kemudian isterinya datang memekik lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata: "(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul." [AQ 51.28-29]
  2. [Kedatangan Malaikat] Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: "Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah yang diutus kepada kaum Luth". Dan isterinya berdiri lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira (fabasharnāhā) tentang Ishak dan dari Ishak Ya'qub. Isterinya berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh." [AQ 11.70-72]
Sehingga, halimin = alimin = Ishak dan di bawah ini, disebutkan sendiri persamaan orang yang diberikan tafsir mimpi yaitu YUSUF dan AYAHNYA, kemudian antara IBRAHIM dan ISHAQ:

(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku BERMIMPI melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku". Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu.." Dan demikianlah Tuhanmu, MEMILIH KAMU DAN DIAJARKANNYA KEPADAMU SEBAHAGIAN DARI TAB'IR MIMPI-MIMPI dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu DAN KEPADA KELUARGA YA'QUB, SEBAGAIMANA DIA TELAH MENYEMPURNAKAN NIKMAT-NYA KEPADA DUA BAPAKMU SEBELUM ITU, IBRAHIM dan ISHAQ... [AQ 12.4-6, ini berkesesuaian dengan Hadis Musnad Ahmad no.2658]

Tanpa keraguan dapat disimpulkan bahwa Quranpun menyebutkan Ishaq sebagai anak yang hendak disembelih.

Kelatahan urusan sembelih menyembelih juga muncul dalam riwayat Ibn Ishaq, yaitu ketika itu Abdul Mutalib (kakek Muhammad) yang punya nazar jika berhasil mempunyai sepuluh anak kemudian mereka besar dan mampu melindunginya, maka ia akan menyembelih satu anaknya dihadapan Hubal, sang Allah azza wa Jalla melalui pengocokan nama dan setiap nama abdullah (Ayah Muhammad) muncul diganti dengan 10 unta dan dalam 10x pengocokan, selalu nama abdullah muncul hingga jumlah unta menjadi 100 dan ketika di kocok 4x lagi selalu keluar nama unta dan dianggap Allah sudah berkenan, maka unta-unta tersebut disembelih dan manusia dibiarkan bebas mengambilnya.

Ibn Ishaq dalam riwayat ini menyampaikan Abdul muthalib yang punya bukan hanya 1 anak tapi 10 anak dan bahkan sang penyampai riwayat tidak lupa nama anak yang akan di sembelih dan herannya buat apa pula Ibn Ishaq memungut kisah yang biadab ini, karena bahkan dalam banyak riwayat yang lazim dijadikan nazar oleh kaum quraish jika anaknya tetap hidup sampai besar bukanlah menyembelih anak, namun seperti kisah yang disampaikan Abdullah ibn Abbas: Ketika anak-anak seorang wanita (jaman Pra-Islam) tak dapat bertahan hidup, Ia bersumpah pada dirinya bahwa jika anak-anaknya hidup, Ia akan menjadi Yahudi.. [Abu Dawud 14.2676].

Bingung, kan...

Oh, itu tidak seberapa..yang seharusnya lebih membingungkan lagi adalah ketika berbicara mengenai janji-janji SURGA dan TUHAN, mereka begitu gapah dan lancarnya, namun, koq SULIT SEKALI hanya sekedar memberikan ketegasan sebuah nama siapa diantara ISHAK VS ISMAIL yang jadi kurbannya :) [Detail lanjutan, lihat di sini] []

Sara wafat di Hebron, Kanaan pada usia 127 tahun (saat itu usia Abraham = 137 tahun, Ishak = 37 tahun dan Ismail = 50 tahun). Abraham datang ke Hebron meratapi istrinya. [Kej 23.1]. Untuk keperluan pemakaman, Ia membeli Ladang yang berisi gua dari orang Efron. Ladang itu ada di Makhpela, sebelah timur Mamre [Kejadian 23.11-17]

→ Mamre ada di dekat Hebron, DI TANAH KANAAN.

Abraham kemudian MENETAP di sebelah timur Mamre, MENDIRIKAN MEZBAH bagi TUHAN, menguburkan SARA (di Gua Makhpela) [Kej 13.18, 23.19]. Abraham kemudian menikah lagi (Saat menikah dipastikan usianya > 137 tahun) dengan perempuan bernama Ketura [Kej 25.1]. Sebelum wafatnya, Abraham memberikan hartanya pada Ishak, Ia juga meminta SELURUH TURUNAN, termasuk MIDIAN yang berasal dari gundiknya agar MENJAUH dari ISHAK dan PERGI ke ARAH TIMUR.[Kej 25.1-6]. Abraham wafat di Usia 175 tahun. Ishak dan Ismail MENGUBUR ABRAHAM di gua MAKHPELA [Kej. 25.9].


Ishak berketurunan Esau dan Yakub. Esau (artinya: merah) disebut sebagai Edom dan kelak tingggal di SEIR (Arab: shur/thur?), Turunan Esau salah satunya adalah Hori juga tingal di yang tinggal Seir (Pegunungan) sampai ke El-Paran di tepi padang gurun (Gunung Paran, El Roi pada peristiwa Hagar/Ismail). [kej 14.6]. Perjalanan 11 hari (kurang lebih 44 km) dari Gunung Horeb melintasi pegunungan seir menuju Kadesh-Barnea. Kadesh letaknya di dekat gurun paran.. Ini mengindikasikan lokasi Seir juga ada di KANAAN.

Dari ringkasan kisah di atas, kita temukan bahwa:
  1. MAQAM IBRAHIM ada DI TANAH KANAAN.
  2. PADANG GURUN PARAN ada DI TANAH KANAAN
  3. TANAH MIDIAN ada di ARAH TIMUR MAMRE (area lembah Yordan, barat sungai Yordan) ada di TANAH KANAAN.
  4. Tanah Sier (atau Edom) ada di TANAH KANAAN.
  5. Abraham, Ishak dan Ismail ada di TANAH KANAAN.
Sehingga misalkan kita menemukan persoalan pertanyaan tentang lokasi seperti ini:
    Hadad, orang Edom (1 raja 11.4) melarikan diri..mengungsi ke Mesir;..Mereka berangkat dari Midian, lalu sampai ke Paran;..lalu mereka sampai ke Mesir.. [1 raja-raja 11.17-18]

    Maka rutenya: Midian Paran Mesir. Maka kita ketahui lokasi tempat itu, yaitu: Edom, tanah Midian dan Paran semuanya ada di TANAH KANAAN.
Karena Quran 3.96-97 sudah menyatakan bahwa ciri-ciri Baitullah itu harus ada MAQAM IBRAHIM, maka BAKKAH sudah pasti BUKAN di Mekkah karena Ibrahim dimakamkan di TANAH KANAAN.

Konsekuensi lanjutan adalah:
Baik Ibrahim, Hajar dan Ismail TIDAK PERNAH ke Mekkah
Ibrahim dan Ismail TIDAK PERNAH membangun Kabah.
TIDAK PERNAH kaum Yahudi dan Kristen berkiblat ke Mekkah dan beritual Haji.
TIDAK PERNAH ada NABI yang datang ke Mekkah dan memberikan Peringatan.

Itulah sebabnya,
Sedari menjadi nabi di Mekkah hingga di Medina sampai 16-18 bulan kemudian, QIBLAT Nabi TETAP saja ke Baitul Maqdis!

Setelah kita mengetahui ini,
maka seharusnya kita dapat juga menduga bahwa segala rekayasa kisah yang mereka lakukan ini hanyalah sebagai alasan pembenaran perpindahan kiblat ke tempat sesembahannya kaum Quraish di Mekkah, padahal ini semua bermula hanya karena ketersinggungan Nabi pada kaum Yahudi. []
---------

Sejak kapan Ka'bah di Mekkah ada?

Jika yang kita rekontrusi di atas bahwa TIDAK BENAR Abraham: pernah ke Mekkah dan membangun KABAH adalah KESIMPULAN SALAH, Maka SEHARUSNYA di berabad-abad SEBELUM ISLAM ADA TERDAPAT CATATAN mengenai keberadaan Mekkah dan KABAH, bukan?

Fakta: Versi Peta Herodotus abad ke-5 SM, sama sekali TIDAK MENULISKAN adanya Mekkah.

Penulis Anonim di wikipedia: Mecca, ketika berbicara sejarah awal Mekka, mengkaitkannya dengan tulisan sejarahwan Yunani, Diodorus Siculus (60 SM - 30 SM) "Bibliotheca historica" di hal. 217:
    ..The inhabitants of the land about the gulf, who are known as Banizomenes, find their food by hunting the land animals and eating their meat. And a temple has been set up there, which is very holy and exceedingly revered by all Arabians. Next there are three islands which lie off the coast just described and provide numerous harbours.
    (.. Penduduk sekitar teluk, yang dikenal sebagai Banizomene, bermata-pencaharian memburu binatang darat dan memakan dagingnya. Dan di sana berdiri sebuah kuil yang disucikan dan sangat dihormati seluruh orang Arab. Di hadapannya, ada tiga pulau terletak di lepas pantai yang digambarkan tadi dan tersedia sejumlah pelabuhan.)
Ini jelas TIDAK BENAR, karena tertulis jelas bahwa kuil tersebut berada di area TELUK dan milik Banizomene, sementara Mekkah milik Quraish TIDAK BERLOKASI di area teluk dimaksud.

    Note:
    Kata-kata Agatharchides dari Cnidus ("on the Erythraean Sea", Stanley Burstein) juga telah direkonstruksi tiga penulis lawas lainnya: Diodorus (49 SM), Strabo (15 M) dan Photius (897 M). Agatharchides satu-satunya geographer sebelum 1800 M yang memahami teluk Aqaba (Ia sebut ini "teluk Laeanite"). Ia batasi "Arabia" ke arah Selatan dan Timur dan juga di Timur teluk Aqaba. Agatharchides tidak berlayar ke bagian bawah teluk Laeanite, namun Ia nyatakan kaum Arab tinggal di pantai Timur dan TIDAK di sebelah kiri, Ujung dari teluk adalah Petra [Agatharchides, 169 SM]
Juga terdapat klaim paksa bahwa kata "Macoraba" = Mecca dengan merujuk "dabanegoris regio"-nya Claudius Ptolemy (127 M -145 M). Pembatah Klaim: P. Crone dalam "Meccan Trade and the Rise of Islam" (hal. 133-137) VS Pendukung Klaim: Dr. Amaal Muhammad Al-Roubi. Namun, Al-Roubi saat membantah P. Crone, mengabaikan beberapa fakta, yaitu:
  1. Ptolemy TIDAK MENYEBUTKAN kota-kota lainnya dalam jalur tempat jika "Mekka" itu benar yang dimaksudkan
  2. Macoraba sebagai kota yang dimaksudkan Ptolemy berlokasi di PEDALAMAN Arabia
Malah,
jika kemiripan ucapan digunakan sebagai dasar cocoklogi, maka "Muqarraba/Maqarib" justru lebih dekat ke "Macoraba". Baik Ptolemy, P. Crone dan Yaqut Al-Hamawi (1179 M -1229M, dalam "Mu'jan Al Buldan") menyampaikan lokasi Macoraba ada dekat Yatrib/Medina. ["Sense and Sensibility in Islam: Linguistics, Context and Rationality", Abdul Elah Nazer]. Sejarahwan abad ke-4 Romawi, yaitu Ammianus Marcellinus (325/330 M – di atas 391 M) juga TIDAK MENYEBUTKAN keberadaan kota Mekkah.

Kemudian,
Inskripsi Murayghan 3 (ditemukan tahun 2009) memuat deklarasi kemenangan Abraha, diantaranya penetapan kewenangan di Maa'ddum dan atas ekspansi ke Timur Laut, Utara dan Barat Laut Arabia khususnya Hagar (Arabia timur), Tayyum (Arabia Utara) dan Yathrib (Barat laut Arabia). Inskripsi ini tidak bertanggal namun dari deklarasinya, maka ini jelas kelanjutan dari Inskripsi pertama yaitu Inkripsi Sabean (Murayghan 1, RY 506, tahun 552 Masehi), yang menyatakan Raja Abraha sukses melancarkan ekspedisi militer di Oasis Taraban/Turaba (sebelah barat Ta'if, 100 Km dari Ta'if. Jarak Ta'if-Mekkah, 80 Km dan Ta'if berada di sebelah barat Mekah).

Dari sekian banyak kota,
keberadaan kota "Mekkah" TIDAK disebutkan sama sekali, padahal beberapa tempat yang berdekatan dengan Mekkah dan/atau terletak lebih di Utara dari Mekkah saja disebutkan. Inskripsi ini memberikan bukti sederhana bahwa kota Mekkah pada jaman Abraha TIDAK PENTING dan/atau bahkan belum ada.

Jangankan pada jaman pra islam yang memang Mekkah tidak dikenal,
bahkan setelah Muhammad wafat sekalipun, Mekkah masih tidak dikenal, ini terkuak pada catatan Khuzistan (tahun 650an Masehi) yang berisikan potongan geography area Arab saat itu dan juga tidak menyinggung keberadaan Mekkah:
    Hasor, yang kitab katakan 'yang terutama di antara segala kerajaan' [Yosua 11.10], milik para arab, ketika nama Medina berasal dari Midian, anak laki-laki ke-4 Ibrahim dari Ketura; yang juga di panggil Yathrib. dan Dumat al-Jandal [modern al-Jawf] milik mereka, dan area kaum Hajar, yang kaya akan air, pohon palem dan bangunan benteng. Area Khatt [Sekarang Emirate], bertempat di tepian laut disekitar pulau-pulau dari Qatar, juga kaya dengan cara yang sama. Juga dihiasai ragam tanaman. Area Mazun [Oman] juga menyerupai itu dan juga terletak di tepian laut, terdiri dari area seluas 600 km (100 parasangs. Demikian [milik para Arab] juga area Yamama, ditengah-tengah gurun dan area Tawf, dan kota Hira, tempat bertahta raja Mundhir, yang berjuluk 'pejuang'. (Chron. Khuzistan 38—39, di sadur dar buku "Arabia and the Arabs: From the Bronze Age to the Coming of Islam", Robert G. Hoyland, hal.55)
Robert G. Hoyland menyatakan karena menyebutkan Mundhir, maka catatan ini mungkin ditulis pada jaman pemerintahan Ali bin Abu talib menantu Nabi Muhammad, penguasa Hira (656 M - 660 M).

Mencengangkan bukan?

Berbicara tentang kota-kota kuno di Arab Saudi, maka menurut Komisi Pariwisata dan Antik Pemerintah Saudi, terdapat 13 kota kuno di Saudi Arabia, diantaranya: Qaryat al-Fāw (700 Km dari Riyadh), Al-Akhdood Archeological Area (1300 Km dari Riyadh), Mada'in Saleh (1400 Km dari Riyadh), Jubbah (350 Km dari Riyadh), Tarut (424 Km dari Riyadh), Al Shuwayhtiyah (1300 Km dari Riyadh), Thaj (350 Km dari Riyadh) dan Dummat Al Jandal (1049 Km dari Riyadh), sedangkan beberapa kota yang belum disebutkan juga tidak termasuk Mekkah.

Kalangan Islam terdidik rupanya juga melihat kejanggalam klaim kabah dibangun oleh Ibrahim, sekurangnya di sampaikan oleh mantan Menteri Pendidikan Mesir (1950 – 1952), Professor Sastra Arab, Universitas Kairo, Dr. Taha Husayn/Abu Ruqayba (1889-1973):
    "Kasus dalam episode ini (Ibrahim dan Ismail membangun Kabah) adalah sangat jelas, karena ini muncul belakangan dan hadir ke dalam trend sebelum kebangkitan Islam. Islam mengeksploitasi ini sebagai alasan religi" [Behind The Veil. Ch.7: "Hayatuhu wa Fiktuhu fi Mizan al-Islam", Anwar Jundi, Kairo, Dar Al-I'tisam,1977, hal.170]
Seorang bernama Rafat Amari juga menyatakan bahwa Mekkah baru ada di setelah Abad ke 5 M, berikut sekelumit tulisannya:

Yang membangun Ka'bah BUKANLAH Ibrahim namun seorang yang bernama Asa’d Abu Karb, pemimpin suku yaman yang memerintah antara tahun 410 M - 435 M [Al-Azruqi, Akhbar Mecca, 1:173; Yaqut al-Hamawi, Mujam al-Buldan, 4:463].

Ia juga menyatakan bahwa tulisan penulis sejarah Islam yaitu Ibn Ishaq dan rekan-rekannya TIDAK BENAR dalam menceritakan kisah suku Jurhum
    Setelah Nabaioth, suku Jurhum adalah penghuni Mekkah pada jaman Abraham, bertangungjawab melayani tempat pemujaan di Mekkah. Menurut kisah tersebut, mereka melayani sampai suku Khuzaa’h datang dari Yaman. Hal itu terjadi setelah dam di Ma’rib mulai menunjukan tanda2 kerusakan dan terusirlah mereka.

    Kisah itu berlanjut bahwa ketika suku Khuzaa’h tiba di Mekkah, mereka mengalahkan Jurhum. Jurhum kemudian meninggalkan Mekkah untuk menyembunyikan batu hitam dari kuil pemujaan dan 2 rusa emas. Mereka menyembunyikan benda2 tersebut di mata air yang disebut sebagai Zamzam, kemudian menutupi mata air tersebut, batu tersebut dan rusa2 dengan tanah sehingga tidak terlihat [Tarikh al-Tabari, I, page 524]
Mengapa?

Menurut kisah tersebut, Jurhum tinggal di Mekkah sampai dengan dam Ma’rib rusak dan suku Khuzaa’h meninggalkan Yaman. (sekitar tahun 150 M).
  1. Tidak ada penulis klasik yang berkunjung dan menulis tentang wilayah Barat Arabia menyinggung keberadaan suku jurhum dan juga Mekkah.
  2. Setelah suku Jurhum dikalahkan, adalah tidak mungkin mereka mengubur 2 rusa emas yang sangat berharga dan sebuah batu yang sangat dipuja yang dimiliki tempat pemujaan di Mekkah tanpa diketahui para penghuni lainnya? Setiap suku yang meninggalkan Mekkah sudah pasti membawa harta pusakanya dan tidak menguburnya di tempat umum, diketahui secara umum. Dan mata air tersebut adalah mata air satu2nya di Mekkah.
  3. Batu hitam adalah sebuah batu yang dipuja. Tidaklah mudah untuk memindahkannya dari lokasi di dalam kuil pemujaan tanpa diketahui. Menurut pengakuan kaum muslim, perang pecah dikarenakan perebutan hak pengelolaaan atas tempat pemujaan tersebut. Bagaimana mungkin sebuah suku Jurhum yang dikalahkan berhasil memindahkan batu tersebut tanpa dicegah oleh suku Khuzaa’h sang pemenang atau paling tidak mengetahui tempat disembunyikannya si batu ?
  4. Terpusat pada keberadaan mata air itu sendiri. Jika ia berada di jazirah arab bagian barat, maka lokasinya pasti penting untuk diingat. Di atas semua itu, air , secara khusus sangatlah penting bagi bangsa arab yang hidup di gurun pasir. Tradisi Islam mengklaim keberadaan mata air tersebut sejak jaman Abraham. Jika pada saat itu secara ajaib diadakan pada saat malaikat Gabriel memberikan air pada Hagar dan anaknya, Ismael, maka keberadaannya harusnya diketahui secara luas, bukan hanya di Mekkah, tetapi juga di kota2 lain disekitar Mekkah. Kaum Bedouin pasti akan datang ke mata air itu untuk memberi minum binatang ternak mereka. Para penghuni juga akan datang untuk menyegarkan diri mereka. Tidak seorangpun dapat menyembunyikan mata air tersebut, bahkan jika dapat ditutupi dengan tanah.
Kisah kaum Jurhum menyembunyikan barang di mata air pada abad kedua masehi diteruskan dengan mengklaim bahwa Abdel Mutaleb, kakek Muhammed, menemukan kembali mata air tersebut pada akhir abad kelima masehi. Kita hanya dapat menyimpulkan bahwa mata air itu tidak pernah ada sebelum masa Abdel Mutaleb, dan bahwa penggalian yang dilakukan oleh penghuni Mekkah pada akhirnyalah yang menemukan sumber air bawah tanah yang kemudian menjadi sebuah mata air.

Fenomena penggalian untuk mendapatkan air yang mana kemudian menjadi mata air adalah hal umum di Timur Tengah. Klaim bahwa sebuah mata air ada di sebuah kota selama 2,500 tahun sebelum Jurhum berhasil menutupnya dari semua orang selama tiga abad berikutnya adalah hal yang tidak mungkin terjadi, sejak mata air di jazirah Arab pada masa tersebut adalah bernilai dan sangat penting bagi para Bedouin dibandingkan dengan Laut Mati itu sendiri. Anda mungkin dapat menyembunyikan laut dari mata suku2 yang kehausan tetapi anda tidak dapat menyembunyikan sebuah mata air dan lokasinya selama itu.

Demikian yang disampaikannya, untuk detail lainnya, silakan baca bukunya.
---------

Baiklah,
Sebagai kesimpulan dan penutup artikel ini, mungkin anda bertanya-tanya jikalau benar islam sesuatu banget seperti ini, lantas mengapa Ibnu Ishaq, Bukhari, Tabari dan para Ulama dunia Islam lainnya tidak juga Murtad?

Jawab:
Bisa jadi mereka tidak tahu bahwa ini adalah keliru. Mereka ini ibarat orang yang memakai baju yang sama dan juga tidak mandi berhari-hari lamanya, mereka tidak mencium baunya badan mereka yang minta ampun itu, tapi orang lain tau sebau apa badan mereka itu.

Atau bisa jadi nurani mereka tahu bahwa ini keliru, namun kenikmatan, pujian dan limpahan penghormatan sebagai ulama membutakan logika mereka karena duniawi memang selalu menggoda, bukan?

Jika diri sendiri yang mempercayai dan/atau menelannya sendiri maka itu mutlak masalah dirinya sendiri, namun jika sampai membuat orang lain berani untuk mati karena percaya dan/atau bahkan sampai membuat orang lain mati karena tidak mempercayainya atau menolak mempercayainya atau bahkan memaksa untuk percaya, maka ini barulah benar-benar bermasalah.

Atau bisa jadi karena mereka tahu bahwa jika murtad maka mati (atau ini):
    Quran:
    "..TAATILAH Allah dan TAATILAH Rasul, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),.. [AQ 4.59]

    Katakanlah kepada orang-orang kafir itu [qul lilladhīna kafarū]: "Jika [in] mereka berhenti (dari kekafirannya) [yantahū], dosa lalu mereka akan diampuni [yugh'far lahum mā qad salafa]; dan jika [wa-in] mereka kembali lagi (kafir/murtad) [yaʿūdū] sesungguhnya [faqad] akan berlaku [maḍat] sunnah [sunnatu] (orang-orang) sebelumnya [l-awalīna]; Dan BUNUHLAH mereka [waqātilūhum], hingga [ḥattā] tidak ada [lā takūna] fitnah/syirik [fit'natun] dan supaya [wayakūna] agama itu [l-dīnu] semata-mata untuk Allah..[kulluhu lillahi ..][AQ 8.38-39]

    Note:
    Akar kata Q-T-L (Qaf-Ta-Lam) kerap diterjemahkan menjadi "perang/bertengkar" yang mengaburkan maksud. Akar kata QTL menunjukan suatu perbuatan dengan akibat pada 'kematian atau terjadinya pembunuhan', aplikasinya misal: qatala: 'dia (pria) membunuh', qattala: 'Ia sering membunuh', qutila: 'dia (pria) dibunuh', qutilū: 'mereka dibunuh', uqtul: 'membunuh', qātil: 'membunuh, 'iqtāl: 'sebab untuk membunuh, qatl: 'pembunuhan' 'qitl': musuh (yang ingin membunuh), qutl/qātil: 'pembunuh', maqtal: 'titik vital ditubuh (luka yang membawa kematian)', istaqtala: 'membahayakan nyawa seseorang' [lihat di: sini, sini, sini, sini dan sini]

    Hadis:
    Rasulullah SAW: "Barangsiapa mengganti agamanya, maka bunuhlah ia." [hadis Bukhari no.2794, 6411. Abu Dawud no.3787. Tirmidhi no.1378. Nasaai 3991-3997. Sunan Ibn Majjah no.2526. Musnad Ahmad no.2420,2421, 2813]

    Yahya - Malik - Zaid bin Aslam tentang sabda Rasulullah SAW: "Barangsiapa mengganti agamanya, maka penggallah lehernya." Waallahu A'lam, menurut yang kami ketahui bahwa makna sabda Nabi SAW: "Barangsiapa mengganti agamanya, penggallah lehernya" yaitu orang yang keluar dari agama Islam dan masuk ke dalam agama selainnya, seperti zindiq dan yang semisalnya. Jika mereka menampakkan diri mereka, maka mereka boleh dibunuh dan tidak perlu untuk diminta taubat. Karena taubatnya tidak diakui, dan mereka mungkin dapat menyembunyikan kekufuran dan menampakkan keIslamannya. Jadi menurut kami, orang-orang seperti itu tidak perlu diberi kesempatan bertaubat, dan ucapannya tidak diterima. Adapun orang yang keluar dari Islam dan masuk ke dalam agama lain kemudian menampakkannya, maka hendaklah ia diminta untuk bertaubat, jika tidak bertaubat maka dibunuh. Kemudian, jika suatu kaum dalam keadaan seperti itu, maka menurutku mereka diajak masuk Islam, jika mereka tidak menerima maka diperangi. Dan bukan maksud hadits tersebut adalah berpindahnya seorang Yahudi ke dalam agama Nasrani atau seorang Nasrani ke dalam agama Yahudi. Atau, bukan dari agama lain ke agama lain. Kecuali Islam, sebab maksud dari hadits tersebut adalah orang yang keluar dari agama Islam dan masuk ke dalam agama lain, lalu menampakkannya.". Waallahu A'lam. [Imam Malik no. 1219].

    Note:
    Beberapa mempermasalahkan bahwa hukum mati terhadap perempuan murtad adalah tidak jelas: karena ada yang berpendapat dihukum bunuh dan ada yang berpendapat tidak dengan mengutip beberapa hadis nabi yang ternyata sama-sama ternilai LEMAH:

    Hadis Nabi:
    "Seorang wanita, Ummu Marwan, murtad dari Islam. perkaranya sampai kepada Nabi saw. Beliau memerintahkan agar diminta bertobat. Jika bertobat (maka diterima) dan jika tidak maka dibunuh."

    [Nasb ar-Rayah, 3/458 ; Di al-Baihaqi (dari 'Aisyah). Ad-Daraqutni (dari Jabir); Lihat:Nayl Awtar, 7/192; Al-Zayla'i: Hadis dari Aisyah, untuk perawi Muhammad b. `Abd¬ul Malik adalah lemah. Hadis dari Jabir, untuk perawi `Abdullah b. Uzniyyah: Ibn Hibban berkata hadis darinya bukan hujjah. Al-Zayla'i juga menyampaikan 2 hadis bahwa nabi berkata: "Jangan bunuh wanita yang murtad" (Daraqutni, untuk perawi: `Abdullah b. `Isa al Jazri: Pembohong. Hadis dari Abu Hurairah: "seorang perempuan murtad tidak dibunuh oleh Nabi" (al Kamil Ibn `Adi) adalah hadis Dhaif. Lihat: "Punishment Of APOSTASY IN ISLAM, S.A. Rahman (Rtd.) Chief Justice of Pakistan, Kitab Bhavan, New Delhi 2, India, Sec.V]

    Namun demikian, hukuman bunuh pada perempuan murtad diperkuat hadis dari Ibn al-Qasim di al-'Utaybah yang mencatat ada hukuman bunuh pada perempuan murtad lain, yaitu Umm Qurfah; Abu Bakar telah meminta Ummu Qurfah yang murtad agar bertobat, tetapi ia menolak sehingga dihukum bunuh. [Lihat: "Murtad menurut perundangan Islam", Penerbit UTM, 2001, hal.48, dari Al Zarqani]

    Para Khalifah tercatat melakukan hukuman bunuh pada yang murtad, yaitu: Khalifah Abu Bakar (selain Umm Qurfah) melakukan perang Riddah (murtad). Khalifah Umar memutuskan hukuman pada sekelompok orang Irak yang murtad bahwa yang tidak mau bertobat agar dibunuh, sebagian mereka menerima dan sebagian lagi menolak maka dibunuh [lihat di sini; riwayat Ma’mar- Az-Zuhriy - ‘Ubaidullah bin ‘Utbah dari ayahnya di hadis Abdurrazzaaq, 10/168-169, no.18707; dinyatakan sahih]. Khalifah Usman menyurati gubenur Irak dan memerintahkan: mereka yang murtad agar bertobat kembali ke Islam, jika menolak agar dibunuh. Beberapa menerima dan beberapa lainnya menolak maka dibunuh ("Behind the Veil, Ch. 1: merujuk Ibn Hazm, part 11, p. 190). Khalifah Ali disurati Muhammad bin Abu Bakar tentang 2 Muslim yang murtad menjadi zindiq, Ali memutuskan jika mereka bertaubat, diterima. Jika tidak, lehernya dipenggal [Riwayat At-Tsauri - Simak bin Harb, - Qabuus bin Mukhariq, dari hadis Abdurrazzaaq 10/170-171, no.18712; dinyatakan hasan], juga pada beberapa hadis lainnya ketika Ali membakar yang murtad dan menghukum mati yang murtad

    Ijma' (kesepakatan) ulama' 8 Mazhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafie, Imam Ahmad, Mazhab Zohiri, Mazhab Syiah Zaidiyah, Mazhab Syiah Imamiah dan Mazhab Ibadiyah) : bunuh si murtad. [Bidayatul Mujtahid, Ibn Rusyd, cet Dar Ibn Hazm, tahqiq oleh Majid al-Hamwi 4/1764; 'A'lam al-muwaqqi'ien, Ibnu Qayyim jld 5, ms 42; al-Majmu' 21/43, at-Tasyri' al-Jinaie al-Islami, Abd Qadir Audah, Al-Fiqh al-Islami, Dari Wahbah az-Zuhayli, Al-'Uqubah, Syeikh Abu Zuhrah, hlm 172]

    Yusof al-Qaradhawi: ijma' fuqaha' Islam ttg Murtad: Bunuh setelah Istitab [Disahkan Imam Hanbali (w 795 H) di Jami' al-'Ulum wa al-Hikam (Syarh Hadith ke-14, cet al-Maktabah al-'Asriyah, hal.134)]. Juga lihat diskusi hukuman murtad dari Ustad Haji Zaharuddin Bin Ab.Rahman
Sehingga daripada setelah tahu aslinya ajaran ini, memilih murtad dan malah mati, maka wajar sajalah jadi tidak berani murtad. Ini memang sebuah pilihan sulit: Demi hidup, walaupun tahu aslinya namun tetap di-ajaran ini VS Ambil resiko mati asalkan terbebas dari ajaran ini.

Apapun itu, jika MENYESAL setelah MATI maka 100% tidak berguna, karena kesempatan memperbaiki diri dari hidup yang tersisa, telah musnah, ini suatu pertaruhan yang sangat besar, karena definisi/cara pencapaian surga masing-masing agama berbeda, tidak pula dapat percaya bahwa karena tidak mengetahui maka ada kekhususan, karena belum tentu merujuk pada Tuhan yang sama, tidak pula ada alasan percaya bahwa Tuhan pasti satu, karena beberapa lainnya, bahkan TIDAK menyatakan ada keberadaan Tuhan sama sekali. []