Sabtu, 24 November 2007

Sekarang Saatnya!..



Kenikmatan dan Kesengsaraan bagaikan kabut morgana..
menggelitik kalbu..
menggoda kewaspadaan..
Bencana dan rejeki hanyalah bentukan lain..
Berserah atau tidak, toh ia akan datang..

Akankah tetap berserah untuk terus terjajah?..
Seperti dalam pusaran beliung..
Seperti mengikuti air mengalir..
Bukankah sekarang saatnya 'tuk melampaui..

Seperti burung laut..
Ya!..,
Terbang, berjalan dan menyelam sesuai kebutuhannya..
Tidak lagi hanya menunggu, melata, berjalan, berenang ataupun terbang saja..
Kini saatnya untuk terlepas..
Ya!..,
Kini saatnya untuk merdeka..

'September 2007
'Ludah yang kering dalam kisah membunuh angan


Jumat, 23 November 2007

Pekerjaan Adalah Tempat Menempa Diri


Melakukan sesuatu yang tidak kita sukai hanya membuat apapun yang kita lakukan menjadi tiga kali lebih berat, yaitu di saat memulai, menjalaninya dan menyelesaikan. Satu-satunya jalan untuk mencapai pembebasan dari jeratan penderitaan ini adalah dengan menemukan cara untuk menikmatinya dan lebur menyatu kedalamnya.

Di Jepang, karena biaya hidup yang tinggi, banyak mahasiswa/i yang mencari tambahan uang dengan bekerja sampingan seusai kuliah. Ada seorang mahasiswi yang bekerja disebuah hotel, bagian cleaning service. Ketika membersihkan kloset di hari pertamanya, dia hampir saja muntah. Tetapi dia terus memaksakan diri untuk bertahan hingga beberapa hari, sampai tiba suatu saat dimana dia sudah tak mampu lagi untuk memaksakan dirinya.

Ketika hendak mengajukan pengunduran dirinya, mahasiswi ini melihat seorang bapak, rekan kerjanya yang berusia lanjut baru saja menyelesaikan pekerjaan membersihkan kloset, dengan tiba-tiba menciduk air dalam kloset itu lalu meminumnya. Melihat kejadian itu si mahasiswi ini terbelalak tanpa dapat mengeluarkan kata-kata. Namun bapak tua sang cleaning service ini malah dengan bangga mengatakan bahwa kloset yang baru saja dibersihkannya bisa dijamin kebersihannya, begitu bersihnya sehingga air yang berada dikloset tersebut layak untuk diminum.

Melalui kejadian tersebut, mahasiswi ini langsung mendapatkan inspirasi yang luar biasa. Mulai saat itu, si mahasiswi ini tidak lagi merasa sangat menderita ketika memasuki toilet, tetapi malah justru menganggap pekerjaan ini sebagai tempat untuk mengangkat dan menempa diri sendiri. Setiap kali selesai membersihkan kloset dia selalu bertanya pada dirinya sendiri,”Apakah saya bisa minum air kloset ini?”

Kita sering mengeluhkan begitu beratnya pekerjaan kita, teman sejawat, atasan dan bawahan, namun jarang memeriksa diri sendiri apakah dalam pekerjaan itu kita mendapatkan peningkatan? Bukankah kita jarang sekali memeriksa sikap dan semangat kita terhadap pekerjaan?

Semangat untuk meningkat dan melampaui dalam pekerjaan adalah pokok dari pencapaian prestasi (keberhasilan). Melampaui taraf yang dicapai itu sendiri sudah merupakan suatu prestasi yang luar biasa. Sedangkan nama dan keuntungan itu sendiri adalah hasil sampingan, tak dapat dibandingkan dengan semangat diri sendiri untuk melampaui diri sendiri.

Akhir kisah, setelah mahasiswi ini lulus kuliah dan tidak lagi bekerja di hotel tersebut, dia lantas terjun kedalam dunia politik, berkat kesungguhan hatinya, akhirnya dia dipercaya menjabat Menteri Pos dan Telekomunikasi Jepang.

"Seperti rasa asin meresapi air di seluruh samudra, para bhikkhu, begitu pula 'pembebasan' meresapi seluruh ajaran-Ku."
(Buddha Gotama)


Di ubah dan ditambah seperlunya dari sumber asli:
(The Epoch Times/lin)
Jesse Jopie Rotinsulu Jr
Pekerjaan Adalah Tempat Melatih Diri / Erabaru News 23 November 2007

Kamis, 22 November 2007

Sudah terjadi Di Jawa: Larangan memakai Jilbab!!


Cerita ini berasal dari seorang teman
dan ini benar-benar sangat menyedihkan namun inilah dunia kita...mungkin dunia ini sudah gila kali ya?!!

Ada seorang teman saya, suatu hari terpanggil untuk memakai jilbab. Karena hatinya sudah mantab dan tetap, dia pun pergilah ke toko muslim untuk membeli jilbab.

Setelah membeli beberapa pakaian muslim lengkap bersama jilbab dengan berbagai model (maklum teman saya itu stylish sekali), dia pun pulang ke rumah dengan hati suka cita.

Sesampainya di rumah, dengan bangga dia mengenakan jilbabnya. Ketika dia ke luar dari kamarnya, bapak dan ibunya langsung menjerit. Mereka murka bukan main dan meminta agar anaknya segera melepaskan jilbabnya.

Anak itu tentu merasa terpukul sekali...bayangkan:

Ayah ibunya sendiri menentangnya untuk mengenakan jilbab. Si anak mencoba berpegang teguh pada keputusannya, akan tetapi ayah ibunya mengancam akan memutuskan hubungan orang- tua dan anak bila ia berkeras memakainya.

Dia tidak akan diaku anak selamanya bila ia tetap menggunakan jilbab. Anak itu sedih sejadi -jadi nya. Dia merasa menjadi anak yang malang sekali nasibnya.

Tidak berputus asa, dia meminta guru tempatnya bersekolah untuk berbicara dengan orang tuanya agar ia diperbolehkan memakai jilbab. Apa lacur sang guru pun menolak.

Dia mencoba lagi berbicara dengan ustad nya dimana ia berguru untuk membujuk orang tuanya agar ia diizinkan memakai jilbab. Hasilnya ? Ustadnyapun menolak untuk memperjuangkannya.

Belum pernah rasanya anak ini dirundung duka seperti itu. Dia merasa betul-2 sendirian di dunia ini. Tak ada seorang pun yang mau mendukung keputusannya untuk memakai jilbab.

Akhirnya dia memutuskan untuk menggunakan jalan terakhir. Dia berkata pada orang tuanya:

"Ayah dan ibu yang saya cintai. Saya tetap akan memakai jilbab
ini. Kalau tidak diizinkan juga saya akan gantung diri ... !!"

Sejenak suasana menjadi hening. Ketegangan mencapai puncaknya dalam keluarga itu. Akhirnya sambil menghela napas panjang, si ayah berkata dengan lirih:

"Yanto, Yanto ! Nek koe wong wedok, yo sak karepe. Ning kowe iki wong lanang, lha kok nganggo jilbab?...Pancen bocah edannnn!! "

Terjemahan:
"Yanto, Yanto! Kalau kamu anak perempuan terserah kamu. Kamu ini kan anak laki-laki kok pakai jilbab?...Memang kamu ini anak gak waras!!
"

-------------------------

Di ubah sepantasnya dari sumber asli:
From: David Goh
http://groups.yahoo.com/group/BeCeKa/message/8145

Rabu, 21 November 2007

Salah Mengadili Berakibat Bencana!

Menurut Kitab Han, buku sejarah klasik Tiongkok 2200 tahun yang lalu, ada seorang hakim bernama Senior Yu yang sangat terkenal akan keadilan dan kebijaksanaannya.

Pada masa pemerintahan Kaisar Xuan dari Dinasti Han, orang membangun sebuah tugu penghargaan untuk Senior Yu semasa dia masih hidup.

Senior Yu menjabat kepala penjara kota juga merangkap seorang hakim daerah. Dia suka berterus terang dan bertindak adil saat menjalankan tugas. Semua keputusan diserahkan kepada pengadilan, semua pelaporan kasus ditulis oleh Senior Yu setelah diyakininya sebagai penilaian yang paling tepat dan seimbang. Dan sering kali pihak terpidana pun akan setuju kalau hukuman Senior Yu adalah adil.

Pada saat itu, di kota Timur Laut, ada seorang wanita yang baik dan berbakti bernama Zhou Qing. Dia sungguh-sungguh penuh perhatian dalam merawat mertuanya, yang memang sudah menjadi tradisi bangsa Tionghoa pada saat itu.

Ibu mertuanya berkata, "menantuku bekerja sangat keras untuk merawatku! Aku sudah sangat tua. Kenapa aku menyayangi hidupku yang sudah tak lama di dunia ini lagi dan membebani generasi muda?" Wanita tua itu kemudian akhirnya melakukan bunuh diri dengan gantung diri.

Seorang putri tertua dari ibu mertua yang meninggal tersebut mendatangi rumahnya dan menuduh Zhou Qing telah membunuh ibunya. Dia mengajukan tuntutannya pada Kantor Gubernur Kota. Dan pemerintah kemudian menangkap menantu yang hati baik itu dan menyiksanya. Dia dipaksa mengakui kejahatan yang telah dilakukannya.

Setelah mendengar kasus tersebut, Senior Yu menasehati gubenur, "Wanita ini telah merawat ibu mertuanya selama lebih dari 10 tahun dan kesetiaannya telah dikenal di daerah ini. Saya tidak percaya dia telah membunuh ibu mertuanya." Namun Gubernur menolak nasehat Senior Yu, dan memaksa untuk menghukum mati Zhou Qing. Setelah berbagai usaha untuk merubah pikiran Gubernur tersebut, Senior Yu menjadi patah semangatnya.

Menurut kepercayaan Tiongkok, ketika orang tak bersalah dibunuh, bencana akan melanda kota tempat tinggal korban. Setelah Zhou Qing dihukum mati, kota Timur Laut dilanda kekeringan selama 3 tahun berkelanjutan. Gubernur dinyatakan bersalah dan dicopot dari kedudukannya.

Ketika Gubernur baru mulai bertugas, dia bertanya kepada Senior Yu, "Bagaimana bisa, hujan tidak turun selama 3 tahun?" Senior Yu menjawab, "Anak mertua yang setia tidak seharusnya mati. Dia telah salah dihukum mati oleh mantan Gubernur. Kekacauan dan bencana terjadi karena salah membunuh orang."

Gubernur baru segera pergi ke makam Zhou Qing untuk menghormatinya secara langsung. Gubernur baru mendirikan patung kehormatan atas integritas semasa hidup Zhou Qing. Hujan segera turun dan memperoleh panen besar tahun itu.


Sumber:
(The Epoch Times/vin)

Jesse Jopie Rotinsulu Jr
Erabaru News www.erabaru.or.id | Jumat 16 November 2007


Kamis, 15 November 2007

Mullah Nasruddin (Nasruddin Hoja)


Aku rasa engkau Benar!

Nasrudin sedang menjadi hakim di pengadilan kota. Mula-mula ia mendengarkan dakwaan yang berapi-api dengan fakta yang tak tersangkalkan dari jaksa. Setelah jaksa selesai dengan dakwaannya, Nasrudin berkomentar:

"Aku rasa engkau benar."

Petugas majelis membujuk Nasrudin, mengingatkan bahwa terdakwa belum membela diri. Terdakwa diwakili oleh pengacara yang pandai mengolah logika, sehingga Nasrudin kembali terpikat. Setelah pengacara selesai, Nasrudin kembali berkomentar:

"Aku rasa engkau benar."

Petugas mengingatkan Nasrudin bahwa tidak mungkin jaksa betul dan sekaligus pengacara juga betul. Harus ada salah satu yang salah ! Nasrudin menatapnya lesu, dan kemudian berkomentar:

"Aku rasa engkau benar."


Tampang itu perlu

Nasrudin hampir selalu miskin. Ia tidak mengeluh, tapi suatu hari istrinyalah yang mengeluh.

"Tapi aku mengabdi kepada Allah saja," kata Nasrudin.

"Kalau begitu, mintalah upah kepada Allah," kata istrinya.

Nasrudin langsung ke pekarangan, bersujud, dan berteriak keras-keras, "Ya Allah, berilah hamba upah seratus keping perak!"

berulang-ulang. Tetangganya ingin mempermainkan Nasrudin. Ia melemparkan seratus keping perak ke kepala Nasrudin. Tapi ia terkejut waktu Nasrudin membawa lari uang itu ke dalam rumah dengan gembira, sambil berteriak

"Hai, aku ternyata memang wali Allah. Ini upahku dari Allah."

Sang tetangga menyerbu rumah Nasrudin, meminta kembali uang yang baru dilemparkannya. Nasrudin menjawab

"Aku memohon kepada Allah, dan uang yang jatuh itu pasti jawaban dari Allah."

Tetangganya marah. Ia mengajak Nasrudin menghadap hakim. Nasrudin berkelit, "Aku tidak pantas ke pengadilan dalam keadaan begini. Aku tidak punya kuda dan pakaian bagus. Pasti hakim berprasangka buruk pada orang miskin."

Sang tetangga meminjamkan jubah dan kuda.Tidak lama kemudian, mereka menghadap hakim. Tetangga Nasrudin segera mengadukan halnya pada hakim.

"Bagaimana pembelaanmu?" tanya hakim pada Nasrudin.

"Tetangga saya ini gila, Tuan," kata Nasrudin.

"Apa buktinya?" tanya hakim.

"Tuan Hakim bisa memeriksanya langsung. Ia pikir segala yang ada di dunia ini miliknya. Coba tanyakan misalnya tentang jubah saya dan kuda saya, tentu semua diakui sebagai miliknya. Apalagi pula uang saya."

Dengan kaget, sang tetangga berteriak, "Tetapi itu semua memang milikku!"

Bagi sang hakim, bukti-bukti sudah cukup. Perkara putus.


Teori Kebutuhan

Nasrudin berbincang-bincang dengan hakim kota. Hakim kota, seperti umumnya cendekiawan masa itu, sering berpikir hanya dari satu sisi saja. Hakim memulai,

"Seandainya saja, setiap orang mau mematuhi hukum dan etika, ...

"Nasrudin menukas, "Bukan manusia yang harus mematuhi hukum, tetapi justru hukum lah yang harus disesuaikan dengan kemanusiaan."

Hakim mencoba bertaktik, "Tapi coba kita lihat cendekiawan seperti Anda. Kalau Anda memiliki pilihan: kekayaan atau kebijaksanaan, mana yang akan dipilih?"

Nasrudin menjawab seketika, "Tentu, saya memilih kekayaan."

Hakim membalas sinis, "Memalukan. Anda adalah cendekiawan yang diakui masyarakat. Dan Anda memilih kekayaan daripada kebijaksanaan?"

Nasrudin balik bertanya, "Kalau pilihan Anda sendiri?"

Hakim menjawab tegas, "Tentu, saya memilih kebijaksanaan."

Dan Nasrudin menutup, "Terbukti, semua orang memilih untuk memperoleh apa yang belum dimilikinya."


Saya Tidak Tahu

Keledai Nasrudin jatuh sakit. Maka ia meminjam seekor kuda kepada tetangganya. Kuda itu besar dan kuat serta kencang larinya. Begitu Nasrudin menaikinya, ia langsung melesat secepat kilat, sementara Nasrudin berpegangan di atasnya,…ketakutan.

Nasrudin mencoba membelokkan arah kuda. Tapi sia-sia. Kuda itu lari lebih kencang lagi.Beberapa teman Nasrudin sedang bekerja di ladang ketika melihat Nasrudin melaju kencang di atas kuda. Mengira sedang ada sesuatu yang penting, mereka berteriak,

"Ada apa Nasrudin ? Ke mana engkau ? Mengapa terburu-buru ?"

Nasrudin balas berteriak, "Saya tidak tahu ! Binatang ini tidak mengatakannya kepadaku !"


Jatuhnya Jubah

Nasrudin pulang malam bersama teman-temannya. Di pintu rumah mereka berpisah. Di dalam rumah, istri Nasrudin sudah menanti dengan marah.

"Aku telah bersusah payah memasak untukmu sore tadi !" katanya sambil menjewer Nasrudin.

Karena kuatnya, Nasrudin terpelanting dan jatuh menabrak peti.Mendengar suara gaduh, teman-teman Nasrudin yang belum terlalu jauh kembali, dan bertanya dari balik pintu,

"Ada apa Nasrudin, malam-malam begini ribut sekali?"

"Jubahku jatuh dan menabrak peti," jawab Nasrudin.

"Jubah jatuh saja ribut sekali ?"

"Tentu saja," sesal Nasrudin, "Karena aku masih berada di dalamnya."


Mantel

Mullah Nasruddin mendengar bahwa ada suatu pesta makan digelar di dekat kota, dan setiap orang diundang. Dia pun buru-buru datang ke sana secepat dia bisa. Ketika penyelenggara melihat Nasruddin bermantel compang-camping, dia menempatkannya duduk di sudut yang sangat tidak menarik perhatian orang-orang, jauh dari meja besar di mana orang-orang kaya sedang menunggu waktu mulai menyantap berbagai makanan yang tersaji.


Satu jam telah berlalu, tetap tidak ada orang datang melayani Mullah. Penerima tamu sibuk melayani orang-orang penting. Mullah pun bangkit dan pulang. Dia berdandan memakai pakaian kebesarannya, dan dengan mengenakan serban yang bagus dia kembali ke pesta.

Segera setelah para tentara Emir melihat Nasruddin yang agung datang, mereka mulai memukul genderang dan meniup trompet. Mullah disambut dengan semua jenis bunyi-bunyian yang merdu. Mereka mempersilakan Nasruddin duduk dekat Emir. Segera hidangan makanan enak pun disodorkan kepadanya. Cepat-cepat Nasruddin mulai menggenggam makanan itu dan diselipkan ke dalam serban serta mantelnya.


Melihat ulah Mullah yang penuh teka-teki itu, Emir terpaksa berkata, "Kebiasaan makan Anda baru bagiku."

Sambil tersenyum Mullah menjelaskan, "Sama sekali tidak baru. Sebenarnya pakaian saya yang membawa saya ke sini, dan yakin mantel serta serban saya ini patut memperoleh makanan, bukan saya!"


Serban Dan Kepandaian

Ada orang membawa surat kepada Mullah. "Mullah dapatkah Anda membacakan surat ini?"


Mullah memeriksa surat tersebut dan menemukan bahwa surat itu berbahasa Parsi. Dia tidak bisa membacanya dan surat itu dia berikan kembali kepada orangnya serta berkata: "Bawa surat ini kepada orang lain saja, aku tidak bisa membacanya."

"Mustahil! Anda memakai serban seperti orang terpelajar tetapi tidak bisa membaca surat..."

Mullah membuka serbannya dan meletakkannya di depan orang itu dan berkata: "Baiklah! Jika memang karena kepandaian serban ini, letakkanlah di sini surat itu dan bacalah sendiri!"


Menangisi Raja

Suatu hari raja jelek, yang buta sebelah dan pincang, yang berteman dengan Mullah, ingin memangkas rambutnya. Tukang cukur pun datang, memangku rambutnya dan seperti biasanya memberinya cermin untuk bisa melihat bagaimana tukang cukur itu merapikan rambutnya yang kusut.

Ketika menengok ke dalam cermin, raja melihat kejelekannya dan mulai menangis. Mullah tidak bisa menahan ibanya, dia pun mulai menangis. Mereka berdua sama-sama menangis agak lama. Orang-orang terdekat di situ mulai menghibur keduanya tanpa mengetahui sedikit pun alasan mereka menangis.


Maka orang jelek itu berhenti menangis, tetapi Mullah tidak. Tidak ada seorang pun yang bisa menolongnya. Orang jelek yang pertama menangis sangat heran melihat air mata Mullah terus menerus keluar. Dia berkata:

"Dengar Mullah! Aku perhatikan ke dalam cermin, dan melihat betapa jeleknya aku, aku menjadi sedih, sebab aku tidak hanya seorang raja, melainkan juga kaya akan wanita. Aku jelek, dan hanya inilah alasan aku menangis. Tapi ... jelaskan kepadaku bagaimana tentang kamu? Kenapa kamu terus-menerus menangis?"


Sambil menengok raja, Mullah Nasruddin menjawab, "Anda melihat ke dalam cermin hanya satu kali, melihat diri Anda dan menangis tidak tertahankan. Namun, apa yang kami bisa lakukan sebagai orang-orang yang harus melihat muka Anda sepanjang hari dan malam? Jika saya tidak menangis, lalu siapa lagi? Inilah alasan saya menangis!"


Menikahi Wanita Ideal

Seorang teman bercerita kepada Mullah, "Wanita yang akan saya nikahi kaya, cantik, gadis, berkelakuan baik, dan pandai."

Mullah menjawab, "Aku takut Anda tidak akan memperoleh semua kualitas tersebut pada satu istri, kecuali kalau Anda akan menikahi lima wanita!"


Surat Ke Baghdad

Pada suatu hari seseorang menyuruh Mullah Nasruddin Effendi menulis surat untuknya,

"Ke mana surat itu akan ditujukan?" tanya Mullah Effendi.

"Ke Baghdad," kata orang itu.

"Aku tidak bisa pergi ke Baghdad," Mullah menjelaskannya.

"Tetapi Anda tidak harus pergi ke sana," jawabnya.

Kemudian Mullah Nasruddin menerangkan, "Tidak ada seorang pun yang bisa membawa apa yang saya tulis. Jadi, saya harus pergi ke sana dan membacanya."


Si Bakhlil Dan Pot Yang Beranak

Suatu hari Mullah Nasruddin Effendi meminjam sebuah ceret dari orang kaya dan mengembalikannya jauh sebelum tanggal yang dijanjikan. Sudah tentu, Mullah membayarnya.

"Terima kasih tuan, dan selamat!" kata Mullah kepada orang kaya itu.

"Kenapa Anda mengucapkan selamat kepadaku?" tanya orang kaya itu.

Mullah Nasruddin memindahkan pot kecil serupa ceret dari sakunya ke dalam ceret yang besar dan menyodorkannya kepada orang kaya itu, "Ceret besar Anda telah melahirkan bayi pot yang indah ini?"

"Rupanya dia gila, tetapi apakah aku harus menolak pot kecil ini," pikir orang kaya itu. "Oh! Lihat bagaimana bayi kecil ini mirip ibunya," seru orang kaya sambil mengambil pot kecil itu dengan hati-hati dan menyimpannya di dalam rumahnya

Dua hari kemudian Mullah Nasruddin datang lagi meminjam ceret besar itu. Waktu itu Mullah tidak harus menunggu lama, dia menerima ceret besar itu secepat pembayarannya kepada orang kaya itu.

Hari berikutnya Mullah tergesa-gesa masuk rumah orang kaya itu dengan muka cemberut dan berkata, "Tuan, sungguh berita jelek!"

"Apa ada famili Anda yang meninggal?" tanya orang kaya.

"Pot Anda mati, Tuan!" tambah Mullah.

"Apa? Tidak mungkin! Bagaimana pot dapat mati?" teriak orang kaya.

"Memang sungguh aneh, Tuan! Apabila pot itu bisa hamil dan melahirkan pot kecil, namun kenapa Anda tidak menerimanya bahwa dia bisa juga mati?," tegas Mullah.


Diliang Lahat

PADA suatu malam, Nasruddin sedang jalan-jalan di sepanjang tempat yang sepi. Ketika dihadang oleh sepasukan kuda yang mendekatinya dengan kecepatan tinggi, tiba-tiba imajinasinya mulai bekerja. Dia melihat dirinya terluka atau terampas atau terbunuh. Ditakuti pemikiran demikian dia meloncat, menaiki sebuah dinding, buru-buru masuk kuburan dan berbaring di dalam liang lahat yang terbuka. Ia bersembunyi.

Teka-teki pada perilaku Mullah yang sial itu, membuat para penunggang kuda dan pelancong mengikutinya. Mereka menemukan dia berbaring, tegang, dan menggigil.

"Apa yang terjadi? Sedang apa Anda di dalam liang kubur itu? Kami lihat Anda lari terbirit-birit. Bolehkah kami menolong Anda? Kenapa Anda berada di dalam tempat ini?"

"Karena kalian banyak mengajukan pertanyaan yang tidak perlu, maka di sana ada sebuah jawaban yang jujur," kata Nasruddin, yang kini bebas dari apa yang telah terjadi. "Semuanya tergantung pada sudut pandang kalian. Jika kalian ingin tahu sebabnya, sudah tentu aku di sini, sebab Anda ada di sini karena aku!"


Petimati Datang

Pada suatu hari, seorang penduduk Akshehir meninggal. Istrinya menangis, "Oh, suamiku, ke manakah engkau akan pergi? Di sana gelap, tidak ada makanan, tidak ada apa-apa!"

Ketika Mullah Nasruddin mendengarnya, dia lari pulang dan berkata kepada istrinya, "Istriku! Buka pintu, petimati datang ke rumah kita."


Mengukur Panjang Dunia

Seorang teman Mullah bertanya padanya: "Mulla, berapa meterkah panjang dunia ini?"

Pada saat yang sama orang-orang mengusung petimati berisi jenazah ke kuburan.

Mullah menunjuk petimati itu dan berkata, "Tanya dia! Lihat, dia telah mengukurnya, menghitung, dan sekarang dia pergi!"


Terbawa Arus Publik

Mullah Nasruddin bersama putranya melakukan suatu perjalanan. Mullah lebih suka menyuruh anaknya menunggang keledai dan dia berjalan kaki. Di tengah perjalanan mereka mendengar beberapa orang berkata: "Lihat anak yang bahagia itu! Itulah pemuda masa kini. Mereka tidak hormat kepada para orang tua. Dia menunggang keledai, sementara ayahnya menderita jalan kaki."

Ketika mereka berpapasan dengan orang-orang itu, anak Mullah merasa malu sekali dan bersikeras ingin jalan kaki sedangkan ayahnya diminta naik keledai. Maka Hodja pun naik keledai dan anaknya berjalan di sampingnya. Tidak lama kemudian mereka sampai pada beberapa orang lainnya yang mengatakan:

"Lihatlah itu! Kasihan anak itu harus jalan kaki sementara bapaknya naik keledai."

Setelah berpapasan dengan orang-orang itu, Hodja berkata pada anaknya:

"Anakku! Yang paling baik kita lakukan adalah kita jalan kaki sama-sama. Dengan demikian tidak akan ada seorang pun yang bisa mengeluhkan kita."

Maka mereka pun meneruskan perjalanannya dengan jalan kaki. Di jalan yang menurun mereka bertemu dengan beberapa orang yang menertawakannya.

"Lihatlah mereka yang tolol itu. Keduanya berjalan kaki di bawah terik matahari dan tiada seorang pun dari mereka yang menunggang keledai!"

Hodja berkata kembali kepada anaknya: "Itulah, baru kelihatan betapa susahnya lari dari pendapat orang-orang." [dari parodi sufi]


Mengukur Panjang Dunia

Suatu malam seorang pencuri memasuki rumah Nasrudin. Kabetulan Nasrudin sedang melihatnya. Karena ia sedang sendirian aja, Nasrudin cepat-cepat bersembunyi di dalam peti. Sementara itu pencuri memulai aksi menggerayangi rumah. Sekian lama kemudian, pencuri belum menemukan sesuatu yang berharga. Akhirnya ia membuka peti besar, dan memergoki Nasrudin yang bersembunyi.

"Aha!" kata si pencuri, "Apa yang sedang kau lakukan di sini, ha?"

"Aku malu, karena aku tidak memiliki apa-apa yang bisa kau ambil. Itulah sebabnya aku bersembunyi di sini."

--------------------------------------
Sumber:
BeCeKa:message 7872
melasayang.4t.com: HumorSufi
republika.co.id: 135324
republika.co.id: 142526
metrobalikpapan.co.id: 36405


Jumat, 09 November 2007

Surat Buat Tuhan


7 November 2007


Mr / Ms GOD
c/o Angel in Heaven
Jl. Sorga No 666, Kapling I
Planet Sorga 11510 SORGA


Dear Tuhan (GOD),
Perkenankanlah Aku menulis surat secara pribadi untuk ANDA, Tuhan.
Dan sudilah kiranya ANDA sendiri yang membalas surat aku ini, Tuhan.
Biasanya sih surat Aku KAGAK PERNAH ANDA BALAS, tapi YANG NGEBALAS MALAH orang-orang beragama (THEIST) yang seolah-olah dapet "SURAT KUASA" dan "HAK" untuk MENJAWAB dan NGEBALES semua surat-surat yang ditujukan ke ANDA (bener ngak sih Tuhan, ANDA ngasih "SURAT KUASA" kemereka-mereka? ).

***

Tuhan, apakah ANDA benar "ADA"?
Kalo misalnya Aku jadi ANDA (Tuhan), maka Aku lebih memilih jadi "TIDAK ADA" daripada "ADA".

Kenapa?

Karena REPUTASI ANDA sangat sangat BURUK, Tuhan.

***

Membunuh SATU MANUSIA maka anda disebut PEMBUNUH,

Membunuh RATUSAN DAN RIBUAN MANUSIA maka anda disebut PENAKLUK / PENJAHAT PERANG / TERRORIS / ALGOJO / DIKTATOR / DSBNYA,
Membunuh JUTAAN MANUSIA maka anda disebut TUHAN.

PERBEDAAN antara ANDA dengan ADOLF HITLER adalah, ANDA lebih JAGO dalam urusan BUNUH MEMBUNUH manusia secara massal (GENOCIDE).
Ini adalah DAFTAR KERJAAN ANDA selama 100 TAON terakhir.

***

Dalam 100 TAON terakhir ini, ada sekitar 1 JUTA ORANG yang MATI karena GEMPA BUMI dan VOLCANOES.

JUTAAN laennya MATI karena HURRICANES, TYPHOONS, CYCLONES, TORNADOES.

Sekitar 9 JUTA ORANG yang MATI karena BANJIR, dan sekitar 10 JUTA ORANG yang MATI karena BENCANA KEKERINGAN DAN KELAPARAN, BENCANA KEBAKARAN HUTAN, BENCANA TANAH LONGSOR, BENCANA LONGSORNYA GUNUNG ES,

WABAH PENYAKIT MENULAR (EPIDEMIC), DSTNYA DSTNYA DSTNYA..

OK-LAH kalo ANDA mau MENGELES dan MELARIKAN DIRI dari TANGGUNG JAWAB MORAL dengan mengatakan semua BENCANA ALAM itu TIDAK SEMUANYA MURNI kerjaan ANDA, tapi SEBAGIAN adalah karena SALAHNYA si MANUSIA itu sendiri alias (HUMAN ERROR).

TAPI INGAT, bahwa GEMPA BUMI, VOLCANOES, BADAI & TOPAN DISUSUL BANJIR serta BENCANA KEKERINGAN disusul WABAH PENYAKIT, tetap KONTRIBUSI TERBESAR-nya adalah DATANG dari ANDA dan ANDA-lah yang harus MEMIKUL TANGGUNG JAWAB MORAL-nya.

***

Maapkan kelancangan Aku.
Kalimat TUNTUTAN diatas memakai AZAS pra-duga TIDAK BERSALAH, jadi kalo ANDA merasa TIDAK BERSALAH, ya silahkan MEMBELA DIRI.

LOGIKA-nya:

PERTAMA:
ANDA yang DIAKUI (atau MENGAKU) sebagai yang MAHA PENCIPTA, penciptaALAM SEMESTA BESERTA SEGALA ISINYA.

Siapa yang SANGGUP menciptakan BENCANA ALAM yang begitu DAHSYAT-nya kalo bukan si MAHA GEDE, MAHA PENCIPTA, MAHA KUASA?
Dugaan pertama JATUH ke ANDA.
ANDA adalah TERDAKWA utama.

KEDUA:
Kalo ANDA bilang SETAN juga SANGGUP menciptakan TRAGEDI BENCANA ALAM, maka lagi-lagi ANDA yang harus BERTANGGUNG JAWAB, karena ANDA adalah MAHA PENCIPTA dan MAHA KUASA.

SETAN adalah ciptaan ANDA juga (karena ANDA MAHA PENCIPTA segalanya), dan ANDA memiliki TANGGUNG JAWAB MORAL untuk MENGHENTIKAN perbuatan SETAN yang UDAH KETERLALUAN itu, ya toh?

Kalo ANDA bilang TIDAK SANGGUP menghentikan TRAGEDI BENCANA ALAM karya dari SETAN itu, maka ANDA jadi TIDAK MAHA KUASA lagi.
Dan kalo ANDA bilang SANGGUP menghentikan karya SETAN itu, cuman masalahnya BELON MAU alias ANDA TIDAK MAU, maka ANDA lebih keterlaluan lagi karena ANDA jadi TIDAK MAHA PENGASIH & PENYAYANG lagi.

***

TERLEPAS dari soal MAHA PENCIPTA dan MAHA KUASA, yang lebih penting adalah ANDA dikenal sebagai yang MAHA PENGASIH lagi MAHA PENYAYANG.

Sudah KERING rasanya AIR MATA anak manusia ini MENGALIR dari KELOPAK-nya.
SEDIH dan PEDIH serta KECEWA melihat ANDA yang disebut yang MAHA PENGASIH lagi MAHA PENYAYANG tapi TEGA ngeliat JUTAAN MANUSIA MATI karena BENCANA ALAM!!
TRAGIS!!

ANDA masih mau MELARIKAN DIRI dari TANGGUNG JAWAB MORAL ini?

Makanya kalo boleh milih, lebih baik ANDA memilih menjadi "TIDAK ADA" dan "TIDAK PERNAH ADA" alias "TIDAK EKSIS dan TIDAK PERNAH EKSIS" sehingga TIDAK PERLU MEMIKUL BEBAN TANGGUNG JAWAB atas REPUTASI YANG SANGAT MEMALUKAN tersebut.

***

Sekian dulu surat Aku ini, karena PERCUMA cape-cape nulis panjang-panjang, kalo udah tahu PASTI tidak akan ANDA jawab, paling-paling ANDA mengutus wakil-wakil ANDA sebagai JUBIR (JURU BICARA) yang BELUM TENTU bener-bener dapet "SURAT KUASA" dan "HAK MENJAWAB" dari ANDA, wahai Sang Tuhan.

***

Akhir kata,
Orang-orang bilang GOD create MAN (Tuhan menciptakan Manusia),

Tapi Tuhan,
Kata Aku dan beberapa teman-teman ATHEIST,
MAN created GOD in his own image (Manusia-lah yang menciptakan Tuhan, sesuai IMAGE yang bisa dibayangkan oleh si Manusia itu sendiri).

Makanya jadi-lah Tuhan dalam bentuk PERSONAFIKASI, yang bisa MEMBIMBING dan MENUNTUN (pake tangan), yang bisa MENDENGAR (pake telinga), yang bisa BERSABDA (pake mulut), dsbnya, dsbnya, dsbnya..

WHO made WHO? (SIAPA yang menciptakan SIAPA?)
ONCE AGAIN LET US REMEMBER, THAT MAN CREATED GOD IN HIS OWN IMAGE.

Tapi Tuhan,
Bisa saja Aku SALAH, dan ANDA bener-bener ADA alias EKSIS.
Makanya NGOBROL dan BALES dong surat Aku ini biar kita semua jelas bahwa ANDA itu beneran EKSIS.
Kalo anda tetep DIAM MEMBISU SERIBU BAHASA, maka ya apa boleh buat, terpaksa dah Aku menunggu SAMPE HARI-nya TIBA.

Dag-dag Tuhan,
Dan SAMPAI JUMPA nanti di SORGA Kapling I, Jl Sorga No 666 (dengan catatan: kalo tanah disono masih belon terlalu mahal dan masih kebeli ama Aku) atau misalkan nanti ternyata aku ditempatkan Tuhan di Neraka, jangan lupa sekali-sekali TENGOKIN aku di NERAKA ya Tuhan ya.


Yours sincerely,

Aku

PS: Teman Aku dari YUNANI, titip CATATAN KAKI untuk TUHAN:

There is nothing to fear from GOD,
There is nothing to feel in death,
Good can be attained,
Evil can be endured.


(THE FOUR HERBS OF EPICURUS, 341-270 BC)

***

--------------------------------------------

Digubah berdasarkan surat aslinya: "vajirasilo Iwan"

--------------------------------------------
BAIK dan TIDAK BAIK bisa dicapai oleh DIRI SENDIRI.

KARENA DIRINYA SENDIRILAH SESEORANG MENJADI BAIK, KARENA DIRINYA SENDIRILAH SESEORANG MENJADI TIDAK BAIK,

BAIK DAN TIDAK BAIK ADALAH TERGANTUNG DIRI SENDIRI DAN BISA DICAPAI OLEH DIRI SENDIRI,

BAIK DAN TIDAK BAIK BUKANLAH PEMBERIAN ORANG LAIN, BUKANLAH PEMBERIAN DEWA-DEWA, BUKANLAH PEMBERIAN TUHAN

SUATU PEMIKIRAN YANG MENGANGKAT HARKAT, MARTABAT DAN HARGA DIRI DARI ANAK MANUSIA

SUATU PEMIKIRAN YANG MENJAUHKAN ANAK MANUSIA DARI KEBIASAAN UNTUK MENJADI SEORANG PEMINTA-MINTA
--------------------------------------------

Asal asli:
http://groups.yahoo.com/group/debat_islam-hindu/message/1383


Jumat, 02 November 2007

Seorang Tukang Kayu

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat.

Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu minta pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Pikirannya tidak sepenuhnya dicurahkan.

Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu.

" Rumah ini adalah rumah kamu," kata sang pemilik perusahaan.

" Hadiah dari saya sebagai penghargaan atas pengabdian kamu selama ini."

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.

Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang aneh. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang terbaik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup, kita tidak memberikan yang terbaik.

Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri. Seandainya kita menyadarinya, sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.

Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup.

Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini. Hidup adalah proyek yang kita kerjakan sendiri.
Keberhasilan yang diraih, atau kegagalan yang menimpa dapat ditelusuri jauhke dalam diri kita asing-masing. Karena KITA-LAH YANG MENJALANI semua ini. Bukan orang lain.

Seorang bijak pernah mengatakan demikian :

Amatilah pikiranmu, karena akan menjadi ucapanmu.
Amatilah ucapanmu, karena akan menjadi tindakanmu.
Amatilah tindakanmu, karena akan menjadi kebiasaanmu.
Amatilah kebiasaanmu, karena akan menjadi karaktermu.
Amatilah karaktermu, karena akan menjadi nasibmu.
Di atas semua itu, amatilah dirimu sendiri.
Hanya mereka yang mengenal dirinya-lah yang akan mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya.


--
Asal:
Erwin Arianto,SE
erwinarianto@gmail.com
Internal Auditor
PT.Sanyo Indonesia
Ejip Industrial Park Plot 1a Cikarang-Bekasi